Anda di halaman 1dari 8

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No.

2 (April 2018)

IDENTITAS NASIONAL DALAM BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA


M. Maman Sumaludin
SMA Pasundan 2 Bandung
mmamansumaludin@gmail.com

Abstract: This article discusses about national identity in history subject textbook for senior high school level. History
subject textbook is one of the important media in history learning process, which is used as mandatory book
as a tool to achieve the objectives of education. The elaborated materials inside the books are composed by the
government, and contains ideology related ti national identity. National identity is distinct characteristics that
only had by a nation. Fairclough’s critical discourse analysis method is used to analyze the national identity
points in the content of history subject textbook.

Abstrak: Artikel ini membahas wacana identitas nasional dalam buku teks pelajaran sejarah Sekolah Menengah Atas
(SMA). Buku teks pelajaran sejarah merupakan salah satu media terpenting dalam proses pembelajaran
sejarah di kelas, yang dijadikan buku wajib guna mencapai tujuan pendidikan. Materi yang diuraikan dalam
buku teks berkaitan dengan kurikulum yang disusun oleh pemerintah. Implikasi buku teks terutama mata
pelajaran sejarah dipengaruhi oleh idiologi yang dianut oleh negara, termasuk dalam penentuan materi yang
sesuai dengn kurikulum yang disusun oleh negara, di mana ideologi yang dianut tersebut erat kaitannya
dengan identitas nasional. Identitas nasional yang dimaksud adalah suatu jati diri yang khas dimiliki oleh
suatu bangsa dan tidak dimiliki oleh bangsa yang lain. Metode yang digunakan untuk mengetahui wacana
identitas nasional pada buku teks dengan menggunakan analisis wacana kritis Fairclough

Kata Kunci: identitas nasional, buku teks pelajaran sejarah

PENDAHULUAN perkembangannya beralih ke Indonesiasentris,


Penyajian buku teks memiliki keterkaitan mengingat kebutuhan pendidikan Indonesia saat
signifikasi dengan tujuan pembelajaran. Salah satu itu adalah pembentukan kepribadian bangsa.
aspek penting penyajian buku teks adalah bagaimana Dengan demikian, perkembangan penulisan buku
penulisannya. Model dan pendekatan yang teks sejarah tidak terlepas dari jiwa zaman yang
dipakai dalam penulisan buku teks akan berkaitan menandainya.
dengan materi dan tujuan dari pembelajaran mata Pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran
pelajaran tersebut. Pelajaran sejarah merupakan yang tujuannya memiliki kaitan dengan
salah satu mata pelajaran yang memiliki perhatian pembentukan watak bangsa. Tujuan tersebut
terhadap pentingnya penulisan. Aspek penulisan membuat tujuan pelajaran sejarah akan berkaitan
dalam sejarah amatlah penting, sebab penulisan dengan idiologi politik kenegaraan. Negara
memberikan suatu gambaran bagaimana suatu memiliki kewajiban membentuk watak kebangsaan
suatu peristiwa itu dikonstruksikan dan dipahami. yang dilakukan melalui pendidikan, salah
Konstruksi dan pemahaman terhadap peristiwa satunya dengan mata pelajaran sejarah melalui
yang ditulis dalam buku teks pelajaran harus buku teks sejarah. Kewajiban negara tersebut
berkaitan dengan tujuan pembelajaran (Mulyana diimplementasikan melalui kebijakan pendidikan
dan Darmiasti, 2009: 79). melalui kurikulum. Buku teks pelajaran pada
Penulisan buku teks pelajaran sejarah hakikatnya merupakan penjabaran isi kurikulum
untuk pendidikan di sekolah pada hakekatnya secara operasional (Sitepu, 2012: 27). Dengan
merupakan bagian dari perkembangan historiografi demikian tujuan pembelajaran sejarah menjadi
di Indonesia. Kesadaran untuk menulis buku idiologis untuk membentuk kepribadian dan watak
sejarah sudah ada sejak awal kemerdekaan. bangsa, termasuk memperkuat identitas nasional
Pada awal kemerdekaan buku-buku teks yang didalamnya.
diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta masih Buku sejarah merupakan bentuk praktek
bersifat Nederlandosentrisme. Namun dalam pewacanaan identitas nasional, teks-teks yang

