Anda di halaman 1dari 13

Makalah Pancasila sebagai Dasar Negara

Pendidikan Pancasila

Oleh :
1. Josephine Priscilla (1805511066)
2. Iqbal Fathoni (1805511072)
3. I.G.N Agung Kusuma Putra (1805511085)
4. Diyah Ayu Milenia Gayatri (1805511087)

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2021
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah
ini yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara” ini dapat terselesaikan. Kami
juga berterima kasih kepada Bapak I Gusti Wirya Agung yang memberikan tugas ini
untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Pancasila ini.

Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai “Pancasila Sebagai
Dasar Negara” karena sangat penting untuk kita ketahui apa itu Pancasila dan kami
juga. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.

Denpasar, 16 Maret 2021

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan
Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut
terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut sifatnya luhur, tidak boleh
diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan,
artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai luhur tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi
norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan
dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD
1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.

Dengan ditulisnya makalah ini harapan saya dapat sedikit membantu


memberikan gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk
mempelajari pancasila yang benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang
dapat di pertanggung jawabkan baik secara yuridis, konstitusional, maupun secara
objektif – ilmiah. Secara yuridis – konstitusional artinya karena pancasila adalah
dasar negara yang di pergunakan sebagai dasar mengatur dan menyelenggarakan
pemerintahan negara. Oleh karena itu setiap orang boleh memberikan pengertian
atau tafsiran menurut pendapat sendiri. Secara objektif – ilmiah artinya karena
pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu philoshofical way of thingking atau
philoshophical system sehingga uraian harus logis dan diterima oleh akal sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah makna Pancasila sebagai Dasar Negara?
2. Apa hubungan Pancasila dengan UUD NRI Tahun 1945?
3. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945?
4. Bagaimana Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui makna Pancasila sebagai Dasar Negara
2. Mengetahui hubungan Pancasila dengan UUD NRI Tahun 1945
3. Mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
4. Mengetahui Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

2.2 Hubungan Pancasila dengan UUD NRI Tahun 1945

Berdasarkan penyampaian mengenai sejarah perumusan Pancasila dan sejarah penerapan


UUD 1945, kita dapat melihat banyak hal yang tidak dapat terlepas di antara

keduanya. Pancasila dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dalam hal membingkai
kehidupan segenap rakyat Indonesia beserta dengan praktek penyelenggaraan
kedaulatan negara. merupakan suatu hal yang menarik jika kita memperhatikan
benang merah di antara keduanya.

Dalam kesempatan ini, kita akan banyak membahas mengenai hubungan di antara
Pancasila dengan UUD 1945. Terdapat dua jenis hubungan yang dapat kita bahas
mengenai keduanya, yaitu hubungan secara formal dan hubungan secara material.
Pertama kita akan membahas mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara
formal. Berdasarkan KBBI, kita dapat memahami kata formal sebagai sesuai dengan
peraturan yang berlaku atau menurut adat kebiasaan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian tersebut, kita akan membahas mengenai hubungan Pancasila


