Anda di halaman 1dari 97

GAYA KEPEMIMPINAN KH.

IKHSANUDIN RISKAM
DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN
MIFTAHUL IHSAN AL BANJARY
(Studi Deskriptif di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al-Banjary Jln.
Dr.Husein Kartasasmita, Situbatu, Kota Banjar)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Tugas Akhir semester


Pada Jurusan Manajemen Dakwah

oleh
Astri Sulastri
1174030027

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021 M / 1442 H

i
GAYA KEPEMIMPINAN KH.IKSANUDIN RISKAM
DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN
MIFTAHUL IHSAN ALBANJARY
(Studi Deskriptif di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al-Banjary Jln.
Dr.Husein Kartasasmita, Situbatu, Kota Banjar)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh:

Astri Sulastri
1174030027

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021 M / 1442 H

ii
ABSTRAK
Astri Sulastri : Gaya Kepemimpinan KH.Ikhsanudin Riskam dalam
Mengembangkan Pondok Pesantren Albanjary (Studi Deskriptif di Yayasan
Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al-Banjary Jln. Dr.Husein Kartasasmita,
Situbatu, Kota Banjar ).

Gaya kepemimpinan merupakan suatu kajian yang berpengaruh besar


terhadap sebuah organisasi maupun kelompok, sehingga sangat penting untuk
dikaji lebih mendalam dan gaya kepemimpinan juga bisa dikatakan sebagai kunci
dari kemajuan dan kemunduran sebuah lembaga. Oleh karena itu, setiap
pemimpin baik itu lembaga pendidikan islam maupun lembaga pendidikan umum
sangat penting dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang baik. Salah satu
kepemimpinan yang dapat dipelajarai adalah bagaimana cara menerapkan gaya
kepemimpinan dalam megebangkan Pondok Pesantren. Gaya kepemimpinan
merupakan hal pokok yang dapat dilaksanakan dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan sebuah lembaga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dari segi pola perilaku, motivasi
diri dan pola komunikasi KH.Ikhsanudi Riskam dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberikan penjelasan tentang gaya
kepemimpinan KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Miftahul Ikhsan Albanjary.Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian
kualitatif. Data yang diperoleh melalui observasi secara langsung, wawancara
kepada elemen-elemen Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary, Masyarakat
dan Jemaah KBIHU Al Ikhsan Situbatu Kota Banjar.
Hasil dari penelitian ini menunjukan gaya kepemimpinan yang diterapkan
oleh KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul
Ikhsan Albanjary dengan waktu yang singkat, yaitu dari tahun 2015 adalah gaya
kepemimpinan autokratis,partisipatif atau demokratis, birokratis, dan kharismatik.
Adapun pengembangan yang berhasil beliau lakukan yaitu dari segi pebangunan
atau infrastruktur sarana dan prasarana, dewan murobi, tenaga pengajar, dan
santri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan gaya
kepemimpinan autokratis, pasrtisipatif, birokratis dan kharismatikKH,Ikhsanudin
Riskam dapat dikatakan telah berhasil dalam mengembangkan lembaga Yayasan
Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary.

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Pengembangan, Pondok Pesantren

iii
GAYA KEPEMIMPINAN KH.IKSANUDIN RISKAM
DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN
MIFTAHUL IHSAN ALBANJARY
(Studi Deskriptif di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al-Banjary Jln.
Dr.Husein Kartasasmita, Situbatu, Kota Banjar)

HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:

Astri Sulastri
NIM: 1174030027

PERSETUJUAN
Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Yusuf Zainal Abidin, MM. Ratna Dewi, M.Ag.


NIP. 195306161982031003 NIP. 197901062007102004

Mengetahui:

Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Arif Rahman, S.Ag., M.Pd


NIP. 197011202006041008

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Astri Sulastri

Tempat dan tanggal lahir : Banjar, 22 Mei 1999

Nomor induk mahasiswa : 1174030027

Jurusan/prodi : Manajemen Dakwah

Alamat lengkap : Jl.Dr. Husein Kartasasmita, RT/RW 001/001,

Dusun Cipariuk, Desa Neglasari, Kec./Kota Banjar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Gaya Kepemimpinan KH.
Ikhsanudin Riskam Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan
Albanjary(Studi Deskriptif di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al-
Banjary Jln. Dr.Husein Kartasasmita, Situbatu, Kota Banjar)” adalah asli katya
tulis ilmiah sendiri dan bukan hasil salinan dari karya tulis ilmiah (skripsi) orang
lain.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun. Apabila pernyataan ini tidak benar saya siap menerima segala
konsekuensi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 21 Desember 2020


Pembuat Pernyataan

Astri Sulastri
NIM: 1174030027

v
MOTO HIDUP

Sesungguhnya Bersama Kesulitan ada Kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 6)

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya” (Q.S An Najm :39)

“Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan

datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut sampai ia

mengeluarkan kesulitan tadi” (H.R. Al-Hakim)

“ATASI KETAKUTANMU DAN KAMU AKAN MENAKLUKAN DUNIA”

vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan

rahmat-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

yang di harapkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna

dan banyak kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun tata bahasa yang

digunakan. Untuk itu, besar harapan penulis untuk memberikan saran dan kritik

yang membangun agar membuat skripsi penulis menjadi lebih baik dan sempurna.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan

skripsi ini, terutama kepada:

1. Terimakasih kepada Allah SWT, yang memberikan kenikmatan, kesehatan

dan kelancaran sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Teruntuk orang tua yang penulis sayangi, terimakasih atas do’a, pengorbanan

dan dukungan yang tidak pernah habis, terimakasih Ayahanda D.Sutarana dan

Ibunda Supriatin yang selalu memberi semangat, material, dan doa kepada

penulis.

3. Teruntuk Keluarga tercinta, yang selalu memberikan motivasi dan semangat

pada penulis terkhusus Nenek (Suhaerah, Karsih dan Sugih) Kakek (Tarja dan

Jumadalillah), Dedy Sutrisno, Rina Andriani, Tina Rasvati, Nanan Sunajar,

Ukasih, Lusy Lestary sebagai adik tercinta terimakasih atas do’a dan

pengorbanan selama penulis menyusun skripsi ini.

vii
4. Dr. H. Yusuf Zainal Abidin, M.Ag. sebagai pembimbing I dan Ratna Dewi,

M.Ag. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

menyisihkan waktu luangnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Arif Rahman, S.Ag.,M.Pd sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

6. Bapak Herman, S.Sos.I, M.Ag. sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

7. Seluruh Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Staf pengajar Jurusan

Manajemen Dakwah UIN Sunan Gunung Djti Bandung yang telah mendidik

dan memberikan pengajaran untuk menambah pengetahuan penulis tentang

Ilmu Manajemen Dakwah selama kuliah.

8. Rektor UIN Sunan Gunung Djti Bandung beserta seluruh staf yang bertugas

menjalankan akademika kampus selama perkuliahan berlangsung.

9. H. Aep Kusnawan dan Dr. Cucu Setiawan, S.Psi.I., M.Ag. Sebagai mentor

terbaik selama penyusunan skripsi ini.

10. Egidya Safitri, S. Sos, Kia Nurmiati, S.Hum, Ajeng Sampun, S.Sos yang

selalu memberikan semangat, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat selesai.

11. Terimakasih KH. Ikhsanudin Riskam, Ust. Asep Saepul Milah, S.Pd.I,

Mohammad Milqi Qolbani, S.H., Mega, S.Pd, Yusep Nurdin, S.Pd.I, Agam

Akhyarunnas, santri dan alumni santri yang selalu memberikan ilmu dan

wawasannya untuk penyusunan skripsi ini.

viii
12. Arinda Wati Lestari, Devi Fitriani, Lala Siti Shaleha, Alvi Alvani Riza Fauzi

yang selalu menemani penulis, menjadi pendorong bagi penulis untuk selalu

semangat dalam menyusun setiap kata ini menjadi sebuah kalimat.

13. Rega Abdu Kholik sebagai inspirator sekaligus mentor terbaik bagi penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan yang selalu kompak, Asri Syafitri, Elda

Fitria,Ceuceu Sobariah, Cintia dan teman-teman lainya yang tidak dapat saya

tulis satu persatu.

Akhir kata semoga kebaikan, dorongan dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang

setimpal dan selalu diberkahi segala usaha yang telah dilakukannya.

Dengan segala kerendahan hati, mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bermanfaat bagi

pembaca.

Bandung, 21 Desember 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iii


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. v
MOTO HIDUP ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 4
E. Landasan Pemikiran ..................................................................................... 5
1. Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................................. 5
2. Landasan Teori ....................................................................................... 6
F. Langkah-Langkah Penelitian ..................................................................... 11
1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 11
2. Metode Penelitian ................................................................................. 12
3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................. 12
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 13
5. Teknik Analisis Data ............................................................................ 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEPEMIMPINAN, KIAI,
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN ................................................ 16
A. Konsep Dasar Kemimpinan ....................................................................... 16
1. Pengertian Kepemimpinan dan Teori Kepemimpinan ......................... 16
2. Gaya Kepemimpinan ............................................................................ 23

x
3. Pola Perilaku Kepemimpinan ............................................................... 29
4. Motivasi Kepemimpinan ...................................................................... 34
B. KIAI ........................................................................................................... 44
1. Pengertian Kiai ..................................................................................... 44
2. Ciri-Ciri Kiai ........................................................................................ 44
C. PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN ........................................ 45
1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren ..................... 46
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren .............. 48
BAB III ANALISIS EMPIRIS GAYA KEPEMIMPINAN
KH. IKHSANUDIN RISKAM DALAM MENGEMBANGKAN
PONDOK PESANTREN MIFTAHUL IHSAN ALBANJARY ...................... 49
A. Kondisi Objektif Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary... 49
1. Letak Geografis Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary
.............................................................................................................. 49
2. Sejarah Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan
Albanjary .............................................................................................. 50
3. Visi Misi Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary ........................ 51
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren ................................................. 51
5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren .............................................. 52
B. Biografi KH.Ikhsanudin Riskam................................................................ 58
C. Pola Perilaku Kepemimpina KH. Ikhsanudin Riskam di Pondok Pesantren
Miftahul Ihsan Albanjary .......................................................................... 60
D. Motivasi Kepemimpinan KH.Ikhsanudin Riskam dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary ............................................ 64
E. Pola Komunikasi KH.Ikhsanudin Riskam ................................................. 68
F. Hasil Analisis Gaya Kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam dalam
Mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary ................ 72
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 78
A. Simpulan .................................................................................................... 78
B. Saran ........................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Tenaga Pendidik Yayasan Miftahul Ikhsan Albanjary ........................ 56

Tabel 3. 2 Perlengkapan Kegiatan Administrasi Yayasan Pondok Pesantren

Miftaul Ikhsan Albanjary ............................................................................... 57

Tabel 3. 3 Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar Yayasan Pondok Pesantren

Miftahul Ikhsan Albanjary ............................................................................. 57

Tabel 3. 4 Bangunan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary ..... 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 11

xii
Gambar 2. 1 Perubahan Perilaku Manusia ............................................................ 32
Gambar 2. 2 Teori Kebutuan Maslow ................................................................... 36
Gambar 2. 3 Proses Motivasi Individu .................................................................. 38
Gambar 2. 4 Bentuk Dasar Motivasi ..................................................................... 38
Gambar 2. 5 Unsur Komunikasi ........................................................................... 42

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan


Albanjary........................................................................................................ 52
Gambar 3. 2 Masjid Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary ..................... 53
Gambar 3. 3 Madrasah Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary ................. 54
Gambar 3. 4 Asrama Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary .................... 54
Gambar 3. 5 Kantor Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary ..................... 55
Gambar 3. 6 Aula PondoPesantren ....................................................................... 55

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap Astri Sulastri

xiii
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir Banjar, 22 Mei 1999
Status Belum Menikah
Alamat RT 001/ RW 001 Dusun Cipariuk Desa Neglasari
Kecamatan Banjar Kota Banjar
No. Telp. 085862715344
E-mail astrisulastri758@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2006-2011 SDN 1 SITUBATU


2011-2014 SMPN 3 BANJAR
2014-2017 SMKN 1 BANJAR Jurusan Administrasi Perkantoran
2017-2021 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Manajemen Dakwah (S1).

PENDIDIKAN FORMAL

2017-2019 Ma’had Aljamiah UIN Sunan Guung Djati Bandung

xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki alat penggerak untuk lebih bermasyarakat,

mendorong diri dekat antara satu dengan yang lain, baik itu yang bersifat formal,

informal, kelompok besar maupun kelompok kecil, dari keharusan bermasyarakat

ini sangat diperlukan adanya pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan

merupakan suatu kajian yang berpengaruh besar terhadap sebuah organisasi

maupun kelompok, sehingga sangat penting untuk dikaji lebih mendalam

maengenai gaya yang diterapkan pemimpin. Gaya kepemimpinan sangat erat

kaitannya dengan manajemen termasuk gaya kepemimpinan yang diterapkan pada

Pondok Pesantren sehingga sangat erat dengan Manajemen Dakwah. Seorang

pemimpin dapat dikatakan berhasil apabila sebuah perencanaan tercapai dengan

baik, dan hal ini tidak lepas dari perilaku ataupun gaya yang diterapkan. Salah

satu lembaga dakwah yang membutuhkan gaya kepemimpinan corak masa kini

adalah Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam dan pengajaran yang

pada saat ini sangat berkembang pesat, tentunya sangat membutuhkan seorang

pemimpin yang dituntut memiliki kejelian dalam pengambilan keputusan untuk

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Disamping itu seorang

pemimpin juga dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual yang tidak

diragukan, baik itu yang bersifat umum maupun dalam bidang keagaamaan.

Sebagaimana dalam penelitian yang dituliskan oleh Yudi Trisno Wibowo dengan

1
judul Gaya Kepemimpinan Kiai Yusuf Dalam Pengembangan Pondok Pesantren

Assalafi Al-Aafiyy’ah Waylaga Sukabumi Kota Bandar Lampung bahwa gaya

kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan paternalistik,

Kharismatik dan Demokratis, adapun keberhasilan dari gaya yang diterapkan oleh

Kiai Yusuf adalah segala bentuk program yang direncanakan dapat terrealisasi

dengan baik. Dalam hal ini figur kiai dengan gaya kepemimpinan yang

diterapkan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan Pondok Pesantren. Ada

beberapa Pondok pesantren di Kota Banjar salah satunya adalah Pondok pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary yang terletak di Dusun Cisauheun, Desa Situbatu,

Kecamatan Banjar, Kota Banjar. Pondok pesntren ini merupakan sebuah lembaga

pendidikan yang didirikan oleh KH. Ikhsanudin Riskam.

Pondok pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary sangat berperan penting dalam

mencetak kader-kader dakwah khususnya di Kota Banjar. Pondok Pesantren ini

berdiri pada tahun 2015, akan tetapi dalam waktu yang singkat, KH. Ikhsanudin

Riskam mampu mengembangkan pondok pesntren dengan mendirikan berbagai

lembaga yaitu SMPIT Miftahul Ihsan, SMK Miftahul Ihsan, maupun DTA/

WUSHTO Miftahul Ihsan. Jumlah santri dan santriah saat ini kurang lebih 500

orang, adapun metode pembelajaran yang diterapkan oleh KH. Ikhsanudin

Riskam dalam mendidik para santri yaitu Boarding School, peserta didik bukan

hanya mempelajari mengenai keagamaan saja namun dituntut untuk Adaptif,

Normatif, dan Produktif. Dalam kegiatan sosial dengan masyarakat juga berjalan

dengan baik, Masjid pondok pestren Miftahul Ihsan Al Banjary yang dipimpin

langsung oleh KH. Ihsanudin Riskam sering digunakan untuk pengajian, salah

2
satu contohnya adalah kegiatan Khotmil Qur’an yang diselenggarakan oleh MUI

Kecamatan Banjar. Jika melihat fenomena saat ini, tidak semua pondok pesantren

dapat berkembang pesat dan juga mampu mendirikan berbagai lembaga dalam

waktu yang singkat, namun KH. Ihksanudin Riskam mampu mengembangkan

pondok pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary dengan baik, sehingga pondok

pesantren tersebut harum mewangi di Kota Banjar.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian

secara mendalam mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary Situbatu, Kota Banjar, dalam

mengembangkan Pondok Pesantren. Kepemimpinan dan Pondok Pesantren

merupakan salah satu ranah di Jurusan Manajemen Dakwah, dengan judul Gaya

Kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka masalah yang akan

diteliti dalam proses pembuatan skripsi ini dirumuskan dalam bentuk judul “Gaya

Kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam Dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary”, selanjutnya untuk mempermudah

analisis pokok pembahasan tersebut dirincikan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana pola perilaku yang diterapkan KH.Ikhsanudin Riskam dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary?