97
M. Maman Sumaludin
Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA

terkandung di dalamnya tentu saja mengakomodir identitas bangsa atau identitas nasional yang
pengetahuan-pengetahuan tertentu dan pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok
menyingkirkan sebagian lain (Heychael, 2012: yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
13). Begitu pula dengan buku teks sejarah sebagai pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut
bentuk praktek dari wacana identitas nasional nasional.
yang dipengaruhi oleh idiologi kenegaraan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
melalui kebijakan pendidikan dan kurikulum. identitas nasional adalah suatu jati diri yang khas
Dari perkembangan penulisan buku teks sejarah dimiliki oleh suatu bangsa dan tidak dimiliki
sejak awal kemerdekaan dari Nederlansentris ke oleh bangsa yang lain. Dalam hal ini, tidak hanya
Indonesiasentris, kemudian masa orde lama dengan mengacu pada individu saja, akan tetapi berlaku
semangat sosialisme dan anti kolonialismenya juga pada suatu kelompok. Dengan kata lain,
tidak memberi ruang pada pengetahuan demokrasi identitas nasional adalah kumpulan nilai-nilai
liberal, begitu pula dengan orde baru yang melarang budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
ajaran komunisme dan marxisme. Lalu bagaimana berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang
dengan arah penulisan buku teks sejarah pada dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
masa reformasi saat ini? Apakah wacana identitas kebudayaan nasional dengan acuan pancasila
nasional dalam buku teks sejarah dipengaruhi atau dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
menyesuaikan jiwa zamannya (reformasi)? pengembangannya.
Dalam artikel ini penulis mencoba melakukan Unsur-unsur identitas nasional merujuk
analisis wacana terhadap penulisan buku teks sejarah pada bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
SMA Kelas XI yang menggunakan Kurikulum 2013. merupakan gabungan unsur-unsur pembentuk
Buku yang dianalisis merupakan buku terbitan identitas nasional yang meliputi suku bangsa,
pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan agama, kebudayaan dan bahasa. Dari unsur-unsur
Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014. Fokus identitas nasional tersebut, dapat dirumuskan
penelitian yang menyoalkan masalah identitas pembagiannya menjadi tiga bagian (Herdiawanto
nasional yaitu pada bab mengenai ‘Membangun Jati dan Hamadayama, 2010), yaitu: (1) Identitas
Diri Keindonesiaan’. Hal tersebut dipilih berkaitan Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat
dengan tema penulisan yaitu mengenai identitas bangsa, dasar negara dan ideologi negara. (2)
nasional dalam buku teks sejarah. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945
dan tata perundang-undangannya. Dalam hal ini,
KAJIAN KONSEP bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, bendera
1. Identitas Nasional negara Indonesia, lambang negara Indonesia, lagu
Identitas (identity) dalam kamus Oxford berasal kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya. (3)
dari bahasa Latin yaitu ‘idem’ atau sama dan dua Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan
makna dasar yaitu, pertama tentang kesamaan dan pluralisme dalam suku, budaya, bahasa dan
absolut dan yang kedua adalah konsep pembeda atau agama serta kepercayaan
perbedaan yang menganggap adanya konsistensi Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan.
dan kontinuitas (Jenkins dalam Heychles, 2012: Atau wacana juga dipahami sebagai bentuk interaksi.
23). Identitas adalah soal apa yang kamu miliki Jadi wacana merupakan sesuatu yang bertujuan,
secara bersama-sama dengan beberapa orang dan misalnya apakah untuk mempengaruhi, mendebat,
apa yang membedakan kamu dengan yang lainnya membujuk, menyanggah, dan sebagainya. Wacana
(Weeks dalam Barker, 2005: 221). Sementara itu juga merupakan sesuatu yang diekspresikan secara
kata ‘nasional’ merupakan identitas yang melekat sadar dan terkontrol.
pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan fisik, baik fisik 2. Buku Teks Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013
seperti budaya, agama dan bahasa maupun nonfisik Buku teks pelajaran merupakan salah
seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan satu media terpenting dalam mencapai tujuan
kelompok inilah yang kemudian disebut dengan pembelajaran di sekolah. Menurut Permendiknas

