Disusun:
Oleh
Agnes SriDwina
AyuAndina
YudaPermana
FAKULTAS TEKNIK
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas “REKAYASA IDE”. kami juga berterima
kasih kepada Ibu Dra.Yuspa Hanum, M.Pd dan Ibu Dra. Nila Handayani, M.Pd, yang sudah
memberikan bimbingannya.
Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga tugas REKAYASA IDE ini mengenai
LIMBAH semoga bisa bermanfaat dan bisamenambah pengetahuan serta wawasan bagi kami
sebagai mahasiswa.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang sarat dengan muatan Hak Azasi Manusia (HAM) termasuk salah satu syarat dalam
memenuhi tuntutan globalisasi dunia sehingga K3 perlu mendapat perhatian kita untuk lebih
dimasyarakatkan kepada seluruh dunia usaha dan unsur terkait lainnya. Pengembangan dan
peningkatan K3 di sector kesehatan perlu dilakukan dalam rangka menekan serendah mungkin
resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah). Hal tersebut perlu didukung dengan tenaga kerja yang kompeten. Oleh karena itu,
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau
aturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
1.2 Identifikasi
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan proses
limbah yang akan bisa digunakan kembali. Berdasarkan hal tersebut, penulisan dirumuskan
seperti dibawah ini.
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Bagaimana lingkungan kerja yang aman dan sehat?
3. Apa sifat dan peran K3?
4. Apa dampak dari limbah tersebut?
5. Darimana limbah itu berasal?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui arti dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Untuk mengetahui lingkungan kerja yang aman dan sehat
Untuk mengetahui peran K3
Untuk mengetahui dampak dari limbah
Untuk mengetahui hasil dari limbah yang sudah didaur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1 Keselamatan Kerja
Menurut Mondy dan Noe (2005:360) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan dan pendengaran. Menurut Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan
keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau
tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa risiko bahaya.
Pendapat Dessler (2007:278) tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman merupakan alasan utama
dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti:
a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.
b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan.
d. Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban.
e. Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup penerangan
f. Ventilasi yang tidak baik-pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara yang tidak murni.
Menurut Fathoni (2003:170) pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari
kecelakaaan antara lain mencakup tindakan:
a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja.
b. Melakukan pengawasan yang teratur.
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian, dan
d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan
menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong
plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik
per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon
ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar.
Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-
biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air,
laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas
dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak
penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated
biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT, sehingga kantong plastik sulit untuk
diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Keadaan plastik
yang seperti ini akan memberikan akibat antara lain:
Sebagai tambahan pemahaman, kami beberkan beberapa fakta yang berkaitan dengan sampah
plastik dan lingkungan:
kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway,
Lautan Pacifik;
sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik;
dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi terdapat
46,000 sampah plastik mengambang di lautan;
setiap tahun, plastik telah ’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-
ikan yang tak terhitung jumlahnya;
banyak penyu di kepulauan seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira ubur-ubur,
makanan yang disukainya.
Untuk menanggulangi sampah plastik beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi
proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan
sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila manusia menghirup dioksin ini manusia
akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis,
pembengkakan hati, dan gejala depresi.
2.4 Pemanfaatan Limbah Plastik
Limbah plastik yang umum ditemukan di tempat pembuangan sampah antara lain botol minuman
dan deterjen yang termasuk jenis PET, dan kantong plastik. Jumlah kantong plastik di TPA terus
menumpuk karena tidak terlalu diminati karena memiliki nilai jual yang rendah. Kantong-
kantong plastik ini tidak mudah terurai sehingga hanya akan terus menumpuk dan bertambah di
TPA sampai 1000 tahun ke depan. Oleh karena itu diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan
hanya mengurangi penggunaan kantong plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan
maka kantong plastik itu akan terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang menumpuk
di TPA dapat menjadi peluang sumber daya jika diolah dengan benar.
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin
dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku
impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun
daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga
umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat
cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali,
terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang
seringkali terjadi di kota-kota besar.