3
2. Bagaimana motivasi KH. Ikhsanudin Riskam dalam menerapkan gaya

kepemimpinan untuk mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary?

3. Bagaimana pola komunikasi yang diterapkanoleh KH.Ikhsanudin Riskam

dalam mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola perilaku yang diterapkan oleh

KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary.

2. Untuk mengetahui motivasi KH. Ikhsanudin Riskam dalam menerapkan

gaya kepemimpinan mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary.

3. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang diterapkan oleh

KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan

pengetahuan ilmiah juga dapat digunakan untuk informasi atau masukan

mengenai gaya kepemimpinan kiai dalam mengembangkan Pondok

Pesantren.

4
2. Secara Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan model dalam

penerapan gaya kepemimpinan sehingga bisa memberika solusi terhadap

kekurangan-kekurangan dalam mengembangkan Pondok Pesantren, juga

diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk telaah dalam pengembangan

Pondok Pesantren.

E. Landasan Pemikiran

1. Hasil Penelitian Sebelumnya

Untuk menghindari kesamaan penulisan dan plagiatisme, maka berikut

ini penulis menyampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya:

a. Deden Mukhlis, 2015 “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kyai

Terhadap Sikap Kemandirian Santri (Studi Kasus di Pondok

Pesantren Parungpanjang-Bogor)”

Berdasarkan hasil penelitian ini, gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh kiai di Pondok Pesantren Parungpanjang adalah gaya

kharismatis dan demokratis. Hal ini dapat dilihat dari kewibawaan

juga charisma dari kiai tersebut. Gaya kepemimpinan kyai di Pondok

Pesantren ini juga memiliki kolerasi yang sangat kuat terhadap

pembentukan sikap kemandirian santri.

b. Suko Rina Adibatunabillah, 2018 “Gaya Kepemimpinan Kiai di

Pesantren (Studi kasus di Pondok Pesantren As-Salamiyyah

Nogotorto Gamping Sleman)”

5
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan KH. Salimi Mamba’ul Ulum di Pondok Pesantren

As-Salimiyyah Gamping Sleman adalah gaya kepemimpinan

kharismatik, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya

kepemimpinan otoriter. Secara kualitas keilmuan Pondok Pesantren

As-Salimiyyah sangat baik, dibuktikan dengan para alumniyang

kembali kedaerah masing-masing memiliki santri atau jama’ah

pengajian.

c. Yudi Trisno Wibowo, 2018 “Gaya Kepemimpinan Kyai Yusuf

Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al-Aafiyy’ah Waylaga

Sukabumi Bandar Lampug”

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan yang diterapkan oleh Kiai Yusuf adalah gaya

kepemimpina paternalistik, gaya kepemimpinan demokratis, gaya

kepemimpinan kendali bebas serta gaya kepemimpinan kharismatik.

Adapun kepemimpinannya di tandai dengan pengembangan

menggunakan pendekatan pengambilan keputusan, sehingga mampu

mengembangkan Pondok Pesantren tersebut.

2. Landasan Teori

a. Kepemimpinan

Pemimpin berasal dari kata asing yaitu leader, Kartono mengatakan

bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempunyai superioritas,

sehingga memiliki kewibawaan dalam diri pemimpin untuk menggerakan

6
orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah orang yang

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah

organisasi atau kelompok (Miftah Thoha, 1983:255).

Menurut John C. Maxwell (1967), pemimpin adalah pengaruh.

Dalam organisasi pemimpin dikategorikan menjadi dua:

1. Pemimpin formal yaitu pemimpin yang diangkat secara resmi

dalam jabatan struktural organisasi

2. Pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak diangkat secara

tidak resmi dalam kekuasaanya bersumber dari pribadi sesuai

dengan kualiatas dan keunggulan (Iskandar Putong, 2015: 17).

Adapun proses yang dilakukan oleh seorang pemimpin adalah

kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang mempunyai

peranan penting dalam suatu organisasi, karena dengan kepemimpinan

yang baik seorang pemimpin akan mampu menggerakan jalannya sebuah

organisasi, baik buruknya sebuah organisasi tergantung pemimpin.

Sebagaimana Allah SWT dalam Al’qur’an surah shaad ayat 26:

ِّ ‫اسُ بِ ْال َح‬


ُ ُ‫قُ َو‬ ِ َّ ‫ضُ فَاحْ ُك ْنُ بَي َْهُ الى‬ َ ‫يَا َدا ُو ُدُ إِوَّا َج َع ْلىَا‬
ِ ْ‫كُ َخ لِيفَةُ فِي األر‬

َ ُّ‫ضل‬
ُ‫ىنُ َع ْهُ َسبِي ِل‬ َ ‫ّللاُِ إِ َّنُ ال َّ ِذ‬
ِ َ‫يهُ ي‬ َّ ُ‫كُ َع ْهُ َسبِي ِل‬ ِ ُ ‫ال تَتَّبِعُِ ْالهَ َىي فَي‬
َ َّ‫ضل‬

ِ ‫ّللاُِ لَه ُ ْنُ َع َذابُ َش ِديدُ بِ َماُوَسُىا يَ ْى َمُ ْال ِح َسا‬


ُ‫ب‬ َّ

Artinya :

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di


muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan
adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan

7
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan” (Shaad:26).

Menurut Irham Fahmi, kepemimpinan adalah ilmu yang mengkaji

tentang mengarahkan, mempengaruhi, dan mengwasi orang lain untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan arahan dari pemimpin untuk mencapai

tujuan bersama (Irfan Fahmi, 2013:13), sedangkan menurut George R.

Terry Kepemimpinan adalah suatu aktivitas mempengaruhi orang lain

secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan.

Kepemimpinan terjadi dalam sebuah kelompok, ataupun lembaga, baik

dalam lembaga islam, maupun lembaga pemerintahan , dari beberapa

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan

suatu proses mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi, mengawasi

bawahan guna mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin harus

mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang baik (Miftah Toha,

2013:5).

Gaya kepemimpinan menurut Rivai adalah pola menyeluruh yang

dilakukan oleh seorang pemimpin baik secara nyata ataupun tidak oleh

bawahannya dan merupakan sebuah gambaran mengenai keterampilan,

sifat maupun sikap yang mendasari seorang pemimpin terhadap yang

dipimpinnya (Marsam 2020: 10). Syamsuddin Rs dalam bukunya

memperjelas dengan teori perilaku kepemimpinan yaitu lebih

menekankan pada model atau gaya yang dijalankan oleh seorang

pemimpin terhadap bawahannya(Syamsuddin, 2014:14) Pakar psikologi

8
memperjelas mengenai perilaku yaitu kegiatan individu yang saling

mengamati satu sama lain mengenai pengalaman yang

dilakukan(Pasolong, 2015:71). Gambaran mengenai sikap dan sifat

seorang pemimpin sangat disorong oleh pola komunikasi yang dilakukan

seorang pemimpin sebagaimana yang dikemukakan oleh Bahri Djamarah

bahwa pola komunikasi merupakan pola hubungan antara individu

dengan indvidu ataupun individu dengan kelompok dalam pengiriman

dan penerimaan informasi yang tepat (Syaiful Bahri, 2004: 11). Pendapat

lain memperjelas terdapat lima pola komunikasi diantaranya: (1) pola

roda, (2) pola rantai, (3) pola Y, (4) pola lingkaran, (5) pola bintang

( Jalaludin Rakhmat, 2001:162).

Selanjutnya Miftah Toha mengemukakan gaya kepemimipin adalah

kemampuan untuk mempengaruhi, membimbing dan memotivasi untuk

mencapai tujuan bersama (Miftah Toha, 1995). Teori ini diperkuat oleh

Rivai mengenai motivasi yaitu sikap individu yang berkaitan dengan

nilai-nilai untuk mendorong dan mempengaruhi individu dalam mencapai

tujuan (Rivai, 2018:607).

b. Kiai

Kiai merupakan orang mempunyai ilmu agama islam yang sangat

berperan penting pada lembaga pondok pesantren, menurut Akhyar kiai

merupakan tokoh sentral pada pondok pesantren sehingga maju

mundurnya sebuah lembaga tergantung dari wibawa dan kharisma kiai.

Pendapat Mustofha memperkuat mengenai kiai yaitu orang yang

9
mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT serta mampu

menghayati ayat-ayat Allah(Lubis, 2007:169). Munawar Fuad

mengemukakan lima ciri dari seorang kiai, (1) tekun beribadah, (2)

Mengambdikan seluruh ilmunya dijalan Allah SWT, (3) Memiliki ilmu

untuk akhirat, bukan hanya ilmu di dunia, (4) Mengerti terhadap kondisi

lingkungan, dan kemaslahatan masyarakat, (5) Zuhud.

c. Pengembangan

Pengembangan merupakan proses peningkatan pengetahuan,

keterampilan keahlian untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.

Sedangkan pengembangan sumber daya manusia adalah kegiatan yang

mencakup pelatihan, pembinaan pengembangan karir, dan bimbingan

(Lilis Sulastri, 2010:3). Pendapat lain memperkuat mengenai

pengembangan yaitu suatu usaha dalam meningkatkan kemampuan

secara teknis, teoritis, konspetual, dan moral sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan karyawan atau bawahan (Malayu S.P Hasibuan,2007:69).

d. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren secara bahasa berasal dari Bahasa arab yang

berarti asrama dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138).

Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan

berbasis moderen atau tradisional yang para siswa atau siswinya tinggal

bersama dan belajar dibawah bimbingan kiai , siswa dan siswi yang

tinggal di pondok pesantren dikenal dengan sebutan santri. Berdasarkan

10
uraiaan di atas, maka landasan pemikiran penelitian dapat di lihat

dibagan dibawah ini:

Pola Perilaku

Gaya Pengembangan
Motivasi Pondok
Kepemimpinan
Pesantren

Pola Komunikasi

Gambar 1. 1 Kerangka Konseptual

F. Langkah-Langkah Penelitian

Prosess penelitian biasanya terdiri dari penempatan lokasi, metode, cara

pengumpulan data yang digunakan, dan lain sebagainya.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary,

Jln. Dr. Husein Kartasasmita, Nomor 16, RT 021/RW 007, Dusun Cisauheun,

Desa Situbatu, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Kode Pos 46311,Telepon

(0265) 745424, e-mail: miftahulihsanalbanjary@gmail.com. Dengan alasan

yaitu kepemimpinan yang diterapkan pada pondok pesantren ini sangat

penting untuk dibahas karena Fberkaitan dengan perkembangan pondok

pesantren, maka dari itu sangat dibutuhkan data dari lokasi yang diteliti.

11
2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mengeksplorasi

keadaan sosial yang akan diteliti secara keseluruhan dengan tujuan untuk

menggambarkan dengan sistematis (menyeluruh, luas dan mendalam) (Dewi

Sadiah,2015:4).

Dengan metode ini bermaksud untuk menafsirkan suatu rumusan

masalah secara faktual mengenai Kepemimpinan yang diterapkan dalam

mengembangkan Pondok Pesantren.

3. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah kualitatif, jawaban merupakan

pertanyaan dari penelitian yang disajikan, kemudian data disinkronkan

dengan beberapa pertanyaan:

1. Data tentang pola perilaku KH. Ikhsanudin Riskam dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary.

2. Data tentang motivasi KH.Ikhsanudin Riskam dalam

menerapkan gaya kepemimpinan di Pondok Pesantren Mifahul

Ikhan Al Banjary.

3. Data tentang pola komunikasi KH. Ikhsanudin Riskam dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al Banjary.

b. Sumber Data

Penelitian ini memiliki sumber data yang terdiri dari dua hasil

pengumpulan sumber data primer dan sekunder yaitu sebagai berikut:

12
1. Sumber data Primer

Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi,

wawancara dengan pimpinan pondok pesantren Miftahul Ihsan Al

Banjary dan pengamatan langsung oleh peneliti dari lokasi yang

dijadikan objek penelitian yaitu pondok pesantren Miftahul Ihsan Al

Banjary.

2. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari beberapa buku-buku,

dokumen hasil lapangan, catatan, dan agenda yang relavan dengan

penelitian yang dilakakukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang berupa data primer dari gaya

kepemimpina KH Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok

Pesantren melalui observasi dan wawancara yang meluas dan interaktif. Dan

data yang bersifat sekunder seperti teori dan pendapat-pendapat, hasil

penelitian buku dan catatan-catatan studi dokumentasi dan internet.

Proses penelitian ini dilakukan langkah-langkah penelitian sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

penelitian pada suatu objek baik secara langsung maupun tidak langsung.

Cara ini digunakan agar mempermudah serta mengetahui lebih jelas

kondisi objektif yang sebenarnya di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

13
Albanjary, Desa Situbatu, Kecamatan Banjar, Kota Banjar mengenai

gaya kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam, selaku ketua Yayasan

Miftahul Ikhsan Albanjary dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary. Observasi ditujukan kepada ketua pimpinan

yayasan dan pengurus pondok pesantren Miftahul Ihsan Albanjary,

dengan memperhatikan kegiatan keseharian yang dilakukan oleh

pimpinan.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

langsung kepada sumberdaya. Adapun yang dibahas mulai dari sejarah,

tujuan, visi-misi dan program-program yang ada di pondok pesantren dan

mengenai kebutuhan yang diajukan oleh peneliti.Untuk mendapatkan

informasi, penulis juga bertanya pada beberapa pengurus Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary diharapkan agar dapat menjawab

pertanyaan dengan jelas dan lengkap.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan

dengan mecari landasan teori melalui buku-buku dan dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Langkah ini

dilakukan untuk menguji validitas penelitian berdasarkan hasil observasi

wawancara terhadap data informasi yang telah diperoleh, hal ini

dilakukan agar memperoleh data teoritis dan dokumen yang mendukung

bagaimana mengembangkan pondok pesantren yang baik sehingga

14
mendorong kegiatan-kegiatan yang ada pada pondok pesantren dapat

berjalan dengan efektif dan efisien.

5. Teknik Analisis Data

Sebelum data terkumpul, data harus dianalisis terlebih dahulu. Analisis

data ini merupakan teknik menggolongkan data ke bentuk kategori agar dapat

ditemukan tema. Maka dari itu analisis data yang dilakukan dalam penelitian

ini memakai analisis data kualitatif.

Teknik analisis data diawali dengan memahami semua data dari hasil

observasi dan wawancara.

Langkah berikutnya yaitu menyusun ke dalam satuan-satuan, setelah itu

digolongkan pada tahap selanjutnya. Analisis data dari tahapan akhir ini

adalah melakukan pemeriksaan kesahan data serta menarik kesimpulanya.

a. Mengumpulkan data, data tersebut adalah data mengenai gaya

kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan

Pondok Pesantren yang di terapkan pada Pondok Pesantren Miftahul

Ihsan Albanjary melalui pola karakter dan motivasi yang diterapkan.

b. Menafsirkan data yang telah diklarifikasi berdasarkan kerangka

pemikiran, yaitu tentang penentuan pola perilaku, motivasi, dalam

mengembangkan pondok pesantren Miftahul Ihsan Albanjary.

c. Kesimpulan dan pembuktian data yang telah dihimpun kemudian

dijadikan bentuk laporan yang tertulis tentang gaya kepemimpinan

dalam mengembangkan pondok pesantren.

15
BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEPEMIMPINAN, KIAI,

PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN

A. Konsep Dasar Kemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan dan Teori Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin berasal dari kata asing yaitu leader, Kartono mengatakan

bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keunggulan yaitu

memiliki kewibawaan dalam dirinya untuk menggerakan dan

mengarahkan orang lain. Pendapat lain menyebutkan Pemimpin sebagai

orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi

orang lain dalam sebuah organisasi atau kelompok (Miftah Thoha,

1983:255). Sedangkan Suwanto berpendapat mengenai pemimpin yaitu

seseorang yang memanfaatkan sifat, sikap, perilaku dan kemampuan

dalam dirinya untuk memberi arahan erta dorongan terhadap bawahan

untuk tercapainya suatu tujuan dan hal ini merupakan proses

kepemimpinan (Suwanto, 2019:4).

Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang lain terpengaruh

sehingga bawahan mampu memahami apa yang dikerjakan secara efektif

untuk mencapai tujuan bersama (Yohanes Susanto, 2017: 13). Nurkolis

(2005: 153) mengemukakan kepemimpinan sebagai proses mengarahkan

aktivitas-aktivitas bawahan yang berkaitan dengan pekerjaan untuk

mencapai suatu tujuan dan mengandung tiga implikasi, yaitu melibatkan

16
orang lain, melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan

bawahan, selanjutnya mampu menggunakan pengaruh.

Kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar bisa bekerja sama

dalam mencapai tujuan merupakan arti dari kepemimpinan (Beni Ahmad,

2014:26). Sedangkan menurut Behling Kepemimpinan adalah usaha yang

dilakukan oleh seorang pemimpin agar aktivitas kelompok terpengaruh

dan mudah dalam pencapain tujuan (Ruch dan Behling, 1984:46).

Pendapat Yukl mempenrkuat mengenai kepemimpinan yaitu kemampuan

untuk mempengaruhi oranglain, sehingga bawahan mampu bertingkah

laku atau melakukan sesuatu berdasarkan ketentuan yang ada atau sering

disebut dengan proses sosial, dan merupakan suatu kompleks dari hak-

hak dan kewajiban-kewajiban oleh seorang pemimpin atau organisasi.

Kepemimpina sebagai proses sosial dapat menyebabkan gerak dan

perubahan. Adapun sifat kepemimpinan dibedakan menjadi dua:

a. Resmi (Formal Leadership)

Kepemimpinan yang terikat didalam suatu jabatan.

b. Tidak Resmi (Informal Leadership)

Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup yang

terbatas (Abu Ahmadi, 2002: 123).

Yukl (2015) dalam buku kepemimpinan efektif mendefinisikan

kepemimpian sebagai berikut:

17
1. Perilaku seseorang yang mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan bersama melalui aktivas-aktivitas dalam sebuah

organisasi.

2. Pengaruh antara pimpinan dan bawahan melalui proses

komunikasi dalam situasi apapun, agar tercapainya suatu tujuan.

3. Pembentukan serta pemeliharaan organisasi melalui interaksi.

4. Mempengaruhi kegiatan yang dilakukan dalam sebuah

organisasi untuk tercapainya sebuah visi.

5. Sebuah proses untuk meberikan arti terhadap usaha yang

dilakukan dan direncanakan dalam organisasi untuk mencapai

sasaran.

6. Pemimpin yang konsisten dalam memberikan kontribusi untuk

mencapai harapan yang diinginkan (Husaini Usman,2019: 10-

11).

b. Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan dengan latar

belakang historis, atau sebab terjadinya kepemimpinan. Pada intinya teori

kepemimpinan merupakan teori untuk mempermudah menggambarakan

seorang pemimpin dalam berperilaku dalam berbagai situasi, baik secara

sosiologis maupun managerial. Beni Ahmad Saebani mengungkapkan

teori kepemimpinan, diantaranya:

a) Teori genetik, yaitu seseorang dikatakan sebagai pemimpin

karena dilahirkan dan didik untuk menjadi pemimpin. C.Bird

18
mengemukakan bahwa yang paling menentukan kepemimpinan

adalah pendidikan dan pelatihan.

b) Teori sosial, yaitu seseorang dapat memimpin orang lain karena

pengaruh dari suatu kelompok, baik itu melalui sifat-sifat

maupun ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Dalam hal ini

peran masyarakat maupun lingkungan sangat berperan penting

untuk membentuk kepemimpinan yang baik, dimulai dari

aktivitas-aktivitas dalm kelmpok. Menurut teori ini bahwa

pemimpin diciptakan melalui kesepakatan sosial.

c) Teori situasional, yaitu teori yang memandang bahwa

kepemimpinan itu terbentuk karena benturan situasi, dan bersifat

psikologis maupun sosiolgis.

d) Teori ekologis, yaitu penggabungan antara bakat alami sejak

lahir dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif.

e) Teori sosio-behaviristik, yaitu kepemimpinan dilahirkan dari

turunan, bakat dan kecerdasan. Teori ini berasal dari psikologi

yang selanjutnya di adopsi oleh berbagai cabang ilmu sosial

(Beni Ahmad Saebani, 2014: 119-120).

Parmudji mengemukakan ada enam teori kepemimpinan, yang

dikembangkan:

a) Teori sifat

Teori sifat sering disebut juga dengan teori genetis karena teori

ini beranggapan bahwa sifat dan karakter yang timbul dalam diri

19
seseorang merupakan bawaan sejak lahir yang diwariskan dari

leluhur (Sondang P. Siagan, 1990: 57).

b) Teori lingkungan

Teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan timbul dari situasi

dan kondisi lingkungan serta di bentuk dari tempat dan waktu,

sehingga kualitas kepemimpinan menurut teori ini berbeda-beda

sesuai dengan situasi dan kondisi.

c) Teori pribadi dan situasi

Teori ini merupakan teori gabungan antara teori sifat dan

lingkungan, sehingga dapat diartikan bahwa kepemimpinan timbul

karena sifat bawaanlahir yang kemudian di bentuk oleh keadaan

lingkungan.

d) Teori interaksi dan harapan

Teori ini mengatakan bahwa aksi dan reaksi merupakan hal yang

tidak bisa dipisahkan, serta gabungan dari teori perilaku dengan

lingkungan.

e) Teori humanistik

Pendekatan mengenai humanistik dibagi menjadi dua orientasi

diantaranya, pertama pemimpin lebih memfokuskan pada

penyelesaian tugas dan mengutamakan huungan kemanusiaan

(Pasolong, 2015: 91).

20
f) Teori pertukaran (Turmuzi, 2002: 37)

Tukar menukar merupakan gambaran dari teori pertukan dan

perpaduan antara teori sifat dan teori perilaku.

Menurut Syamsuddin RS. dari berbagai teori yang dikemukakan

diatas dapat diidentifikasi menjadi tiga macam teori kepemimpinan:

a) Teori Sifat

Teori sifat sering dikenal dengan sebutan toeri genetis, yaitu

seorangpemimpin memiliki kemampuan dan sifat-sifat yang ada

dalam dirinya merukan sifat yang dibawa sejak lahir, bahkan banyak

yang mengakatakan teori sifat sebagai teori bakat, karena menurut

GeorgeM.Bill pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk oleh faktor

apapun (Syamsuddin, 2014:12).

Asumsi dasar dari teori ini adalah mengenai sifat dan ciri yang

timbul dari diri seorang pemimpin, Rusel memperkuat mengenai

sifat bawaan seorang pemimpin:

1) Intelegensi, pemimpin mampu cermat dalam pengambilan

keputusan karena dalam hal ini lebih ditekankan mengenai

kecerdasan, sehingga seorang pemimpin mampu dinilai dari

pengetahun yang dimilikinya dan komunikasi yang

diterapkan.

2) Kepribadian, ada beberapa unsur yang berkaitan dengan

kepribadian diantaranya: (a) kemampuan adaptasi; (b)

kemampuan kesadaran; (c) kemampuan kreativitas; (d)

21
kemampuan kerjasama; (e) kemampuan keseimbangan; (f)

kemampuan control emosi. Sifat bawaan yang timbul dari

kepribadian bisa dilihat dari penyesuaian dengan

lingkungan, kreativitas, dan mampu bekerja sama antar

individu ataupun kelompok.

3) Kemampuan, sifat yang timbul dari seorang pemimpin yang

mempunyai kemampuan bisa dinilai dari kewibawaan,

keterampilan dan popularistas, baik di dalam organisasi

yang dipimpin ataupun diluar organisasi (Syamsuddin Rs.,

2014: 13).

b) Teori Lingkungan

Situasi dan kondisi bisa membentuk pemimpin yang berkualitas.

Teori ini bertolak belakang dengan teori sifat, karena teori

lingkungan menggambarkan seorang pemimpin itu dibentuk bukan

dilahirkan. V.H. Room dalam buku Kepemimpinan Dalam Islam

karya Syamsuddi Rs. mengemukakan bahwa kepemimpinan

lingkungan akan berikap fleksibel disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang mampu merubah gaya yang diteripakan.

Pendapat Alvin W. Gouler memperkuat mengenai teori

lingkungan dan menggambarkan sifat-sifat universal diantara

kelemahan teori sifat: (1) tidak ada penyesuaian perincian sifat

dalam kata lain bebas akan tetapi mampu menerapkan

kepemimpinan dengan baik; (2) tidak bisa mengidentifikasikan dan

22
menggambarkan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin;

(3) kepemimpinan yang diterapkan harus berdasarkan situsi dan

kondisi lingkungan (Syamsuddi, RS., 2014;18).

c) Teori Perilaku

Teori perilaku lebih menekankan terhadap model ataupun gaya

yang diterapkan oleh seorang pemimpin, lebih jelasnya

kepemimpinan harus dinilai dari hubungan diantara individu dengan

dengan individu ataupun dengan kelompok, dalam arti

kepemimpinan berdasarkan teori perilaku ini bukan sebagai sifat-

sifat atau ciri dari seorang pemimpin. Syamsuddin memperkuat

mengenai tori perilaku merupakan hasil hubungan atau komunikasi

yang dilakukan dengan peribadi lainnya, dan sangat memperhatikan

perilaku seorang pemimpin sebagai aksi maupun respon oraganisasi

dan lembaga yang dipimpinnya sebagai reaksi(Syamsuddin RS.,

2014: 14).

2. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya merupakan suatu hal yang sangat melekat pada diri seseorang

dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan Stone menjelaskan

mengenai gaya yaitu pola tingkah laku seorang pemimpin dalam

menjalankan kepemimpinannya dengan cara mengarahkan dan

mempengaruhi bawahannya (Pasolong, 2015:37).

23
Gaya kepemimpinan merupakan pola menyeluruh yang dilakukan

oleh seorang pemimpin baik secara nyata ataupun tidak oleh bawahannya

dan merupakan sebuah gambaran mengenai keterampilan, sifat maupun

sikap yang mendasari seorang pemimpin terhadap yang dipimpinnya

(Marsam 2020: 10). Pendapat lain menganai gaya kepemimpinan yaitu

suatu norma yang dilakuka oleh pemimpin dalam mempengaruhi

perilaku bawahannya (Thoha, 2004:49). Ermaya dalam buku

kepemimpinan birokrasi memperkuat bahwa gaya kepemimpinan adalah

kemampun seorang pemimpin dalam mengendalikan bawahan untuk

melaksanakan tugasnya dengan baik. Berbeda dengan Hersey dan

Blanchard yang mengemukakan gaya kepemimpinan sebagai pola

perilaku konsisten seorang pemimpin dalam bekerja melalui orang lain

yang membentuk kebiasaan dan tindakan individu tersebut (Pasolong,

2015:37).

b. Gaya Dasar Kepemimpinan

Harbani dalam buku Kepemimpinan Birokrasi mengemukakan

hubungan antara perilaku pemimpin dan ada dua hal yang sering

pemimpin lakukan terhadapa anggotanya:

1) Perilaku Mengarahkan

Pemimpin selalu memilih jalan komunikasi satu arah,

memberikan pengarahan dengan jelas dan pengawasan yang

dilakukan sangat ketat.

24
2) Perilaku Mendukung

Pemimpin menggunakan komunikasi dua arah, misalnya

memberikan motivasi, mengarahkan anggota dan selalu melibatkan

bawahan dalam pengambilan keputusan.

Pendapat Cribbin memperkuat mengenai perilaku pemimpin yaitu

harus menyesuaikan perilakunya dengan tuntutan linkungan, situasi dan

keadaan.

c. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

James Owens mengemukan terdapat lima gaya yang mendasari

perilaku seorag pemimpin diantaranya:

1) Gaya autokratis, pemimpin dengan sikap yang timbul dari

dirinya hanya memberikan tugas dan wewenang serta menuntut

bawahan untuk selalu patuh sepenuhnya. Terdapat dua model

dalam gaya ini: pertama berhaluan keras, bawahan dituntut

untuk selalu patuh dan apabila tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh pemimpin maka akan dikenakan sanksi. Kedua

paternalistik, pemimpin mengharapkan bawahan patuh

berdasarkan rewards yang didapatkan sehingga harus tetap

konsisten.

2) Gaya partisipatif, pemimpin terbuka terhadap argumen bawahan

dan selalu mengajak terbuka untuk berpartisasi dalam kebijakan-

kebijakan yang ada dalam sebuah lembaga, atau bisa dikatakan

pemimpin yang benar-benar demokratis.

25
3) Gaya diplomatis, pemimpin yang lebih memilih untuk

memotivasi kepada bawahannya dan lebih sering menggunakan

taktik persuasi.

4) Gaya birokratis, pemimpin menuntut bawahan untuk patuh

terhadap aturan-aturan,kebijakan-kebijakan yang telah

ditetapkan bersama.

5) Gaya membebaskan, pemimpin hanya menetapkan tujuan yang

selanjutnya melepaskan anggotanya tanpa kendali dan

pengawasan, anggota dibebaskan tanpa arahan dalam bekerja

akan tetapi harus mencapai tujuan(Syamsuddin, 2014:14-16).

Gaya kepemimpinan menurut Sondang P. Siagan dapat dibedakan

menjadi 5:

1. Gaya Otokratik

Pemimpin yang menggunakan gaya otokratik cenderung

menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala

cara untuk mencapai tujuan.

2. Gaya Paternalistik

Pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung mengutamakan

kebersamaan, dimana pemimpin ini mampu memperlakukan semua

orang yang bersangkutan dengan organisasi dengan sikap yang adil.

26
3. Gaya Kharismatik

Pemimpin yang dikagumi semua orang,karena bawahan tidak

mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap, dan perilaku

pemimpin dalam sebuah organisasi.

4. Gaya Lazis Faire

Pemimimpin yang menerapkan gaya ini cenderun pasif pada

organisasi, karena seorang bawahan dipersilahkan untuk menganut

keyakinan masing-masing dan biasanya bawahan bersikap permisif.

5. Gaya Demokratik

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang perannya

sebagai coordinator dan integrator, perilaku dan sikapnya mampu

mendorong para bawahan untuk mengembangkan daya inovasi dan

kreatifitasnya (Sondang P Siagan. 2015: 30-40).

Berbeda dengan Reddin dalam buku yang ditulis oleh Harbani

Pasolong, gaya kepemimpinan dibagi menjadi dua: gaya efektif dan tidak

efektif.

1) Gaya efektif terdiri dari empat gaya:

a. Gaya eksekutif atau gaya motivator, yaitu seorang

pemimpin sepenuhnya memberikan perhatian pada

pekerjaan dan hubungan kerja antara bawahan.

b. Gaya pecinta pengembangan, dalam hal ini pemimpin

mempunyai kepercayaan luas terhadap bawahan yang

27
dibebani tanggung jawab dan sangat memperhatikan

pengembangan bawahan.

c. Gaya otokratis yang baik hati, yaitu seorang pemimpin

memberikan perhatian penuh terhadap kinerja bawahan dan

hubungan antar individu, sehingga pemimpin mampu

mengetahui secara tepat dalam mencapaiya tanpa adanya

keengganan pihak bawahannya.

d. Gaya birokrat, pada gaya ini pemimpin lebih tertarik pada

aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan (Pasolong, 2015:43-

44).

2) Gaya tidak efektif

Robins dalam buku yang ditulis Pasolong mengemukakan

terdapat empat pola kepemimpinan

a) Gaya pecinta kompromi, dalam hal ini seorang pemimpin

memberikan perhatian lebih pada tugas dan hubungan kerja

antara individu berdasarkan kompromi. Pemimpin yang

menganut gaya ini biasanya kurang baik dalam

pengambilan keputusan karena banyak tekanan dari

bawahan.

b) Gaya missionari, yaitu pemimpin yang lebih

memaksimalkan perhatian terhadap hubungan kerja

individu dan kurang memperhatikan terhadap tugas,

sehingga yang dipikirkan hanya keharmonisan saja.