98
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
Nomor 2 Tahun 2008 bahwa buku teks pelajaran pelajaran sejarah memiliki fungsi yang strategis
pendidikan dasar, menengah dan perguruan dalam pembentukan watak dan kepribadian bangsa.
tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah Helius Sjamsuddin dalam artikelnya (2000) menulis
buku acuan wajib untuk digunakan di satuan tentang kriteria dan permasalahan penulisan buku
pendidikan dasar dan menengah atau perguruan teks sejarah. Menurut pendapatnya ada enam
tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam kriteria yang harus dipenuhi dalam penulisan buku
rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, teks sejarah, yaitu:
akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu “(1) Substansi faktual yang harus
pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dipertangungjawabkan; (2) Penafsiran dan
dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan atau penjelasan; (3) Penyajian dan retorika
kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan yang harus sesuai dengan teori psikologi
standar nasional pendidikan (Sitepu, 2012: 17). perkembangan; (4) Pengenalan konsep-
Pengertian tersebut, menentukan kedudukan buku konsep sejarah (Indonesia dan Umum) perlu
teks pelajaran sebagai buku acuan wajib dalam menggunakan kriteria; (5) Buku teks pelajaran
proses pembelajaran disekolah, isi buku teks sejarah secara teknis-konseptual mengikuti
pelajaran memuat materi pembelajaran serta tujuan GBPP (kurikulum); (6) kelengkapan ilustrasi,
buku teks, yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan gambar, foto, peta-peta sejarah dalam setting
nasional, serta penyusunannya mengikuti standar dan lay out yang informatif dan naratif ”
pendidikan nasional. (Sjamsuddin, 2000).
Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks
pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual Selanjutnya, hal yang menjadi masalah
bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam terhadap kualitas penulisan buku teks pelajaran
membelajarkan siswa untuk bidang studi tertentu. sejarah menurut pendapat Helius Sjamsuddin
adapun fungsi buku teks pelajaran bagi siswa dan adalah terjadi tarik-menarik antara kebutuhan
guru yaitu: untuk memenuhi tuntutan pendidikan (akademik)
“Pedoman belajar bagi siswa berarti siswa di satu pihak dengan tuntutan keuntungan dari
menggunakannya sebagai acuan utama dalam: penerbit-penerbit di lain pihak. Tarik-menarik
(1) memepersiapkan diri secara individu atau tersebut terkadang membuat penulis buku harus
kelompok sebelum kegiatan belajar di kelas; (2) bekerja cepat karena tuntutan penerbit yang ingin
berinteraksi dalam proses pembelajaran dikelas; cepat menjual bukunya. Bahkan di lapangan terjadi
(3) mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kompetisi antar penerbit dalam hal memasarkan
guru; dan (4) mempersiapkan diri untuk tes buku terbitannya.
atau ujian formatif dan sumatif. Bagi guru, Menurut S. Hamid Hasan (2000) dalam
buku teks pelajaran digunakan sebagai acuan artikelnya menulis tentang buku teks pelajaran
dalam: (1) membuat desain pembelajaran; sejarah dalam kaitannya dengan kurikulum, bahwa
(2) mempersiapkan sumber-sumber belajar kurikulum selalu mengalami perkembangan sesuai
lain; (3) mengembangkan bahan ajar yang dengan tantangan zaman, bagaimanakah buku teks
kontekstual; (4) memberikan tugas; dan (5) pelajaran sejarah mampu menyesuaikan dengan
menyusun bahan evaluasi” (Sitepu, 2012: 21) perkembangan zaman. Kurikulum merupakan
acuan utama dalam menulis buku teks sejarah.
Oleh karena kedudukan dan fungsi buku Menurut Sitepu (2012: 62) bahwa sasaran, tujuan,
teks pelajaran seperti yang telah diuraikan, salah materi/bahan dan metode penyajian materi/bahan
satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam buku teks pelajaran merupakan unsur-unsur harus
pembangunan pendidikan nasional adalah dengan seuai dengan yang terdapat dalam kurikulum.
mengadakan buku teks pelajaran. Sasaran utama pembaca dan pengguna buku teks
Seperti halnya buku teks pelajaran lain, buku pelajaran adalah siswa dan guru. Tujuannya harus
teks pelajaran sejarah memiliki keududukan diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional
dan fungsi bagi siswa maupun guru, terlebih lagi dan Kurikulum 2013. Materi atau bahan ajar yang