dengan UUD 1945 menggunakan kaca mata peraturan atau konstitusional.
Pembahasan mengenai hubungan Pancasila dengan UUD ini akan memperkaya
khasanah pengetahuan terutama mengenai seperti apa sejarah memandang keduanya
dalam sudut pandang legal. Nah, berikut ini merupakan pembahasan mengenai
hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara formal:
1. Pancasila Merupakan Kaidah Negara yang Mendasar
Ketika suatu negara menyatakan kemerdekaannya, tentu negara tersebut
membutuhkan suatu panduan atau pedoman untuk arah gerak negara itu. Tanpa
adanya pedoman atau panduan tersebut, tentu suatu negara akan mengalami
kebingungan dan tidak jelas ketika hendak menghasilkan suatu kebijakan. Maka dari
itu, dibutuhkan adanya kaidah negara yang mendasar sebagai upaya untuk
memperjelas jalannya suatu negara.
Begitu pun halnya dengan negara kita, Pancasila menjadi kaidah yang mendasar
dalam setiap langkah dan penentuan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
Pancasila sebagai kaidah negara selanjutnya dijiwai di dalam seluruh batang tubuh
atau pasal dan ayat dalam UUD 1945, sehingga secara tidak langsung UUD 1945
merupakan kaidah dasar negara pula.
2. Pancasila Sebagai Inti dari Pembukaan UUD 1945
Tentunya banyak di antara pembaca yang telah mengetahui atau bahkan
menghafal isi dari pembukaan UUD 1945. Bersama kita mengetahui bahwa alinea
keempat dari pembukaan UUD 1945 tidak lain dan tidak bukan merupakan rumusan
dari Pancasila yang kita kenal hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa inti dari
pembukaan UUD 1945 ialah Pancasila itu sendiri.
UUD 1945 yang merupakan sumber hukum tertinggi di negara ini. Maka dari itu,
sejatinya inti dari sumber hukum tertinggi itu ialah Pancasila. Isi dari UUD 1945 tidak
boleh bertentangan dengan isi dari Pancasila. Ketika terjadi pertentangan tersebut,
maka supremasi hukum di Indonesia tidak dapat diwujudkan dengan semestinya.
Dengan demikian, keserasian di antara pancasila dengan UUD 1945 merupakan
sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. semuanya demi terlaksana
demokrasi pancasila yang seharusnya.
3. Pembukaan UUD 1945 Tidak Bergantung pada Batang Tubuh UUD 1945
Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat
merupakan penjabaran dari pembukaan UUD 1945, sedangkan inti dari pembukaan
UUD 1945 ialah Pancasila. Ini merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan
UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam ruang lingkup formal. Nah, berdasarkan hal ini,
kita dapat menyimpulkan bahwa sejatinya pembukaan UUD 1945 tidak bergantung
pada batang tubuhnya.
Arti dari hal ini ialah, batang tubuh dari UUD 1945 dapat terus berubah mengikuti
perkembangan zaman selama ia tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar
Pancasila yang terdapat di dalam pembukaan UUD 1945. Ketika terjadi pertentangan
di antara batang tubuh dengan Pancasila, maka hal tersebut haruslah dicegah agar
tidak terjadi bentur di dalam peraturan perundang-undangan. sekalipun demikian,
maka yang tetap harus dipertahankan ialah nilai-nilai yang dimiliki oleh ideologi
negara kita, pancasila.
4. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara
Poin pertama dari hubungan Pancasila dengan UUD 1945 ialah Pancasila
merupakan kaidah dasar negara, sedangkan inti dari pembukaan UUD ialah Pancasila.
Maka dari itu, hubugnan Pancasila dengan UUD 1945 selanjutnya ialah pembukaan
UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara.

Ketika pembukaan UUD 1945 menjadi pokok kaidah negara, maka setiap tahapan
kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah harus senantiasa berdasarkan pada
pembukaan UUD 1945 tersebut. pihak yang memegang kekuasaan legislatif harus
selalu mengawasi pemerintah agar pemerintah tetap berpegang teguh pada Pancasila
dan ketentuan di dalam UUD 1945, baik di dalam pembukaan atau batang tubuhnya.
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 Secara Material
Selain memiliki hubungan dalam kaca mata formal, Pancasila dan UUD 1945 juga
memiliki hubungan dalam konteks material. Di dalam KBBI, kata material memiliki
arti yaitu bahan yang akan digunakan untuk membuat barang lain. jika kita berbicara
dalam ruang lingkup peraturan perundang-undangan, kata material dapat diartikan
sebagai isi atau apa-apa yang dibahas di dalam sesuatu.
Hubungan secara material di antara Pancasila dan UUD 1945 ini akan mengungkap
betapa perumusan dan pemberlakuan Pancasila dan UUD 1945 ibarat dua sisi mata
uang yang tidak dapat terlepas di antara satu dengan yang lainnya. Kerumitan dalam
perumusan keduanya juga membuktikan bahwa kerja keras para pendiri bangsa
bukanlah suatu hal yang patut untuk kita lupakan. Nah, berikut ini merupakan
pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945
berdasarkan sejarah dalam konteks material:
1. Isi Pancasila Terangkum dalam Empat Alinea UUD 1945
Secara material, hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah
ialah isi Pancasila tercantum di dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Lebih dari itu, isi dari Pancasila telah terangkum di dalam setiap alinea
pembukaan UUD 1945. Di dalam alinea pertama, kita dapat menemukan secara lugas
sila kedua dari Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. sila pertama
dapat kita temui di dalam alinea yang ketiga. Sila ketiga terdapat di alinea kedua dari
pembukaan UUD 1945. Sila keempat dan kelima dapat secara jelas ditemui di dalam
alinea keempat pembukaan UUD 1945.
2. Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Sumber Hukum Dasar Indonesia
Suatu negara untuk membangun sektor hukumnya, diperlukan sumber hukum
yang menjadi dasar dari setiap tata aturan perundang-undangan. Sama halnya dengan
negara tercinta kita ini, diperlukan sumber hukum tertinggi untuk menjadi dasar bagi
setiap hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila dan UUD 1945 menjadi dua
serangkai yang menjadi sumber dasar hukum di Indonesia.