28
c) Gaya otokrat, dalam hal ini pemimpin lebih

memaksimalkan perhatian terhadap pekerjaan tanpa

memaksimalkan perhatian terhadap hubungan antar

individu, pemimpin yang menerapkan gaya ini biasanya

kurang percaya terhadap orang lain.

d) Gaya lari dari tugas, yaitu pemimpin yang tidak peduli

terhadap apapun, baik terhadap hubungan kerja antar

individu ataupun terhadap tugas yang akan di capai dalam

sebuah organisasi (Pasolong, 2015:44-45).

3. Pola Perilaku Kepemimpinan

a. Pengertian Pola Perilaku

Pola menurut KBBI dapat diartikan sebagai cara kerja (KBBI),

sedangkan perilaku adalah tanggapan individu terhadap lingkungan,

menurut Thoha dalam buku yang dikarang oleh Harbani Pasolong

perilaku yaitu interaksi antara individu dengan lingkungan sesuai dengan

kondisi dan situasi, yang kemudian dikuatkan oleh Ndraha bahwa

perilaku merupakan operasionalisasi dan aktualisasi sikap individu

maupun lembaga dengan lingkungan. Pakar psikologi memperjelas

mengenai perilaku yaitu kegiatan individu yang saling mengamati satu

sama lain mengenai pengalaman yang dilakukan (Pasolong, 2015:71).

Perilaku individual merupakan reaksi yang timbul dari diri seseorang

terhadap lingkungan baik yang dilihat, dirasa, dipahami kemudian akan

membentuk suatu sikap individu dalam bertingkah laku.

29
b. Teori Perilaku Manusia

(1) Teori Insting

Mc Dugall mengemukakan bahwa perilaku individu

terbentuk karena insting, sedangkan insting merupakan perilaku

individu yang selalu berubah karena adanya pengalaman.

(2) Teori Dorongan

Dorongan sangat erat kaitannya dengan kebutuhan individu.

Apabila seseorang berperilaku dan kebutuhannya tercapai maka

akan timbul reduksi. Hull menyebutkan perilaku individu pasti ada

yang mendorong untuk mencapai tujuan.

(3) Teori Insentif

Insentif berperan penting dalam tingkah laku individu,

seorang manusia akan bersikap positif apabila mendapat hadiah,

dan akan memangkas perilaku negatif apabila mendapat hukuman.

(4) Teori Atribusi

Perilaku manusia timbul dari keadaan internal dan eksternal.

(5) Teori Kognitif

Manusia akan memilih berperilaku sesuai dengan

kemanfaatan yang diraihnya (Candra,dkk., 2017: 14-15).

b. Jenis-Jenis Perilaku

Walgito mengemukakan pola perilaku manusia kedalam dua jenis:

a) Perilaku refleksif, yaitu perilaku yang timbul dari diri seseorang

secara spontan tanpa adanya pengolahan sumber secara matang,

30
dalam pengambilan keputusanpun dilakukan secara otomatis.

Menurutnya stimulus yang diterima tidak sampai ke otak atau

pusat kesadaran.

b) Perilaku nonrefleksif, yaitu perilaku yang dikendalikan oleh

otak atau pusat pengendali dan pusat kesadaran. Seorang

pemimpin akan memikirkan dengan matang dalam pengambilan

keputusan ataupun permasalahan yang timbul ditengah-tengah

organisasi yang dipimpinnya.

Pendapat Skinner menyatakan bahwa perilaku manusia terdiri atas

perilaku alami (innate behavior), dan perilaku operan (operant behavior).

Perilaku alami merupakan suatu hal yang ada dalam diri manusia karena

dilahirkan atau melekat dalam diri manusia dari sejak lahir, sedangkang

perilaku operan adalah suatu perilaku yang timbul karena terjadi proses

belajar, sehingga perilaku ini tidak spontan timbul dari diri manusia

(Candra, dkk., 2017:11).

1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Pemimpin

a) Metode Membentuk Perilaku

Robbins mengemukakan empat cara individu dalam

membentuk perilaku yaitu penguatan positif, penguatan negatif,

hukuman, dan pemenuhan. Sedangkan teori lain mengemukakan

pembentukan perilaku manusia melalui lima cara yaitu

kebutuhan, keinginan, motivasi, sikap dan niat, Dessler

menggambarkan perubahan perilaku manusia sebagai berikut:

31
KEBUTUHAN KEINGINAN

SIKAP MOTIVASI

NIAT PERILAKU

Gambar 2. 1 Perubahan Perilaku Manusia

Selanjutnya Desseler mengemukakan hukum perilaku

manusia :

1) Hukum perilaku I: Hukum pertama menyatakan bahwa

individu bersifat pasif sementara lingkungan bersifat

aktif, sehingga perilaku individu ditentukan oleh

lingkungan.

2) Hukum perilaku II: Hukum kedua menyatakan diri

sendiri merupakan hal yang paling kuat untuk

membentuk dan merubah perilaku.

3) Hukum perilaku III: Hukum ketiga menyebutkan

bahwa yang membentuk perilaku individu adalah

kegagalan dan kesuksesan yang dilalui.

32
Ritzer berpendapat mengenai cara memahami pola perilaku

individu yaitu lebih di sebabkan oleh respon terhadap suatu

tekanan dari luar atau lingkungan, menurutnya interaksi dengan

lingkungan akan menyebabkan dan mengakibatkan perubahan

dalam pengambila keputusan untuk melakukan sesuatu

(Pasollong, 2015:74-75).

b. Hubungan Nilai-Nilai Budaya dengan Perilaku Pemimpin

1) Hubungan antara kejujuran dan perilaku

Kejujuran berucap adalah berkata benar dan tepat.

Konsep yang berhubungan dengan perilaku pemimpin yaitu

seorang pemimpin mampu mengetahui, memahami dan

memelihara kejujuran dengan mencerminkan sikap yang

baik.

2) Hubungan antara perilaku kepandaian dengan perilaku

pemimpin

Kepandaian seorang pemimpin menjadi salah satu

faktor terpentig dalam mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan suatu lembaga dalam mewujudkan kinerja para

pegawai atau bawahan.

3) Hubungan antara kepatutan dengan perilaku

Pemimpin merupakan kunci utama dalam keberhasilan

suatu lembaga. Dalam melaksanakan misi, seorang

33
pemimpin harus didasarkan atas kemampuan yang

dimilikinya.

4) Hubungan antara usaha dengan perilaku

Usaha merupakan panduan tingkah laku, perilaku khas

(karateristik utama , perilaku dasar, prinsip-prinsip), dan

perilaku positif yang lahir sebagai sebuah keyakinan

fundamental seorang pemimpin.

5) Hubungan antara harga diri dengan perilaku pemimpin

Harga diri seorang pemimpin harus diangkat melalui

kerja keras, berprestasi, dan berjiwa pelopor (Pasollong,

2008:75-76).

4. Motivasi Kepemimpinan

a. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut KBBI adalah dorongan yang timbul dari diri

seseorang untuk melakukan sesuatu baik secara sadar mapun tidak

sadar. Menurut Robbin motivasi adalah suatu keinginan yang timbul

dari diri individu untuk memenuhi kebutuhan dan disesuaikan

dengan kemampuan (Ida Ayu, 2008). Rivai dalam bukunya

Manajemen Sumber Daya Manusia menyebutkan bahwa motivasi

adalah sikap yang memberikan kekuatan dan dorongan dalam

mempengaruhi individu bertingkah laku untuk mencapai tujuan

(Rivai, 2018:607).

34
Pendapat lain memperkuat bahwa motivasi dapat diartikan

sebagai kemampuan yang timbul dari seorang pemimpin untuk

menciptakan kegairahan bawahannya sehigga mampu mendorong

dan mendukung organisasi melalui pekerjaan yang dilakukanya.

Tidak hanya menciptakan kegairahan, M.Munir mengemukan bahwa

motivasi juga merupakan dinamisator dan seorang pemimpin harus

mampu memberikan semangat kepada karyawan dengan cara

memenuhi apa yang dibutuhkan, diharapkan dan memberikan

penghargan atas pencapaian yang ditempuh oleh bawahan (M.Munir

dan Wahyu Ilahi, 2006:141).

Sedangkan Yulk mengemukakan defini motivasi kerja yaitu

dorongan terhadap seseorang dalam melakukan sesuatu, pendapat

Asa’ad memperkuat mengenai teori motivasi kerja yaitu sesuatu

yang dilakukan untuk mendorong individu melakukan suatu

pekerjaan dengan semangat.

b. Teori Motivasi

Fred Lutans dalam buku Psikologi Manajemen yang ditulis oleh

Nanat Fatah menyatakan bahwa terdapat tiga unsur dan sangat erat

kaitannya dengan teori motivasi yakni kebutuhan, dorongan dan

tujuan (Nanat Fatah, 2010: 159). Sedangkan Rivai 2018 memperkuat

teori motivasi, yaitu mengenai teori Kebutuhan.

35
Abraham Maslow mengidentifikasi 5 kebutuhan yaitu: (1)

fisiologis (2) rasa aman (3) sosial (4) penghargaan (5)

aktualisasi diri.

Aktualisasi
Diri

Penghargaan Diri

Kepemilikan Sosial

Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

Gambar 2. 2 Teori Kebutuan Maslow


Penjelasan:

i. Kebutuhan fisiologis, seorang indvidu tidak bisa

terlepas dari kebutuhan fisiologis seperti makan, dan

minum.

ii. Rasa aman, hal ini lebih menekankan pada

perlindungan dari ancaman.

iii. Kepemilikan sosial, sesuatu yang timbul dari diri

individu rasa ingin memiliki, berinteraksi dan

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

iv. Penghargaan diri, kebutuhan seorang individu agar

bisadihormati dan dihargai.

36
v. Aktualisasi diri, kebutuhan individu yang lebih

menekankan pada kemampuan dan potensi yang

dimiliki seseorang dalam berperilaku, mengemukakan

pendapat dan kritik terhadap sesuatu.

Pendapat lai mengenai teori motivasi dikemkakan oleh

McClelland, bahwa terdapat tiga kebutuhan individu yang sangat

penting didalam organisasi atau lemabaga:

i. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan, hal ini

berhubungan erat dengan standar yangtelah ditetapan oleh

lembaga.

ii. Kebutuhan dalam kekuasaan, kebutuhan ini menuntut

individu untuk berperilaku dengan wajar sesuai dengan

tugas masing-masing.

iii. Kebutuhan untuk berafiliasi, kebutuhan ini untuk lebih

mendekatkan antar individu dalam

kelembagaan(Rivai,2018:610).

Berbeda dengan teori ERG yang menyebutkan tiga kategori

kebutuhan individu: (1) kebutuhan eksistensi seperti kebutuhan fisik,

(2) kebutuhan pertumbuhan yang menuntut individu kreatif dan

produktif, (3) kebutuhan keterhubungan yaitu interaksi dengan

sesama manusia.

Sedangkan Lutans berpendapat mengenai unsur-unsur motivasi

yaiitu: kebutuhan (needs), dorongan (drives), dan insentif, jadi dapat

37
disimpulkn proses motivasi individu sebagai berikut (Pasolong,

2015:139):

KEBUTUHAN DORONGAN HADIAH

Gambar 2. 3 Proses Motivasi Individu

c. Bentuk-Bentuk Motivasi

Santoso dalam buku yang dikarang oleh Irham Fahmi

mengemukakan terdapat dua bentuk dasar: motivasi ekstrinsik yaitu

dorongan yang membangun individu muncul dari luar dan

membantu seseorang untuk bersikap menjadi lebih baik, sedangkan

motivasi intrinsik adalah dorongan semangat yang tumbuh dari diri

peribadi untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya santoso

menggambarkan bentuk dasar motivasi sebagai berikut:

Apa yang
Motivasi
dilakukan?

Kekuatan

Apa yang Motivasi


mereka
lakukan
Gambar 2. 4 Bentuk Dasar Motivasi

38
d. Motivasi ditinjau Dari Manajemen Diri

Terdapat lima komponen yang dijadikan acuan sebagai metode

untuk membangkitkan seorang individu melalui manajemen diri:

1) Manajemen fisik, yaitu seorang individu dilihat secara fisik

memiliki kekuatan, sigap dalam mengahadapi tantangan,

dan lincah dalam bekerja.

2) Manajemen Intelektual, yaitu sesorang yang mengasah

kemampuan intelektual agar mudah dalam pengambilan

keputusan, bukan sebaliknya menjadi bumerang bagi

dirinya sendiri.

3) Manajemen rohani, hal ini dilihat dari seorang individu

yang benar-benar menghadirkan tuhan dalam setiap langkah

yang dilakukan.

4) Manajemen emosi, yaitu bagaiman seorang individu mampu

mengendalikan perilaku dan emosinya disetiap situasi dan

kondisi.

5) Manajemen konflik, yaitu seorang pemimpin dituntut untuk

mampu mengendalikan permasalahan yang ada agar kinerja

meningkat, bukan mengalami penurunan (Natsir, 2010:

234).

Berkaitan dengan manajemen rohani, Nanat Fatah Natsir

menjelaskan mengenai hati yaitu sesuatu yang sangat berpengaruh

dalam menentukan kehidupan manusia, termasuk semangat yang

39
timbul dalam diri seseorang. Setiap orang mampu mengembangkan

pola motivasi sebagai hasil dari lingkungan sekitar disetiap situasi

dan kondisi. David memperkuat pendapat tersebut dengan

mengemukakan empat pola motivasi yaitu motivasi berprestasi,

motivasi kompetensi, motivasi afiliasi, dan motivasi kekuatan.

5. Pola Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses ketika seseorang memberikan

pesan terhadap seorang individu dengan menggunakan lambang-

lambang untuk mengubah tingkah laku individu tersebut (Yusuf

Zainal, 2015:32). Wijaya memperkuat definisi komunikasi yaitu

proses normal dalam menyampaikan sebuah informasi dari

komunikator terhadap komunikan melalui media (Wijaya,

2000:93).Tomy Suprapto membagi definisi komunikasi kedalam 3

golongan:

i. Pengertian komunikasi secara etimologis

Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu comunicatio yang


artinya makna. Kata kerjanya membagi sesuatu dengan
seseorang, bertukar pikiran, dan berhubungan.

ii. Pengertian komunikasi secara terminologis

Secara terminologi, komunikasi merupakan penyampaian

pernyataan dari seorang individu terhadap individu lainnya.

iii. Pengertian komunikasi secara paradigmatis

40
Komunikasi merupakan pola yang meliputi sejumlah

komponen untuk mencapai satu tujuan tertentu melalui media

(Yusuf Zaenal, 2015:34-35).

b. Konsep dasar komunikasi

Dalam konsep dasar komunikasi terdapat empat komponen yaitu

pengirim pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang

dilalui pesan tersebut dari pengirim terhadap penerima dan penerima

pesan. Komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik

dikarenakan didalam komunikasi perlu adanya komponen output

didalamnya.

Pendapat lain mengemukakan lima dasar komponen komunikasi

yaitu pengirim pesan merupakan orang yang mengirimkan pesan

atau informasi untuk dikirimkan yang berasal dari otak pengirim

pesan tersebut. Pesan, pesan terdiri dari dua golongan yaitu verbal

dan non verbal dan merupakan sebuah informasi yang akan

dikirimkan kepada penerima. Saluran, saluran merupakan jalan yang

dilalui pesan dari komunikator kepada komunikan, dan berupa

gelombang cahaya yang ddapat dilihat maupun didengar. Penerima

pesan, penerima pesan adalah orang yang menganalisis dan

menginterpertasikan isi pesan yang diterimanya. Output merupakan

respons penerima terhadap pesan yang diterimanaya (Yusuf Zainal,

2015: 35-36).

41
c. Unsur-unsur komunikasi

Rosady Ruslan dalam buku Manajemen Public Relation karya

Asep Saeful muhtadi mengemukakan lima unsur utama komunikasi,

yaitu sumber,pesan, media, penerima dan efek.