99
M. Maman Sumaludin
Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA

ditulis dalam bahan buku teks pelajaran ditentukan Jadi wacana merupakan sesuatu yang bertujuan,
dengan menganalisis KI dan KD mata pelajaran misalnya apakah untuk mempengaruhi, mendebat,
mengacu pada kompetnsi mata pelajaran yang membujuk, menyanggah, dan sebagainya. Wacana
bersangkutan. juga merupakan sesuatu yang diekspresikan secara
sadar dan terkontrol.
METODE 2. Konteks
Metode yang digunakan dalam mengkaji buku Mengacu pada pendapat Guy Cook, dalam
teks pelajaran sejarah ini adalah metode analisis analisis wacana juga memeriksa konteks dari
wacana kritis Fairclough. Ciri khas dari metode komunikasi seperti siapa yang mengkomunikasikan
analisis wacana kritis adalah bahwa hubungan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak
antara praktik sosial dan teks diperantarai oleh dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana
prkatik wacana; bagaimana sebuah teks diproduksi perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi;
dan dinterpretasi, dalam pengertian apa praktik dan hubungan untuk masing-masing pihak.
wacana dan akidah dibuat, dari apa order of Sehubungan dengan konteks dalam wacana,
discourse dan bagaimana mereka diaktualisasikan Fillmore mengungkapkan betapa pentingnya
secara bersamaan. Proses ini pada akhirnya peran konteks untuk menentukan makna suatu
dipengaruhi oleh praktik sosial termasuk hubungan ujaran, bila konteks berubah maka berubah pula
dengan hegemoni yang terkaji (Fairclough, dalam maknanya. Sementara itu Syafi’ie (dalam Lubis,
Heychael, 2012: 54). Dalam analisis wacana dikenal 1993: 58) membedakan konteks dalam pemakaian
adanya tiga sudut pandang mengenai bahasa bahasa menjadi empat macam: (1) konteks fisik
(Eriyanto, 2006: 4-6). Pandangan pertama, bahasa yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa
dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan
objek di luar dirinya. Jadi analisis wacana digunakan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau
untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, perilaku dari para peran dalam komunikasi itu; (2)
dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan
pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran menurut yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun
sintaksis dan semantik. Pandangan kedua, pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri
subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan dari kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang
wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu
Jadi analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu dalam peristiwa komunikasi; dan (4) konteks sosial
analisis untuk membongkar maksud-maksud dan yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi
makna-makna tertentu. Pandangan ketiga, bahasa hubungan antara pembicara (penutur) dengan
dipahami sebagai representasi yang berperan dalam pendengar.
membetuk subjek tertentu,tema-tema wacana 3. Historis
tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Untuk dapat memahami suatu wacana teks
Jadi analisis wacana dipakai untuk membongkar maka dapat dilakukan dengan memberikan konteks
kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Analisis historis di mana teks itu diciptakan. Oleh karena itu
wacana ini dikenal dengan nama analisis wacana pada saat menganalisis perlu dimengerti mengapa
kritis karena menggunakan perspektif kritis. wacana yang berkembang atau dikembangkan
Mengutip apa yang dipaparkan dalam buku seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu,
analisis wacana (Eriyanto, 2006), berikut ini dan sebagainya.
merupakan hal-hal yang mencirikan sebuah analisis 4. Kekuasaan
wacana kritis. Semua wacana yang muncul dalam bentuk teks,
1. Tindakan percakapan, atau apapun dipandang sebagai
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan
Atau wacana juga dipahami sebagai bentuk interaksi. adalah salah satu kunci hubungan antara wacana
dan masyarakat. Hubungan antara kekuasaan dan

