Anda di halaman 1dari 8

Rumusan masalah

1 Apa yang di maksud dengan perawatan palatif ?

2. Siapa saja Tim perawatan palatif ?

3. Apa saja peran setiap tim perawwatan paliatif ?

4. Dimana saja tempat perawatan paliatif ?


BAB 1

PENDAHULUAN

Pelayanan dibidang kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan dan ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan pada bentuk pelayanan profesional yang
sesuai dengan standar etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
masyarakat dengan baik.

Pemberian pelayanan perawatan paliatif dilakukan oleh tim paliatif yang terdiri dari
dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, konselor spiritual (rohaniawan), relawan, apoteker,
ahli gizi dan profesi lain yang terkait dan fokus pendekatannya adalah kepada pasien dan
keluarga. Perawat merupakan tim paling penting dalam tim perawatan paliatif karena perawat
menghabiskan waktu yang lama dibanding tim perawatan paliatif lainnya (Qadire, 2013).
Peranan tim paliatif diantaranya yaitu memberikan dukungan pada pasien dan keluarga,
menyediakan dan meningkatkan manajemen gejala fisik dan emosional,melakukan kolaborasi
untuk memenuhi kebutuhan pasien serta memberikan informasi mengenai prognosis penyakit
pasien (Rasjidi,2010).

Dalam pelaksanaannya, perawat sebagai salah satu tim dalam perawatan paliatif
mengalami kesulitan. Adhisty (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tenaga
kesehatan khususnya perawat memiliki beberapa hambatan dalam melakukan perawatan
paliatif ini antara lain terbatasnya pengetahuan perawat mengenai bagaimana cara pemberian
perawatan paliatif yang berkualitas dan bagaimana menyiapkan kepribadian perawat agar
pelayanan paliatif dapat dioptimalkan pemberiannya. Begitu juga menurut Paice et al (2007)
hambatannya yaitu kurang adekuatnya persiapan alat, dan obat-obatan penghilang nyeri,
sesak nafas, dan keluhan lain.Selain itu, Adhisty (2016) juga menyatakan bahwa hambatan
yang ada dalam pelayanan keperawatan didasarkan pada standar baku atau SOP pada
pelayanan paliatif ini sehingga pelayanan yang diberikan masih merupakan pelayanan umum
dan tidak didasarkan pada masalah dari pasien tersebut.

Perawatan paliatif di Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1992 dan kebijakan
perawatan paliatif telah diatur dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia baru menerbitkan Surat Keputusan [SK] Menteri Kesehatan RI tertanggal
19 Juli 2007 Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif di
Indonesia. SK tersebut merupakan suatu instruksi resmi yang diberikan kepada seluruh
institusi pelayanan kesehatan di Indonesia untuk mengembangkan layanan perawatan paliatif
di tempat masing-masing. (Kepmenkes,2007).

Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik
Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia
Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Indonesia merupakan salah
satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia
termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif. Menurut Kemenkes (2019),
lebih dari 1 juta orang di indonesia membutuhkan perawatan paliatif. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (2018), prevalensi stroke di indonesia adalah 10,9% per 1000 penduduk ,
penyakit ginjal kronik 3,8 % per 1000 penduduk, diabetes melitus 8,5% per 1000 penduduk,
dan kanker 1,79% per 1000 penduduk.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial, dan spritual
yang dimulai sejak tegaknya diagnosis hingga akhir kehidupan pasien.

Perawatan paliatif merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi pasien-pasien


yang mengalami kondisi medis tertentu dan sudah sepatutnya tenaga medis dalam hal ini
dokter, spesialis, perawat dan juga ahli lain seperti bidang spritual berkolaborasi dalam
perawatan paliatif (Campbell,2013; Lilley et al., 2016).

Seperti yang tercantum dalam World Health Organization, perawatan paliatif adalah
penndekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien baik itu pasien dewasa
maupun anak-anak serta keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan pendekatan rasa sakit melalui identifikasi didni, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial dan
spritual. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan kualitas kehidupan baik bagi pasien dan juga
keluarganya. Perawatan paliatif merupakan kolaborasi dari tim yang terdiri daari dokter,
perawat, dan tenaga ahli lainnya untuk menyediakan dukungan. Perawatan paliatif bisa untuk
pasien usia berapa saja dan pada stage sakit berapa saja serta dapat berdampingan dengan
perawatan kuratif (Vadivelu, Kaye and Berger, 2013; Pantilat et al., 2015).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip pelayanan keperawatan


paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal, tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan
dukungan psikologis, sosial dan spritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup
seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
(Kemenkes RI, 2017).
2.2 Tim Perawatan Paliatif

Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan harus


memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai tim
multidisiplin dalam sistem kesehatan, dan mengkoordinasikan erat dengan tokoh masyarakat
dan organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk mencapai tujuan bersama. Komposisi
tim perawatan paliatif terdiri :

a. Dokter

b. Perawat

c. Pekerja sosial dan psikolog

d. Konselor spiritual

e. Relawan

f. Apoteker

g. Dukun

2.3 Peran tim perawatan paliatif

Tim perawatan paliatif terdiri :

a. Dokter

Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif interdisipliner, harus


kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit dan gejala lain,
dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien. Dokter yang
bekerja di pelayanan paliatif mungkin bertanggung jawab untuk penilaian, pengawasan
dan pengelolaan dari banyak dilema pengobatan sulit.

b. Perawat

Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama dengan pasien
sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui pasien dan pengasuh, menilai
secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting bagi pasien, dan untuk membantu
pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama dengan pasien
dan keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan pelayanan
kesehatan

c. Pekerja sosial dan psikolog

Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi dan
sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan emosional/konseling selama
perkembangan penyakit dan proses berkabung. Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi
keuangan, terutama karena keluarga mulai merencanakan masa depan.

d. Konselor spiritual

Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak menghakimi,
mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna kehidupan. Sering juga
berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus sebagai sumber dukungan terkait tradisi
keagamaan, pengorganisasian ritual keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien
kanker. Sehingga konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir kehidupan.

e. Relawan

Peran relawan dalam tim perawatan paliatif akan bervariasi sesuai dengan pengaturan.
Di negara sumber daya rendah atau menengah, relawan dapat menyediakan sebagian
besar pelayanan untuk pasien. Relawan yang termasuk dalam rumah sakit dan tim
pelayanan paliatif membantu profesional kesehatan untuk memberikan kualitas hidup
yang optimal bagi pasien dan keluarga. Relawan datang dari semua sektor masyarakat,
dan sering menyediakan link antara institusi layanan kesehatan dan pasien. Memasukkan
relawan dalam tim pelayanan paliatif membawa dimensi dukungan masyarakat dan
keahlian masyarakat. Dengan pelatihan dan dukungan tepat, relawan dapat memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif,
atau bahkan bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu meningkatkan
kesadaran, memberikan pendidikan kesehatan, menghasilkan dana, membantu
rehabilitasi, atau bahkan memberikan beberapa jenis perawatan medis.

f. Apoteker

Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam pelayan
paliatif, sehingga apoteker memainkan peranan penting. Apoteker memastikan bahwa pasien
dan keluarga memiliki akses penting ke obat-obatan untuk pelayanan paliatif. Keahlian
apoteker juga dibutuhkan untuk mendukung tim kesehatan dengan memberikan informasi
mengenai dosis obat, interaksi obat, formulasi yang tepat, rute administrasi, dan alternatif
pendekatan.

Morfin dan obat-obatan lain yang sesuai diperlukan untuk pelayanan paliatif. Banyak
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, akses terhadap obat-obatan tidak hanya
dibatasi oleh kurangnya apoteker untuk mengeluarkan obat-obatan, tetapi juga oleh biaya
obat-obatan yang relatif tinggi sehingga sulit dijangkau bagi banyak pasien kanker. Untuk itu,
apoteker, bahkan mereka dengan keterampilan dasar yang cukup dan pelatihan yang terbatas
sangat penting untuk pelayanan paliatif.

g. Dukun

Peran obat tradisional dan dukun juga diakui. Di seluruh dunia, sekitar dua pertiga
dari pasien kanker meminta pertolongan berobat pada terapi komplementer atau alternatif.
Dalam banyak hal, dukun biasanya tidak menjadi anggota tim perawatan paliatif. Namun
demikian, harus ada ruang untuk sebuah wacana terbuka antara penyedia layanan kesehatan
dan dukun dengan maksud untuk mengkoordinasikan upaya-upaya mereka dalam mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarga mereka, yang sensitif dan menghormati, dengan
mempertimbangkan beragam budaya masyarakat dan individu.

2.4 Tempat perawatan paliatif

1)      Rumah Sakit (Hospice Hospital Care), Poliklinik, Rawat Singkat, Rawat Inap

2)      Rumah (Hospice Care)

3)      Hospis (Hospice Care)

4)      Praktek Bersama, Tim/Kelompok Perawatan Paliatif

Tempat untuk perawatan paliatif dapat dilakukan di :

1)      Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan


pengawasan ketat, tindakan khusus atau memerlukan peralatan khusus.

2)      Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.


3)      Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di
rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.

4)      Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,


tindakan atau peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh
anggota keluarga (Kemenkes RI, 2017)

Anda mungkin juga menyukai