Source Message Channel Receiver Effects


(sumber) (pesan) (media) (penerima) (efek)

Penemu, Ide, Media Perubahan


Ilmuan, Masyarakat
gagasan massa sikap
Pemimpin

Gambar 2. 5 Unsur Komunikasi

d. Prinsip komunikasi

Seiler dalam buku Manajemen Komunikasi yang dikarang oleh

Yusuf Zainal Abidin mengemukakan empat prinsip dasar

komunikasi.

i. Komunikasi adalah suatu proses

Komunikasi sering disebut dengan proses dikarenakan

berlangsung terus-menerusdan selalu berubah-ubah. Seiler

menyebutkan bahwa komunikasi seperti cuaca dari bermacam-

macam variabel yang kompleks dan terus berubah.

ii. Komunikasi adalah sistem

Komunikasi terdiri atas komponen-komponen yang

mempunyai tugas masing-masing dan saling berhubungan untuk

menghasilkan komunikasi.

42
iii. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi

Interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Dalam

komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan

secara tatap muka akan ada keterlibatan dalam proses

pengiriman pesan simultan secara tidak terpisah maka hal

tersebut disebut dengan transaksi.

iv. Komunikasi dapat terjadi disengaja atau tidak disengaja

Komunikasi disengaja terjadi apabila komunikator

menyampaikan pesan dengan maksud tertentu, sedangkan

yangtidak disengaja terjadi apabila komunikator menyampaikan

pesan tidak dimaksudkan kepadapa orang tertentu(Yusuf Zainal,

2015:36-38).

e. Model komunikasi

Pola aliran informasi menurut Jalaluddin Rakhmat:

1) Pola komunikasi roda, Pola komunikasi roda ini bersifat satu

arah tanpa adanya timbal balik.

2) Pola komunikasi rantai, Pola komunikasi ini bersifat datar dan

hanya dilakukan dari sorang individu terhadap seorang individu

dan seterusnya.

3) Pola komunikasi Y, yaitu pola komunikasi yang dilakukan oleh

tiga anggota dalam sebuah kelompok namun dapat

berkomunikasi dengan dua orang yang berada disampingnya.

43
4) Pola komunikasi bintang, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh

semua anggota yang berkomunikasi dengan sesama anggota

sehingga medapat timbal balik dari lawan bicara.

5) Pola komunikasi lingkaran, yaitu pola informasi yang dilakukan

oleh semua anggota, sehingga bebas berkomunikasi dengan

siapapun (Rakhmat, 2001: 162-163).

B. KIAI

1. Pengertian Kiai

Kiai merupakan orang mempunyai ilmu agama islam yang sangat

berperan penting pada lembaga pondok pesantren, menurut Akhyar kiai

merupakan tokoh sentral pada pondok pesantren sehingga maju mundurnya

sebuah lembaga tergantung dari wibawa dan kharisma kiai. Pendapat

Mustofha memperkuat mengenai kiai yaitu orang yang mengetahui kekuasaan

dan keagungan Allah SWT serta mampu menghayati ayat-ayat Allah(Lubis,

2007:169). Sedangkan Nurhayati mengemukakan mengenai kiai yaitu sebutan

untuk tokoh ulama yang mempunyai ilmu agama islam serta berakhlak baik

atau yang memimpin pondok pesantren (Djamas, 2008:55).

2. Ciri-Ciri Kiai

Munawar Fuad mengemukakan lima ciri dari seorang kiai, (1) tekun

beribadah, (2) Mengambdikan seluruh ilmunya dijalan Allah SWT, (3)

Memiliki ilmu untuk akhirat, bukan hanya ilmu di dunia, (4) Mengerti

terhadap kondisi lingkungan, dan kemaslahatan masyarakat, (5) Zuhud.

44
Berbeda dengan Imam Ghazali yang mengemukakan ciri-ciri kiai sebagai

berikut:

a) Tidak mencari kekayaan dan kemegahan dunia.

b) Mengajarkan ilmu untuk kepetingan kehidupan selanjutnya yaitu

akhirat.

c) Mengejar kehidupan akhirat dengan beribadah.

d) Menjauihi penguasa jahat.

e) Berpedoman pada alqur’an dan sunnah.

f) Senang terhadap ilmu yang dapat mengantarkan pada akhirat

(Munawar Fuad, 2002:102).

Adapun tugas dari seorang kiai adalah sebagai berikut:

a) Berdakwah.

b) Amar ma’ruf nahi munkar.

c) Memberikan contoh yang baik kepada ummat.

d) Memberikan ilmu agama sesuai dengan Al-qur’an dan Assunnah.

e) Solusi bagi permasalahan-permasalahan ummat.

f) Membentuk orientasi masyarakat berbudi luhur.

g) Rahmat seluruh alam (Anasom, 2002: 4-7).

C. PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN

Pengembangan merupakan proses peningkatan pengetahuan, keterampilan,

keahlian untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Sedangkan pengembangan

sumber daya manusia adalah kegiatan yang mencakup pelatihan, pembinaan

pengembangan karir, dan bimbingan (Lilis Sulastri, 2010:3). Pendapat lain

45
memperkuat mengenai pengembangan yaitu suatu usaha dalam meningkatkan

kemampuan secara teknis, teoritis, konspetual, dan moral sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan karyawan atau bawahan (Malayu S.P Hasibuan,2007:69).

Pondok Pesantren secara bahasa berasal dari Bahasa arab yang berarti

asrama dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138). Pondok Pesantren

merupakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan berbasis moderen atau

tradisional yang para siswa atau siswinya tinggal bersama dan belajar dibawah

bimbingan kiai , siswa dan siswi yang tinggal di Pondok Pesantren dikenal

dengan sebutan santri.

Pengembangan Pondok Pesantren merupakan upaya untuk membentuk

kemandirian lembaga, santri, maupun pengurus. Kemandirian pondok pesantren

dalam membangun perekonomian secara mandiri merupakan wujud peran

pondok pesantren ditengah masyarakat.

Pondok Pesantren terbagi menjadi tiga bentuk salafiyah,khalafiyah, dan

moderen. Salafiyah merupakan Pondok Pesantren yang mempertahankan

pembelajaran kitab kuning dengan metode pembelajarannya adalah

penghafalan(Ghazali, 2003: 14). Moderen merupakan Pondok Pesantren yang

sudah meninggalkan metode pembelajaran tradisional, sedangkan khalafiyah

merupakan gabungan antara Salafiyah dan Moderen (Cahyadi,2017: 43-52).

Dalam pengembangan Pondok Pesantren dapat dilihat dari dua aspek:

1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

Departemen Agama mengemukakan mengenai sarana pembelajaran

sebagai sumber dalam menutut ilmu. Bahkan Imam Bernadib mengatakan

46
bahwa sarana merupakan suatu tindakan, perbuatan atau suatu benda yang

sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan dalam sebuah lembaga

pendidikan. Sarana pembelajaran ditentukan berdasarkan tujuan yang akan

dicapai dalam sebuah bukan hanya disesuaikan dengan tepat guna (Depag

RI, 2004). Adapun perencanaan dalam pengembangan sarana adalah sebagai

berikut:

a) Alat Pelajaran

i. Merencanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik,


dan alat laboratorium berdasarkan kurikulum yang berlaku
dengan memperhatikan jumlah siswa.
ii. Mendiskusikan jenis alat yang harus dibeli mana yang dapat
dikembangkan sendiri.
iii. Mendasarkan pengadaan alat pelajaran pada prioritas.
iv. Mencatat fasilitas perpustakaan dengan cermat dan tertib.
v. Menentukan penanggung jawab laboratorium dan
perpustakaan.

b) Alat Peraga

Menyusun kebutuhan alat peraga menurut jenisnya dengan


memperhatikan jumlah siswa.

c) Media pembelajaran

i. Menyusun dan menentukan kebutuhan media pembelajaran


ii. Memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana
dilakukan sebagai berikut:

(1) Sarana

i. Menyusun jadwal pemanfaatan sesuai dengan


peruntukan masing-masing.
ii. Menunjuk penanggung jawab untuk peralatan/sarana
masing-masing.

(2) Prasarana

47
i. Menunjuk petugas usaha madrasahsebagai
penanggung jawab keamanan dan kebersihan
prasarana.
ii. Menetapkan pemanfaatan fasilitas yang ada
(Depdiknas, 22).

Selanjutnya Prasarana menurut Wina Wijaya merupakan segala sesuatu

yang dapat mendukung proses pembelajaran, contohnya bangunan sekolah,

kobong dan alat pendukung lainnya. Sedangkan Sarana dan Prasarana dalam

lembaga pendidikan merupakan Peralatan maupun perlengkapan yang

dimanfaatkan untuk menunjang seluruh aspek pembelajaran sehingga

tercapainya sebuah tujuan (Wina Sanjaya, 2007:22).

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren

Pengembangan sumber daya manusia menurut Silalahi yang ditulis

dalam jurnal pendidikan islam merupakan suatu asumsi manusia yang

mempunyai potensi sumber daya yang tidak dapat ditentukan batasannya,

maksudnya manusia merupakan unsur terpenting dalam sebuah lembaga

dalam menggerakan suatu perencanaan agar tercapainya tujuan. Pendapat

lain menegaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan

suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis dan konseptual

(Priyatna, 2017).

48
BAB III

ANALISIS EMPIRIS GAYA KEPEMIMPINAN

KH. IKHSANUDIN RISKAM DALAM MENGEMBANGKAN

PONDOK PESANTREN MIFTAHUL IHSAN ALBANJARY

A. Kondisi Objektif Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

1. Letak Geografis Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary

Secara geografis wilayah Situbatu adalah penyangga Kota Banjar

yang bahkan sudah ditetapkan dalam RT/RW Kota Banjar menjadi kota

ketiga, dibuktikan dengan sangat pesatnya pembangunan diberbagai bidang,

baik Infrastruktur fisik atau non fisik (SDM). Pondok Pesantren Miftahul

Ihsan berada di batas wilayah Kota Banjar, Hal ini sangat berpotensi untuk

meraih santri dari dalam maupun luar Kota seperti dari Kabuaten Ciamis,

Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten CIlacap. Sehingga dapat

menampung lulusan SMP/MTS ( Negeri dan Swasta ) di wilayah Kota

Banjar dan sekitarnya.Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary terletak

di Jalan Dr. Husein Kartasasmita, RT 021 RW 007, Lingkungan Cisauheun,

Kelurahan Situbatu, Kecamatan Banja, Kota Banjar. Secara geografis letak

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan berada kurang lebih 10 km ke arah barat

dari Jantung Kota Banjar, dan sekitar 7 km ke arah barah dari pusat

Kecamatan Banjar.

49
2. Sejarah Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan didirikan oleh KH. Ihsanudin Riskam,

S.Pd.,M.Pd. pada tahun 2013 Dan secara resmi di buka pada tahun 2015.

Sejak tahun 2002 KH. Ihsanudin Riskam mempunyai cita-cita untuk

membangun lembaga pendidikan karena beliau merasa iba terhadap orang-

orang yang ingin menyekolahkan anak-anaknya akan tetapi tidak memiliki

biaya. Pada awalnya KH. Ikhsanudin Riskam mengajar DTA dan anak-anak

di lingkungan, maka dari itu sejak tahun 2003 didirikanlah KBIHU dengan

alasan agar dalam pembangunan lembaga pendidikan beliau tidak sendirian,

dan Alhamdulillah seiring perkembangan zaman, akhirnya didirikan lah

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan yang dikolaborasikan dengan SMPIT

Miftahul Ihsan tahun 2016 dan SMK Miftahul Ihsan tahun 2015.

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan pada awal didirikan hanya ada 35

orang santri pada tahun 2015, dan betul-betul digratiskan dari biaya makan,

biaya sekolah dan lain sebagainya, akan tetapi setelah berjalan tiga tahun,

jumlah santri bertambah, sehingga kebutuhanpun semakin banyak, akhirnya

KH. Ikhsanudin Riskam membuat kebijakan bahwa yang di gratiskan hanya

berlaku untuk anak yatim,piatu dan yang benar-benar tidak mampu.

Alhamdulillah dari tahun ketahun jumlah santri terus bertambah, dan

sekarang tahun 2020 jumlah santri yang mondok di Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Al banjary kurang lebih 500 orang.

50
3. Visi Misi Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

a. Visi

Mewujudkan insan relijius, berakhlakul karimah, cerdas, Kreatif,

inovatif, responsip, terampil dan mandiri.

b. Misi

1) Mengembangkan ajaran Ahlusunnahwaljamaah serta

membimbing santri untuk memahami dan mengamalkan

ajaran islam secara komprehensif.

2) Mengembangkan kepribadian rosululloh SAW dalam

pendidikan sebagai prose terbentuknya santri shidiq, amanah,

tablig dan fathanah.

3) Menyelenggarakan pendidikan yang mendukung

perkembangan potensi santri dalam menumbuhkan jiwa

pemimpin, kreatif, inovatif, mandiri serta responsif terhadap

tantangan jaman.

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren

Didalam pelaksanaan kegiatan operasional suatu lembaga pasti

membutuhkan susunan kepengurusan dengan berbagai macam tugas dan

fungsi sesuai dengan jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan. Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary di kelurahan Situbatu Rt. 021 Rw.007

kecamatan Banjar kota Banjar memiliki susunan kepengurusan dan dewan

murobbi yang diupayakan mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan

kewajiban masing-masing.

51
Adapun Dewan Pembina Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

adalah Bapak Undang, Dewan Penasihat yaitu H.Ratno, ST. dan H.Haris,

Pimpinan Pondok Pesantren sekaligus pendiri adalah KH.Ikhsanuddin

Riskam, S.Pd.I., Wakil Pimpinan Pondok Pesantren yaitu Ust. Asep Saeful

Milah, S.Pd.I., Sekertaris adalah Nurazizah, S.Pd., Bendahara Pondok

Pesantren Hj.Yuyum Nurfatimah, Seksi I bidang dana dan usaha yaitu Syifa

Fadil Munawar dan Ust.Ilan Fahmi Fauzi, Seksi II bidang hubungan

masyarakat adalah Ust. Lili Gali dan Ust. Ilal Ahmad Taufik, Seksi III

bidang perencanaan bangunan yaitu Ratno, ST. dan UD. Abdul Aziz, Seksi

IV bidang logistik dan peralatan adalah Endrik Arif Syahrizal, S.Pd., dan

Yanyan Suryana, Seksi V bidang kesekretariatan yaitu Yusep Nurdin,

S.Pd.I., dan Agam Akhyarunnas, Seksi VI bidang pendidikan diprakarsai

oleh Bapak Usep Usman Sofhani, S.Kom., Titin, Siti Pipih, dan Neni

Nuraeni, S.Kom. Untuk lebih jelasnya seperti bagan yang terlampir.

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi


Yayasan Pondok Pesantren
Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir
5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

Pondok Pesantren di kelurahan Situbatu Rt. 021 Rw.007 kecamatan

Banjar kota Banjar sudah dilengkapi sarana dan prasana guna memfasilitasi

berbagai macam kegiatan-kegiatan santri terutama dalam pembelajaran yang

ada di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary. Adapun sarana dan

prasarana Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary sangat berkaitan

52
dengan sarana dan prasarana dengan SMK/ SMP Miftahul Ihsan Albanjary,

sesuai dengan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Masjid

Pada dasarnya masjid yang berdiri di tengah-tengah Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary merupakan masjid lingkungan,

akan tetapi KH.Ihksanudin Riskam selaku pemimpin Pondok

Pesantren sekaligus DKM masjid ikut berperan dalam proses

pembangunan terutama dalam materi, sehingga masjid tersebut tidak

hanya digunakan sebagai fasilitas santri dalam kegiatan belajar akan

tetapi digunakan juga oleh lingkungan.

Sebagai mana fungsi umum dari Masjid yaitu sebagai tempat

beribadah kepada Allah, baik itu Shalat, zakat maupun menuntut ilmu.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat umum

diantaranya adalah pengajian mingguan, acara pengajian bulanan yang

diselenggarakan oleh MUI Desa Situbatu dan Kegiatan Khatmil

Qur’an yang diselenggarakan oleh MUI Kecamatan Banjar. Setiap

malam Jumat juga Masjid Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Al

banjary selalu digunakan untuk tawasul bersama atau Albarjanji.

Untuk program pengajian tahunan pun selalu diselenggarakan seperti

Isra Mi’rajdan lain sebagainya.

Gambar 3. 2 Masjid Pondok Pesantren


Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir

53
2) Madrasah

Madrasah merupakan tempat yang digunakan oleh santri/santriah

Miftahul Ihsan Albanjary dalam menuntut ilmu. Untuk saat ini

madrasah yang berdiri di lingkungan Pondok Pesantren terdiri dari 3

ruang kelas untuk pembelajaran-pembelajaran, salah satunya adalah

pembelajaran Kitab Kuning, atau acara-acara lain seperti nonton

bersama yang berkaitan dengan keagamaan.