100
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
wacana dapat dilihat dari apa yang dinamakan Golongan intelektual bumiputra itu disebut
kontrol. Kontrol dalam suatu wacana dapat berupa “priyayi baru” yang sebagian besar adalah guru
kontrol atas konteks, dan kontrol terhadap struktur dan jurnalis di kota-kota. Pendidikan dan pers
wacana. Kontrol atas konteks misalnya dapat dilihat itu pula menjadi untuk menyalurkan ide-ide
dari siapa yang boleh atau harus bicara sedangkan dan pemikiran yang ingin membawa kemajuan,
posisi yang lain sebagai pendengar atau yang dan pembebasan bangsa dari segala bentuk
mengiyakan. Sedangkan kontrol terhadap struktur penindasan dari kolonialisme Belanda. Mereka
wacana dapat dilihat dari seseorang yang memiliki tidak memandang Jawa, Sunda, Minangkabau,
kekuasaan lebih besar dapat menentukan bagian Ambon, atau apa pun karena mereka adalah
mana yang perlu ditampilkan dan bagian mana bumiputra. Pengalaman yang mereka peroleh
yang tidak serta bagaimana ia harus ditampilkan. di sekolah dan dalam kehidupan setelah lulus
5. Ideologi sangatlah berbeda dengan generasi orang tua
Wacana digunakan sebagai alat oleh mereka. Para kaum muda terpelajar inilah yang
kelompok dominan untuk mempersuasi dan kemudian membentuk kesadaran “nasional”
mengkomunikasikan kekuasaan yang mereka miliki sebagai bumiputra di Hindia, dan bergerak
agar terlihat absah dan benar dimata khalayak. bersama “bangsa-bangsa” lain dalam garis
Suatu teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk waktu yang tidak terhingga menuju modernitas,
dari praktik ideologi tertentu. Menurut teori-teori suatu dunia yang memberi makna baru bagi
ideologi dikatakan bahwa ideologi dibangun oleh kaum pelajar terdidik saat itu” (Sadirman dan
kelompok yang dominan dengan tujuan untuk Lestrainingsih, 2014: 147).
mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka.
Strategi utamanya adalah dengan membangun Melalui teks di atas, kita melihat masalah
kesadaran khalayak bahwa dominasi itu dapat diasumsikan terjadi karena adanya penjajahan
diterima secara taken for granted. dan keterbelakangan bangsa Indonesia. Lahirnya
kelas menengah yang dihaslikan oleh pendidikan
PEMBAHASAN kolonial, kemudian berupaya mengkoreksi keadaan
Analisis isi dan wacana identitas nasional ini. Meskipun tidak semua bangsa Indonesia
dalam buku teks pelajaran sejarah SMA yang memiliki akses pada pendidikan barat dan
difokuskan pada materi kelas XI bab 3 mengenai memiliki kesadaran yang sama dengan mereka.
‘Membangun Jati diri Keindonesiaan’ yang terdiri Namun mereka yang lebih terdidik tidak hanya
atas 3 sub bab yaitu: ‘Menghayati Tumbuhnya mementingkan dirinya sendiri, mereka berupaya
Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme’, ‘Menganalisis menyebarkan pengetahuan yang mereka miliki
Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan’, dan dengan membentuk sekolah-sekolah pribumi.
‘Menganalisis Proses Penguatan Jati diri Bangsa’. Kesadaran nasional sebagai dampak dari politik
Sebagaimana tertera dalam bab yang dibahas, uraian etis digunakan sebaik-baiknya tidak hanya oleh
dimaksudakan untuk menjelaskan membangun jati golongan terpelajar, namun golongan semua
diri keIndonesiaan, dalam kerangka analisis wacana lapisan masyarakat dari seluruh daerah, tanpa
kritis pada sub bab menghayati tumbuhnya ruh mengenal suku, agama, dan pekerjaan. Dari sinilah
kebangsaan dan nasionalsime. Seperti pada wacana jati diri keIndonensiaan mulai dibentuk dan
teks berikut. memperlihatkan identitas nasional sebagai suatu
“Adanya pendidikan gaya Barat itu membuka bangsa yang bernasib sama.
peluang bagi mobilitas sosial masyarakat di Sebagai kelanjutan, sub bab selanjutnya yaitu
tanah Hindia/Indonesia. Pengaruh pendidikan mengenai menganalisis perjuangan organisasi
Barat itu pula yang kemudian memunculkan pergerakan kebangsaan. Pada awal abad ke-20,
sekelompok kecil intelektual bumiputra yang di Nusantara muncul berbagai kelompok dan
memunculkan kesadaran, bahwa rakyat organisasi yang memiliki konsep nasionalisme,
bumiputra harus mampu bersaing dengan seperti Sarekat Dagang Islam (kemudian menjadi
bangsa-bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Sarekat Islam), Budi Utomo (BU), Jong Java, Jong