Setiap hukum yang berlaku di Indonesia harus bersesuaian dengan Pancasila dan
UUD 1945. Suatu peraturan perundang-undangan tidak akan lulus atau diberlakukan
ketika ia bertentangan dengan sumber hukum tertinggi itu.
3. Nilai-Nilai Pancasila Harus Diwujudkan dalam UUD 1945
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 ialah Pancasila. Hal ini berimplikasi pada adanya suatu
kewajiban yang harus diikuti yaitu setiap nilai-nilai Pancasila yang terdapat di dalam
alinea keempat harus diwujudkan di dalam batang tubuh UUD 1945. Maka dari itu,
ketika kita memperhatikan secara mendalam setiap pasal di dalam UUD 1945, maka
kita dapat menentukan pasal tersebut merupakan penerapan dari Pancasila sila
keberapa. Untuk saat ini, tidak mungkin ada sila di dalam Pancasila yang tidak
terdapat pembahasannya di dalam pasal-pasal UUD 1945.
4. Pancasila Sebagai Sumber Semangat bagi UUD 1945
Ini merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan
sejarah dalam lingkup material yang paling hangat pembahasannya. Maksud dari
Pancasila sebagai sumber semangat bagi UUD 1945 ialah dalam setiap pembahasan
mengenai pasal-pasal UUD 1945 didasari dengan semangat dan tujuan dari
keberadaan Pancasila. Selain itu, adanya nilai-nilai instrumental dari Pancasila
tentunya menyebabkan terjadinya perubahan bagi pasal-pasal dalam UUD 1945
berikut peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya jika terjadi perubahan
zaman yang mengharuskan dirinya didampingi oleh perubahan peraturan perundang-
undangan pula.
Penjelasan di atas merupakan uraian mengenai materi hubungan Pancasila dengan
UUD 1945 berdasarkan sejarah yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca dalam
kesempatan yang indah kali ini. Semoga dengan membaca artikel ini pembaca dapat
memahami apa saja yang menjadi hubungan dari dasar negara kita dengan sumber
hukum tertinggi negara. Dari penjelasan di atas pula kita dapat mengetahui bahwa
keberadaan kedua pilar negara ini merupakan suatu hal yang menjadi identitas negara
ini dalam penyelenggaraan kedaulatan rakyat. Sekian, sampai jumpa pada kesempatan
yang lain dan semoga kesuksesan senantiasa mengiringi langkah pembaca.

2.3 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI 195


Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran
yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral
bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup
dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal
UUD NRI tahun 1945.
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila
dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal
mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan
penyebab keberadaan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya
popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari
Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu
cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung
4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat
pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
A. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
B. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
C. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara
yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan”
D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara


persatuan diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara
yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran
pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham perorangan.
Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar
negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga
negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan
atau perorangan.
Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak
dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan
yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat
dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal
ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan
negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan
bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010:
209), aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat
dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran
ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung
maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD NRI tahun
1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).
MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak
empat kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus
2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-
246), keseluruhan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami
amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu;
1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan
negara
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya
yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan,
dan kesejahteraan sosial
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera
negara, bahasa negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan
UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang


Tubuh UUD NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh
penjabaran Pancasila kedalam batang tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI
Tahun 1945.
1) Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara
hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi
hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3
ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil
Presidendalam masa jabatannya menurut UUD
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara,
agama,pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara,
dan lagu kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika
d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

2.4 Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Anda mungkin juga menyukai