Gambar 3. 3 Madrasah Pondok Pesantren


Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir

3) Asrama

Asrama yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary adalah 11 asrama yaitu enam asram putri dan lima asrama

putra. Lokasi asrama putri paling depan dan saling berdekatan dengan

Masjid. Untuk lokasi asrama putra berdekatan denagn Kantin dan

berhadapan dengan SMK Miftahul Ihsan Albanjary. Asrama Putri dan

Putri terdiri dari dua lantai, dan setiap asrama paling sedikit di tempati

oleh 25 santri, dan paling banyak ditempati oleh 36 santri.

Gambar 3. 4 Asrama Pondok Pesantren


Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir

54
4) Kantor

Kantor pada Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

berfungsi sebagai wadah untuk mengelola pengadministrasian Pondok

Pesantren, SMK maupun SMPIT. Untuk saat ini ruang kantor yang

dimilikoleh Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary adalah 1

ruang yang dikelola oleh kepala TU.

Gambar 3. 5 Kantor Pondok


Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir

5) Dapur

Dapur merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk

mengolah dan menyediakan bahan makanan atau pangan. Santriah

Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary dituntut untuk produktif,

sehingga setiap hari dibagi jadwal untuk piket memasak.

6) Aula

Aula di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary biasanya

digunakan untuk tempat diselenggarakannya acara-acara Pondok

Pesantren, seperti nisfusannah santri.

Gambar 3. 6 Aula PondoPesantren


Miftahul Ikhsan Albanjary

Terlampir

55
7) Pengajar

Tenaga pengajar di Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

memberikan pengajaran sesuai dengan visi misi yang ditentukan oleh

Pondok Pesatren. Terdapat beberapa elemen yang mencakup kedalam

pengajar, yaitu pimpina Pondok Pesantren, Dewan Murobbi dan

Pengurus.

Dewan Murobbi merupakan pengajar yang dipercayai oleh

Pimpinan Pondok Pesantren untuk memberikan pembelajaran sesuai

dengan program yang telah ditentukan, sedangkan pengurus

merupakan alumni dari Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

yang dipercayai atau sudah mumpuni dalam ilmu keagamaan sehingga

dituntut untuk mukim dan mengelola Pondok Pesantren.

Tabel 3. 1 Dewan Murobi Yayasan Pondok


Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary
Terlampir

Sarana Prasarana SMPIT dan SMK Miftahul Ihsan Albanjary

merupakan bagian dari Pondok Pesantren, maka inventaris yang

berada dilingkungan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

adalah sebagai berikut:

56
i. Perlengkapan Kegiatan Administrasi

Mesin
Brang Filling
Komp. Printer Meja Kursi Meja Kursi
Kabinet
Tu Tu Foto Tu Tu Guru Guru
Ketik Stensil Kas /Lemari
Copy

4 22
2 Unit 2 Unit - 1 Unit - 4 buah 4 buah 22 buah
buah buah

Tabel 3. 2 Perlengkapan Kegiatan Administrasi Yayasan Pondok Pesantren


Miftaul Ikhsan Albanjary
ii. Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar

Komp Printer LCD Lemari TV/Audio Meja Siswa Kursi Siswa

180 B
u
20 unit 1 Buah 7 buah 180 Buah
a
h

Tabel 3. 3 Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar Yayasan Pondok


Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary
iii. Ruang menurut jenis, Status pemilikan, kondisi, dan Luas

Milik Bukan Milik

Rusak
Baik Rusak Berat
No Jenis Ruang Ringan
Luas m2
Jumlah

Luas Luas Luas


Jml Jml Jml
(m2) (m2) (m2)

1 Ruang teori /Kelas 6 72m2

2 Lab Komputer 1 182 m2

3 Ruang Perpustakaan - -

4 Ruang UKS 1 21 m2

5 Ruang Praktek Kerja 1 182 m2

6 Bengkel 1 150 m2

7 Ruang Diesel 1 15 m2

57
Milik Bukan Milik

Rusak
Baik Rusak Berat
No Jenis Ruang Ringan

Luas m2
Jumlah
Luas Luas Luas
Jml Jml Jml
(m2) (m2) (m2)

8 Ruang BK/BP 1 21 m2

9 Ruang Kepala Sekolah 1 30 m2

10 Ruang Guru 1 144 m2

11 Ruang TU 1 8,25 m2

12 Ruang OSIS 1 21 m2

13 Kamar Mandi Guru 2 4 m2

14 Kamar Mandi Siswa 4 4 m2

15 Gudang 1 24 m2

16 Rumah Ibadah 1 168 m2

17 Kantin 1 72 m2

Tabel 3. 4 Bangunan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary

B. Biografi KH.Ikhsanudin Riskam

KH. Ikhsanudi Riskam dilahirkan di Cilacap, Sesuai dengan kehendak Allah

SWT, beliau lahir ditengah-tengah keluarga yang sangat luar biasa. KH.

Ikhsanudin Riskam merupakan salahsatu anak dari sembilan bersaudara. Sejak

menginjak SMA, beliau mengenyam pendidikan Formal di SMA

Muhammadiyah Kota Banjar dan Non Formal di Pondok Pesantren Manazilul

Huda, yang beralamat di Jl. Dr. Husein KartasasmitaNo. 75 Desa Banjar,

Kecamatan Banjar, Kota Banjar.

58
Nama asli dari KH.Ikhsanudin Riskam adal Riskam, akan tetapi tuan guru

beliau di Pondok Pesantren Manazilul Huda yaitu KH. Ade Khoer Affandi

memberikan sebuah nama yaitu Ikhsan, sehingga sampai saat ini terkenal dengan

nama Ikhsanudin Riskam. Sejak SMA beliau merupakan anak didik kesayangan

dari KH. Ade Khoer Affandi, sehingga beliau diamanahi untuk mengembangkan

Pondok Pesantren Manazilul Huda. Dengan kegigihannya beliau ikut andil dalam

mengelola Pondok Pesantren Manazilul Huda. Selanjutnya beliau melanjutkan

perguruan tinggi di IKIP (Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan) Bandun dan

melanjutkan S2 di Universitas Galuh Kabupaten Ciamis dengan mengambil

jurusan Manajemen Pendidikan.

Sebelum KH. Ade Khoer Affandi wafat, KH. Ikhsanudin Riskam meminta

izin kepada tuan guru untuk menjadi TKI ke Makkah, dan Alhamdulillah

KH.Ikhsanudin Riskam menjadi TKI selama 10 tahun. Pada tahun 1993, beliau

menikah dengan Hj. Yuyum Nurfatimah, dan dikaruniai 3 anak yaitu: Nurazizah,

S.Pd., Syifa Fadil Munawar, dan Faiz.

Setelah pulang dari Mekkah, pada tahun 2000 beliau masih mengelola dan ikut

andil di Pondok Pesantren Manazilul Huda, akan tetapi KH. Ikhsanudin Riskam

sangat bertekad dan ingin mendirikan Pondok Pesantren di daerah Cimaragas.

Akhirnya pada tahun 2002 beliau pindah ke Situbatu, Kecamatan Banjar Kota

Banjar, dan saat itu beliau menjabat sebagai Ketua KBIHU Kota Banjar. Pada

tahun 2003 di Desa Situbatu Kecamatan Banjar,beliau membangun KBIHU

Almuawwanah. Disamping menjadi Ketua KBIHU belaiu merintis lembaga

Pondok Pesantren dan mulai mengajar DTA di lingkungan dan sampai akhirnya

59
terbentuklah Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary, begitupun dengan

KBIHU Almuawwanah diganti dengan KBIHU Al Ikhsan, selanjutnya

mendirikan SMPIT dan SMK Miftahul Ikhsan dengan dua jurusan yaitu RPL dan

Teknik Sepeda Motor.

C. Pola Perilaku Kepemimpina KH. Ikhsanudin Riskam di Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

Kementrian Agama Republik Indonesia menyebutkan bahwa Pondok

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan nilai-nilai agama

dalam pengembangan organisasi disetiap perubahan zaman. Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary merupakan lembaga pendidikan dan sarana dakwah

pencetak kader-kader da’i yang mumpuni dalam ilmu agama, hal ini tidak lepas

dari pola perilaku yang diterapkan oleh seorang pemimpin, karena maju

mundurnya sebuah lemabaga dilihat dari seberapa pesatnya perkembangan

lembaga tersebut dan eksistensi dimasyarakat dalam kepemimpinan yang

diterapkan.

Pola perilaku merupakan bagian terpenting dalam kepemimpinan, seorang

pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat dalam diri, komitemen yang

tinggi, konsisten dalam suatu hal dan mampu menunjukkan ide-ide penting untuk

mengembangan lembaga pendidikan, salah satunya Pondok Pesantren Miftahul

Ihsan. Pola perilaku yang diterapkan oleh seorang pemimpin harus mampu

menumbuhkan kepercayaan komponen-komponen yang ada didalmnya. Artinya

seorang pemimpina harus menjadi suri teladan, baik untuk tenaga pendidik, santri,

60
maupun masyarakat luas. Sebagaimana sesuai hasil wawancara yang dilakukan

terhadap pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary sebagai berikut:

“Ya selaku pemimpin harus mencontohkan perilaku yang baik terutama


kepada guru dan staf, karena yang bersentuhan dengan santri bahkan dengan
lingkungan tidak hanya saya selaku pemimpin Pondok Pesantren, KBIH, dan
lain sebagainya, akan tetapi guru dan staf Pondok Pesantren juga harus
mampu menjadi contoh yang baik, dari segi apapun terutama dalam akhlak”
(Wawancara dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin Riskam 26 September
2020).
Selanjutny Wakil Pimpinan Pondok Pesantren menegaskan:

“Alhamdulillah perilaku Apa mah terkenal baik, bahkan orang-orang yang


menitipkan anaknya terhadap kami, bukan karena paham betul mengenai
Pondok Pesantren ini, akan tetapi karena ketenaran Apa. Contohnya ketika
ada orang yang bertanya mengenai pondok pesantren Miftahul Ihsan itu
dimana?, jarang ada yang tahu, karena masyarakat luas taunya adalah
Pesantren Haji Ihsan, bahkan Apa itu merangkap sebagai ketua DKM juga
sehingga Apa harus berperilaku baik karena mempunyai tanggung jawab
besar dalam menuntun ke jalan yang benar” (Wawancara dengan wakil
pimpinan sekaligus kepala sekolah SMK Miftahul Ihsan, Ust. Asep Saeful
Milah, S.Pd.I 31 Desember 2020).
Perilaku yang diterapkan oleh KH.Ikhsanudin Riskam bisa dikatakan sebagai

perilaku nonreflesif karena setiap kebiajakan maupun tindakan yang dialakukan

oleh Kh.Ikhsanudin dalam memimpin kelembagaan selalu dipikirkan dengan

matang, sebagaimana dari hasil wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren

sebagai berikut:

“ketika ada permasalahan ataupun ada perencanaan saya selalu memikirkan


dengan matang, selanjutnya di musyawarhkan dan tetap berpegang teguh
pada Allah SWT” (Wawancara dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin
Riskam 26 September 2020).
Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa KH.Ikhsanudin Riskam tidak

menggunakan perilaku refleksif , yang hanya secara spontan dalam berperilaku,

akan tetapi selalu dipikirkan dengan matan, dan apabila mengalami kesulitan

61
dalam suatu hal maka akan di musyawarahkan dengan bawahan yang

dipimpinnya.

Seorang pemimpin juga harus mempunyai sifat maupun sikap yang

menjadikan anutan bagi bawahan maupun masyarakat luas. KH.Ikhsaudin riskam

mepunyai sikap keramahan, sehingga beliau memperlakukan masyarakat santri

dan pengurus menjadi sejahtera. Bahkan sikap yang dilakukan oleh KH.Ihsanudin

Riskam juga mampu melihat dan memahami seseorang dengan baik, seperti yang

dikatakan oleh Ust. Adi Furqon:

“Mang haji mah pemimpin yang sangat luar biasa, beliau sopan santun, ramah,
dan beliau juga selalu bersedekah. Contohnya ketika saya silaturahmi kepada
beliau selalu memberikan yang terbaik untuk saya, dan beliau juga adalah
guru saya yang sangat luar biasa dan dapat dipercaya oleh semua orang,
termasuk oleh Pemerintahan dan petinggi petinggi lainnya” (Wawancara
dengan Ust. Adi Furqon, 15 Januari 2021)
Hal lain yang menggambarkan pola perilaku yang diterapkan oleh

KH.Iksanudin Riskam dilihat dari respon terhadap lingkungan, baik yang bersikap

positif maupun negatif. Adapun respon terhadap masyarakat, KH.Ikhsanudin

Riskam ini selalu bersikap baik karena menjadi seorang pemimpin tidaklah

mudah, sehingga beliau tetap bersikukuh untuk menjadi contoh yang baik bagi

lingkungan maupun santri. Sebagaimana wawancara dengan bapak Oman

Sudirman selaku jemaah KBIH yang dipimpin KH.Ikhsanudin Riskam:

“Pa haji ihsan mah terkenal bageur, sareng sabar, tur tanggung jawab ka
jamaah oge luar biasa, komo deui ka santri, selaku anak didikna” (Wawancara
dengan Bapak Oman Sudirman, S.Ag., jemaah KBIH Miftahul Iksan, 07
Januari 2021).

62
Berkaitan dengan kepemimpinan, dalam berperilaku beliau meneggakan

sikap yang tegas ketika santri ataupun bawahannya sebagaimana beliau

mengatakan:

“Lembaga pendidikan terhkusus pondok pesantren ini didirikan dengan


penuh mengharap ridho Allah, karena menuntut ilmu itu wajib apalagi ilmu
agama, maka dalam memajukan dan mengembangkan pondok pesantren ini
seluruh staf pengajar, maupun santri yang sudah berjanji menempatkan diri,
menempatkan hati di sini maka harus mentaati apa yang telah menjadi
aturan, dan itu sifatnya wajib demi kemaslahatan bersama, saya tegas apabila
ada yang tidak mentaati aturan, mengenai sanksi atau teguran yang diberikan
kepada yang bersangkutan, saya tidak langsung turun tangan akan tetapi
berjalan sesuai jalur, karena pondok pesantren ini bersifat universal. Ya saya
bersikap baik dan menghargai siapapun yang mentaati sebuah aturan, akan
tetapi saya tidak bisa diam apabila terdapat orang yang melanggar, karena
disini saya sebagai pemimpin, apabila saya tidak tegas, mau dibawa kemana
lembaga ini” (Wawancara dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin Riskam
26 September 2020).

Dari ketegasan KH.Ikhsanudin Riskam, alumni santri Miftahul Ikhsan

Albanjary mengungkapkan pendapat mengenai kebijakan yang ada di pondok

pesantren:

”iya apabila wa haji menetapkan aturan memang harus dilaksanakan, dan


yang mengawasinya adalah murobbi. Apabila aturan yang dibuat wa haji
tidak ditaati maka murobi akan menghukumnya. Contohnya santri laki-laki
itu tidak boleh meroko, eh tiba-tiba ketahuan ada yang meroko, maka
murobbi menghukumnya. Pernah kejadian santri laki-laki ngaroko terus
dicabok atau dijilid ku guru, pokona banyak macamnya tergantung berat
sareung henteuna aturan. Contoh lain deui santri perempuan aya nu maling
maka sok dihukum mengenakan kerudung merah selama satu bulan atau
dijilid oge, da eta parentah ti wa haji” (Wawancara dengan alumni santri Eni
Rohmayani 19 Desember 2020).

Maka dapat disimpulkan bahwa KH.Ikhsanudin Riskam dalam memimpin di

Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary sangat tegas dalam mendidik santri,

bahkan bukanhanya dengan ketegasan ketika melakukan kesalahan,santri setiap

hari dituntut untuk belajar memasak, membersihkan lingkungan Pondok

63
Pesantren bahkan dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat agar

suatu saat setelah selesai dari Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Al banjary,

santri bisa bermasyarakat dengan baik,bahkan mampu berjuang dalam

mensyiarkan agama islam.