101
M. Maman Sumaludin
Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA

Celebes, Jong Minahasan, Jong Sumatranen Bond, tama dimulai dengan perkumpulan yang dilakukan
dan lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu oleh beberapa oragnisasi kelompok etnis seperti
mendanai fase perubahan perlawanan terhadap Jong Ambon, Jong Java, Jong Minahasa, dan Jong
pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelumnya Sumtranen. Hal ini pula dimungkinkan berkumpul
berupa perlawanan fisik kedaerahan menjadi berbagai etnis dalam satu lembaga pendidikan
pergerakan nasional yang bersifat modern. yang sama, berkenal satu sama lain lewat berbagai
Organisasi-organisasi itu mengusung tujuan yang medium seperti pendidikan dan pergerakan
sama, yakni untuk lepas dari penjajahan. nasional pada akhirnya mendorong pada kesadaran
“Para tokoh pendiri BU berpendapat bahwa nasional. Cita-cita tersebut mengemuka lewat
untuk mendapatkan kemajuan, maka pendidikan kongres pemuda pertama yang isinya menyerukan
dan pengajaran harus menjadi perhatian utama. untuk persatuan berbagai organisasi pemuda
Organisasi itu mempunyai corak sebagai dalam satu wadah, dan untuk itu disiapkan kongres
organisasi modern, yaitu mempunyai pimpinan, pemuda dua. Pada kongres itu juga M. Yamin
ideologi dan keanggotaan yang jelas. Corak mulai mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa
baru itu kemudian diikuti oleh organisasi- nasional. Dari sini kita melihat bahasa sebagai alat
organisasi lain yang membawa pada perubahan pemersatu.
sosial-politik” (Sadirman dan Lestringingsih, “Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian
2014, hal.158). dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada saat itu
pula dikumandangkannya lagu Indonesia Raya
Dari teks di atas, jelas bahwa Budi Oetomo ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera
sebagai salah satu organisasi pergerakan pertama Merah Putih digunakan sebagai bendera
yang mengutamakan pendidikan sebagai alat Pusaka Bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah
pembebasan dari penjajahan, selain bentuk Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan
organisasinya yang lebih modern sehingga menjadi puncak pergerakan nasional. Karena itulah kita
contoh bagi organisasi lain. Namun pada masa memperingatinya sebagai peristiwa bersejarah
ini organisasi-organisasi masih berjalan sendiri- yang diperingati setiap tahun hingga saat ini
sendiri. Hingga akhirnya tiba pada waktunya sebagai hari besar nasional. Putusan kongres
seluruh pemuda dari berbagai daerah menyatukan itu menjiwa setiap perkumpulan pemuda di