2.5 Pengolahan Limbah Plastik
Plastik merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi
plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan
plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik banyak digunakan karena memiliki
kelebihan dalam sifatnya yang ringan, transparan, tahan air, serta harganya relatif murah dan
terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Segala keunggulan ini membuat plastik digemari dan banyak digunakan dalam hampir setiap
aspek kehidupan manusia. Akibatnya jumlah produk plastik yang akan menjadi sampah pun
terus bertambah. Limbah plastik yang umum ditemukan di tempat pembuangan sampah antara
lain botol minuman dan deterjen yang termasuk jenis PET, dan kantong plastik. Jumlah kantong
plastik di TPA terus menumpuk karena tidak terlalu diminati karena memiliki nilai jual yang
rendah. Kantong-kantong plastik ini tidak mudah terurai sehingga hanya akan terus menumpuk
dan bertambah di TPA sampai 1000 tahun ke depan.
Oleh karena itu diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi penggunaan
kantong plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka kantong plastik itu akan
terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang menumpuk di TPA dapat menjadi
peluang dan jika diolah dengan benar dapat menjadi sumber daya. Pengembangan proses
pengolahan kantong plastik dilakukan melaui eksperimentasi untuk membuka peluang
pemanfaatan kantong plastik dengan penerapan teknologi sederhana, murah, dan nyata.
Eksperimen juga mencakup eksplorasi sifat dan karakteristik kantong plastik yang unik untuk
diaplikasikan menjadi produk bernilai tinggi sehingga dapat menaikkan nilai dari limbah kantong
plastik.
Beberapa cara pengolahan limbah plastik secara umum, yaitu sebagai berikut :
2.6 DaurUlang
Daur ulang merupakan proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi
polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /
material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Pemanfaatan limbah plastik
dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri.”Secara umum terdapat empat
persyaratan agar suatu sampah plastic dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus
homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu
pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Beberapa bentuk hasil daur ulang dari sampah plastik, dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar II hasil olahan limbah dari botol plastik yang tidak digunakan kembali
2.7 Ininerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunkana
sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik menggunakan batu
bara yang dicampur dengan beberapa persen ban bekas. Akan tetapi, pembakaran sebenarnya
menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC
menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam
yang sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat incinerator
cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun
pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus
dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara.
Meskipun selama ini belum pernah ada pengaduan atau keluhan mengenai gangguan kesehatan
akibat penggunaan kantung “kresek” sebagai wadah makanan, namun kita perlu berhati-hati.
Kalau mau mewadahi makanan siap santap dengan plastik kresek sebaiknya dilapisi dulu dengan
bahan yang aman seperti daun atau kertas.
Selain plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan
“styrofoam” juga berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan.
Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang
berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun bila residunya
kecil tidak berbahaya.
HDPE (high density polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol
susu yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling
sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-
botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor
dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati
dan berat badan.
LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat
makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di daur ulang
dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang
tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik
terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik botol ini transparan
yang tidak jernih atau berawan.
PS (polystyrene) berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat makan
styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine
ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak
dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah
melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
Other (biasanya polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon.
Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat dari
polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) yang dilabeli terkadang juga dilabeli dengan gambar
gelas dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.
Sayangnya masih banyak barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama
barang plastik buatan lokal. Pemerintah Indonesia sendiri baru berencana untuk mewajibkan
produsen kemasan makanan melakukan penandaaan atau memberi label. Rencana ini mulai
diterapkan bulan November mendatang.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat buruk dan sebagian besar dalam
kondisi yang kritis.penurunan kualitas lingkungan dapat kita jumpai di berbagai belahan bumi,terutama di
tempat-tempat dimana eksploitasi sumberdaya alam sudah tidak mengindahkan kelestarian lingkungan
dan pengelolaan yang tidak bertanggung jawab.
Masalah degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi sumberdaya yang berlebihan dan
masalah ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya alam bagi manusia yang ada di planet bumi merupakan
persoalan-persoalan yang menjadi perhatian dari ilmu geologi khususnya geologi lingkungan.
B. SARAN
Dari beberapa inti penjelasan uraian materi tersebut bahwasanya masyarakat harus mampu memilah dan
memilih mana limbah yang masih dapat digunakan kembali agar dapat berdaya guna dan memiliki nilai
ekonomis,yang paling utama adalah lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai setinggi mungkin. penulis mengajak kita semua, mari mulai dari sekarang
tanamkan perilaku hidup sehat,kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi B. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo; 1995.
Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Bandung: Sagung Seto;
2014.
Djabu, U. 2001. Pedoman Bidang Studi Pembangunan Tinja dan Air Limbah pada
Institusi Pendidikan Sanitasi Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI Pusat
Pendidikan tenaga Kerja Kesehatan
Anwar, A. 2004. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sumber Wijaya.