D. Motivasi Kepemimpinan KH.Ikhsanudin Riskam dalam

Mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

Dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan islam, motivasi seorang

pemimpin merupakan unsur terpenting dalam pengembangan Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary. Seorang pemimpin akan mampu memotivasi

bawahannya apabila telah berhasil menanamkan semangat dalam dirinya.

Adapun unsur terpenting yang berkaitan dengan motivasi yaitu kebutuhan,

dorongan, dan tujuan. Kebutuhan, yaitu berkaitan dengan sesuatu yang

diinginkan dan diharapkan oleh KH.Ihsanudin Riskam. Dorongan, yaitu

jembatan ataupun kekuatan KH.Ikhsanudin Riskam untuk mencapai sebuah

keinginan yang diharapkan. Tujuan, Hal yang ingin dicapai oleh KH.Ikhsanudin

Riskam dalam mengembangkan Pondok Pesantren yang dipimpinnya dan

mengarahkan pada perilaku atau tindakan. Sebagaiman KH.Ikhsanudin Riskam

berkata:

“kembali lagi kepada tujuan saya mendirikan Pondok Pesantren ini, saya
ingin berjihad, memperjuangkan agama Allah, saya lebih memikirkan santri
lebih memikirkan kemaslahatan ummat daripada diri saya sendiri, karena
yang saya rasa saya lebih bahagia apabila apa yang diinginkan tercapai.
Apabila dilihat pondok pesantren Miftahul Ihsan ini menerapkan boarding
school, santri-santri di tuntut untuk adaptif,normatif dan produktif. Coba lihat
santriah dituntut untuk bisa memasak danlain sebagainya, supaya nanti
selesai mengemban ilmu disini, menjadi manusia yang bermanfaat
dimasyarakat, manfaat dikeluarga, dan bisa berkeluarga ” (Wawancara
dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin Riskam 26 September 2020).

64
Dari perkataan beliau dapat terlihat jelas bahwa kebutuhan KH.Ikhsanudin

Riskam tidak terlepas dari mencari ridho Allah SWT. Harapan beliau adalah

mampu mengembangkan,meningkatkan, bahkan memperjuangkan Agama islam

yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW melalui lembaga yang dipimpinnya.

Mengenai dorongan dalam diri beliau yaitu timbul dari tercapainya harapan yang

diinginkan. Sebagai contoh alumni Pondok Pesantren Miftahul Ihsan berkata:

”saya merasakan kebahagiaan ketika melihat raut wajah wa haji tenang, dan
biasanya wa haji tenang ketika melihat santrinya pinter, narurut ka Murobi”
(Wawancara dengan alumni santri Eni Rohmayani 19 Desember 2020).

Maka terlihat jelas semangat yang timbul dalam mencapai sebuah harapan

yang diingkan oleh KH.Iksanudin Riskam yaitu ketika apa yang telah ditetapkan

sebelumnya tercapai, sehingga beliau lebih semangat untuk mengembangkan

lembaga pendidikan tersebut. Berkaitan dengan unsur ketiga yaitu tujuan, seperti

yang dikatakan oleh KH.Ikhsanudin Riskam mengembangkan lembaga

pendidikan ini ditandai dengan mendorong dan memotivasi para santri untuk

adaptif, normatif dan produktif, agar setelah terjun kelapangan dapat bermanfaat

bagi masyarakat luas.

Berkenaan dengan membangkitkan semangat dalam dirinya, sesuai dengan

teori metode manajemen diri,yaitu dengan menggunakan manajamen fisik,

intelektual, rohani, emosi dan konflik.

a. Manajemen fisik, sama seperti pemimpin pada umumnya hal yang

dilakukan oleh beliau adalah manajemen fisik, karena sebelum

melangkah ke arah depan, seorang pemimpin harus mempersiapkan fisik

yang kuat guna meningkatkandan membangkitkan semangat kerja staf

65
ataupun komponen yang ada dibawahnya. Hal ini dapat dibuktikan

dengan perkataan beliau:

“dalam memimpin jelas harus memiliki fisik yang kuat, laluyang


saya lakukan setiap hari adalah tidak pernah memberikan
kesempatan terhadap waktu untuk nganggur, waktunya saya ngajar,
ya ngajar, waktunya saya panen nya panen ka sawah, itu kekuatan
fisik yang setiap hari diolah” (Wawancara dengan pimpinan umum
KH.Ikhsanudin Riskam 26 September 2020).

Kesimpulannya Manajemen fisik yang dilakukan KH.Ikhsanudin

Riskam, bukan hanya olahraga akan tetapi melakukan aktivitas yang

bermanfaat sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

b. Manajemen Intelektual, seorang pemimpin dapat dikatakan berhasil

apabila mempunyai ilmu yang mumpuni, terhkusus di dalam lembaga

pendidikan islam, seorang pemimpin harus mumpuni dalam ilmu agama

islam. KH. Ikhsanudin Riskam sebelum mendirikan Pondok Pesantren

Miftahul Ihsan Albanjary, beliau mukim di Pondok Pesantren Manazilul

Huda, dengan alasan agar tidak hanya itelektualyang diasah akan tetapi

mempelajari bagaimana menjadi sorang pemimpin yang baik.

“kawit mah abdi mukin heula di Manazilul Huda, tah setelah merasa
mampu mukim di Masyarakat, abdi ngalih ka Situbatu tahun 2000.
Tidinya ngajar santri kalong, ngajar barudak. Setelah itu saya
mendirikan KBIH sebagai salah satu strategi, kereteg hate mah
tiawal oge saya mau mendirikan Pondok Pesantren, karena ada
motivasi besar yang pertama saya sok karunya lamun ningali
barudak nu teu mampu tapi hoyong sakola terus teu katarima di
sakola Negeri, mantak didieu mah di gratiskeun tos 3 tahun,
nukadua nya kawajiban ke dimana saya tos teu aya moal aya nu
neruskeun” (Wawancara dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin
Riskam 26 September 2020).

Dari perkataan beliau sangat jelas bahwa kecerdasan itu sangat

penting, yang pada akhirnya hal itu sangat menjadi dorongan terhadap

66
beliau untuk membangun Pondok Pesantren dan bahkan saat ini bukan

membangun lagi, akan tetapi Mengembangkan Pondok Pesantren,

dengan tujuan ingin mencetak kader-kader da’i untuk membangun

masyarakat yang agamis terutama di Kota Banjar.

c. Manajemen Rohani, hal yang dilakukan oleh KH.Ikhsanudin Riskam

adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah, di dalam setiap aktivitas,

setiap hembusan nafas, tidak pernah lepas dari Allah SWT.

“tujuan saya mah ngan hiji mendapat ridho Allah SWT, disetiap
langkah yang saya lakukan didasarkan untuk mendapatkan ridho
dari Pangeran” (Wawancara dengan pimpinan umum
KH.Ikhsanudin Riskam 26 September 2020).

Sangat jelas bahwa memang pengelolaan batiniah beliau adalah

mendekatkan diri kepada Allah, sehingga beliau sangat mementingkan

kemaslahatan ummat daripada dirinya sendiri, sebagaimana alumni

santri Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary berkata:

”Wa haji pernah angkat ka Makah, nu dipikiran ku wa haji sanes


anak-anakna tapi santri. Wa haji selalu terbuka apabila ada masalah
di santri, wa haji ngamotivasi santri untuk berjihad, dan menjadikan
santri unggul dalam berbagai bidang-bidangnya, mantakan santri nu
rajinteh sok dipasihan piala atau dipasihan naon we kitu supaya
semangat nu lainna oge” (Wawancara dengan alumni santri Eni
Rohmayani 19 Desember 2020).

Dari perkataan alumni santri dapat disimpulkan bahwa semangatnya

beliau dalam membina dan mendidik santri, benar-benar bersih dari hati

yang suci.

d. Manajemen emosi dan Konflik, hal yang dilakukan oleh KH. Ikhsanudin

Riskam hanya mengandalkan pikiran saja dan selalu berkaca terhadap

67
pengalaman yang telah dilalui dan selalu berserah diri kepada Allah

SWT. Sebagaimana yang beliau katakan:

“Setiap permasalahan yang dihadapi lahir ti Gusti Allah, maka


urang salaku hambana kedah berserah oge ka Allah, tapi diberangan
ku ikhtiar” (Wawancara dengan pimpinan umum KH.Ikhsanudin
Riskam 26 September 2020).

Dari perkataan beliau bisa disimpulkan bahwa ketika ada konflik

yang terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan, selain berfikir dan

bermusyawarah, beliau tetap berpegang teguh terhadap Allah SWT.

E. Pola Komunikasi KH.Ikhsanudin Riskam

Komunikasi merupakan media terpenting dalam sebuah organisasi karena

dengan komunikasi yang baik maka akan membentuk hubungan yang kuat

dalam mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary. KH.

Ikhsanudin Riskam ketika mendapati sebuah permasalahan di lingkungan

Pondok Pesantren, selalu melibatkan Dewan Murobbi atau staf lainnya,

sebagaimana beliau mengatakan bahwa:

“Dari awal saya mendirikan lembaga apabila ada permasalahan saya selalu
bermusyarah terutama dengan keluarga, ya karena memang yang ikut
berperan dalam lembaga pendidikan ini adalah anak-anak dan saudara-
saudara saya, bukan tidak mempercayai orang lain, akan tetapi saya lebih
melihat perkembangan santri dan lembaga kedepan, bukan semata-mata
untuk saya, akan tetapi ingin memajukan agama Allah, apabila ada masalah
misalnya dalam pembangunan saya bermusyawarah dengan yang lain,
menerima masukan-masukan dari staf, dan saya tidak pernah meninggalkan
mereka sendirian, apapun keluhannya saya berhak tau. Misalnya lagi tina
hal kecil, sampe kana ngaduk kanggo ngabangun kelas atau kobong tetap
diarahkeun letakna dimana kudu kumaha saya harus tau, bade ngabangun
naon heula tetep dimusyawarahkeun” (Wawancara dengan pimpinan
umum KH.Ikhsanudin Riskam 26 September 2020).

Perkataan beliau diperkuat oleh alumni santri:

68
“iya wa haji upami aya nanaon osok musyawarah, tapi kadang keukeuh
kudu nurut kana kahoyong wa haji” (Wawancara dengan alumni santri Eni
Rohmayani 19 Desember 2020).

Adapun pola komunikasi yang diterapkan oleh KH.Ikhsanudin Riskam

menggunakan aliran:

a. Pola komunikasi roda, terkadang komunikasi yang digunakan oleh

KH.Ikhsanudin Riskam bersifat satu arah, contohnya ketika

memberikan arahan terhadap santri. Tidak hanya dalam mendorong

dan mengarahkan, akan tetapi KH.Ikhsanudi Riskam juga terkadang

mengkritik karena adanya kekeliruan yang dilakukan oleh staf dan

santri ,baik disengaja ataupun tidak disengaja, biasanya beliau

menyampaikan secara langsung. Sebagaimana yang dikatakan oleh

alumni santri sebagai berikut:

“lamun misalsna nyarios sareng santri, nya sok langsung. Kadang


mah lamun nuju ngajar sok tara ngajarna tapi malah ngarahkeun,
kadang wa haji sok langsung ngechek ka kobong, nyarios langsung.
Dan nu ku abi karaos pami nyarios sareng wa haji sok tenang,
bahkan ningalihungkuloge tenang” (Wawancara dengan alumni
santri Eni Rohmayani 25 Desember 2020).

Dari perkataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran

komunikasi KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan pondok

pesantren, termasuk santri maka menggunaka pola roda, karena bersifat

satu arah.

b. Pola komunikasi rantai, biasanya aliran komunikasi yang diterapkan

KH.Ikhsanudin Riskam apabila terdapat permasalah di lembaga maka

menggunakan aliran rantai. Seperti yang dijelaskan oleh alumni santri:

69
“apabila ada informasi penting wa haji rapat sareng murobbi,setelah
dari murobbi baru ke pengurus yang selanjutnya kepada santri”
(Wawancara dengan alumni santri Eni Rohmayani 25 Desember
2020).

Dalam membimbing santri, membina, bahkan mengenai kemajuan dan

pengembangan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary, KH.Ikhsanudin

Riskam menyampaikan pesan, perintah maupun intruksi dilakukan secara

langsung, akan tetapi dengan koordinasi yang sesuai karena lembaga pendidikan

islam yang dibangun oleh beliau bersifat universal dan komunikasi yang

digunakan juga bukan semata-mata dari pikiran saja akan tetapi dari hati,

sehingga orang yang berbicara dengan beliau bahkan hanya berhadapan

langsung dengan beliau, yang dirasakan adalah ketenangan.

KH.Ikhsanudin Riskam memiliki cara komunikasi yang berbeda-beda di

setiap momen, hal itu dibuktikan dengan beberapa momen yang dilalui oleh

belaiu. Komunikasi yang berkaitan dengan penyampaian keritik dan saran

dilakukan saat evaluasi semesteran ataupun apabila terdapat masalah yang

benar-benar mendesak, beliau menyapaikan secara spontan. Adapun pesan yang

disampaikan bukan menjatuhkan bawahan, akan tetapi yang mampu

membangun, berupa motivasi-motivasi, ataupun saran, sesuai dengan

pengalaman yang pernah belaiu lalui. Arah komunikasi yang dilakukan

biasanya dari bawah ke atas ataupun dari atas kebawah, artinya bawahan

melakukan laporan secara berkala kepada KH. Ikhsanudin Riskam yang

selanjutnya KH.Ikhsanudi Riskam memberikan masukan kepada bawahan. Hal

lain yang dilakukan oleh beliau yaitu arah komunikasi atas ke bawah, artinya

beliau selalu memberikan nasihat kepada santri secara langsung.

70
Dewan Murobbi Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary menegaskan

bahwa seorang pemimpin untuk menganalisis santri maka harus sering

bersentuhan langsung dengan santri, dan hal itu dilakukan oleh KH.Ikhsanudin

Riskam, selain mengajarkan ilmu agama, beliau juga secara langsung

mengajarkan mengenai etika dan tatakrama kehidupan. Dalam penegasan diatas

KH.Ikhsanudi Riskam dapat dikatakan sebagai sumber pesan, dan aliran

ataupun arah komunikasi seperti ini rentan terjadi kesalahan karena tidak

adanya perantara dalam menyampaikan pesan.

Selanjutnya komunikasi KH.Ikhsanudin Riskam dalam memberikan

motivasi dilakukan disetiap momen, misalnya di saat rapat ataupun saat

pengajian berlangsung. Motivasi yang beliau berikan bukan hanya untuk

bawahan ataupun elemen-elemen Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary

saja, akan tetapi kepada Masyarakat luas, Jemaah KBIHU, Keluarga bahkan

terhadap pejabat-pejabat daerah. Isi dari motivasi yang diberikan oleh beliau

tidak lepas dari ajaran-ajaran agama islam yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad SAW, selain itu beliau selalu menjalaskan pengalaman yang beliau

lalui sehingga menuntut komunikan, baik itu masyarakat luas, santri, dewan

murobbi, pengurus dan lain sebagainya untuk selalu semangat dalam

menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada, terutama urusan agama.

Sebagai komunikator, KH.Ikhsanudin Riskam selalu mengajarkan berbagai

hal, termasuk ilmu Ubudiyah ataupun penghambaan terhadap Allah SWT,

pemahaman yang berupa penguatan terhadap diri seseorang untuk selalu ikhlas

dalam setiap tugas-tugas yang dilakukan, terutama terhadap santri.

71
KH.Ikhsanudi Riskam selalu mendorong santri untu ta’dzim dan mengabdi

terhadap Pondok Pesantren maupun terhadap masyarakat.

F. Hasil Analisis Gaya Kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam dalam

Mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary

Dari beberapa pembahasan diatas mengenai pola perilaku kepemimpinan,

motivasi diri dalam menerapakan gaya kepemimpinan dan pola komunikasi

yang diterapkan oleh KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan podok

pesantren Miftahul Ihsan Albanjary, dapat diketahui gaya kepemimpinan yang

beliau terapkan adalah gaya autokratis, gaya partisipatif, gaya birokratis, dan

gaya kharismatik.

