Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL MICROTEACHING

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Mikro

Dosen Pengampu Dr. Badru Zaman, M.Pd.

oleh:

Dian Andriani (1404992)

PGSD 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
MICROTEACHING
(Latar belakang, definisi, tujuan dan manfaat)
oleh Dian Andriani (1404992)

Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikan seseorang dapat memperoleh manfaat yang besar yaitu menambah
pengetahuan, dapat membentuk sikap atau karakter seseorang menjadi lebih baik, dan
membawa kearah positif. Haryati (2014) mengungkapkan 5 alasan pentingnya
pendidikan yaitu dapat memberikan pengetahuan, menentukan karir atau pekerjaan,
membangun karakter, memberikan pencerahan dan untuk mencapai kemajuaan bangsa.
Melihat alasan pentingnya pendidikan, maka pendidikan harus diselenggarakan di
setiap negara, salah satunya adalah di Indonesia. Pendidikan yang dilaksanakan di
Indonesia menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka diperlukan guru atau tenaga pendidik yang profesional dan terampil dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk membentuk guru profesional dan terampil maka
diperlukan pembekalan dan pelatihan khusunya bagi calon pendidik, salah satunya
adalah dengan pembelajaran mikro atau microteaching. Microteaching merupakan
pembelajaran yang memfasilitasi seseorang untuk mengasah kemampuan mengajar.
Mengajar merupakan hal yang memuat banyak komponen yang harus dikuasai oleh
guru seperti murid, ruang kelas, media, sumber dan bahan ajar yang harus dikelola
sedemikian rupa untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Microteaching pertama kali dikenalkan oleh Dwight Allen di Stanford


University, USA, sebagai suatu program pelatihan untuk meningkatkan kualitas para
pendidik (Altuk dkk., 2012: hlm. 2964). Microteaching menurut Barnawi dan Arifin
(dalam Istiani, 2015) berasal dari dua kata yaitu micro (kecil, terbatas, sempit dan
sedikit) dan teaching (mengajar). Menurut Sukirman dan Kasmad (2006: hlm. 9)
microteaching adalah salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan
mengajar yang dilakukan secara mikro atau disederhanakan. Menurut Altuk dkk.(2012:
hlm. 2964) microteaching is a technique which is used to train student teachers in a
minimized and restricted or artificial teaching environment. Menurut Bagatur (2015:
hlm.771) microteaching is a prospective teacher’s teaching practice for a reduced
time and class size in front of his/her peers and the mentors, tutors or professors under
their supervision. Selain pengertian tersebut menurut Seidman (dalam Bagatur, 2015:
hlm.771) microteaching is the practice teaching and experience of the prospective
teachers, a “scaled-down of the real teaching and breaking up the practice into
component parts and choosing the most effective method”. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa microteaching adalah praktik mengajar yang
dilakukan oleh calon guru ataupun guru untuk mengasah keterampilan mengajar
dengan cara meringkas kegatan pembelajaran menjadi lebih sederhana baik dalam
segi waktu, siswa dan pembelajarannya.

Microteaching memiliki bebrapa tujuan, menurut Barnawi dan Arifin (dalam


Istiani, 2015) tujuan utama microteaching adalah untuk membekali dan/atau
meningkatkan kemampuan calon guru dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar
melalui pelatihan keterampilan mengajar. Menurut Sukirman dan Kasmad (2006: hlm.
19) tujuan microteaching adalah untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan
mengajar bagi calon guru maupun bagi para guru melalui proses latihan yang
diisederhanakan sesuai dengan karakteristik pembelajaran mikro. Adapun tujuan yang
lebih spesifiknya yaitu untuk melatih keterampilan dasar mengajar, memfasilitasi calon
guru agar memiliki kesiapan profesional, memfasilitasi setiap proses latihan secara
bagian demi bagian, agar mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan yang
dimiliknya, dan memperbaikai serta meningkatkan keterampilan yang perlu
ditingkatkan.

Manfaat yang dapat diperoleh dari microteaching menurut Barnawi dan Arifin
(dalam Istiani, 2015) yaitu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi pelaksana
program persiapan guru, menghemat waktu dan tenaga, melatih guru dengan sejumlah
keterampilan mengajar yang penting, melatih guru menyusun dan mempersiapkan
materi pelajaran, menyediakan waktu bagi guru yang berlatih untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihannya, memberikan kesempatan bagi guru untuk bertukar
peran dan mengidentifikasikan masalah-masalah pengajaran dari jarak dekat, dan
mengorelasikan antara teori dan aplikasi. Sedangkan Guney & Ersoy (dalam Kartal,
2012: hlm.2754) menyatakan bahwa microteaching method is benefited in many
countries to train teachers, microteaching prepares preservice teachers both for
teaching practices and teachership. Selain itu Erokten & Durkan (dalam Kartal, 2012:
hlm.2754) menyatakan bahwa the attitudes of the preservice teachers are again and
again analyzed through microteaching practices, and thus it gives a chance to discuss
and find out what the problems are, what causes them and what the solution is. Dan
Guney (dalam Kartal, 2012: hlm.2754) menyatakan In a more general sense, it is a
practical method which provides teaching skills as an outcome of which a chance for
analysis is created. Dapat disimpulkan bahwa secara umum manfaat dari
microteaching adalah sebagai wadah instrospeksi diri dan wadah untuk mengasah
keterampilan mengajar bagi guru atau calon guru untuk menemukan cara yang efektif
dalam pembelajaaran guna mencapai tujuan dari pendidikan.

Mengingat manfaat dari microteaching sangat luar biasa, maka para calon guru
maupun guru yang sudah terjun langsung kelapangan harus tetap melatih dan
mengasah kemampuan menagajarnya agar lebih proesional dan terampil sehingga
memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Daftar Pustaka:

Haryati, Heny. (2014). 5 Alasan Pentingnya Pendidikan [online]. Tersedia:


http://m.kompasiana.com/henyharyati/5-alasan-pentingnya
pendidikan_552e374c6ea834cb238b457d. [12 Februari 2017]
Istiani, Adinda. (2015). Resume Buku Microteaching [online]. Tersedia:
http://fiksiana.kompasiana.com/adindaistiani/resume-buku-
microteaching_55cf6529cd9273601190119c. [12 Februari 2017]
Sukirman, Dadang & Mamad Kasmad. (2006). Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI
PRESS.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional.
Bagatur, S. (2015). Dismayed or enchanted: ELT students’ perceptions towards
microteaching. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 199, hlm.770 – 776.
Altuk, Y. dkk. (2012). A study on developing “Microteaching scale” for student
teachers. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 46, hlm. 2964-296.
Kartal, T. dkk. (2012). Developing pedagogical content knowledge in preservice
science teachers through microteaching lesson study. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 46, hlm. 2753-2758.

Anda mungkin juga menyukai