Pola Perilaku yang diterapkan beliau tidak selalu datar akan tetapi

terkadang semua komponen yang ada dilamnya harus patuh terhadap apa yang

dikatakan dan diinginkan oleh KH.Iksanudin Riskam, bahkan beliau selalu

bersikap tegas apabila ada yang melanggar ataupun ada suatu pekerjaan yang

beliau inginkan akan tetapi belum selesai maka beliau akan menuntut tanggung

jawab dari staf ataupun santri. Selanjutnya beliau juga suka menerima masukan,

bahkan selalu bersikap adil. Apabila ada permasalahan maka yang beliau

lakukan adalah bermusyawarah baik itu dengan staf, bahkan dengan keluarga.

Motivasi diri yang beliau terapkan adalah dengan menrapkan beberapa

metode yaitu manajemen fisik, intelektual, rohani, emosi dan konflik. Seluruh

metode yang diterapkan yaitu tiada lain hanya untuk mengharap ridho Allah

SWT, dan tetap semangat dalam memotivasi kompnen-komponen yang berada

di dalamnya, baik itu KBIH, SMP, SMK, mapun DTA dan Wustho.

72
Selanjutnya berkaitan dengan komunikasi, komunikasi yang diterapkan

KH.ikhsanudin Riskam adalah secara langsung, bahkan bukan hanya dari

perkataan akan tetapi dari pebuatan, sehingga santri ataupun staf merasa tenang

apabila berhadapan secara langsung dengan KH.Ikhsanudin Riskam. Lebih

Jelasnya mengenai gaya Kepemimpinan KH.Ikhsanudin Riskam adalah sebagai

berikut:

1. Gaya Autokratis

Berkenaan dengan autokratis yaitu, pemimpin dengan sikap yang

timbul dari dirinya hanya memberikan tugas dan wewenang serta menuntut

bawahan untuk selalu patuh sepenuhnya. Gaya Autokratis KH. Ikhsanudin

Riskam ditandai dengan perilaku ketika beliau mempunyai sebuah

keinginan dan harapan yang harus dicapai maka semua komponen wajib

mengikuti aturan yang telah dibuat, apabila tidak mengikuti perintah beliau

maka akan lebih tegas dalam bertindak agar tercapainya sebuah tujuan.

Dari hasil wawanacara dapat dilihat bahwa mengenai ketegasannya

terhadap santri walaupun beliau tidak menghukumi secara langsung, akan

tetapi itu termasuk kedalam perintah yang dibuat, dan dalam sebuah aturan

memang harus selalu ditaati, apabila tidak ditaati maka akan mendapatkan

konsekuensi sesuai dengan aturan yang dilanggar.

Berdasarkan teori, terdapat dua model dalam gaya ini: pertama

berhaluan keras, bawahan dituntut untuk selalu patuh dan apabila tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemimpin maka akan dikenakan

sanksi. Kedua paternalistik, pemimpin mengharapkan bawahan patuh

73
berdasarkan rewards yang didapatkan sehingga harus tetap konsisten. Maka

autokratis yang diterapkan oleh KH.Ikhsanudin Riskam bukan paternalistik

yang menuntut seseorang untuk mentaati aturan karena pernah diberikan

rewards atau penghargaan dan menuntut seseorang untuk konsisten dengan

apa yang pernah dicapai, namun pola yang diterapkan adalah berhaluan

keras, karena demi mencetak santri maupun pengembangan lembaga,

apabila ada yang melanggar maka akan mendaptkan sanksi.

2. Gaya Partisipatif

Gaya Partisipatif yaitu pemimpin terbuka terhadap argumen bawahan

dan selalu mengajak terbuka untuk berpartisasi dalam kebijakan-kebijakan

yang ada dalam sebuah lembaga, atau bisa dikatakan pemimpin yang benar-

benar demokratis, hal ini ditandai dengan sikap beliau dalam penyusunan

rencana, ataupun strategi dalam pengembangan Pondok Pesantren Miftahul

Ihsan Albanjary, dan sekecil apapun sebuah permasalahan yang dihadapi,

demi perkembangan pondok pesantren Miftahul Ihsan Albanjary, maka

selalu bermusyawarah, selalu melibatkan komponen komponen yang ada

didalamnya seperti pengurus, santri, staf pengajar,dan keluarga. KH.

Ikhsanudin Riskam selalu bermusyawarah ketika ada permasalahan,

terkecuali memang bersifat urgent.

3. Gaya Birokratis

Gaya selanjutnya yang diterapkan adalah birokratis. Berdasarkan teori,

beirokratis yaitu seorang pemimpin menuntut bawahan untuk patuh

terhadap aturan-aturan,kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

74
bersama.pemimpin menuntut bawahan untuk patuh terhadap aturan-

aturan,kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan bersama, hal ini ditandai

deng sikap KH.Ikhsanudin Riskam dalam mengembangkan Pondok

Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary. Sebuah organisasi atau lembaga

pendidikan tidak lepas dari yang namanya aturan atau kebijakan. Maka

disetiap langkah atau kegiatan tidak lepas dari yang namanya aturan, dan

siapapun baik itu Murobi, pengurus, dan santri wajib mentaati kebijakan

yang ada demi tercapainya sebuah tujuan, apabila tidak mentaati maka akan

dikenakan sanksi.

4. Gaya Kharismatik

Gaya Kharismatik yaitu seorang pemimpin yang dikagumi semua

orang,karena bawahan tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap,

dan perilaku pemimpin dalam sebuah organisasi, hal ini ditandai dengan

sikap dan perilaku yang diterapkan oleh KH.Ikhsanudin Riskam sangat

dijadikan contoh dan tauladan oleh santri, staf bahkan masyarakat luas. Dari

beberapa narasumber yang saya wawancarai mengenai perilaku dan sikap

yang diajarkan oleh KH. Ikhsanudin Riskam terhadap santri, masyarakat

bahkan jemaah KBIHU sangat menghormati beliau, dan respon dari

masyarakat juga sangat baik.

Adapun keberhasilan beliau dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Miftahul Ikhsan Al Banjary ini ditandai dengan infrastrukur ataupun sarana dan

prasarana, dewan Murobbi atau pengajar, dan santri yang setiap tahun ketahun

bertambah, lebih jelasnya sebagai berikut:

75
1. Sarana dan Prasarana

Dari hasil analisis yang dilakukan, sejak tahun 2015 di Yayasan

Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary hanya memiliki satu Masjid,

KBIHU, Sekolah Putra Putri saja, dan baru diresmikan pada tahun 2016,

akan tetapi pada tahun 2020 infrastruktur, inventarisasi Pondok Pesantren,

baik itu SMPIT, SMK, sangat berkembang pesat sesuai dengan daftar tabel

2.1, 2.2, 2.3, dan gambar-gambar terlampir.

2. Dewan Murobbi atau Pengajar

Pada tahun 2015 KH.Ikhsanudin Riskam hanya ditemani oleh dua

pengajar yaitu Pa Ust. Ilal dan Ust. Lili Gali saja, akan tetapi sejak tahun

2020 Dewan murobbi, pengurus dan tenaga pengajar bertambah sesuai

dengan data terlampir.

3. Santri

Awal tahun 2015 sebelum diresmikan pada tahun 2016, santri mukim

di Pondok Pesantren Miftahul Iksan Albanjary hanya 35 orang dan masih

banyak santri yang tidak mukim di asarama, akan tetapi pada tahun 2020

santri bertambah hingga saat ini kuranglebih 500 santri sesuai dengan data

terlampir.

Dari hasil wawancara dengan pihak BIMAS (Bimbingan Masyarakat) Islam

Kantror Kementrian Agama Kota Banjar, Ust. Jamal mengatakan bahwa Pondok

Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary merupakan peringkat ketiga Pondok

Pesantren termaju, akan tetapi dari segi usia Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan

mendapatkan peringkat pertama yang mampu berkembang pesat dibandingkan

76
Pondok Pesantren lainnya. Pendapat Dr. Dadang Solihih selaku Kasi BIMAS

Islam memperkuat bahwa KH.Ikhsanudi Riskam.

Kepemimpinan dari KH. Ikhsanudin Riskam sangat terkenal baik, hal itu

juga di tandai pada tangga 15 September 2020, Miftahul Ikhsan Albanjary

dibanjiri oleh ribuan Jemaah, bahkan bukan hanya dari Jawa Barat saja akan tetapi

dari Jawa Tengah seperti Cilacap dan lain sebaginyapun ikut hadir dalam acara

Safari Kajian Islam bersam Ust. KH. Abdul Somad, Lc., M.A. Ph.D sesuai dengat

gambar telampir.

Selanjutnya, keterkaitan KH.Ikhsanudi Riskam dengan pejabat-pejabat

sebagaimana Mohammad Milqi Qolbani mengatakan bahwa KH.Ikhsanudin

Riskam sangat di hormati dan segani oleh pejabat-pejabat tinggi, seperti Dr.dr.H.

Herman Sutrisno, M.M selaku mantan Walikota Banjar merupakan jemaah

KBIHU Al Ikhsan termasuk Walikota Banjar Dr. Hj. Ade Uu Sukaesih, M.Si.,

Nana Suryana selaku wakil Walikota Banjar, AKBP Melda Yanny, S.I.K., dan

jajaran lainnya sangat kenal betul terhadap kepemimpinan KH. Ikhsanudin

Riskam. Tidak hanya akrab dengan pejabat daerah Kota Banjar saja,beliau juga

ikut andil di Provinsi Jawa Barat Jaringan Kanwil Provinis Jawa Barat, dan beliau

juga akrab dengan Wakil Gubernur Jawa Barat yaitu H.UU Ruzhanul Ulum, S.E..

Adapun rencana pembangunan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren

Miftahul Ikhsan Albanjary adalah membangu perguruan tinggi, dan akan

membangun travel Al Ikhsan, bahkan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan

Albanjary sudah memiliki 6 Armada bus, yang di operasikan sebagai fasilitas

santri dan jemaah KBIHU Al Ikhsan.

77
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pembahasan yang telah diuraikan pada tiap bab sebelumnya, maka kiranya

dapat ditarik kesimpulan sekaligus menjadi jawaban pertanyaan peneliti. Dari segi

kepemimpinan KH. Ikhsanudin Riskam tidak hanya terpaku pada satu gaya saja

akan tetapi berbeda-beda disesuaikan dengan momen yang dihadapi. Berkaitan

dengan pola perilaku yang beliau lakukan, KH.Iksanudin Riskam sangat terkenal

baik oleh masyarakat luas dan menjadi tauladan bagi seluruh elemen. Selanjutnya

Motivasi Diri, dalam mengelola diri KH.Ikhsanudin Riskam tidak lepas dari

ikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT, sehingga beliau tetap semangat ketika

menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada, bahkan Kh,Iksanudin Riskam

mampu memerikan motivasi terhadap bawahannya. Begitupun dengan pola

komunikasi yang diterapkan oleh beliau tidak selalu datar, akan tetapi disesuaikan

dengan situasi dan kondisi.

Adapun gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh KH. Iksanudin Riskam

dalam mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ikhsan Albanjary adalah

sebagai berikut:

1. Gaya Autokratis

Gaya Autokratis yang diterapkan oleh KH. Ikhsanudin Riskam

ditandai dengan perilaku ketika beliau mempunyai sebuah keinginan dan

harapan yang harus dicapai maka semua komponen wajib mengikuti aturan

78
yang telah dibuat, apabila tidak mengikuti perintah beliau maka akan lebih

tegas dalam bertindak agar tercapainya sebuah tujuan.

2. Gaya Partisipatif atau Demokratis

Sikap beliau dalam penyusunan rencana, ataupun strategi dalam

pengembangan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan Albanjary, dan sekecil

apapun sebuah permasalahan yang dihadapi, demi perkembangan pondok

pesantren Miftahul Ihsan Albanjary, maka selalu bermusyawarah, selalu

melibatkan komponen komponen yang ada didalamnya seperti pengurus,

santri, staf pengajar,dan keluarga. KH. Ikhsanudin Riskam selalu

bermusyawarah ketika ada permasalahan, terkecuali memang bersifat

urgent.

3. Gaya Birokratis

KH.Ikhsanudin Riskam bisa dikatakan menerapkan gaya birokratis,

karena dalam mengembangkan Pondok Pesantren Miftahul Ihsan

Albanjary, ketika ada bawahan yang melaggar sebuah aturan yang beliau

tetapkan, baik itu Murobi, pengurus, dan santri wajib mentaati kebijakan

yang ada demi tercapainya sebuah tujuan, apabila tidak mentaati maka akan

dikenakan sanksi.

4. Gaya Kharismatik

KH.Ikhsanudin Riskam sangat dihormatidan disegani oleh masyarakat

luas, dan juga pejabat-pejabat, baik pejabat daerah Kota ataupun

Provinsi.Kh. Ikhsanudin Riskam juga sangat dijadikan tauladan yang

baikoleh masyarakat.

79
B. Saran

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siapapun yang membaca, serta

sebagai bukti kontribusi pemikiran dan melengkapi literatur dari penelitian-

penelitian sebelumnya tentang kepemimpinan pada lembaga pendidikan islam,

terkhusus pada Pondok Pesantren. Perilaku kepemimpinan, Manajemen motivasi

pada diri sorang pemimpin dan pola komunikasi yang diterapkan dalam

memimpin sebuah organisasi memang sangat diperlukan demi kemajuan dan

perkembangan lembaga itu sendiri.

Dalam kesempatan ini penulis lebih memfokuskan kepada gaya

kepemimpinan saja untuk penelitian selanjutnya, agar mampu meneliti mengenai

model kepemimpinan yang lebih fokus dan kreatif. Juga pondok pesantren yang

merupakan lembaga pendidikan non formal di tengah perkembangan zaman, agar

tetap mempertahankan nilai-bilai yang menjadi fungsi dari pondok pesantren,

bukan sebaliknya yang semaki terkikis oleh zaman dan hanya mementingkan

eksistensi saja.

80
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anasom. 2002. Kyai Kepemimpinan & Patronase. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra.

Ayu,Ida.2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi.


Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.10.

Bahri Ghazali. 2003. Pesantren Berwawasan Lingngkungan. Jakarta: Prasasti.

Cahyadi, R. A. H.2017. Pengembangan Pondok Pesantren. Halaqa: Islamic


Education Journal. Vol. 1.

Candra Wayan, dkk. 2017. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta: CV.Andi Offset.

Fahmi, Irham. 2013. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta

Inah, E. N.2016. Pola Komunikasi Interpersonal Kepala Madrasah Tsanawiyah


Tridana Mulya Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Al-
TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, Vol.9.

Kesuma, G. C. 2014. Pesantren dan Kepemimpinan Kyai. TERAMPIL: Jurnal


Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.1.

Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS. 2002 Menghidupkan Ruh Pemikiran KH.
Ahmad Siddiq. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munir,M., Ilahi Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Nasrudin, Endin. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung: CV Pustaka Setia

Nurhayati Djamas. 2008. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca


kemerdekaan. Jakarta : PT RajaGrafinda Persada.

Nurkolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta

Priyatna, M. 2017. Manajemen pengembangan sdm pada lembaga pendidikan


Islam. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam. Vol 5.

81
Rakhmat, Jalaludin. 2013. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Rivai, Vithzal. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.


Depok: PT Rajagrapindo Persada.

Rs., Syamsuddin. 2014. Kepemimpinan Dalam Islam. Bandung: LP2M UIN


Sunan Gunung Djati Bandung.

Saebani, Ahmad Beni. KepemimpinanI. Bandung: CV Pustaka Setia.

Saiful Akhyar Lubis. 2007. Konseling Islami Kyai dan Pesantren, Yogyakarta:
eLSAQ Pres.

Siagian, P. Sondang. 1990. Filsafat Admistrasi. Jakarta: Haji Masagung.

Susanto Yohanes. 2017. Peran Kepemimpinan dalam Pengelolaan Koperasi.


Yogyakarta: Deepublish.

Suwanto. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi Publik dan Bisnis.


Jakarta: Bumi Aksara

Toha , Miftah. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen (Suatu pendekatan


Perilaku). Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Turmuzi Hamzah. 2002. Kepemimpinan Kyai (Penelitian Kyai Persis Garut).


Bandung: Tesis Unpad

Usman Husaini. 2019. Kepemimpinan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wina Sanjaya. 2007. ManajemenPembelajaran, Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Zainal, Yusuf. 2015. Manajemen Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia

82
LAMPIRAN

83

Anda mungkin juga menyukai