visi dalam sebuah kongres, yang dilatar belakangi Indonesia di kemudian hari” (Sadirman dan
oleh kesamaan nasib. Lestariningsih, 2014: 187)
Mengenai hal tersebut dijelaskan dalam sub
bab terakhir yaitu mengenai ‘Menganalaisis Proses Kongres pemuda kedua atau yang dikenal
Penguatan Jati Diri’. Pada sub bab menjelaskan dengan Sumpah Pemuda merupakan puncak dari
mengenai perjalanan sumpah pemuda sampai pasca pencapaian kultur dari nasionaslisme Indonesia.
sumpah pemuda dengan berdirinya partai-partai Di mana akhirnya bahasa persatuan dan bahsan
politik. Sumpah pemuda dalam narasi buku sejarah nasional diteguhkan sebagai bagian dari identitas
maupun buku teks sejarah adalah kelanjutan dari kebangsaan Indonesia. Selain itu, bendera merah
upaya perjuangan non-kooperasi yang dimualai putih, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya juga
dengan upaya membangun kesadaran bersama menjadi bagian dari simbol nasional. Peristiwa
sebagai suatu bangsa. Untuk sampai sana perlu inilah yang menjadi tonggak tegaknya identitas
adanya pengorbanan demi meninggalkan politik nasional bangsa Indonesia sampai saat ini hingga
sectarian dan kesukuan. Berangkat dari perbedaan- nanti.
perbedaan suku, agama, aliran politik, bangsa Dari beberapa contoh wacana dalam buku
Indonesia bersatu dibawah sebuah bendera yang teks pelajaran sejarah yang telah dipaparkan,
sama dan gagasan yang sama mengenai sebuah penulis buku ini melalui tulisannya berusaha untuk
negara merdeka. Kesadaran kesukuan merupakan memberikan wawasan kebangsaan dan kesadaran
awal dari suatu kesadaran yang lebih besar dan luhur sejarah dengan mengungkapkan fakta-fakta sejarah
yaitu nasionalisme Indonesia. Langkah itu pertama- terbentuknya sebuah bangsa sebagai identitas

102
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
nasional. Hal ini berkaitan dengan idiologi politik diturunkan derajatnya menjadi suku bangsa Sunda,
kenegaraan, di mana Negara mempengaruhi semua Jawa, Melayu dan lainnya. Bahkan nilai kesukuan
sudut kehidupan, terutama pendidikan sebagai masih juga dicurigai sebagi nilai-nilai yang dapat
alat legitimasi kekuasaan sebuah pemerintahan di menghambat persatuan nasional. Corak pandang
suatu negara. Karena Negara memiliki kewajiban sejarah semacam ini tidak mungkin tidak lahir dari
membentuk watak kebangsaan yang dilakukan sejarah yang sentralistis. Sejarah nasional dengan
melalui pendidikan, salah satunya dengan mata kata lain adalah sejarah negara. Sementara rakyat
pelajaran sejarah melalui buku teks sejarah. adalah objek sejarah dan negara (para elit) subjek
Kewajiban negara tersebut diimplementasikan yang menulis sejarah tidaklah mengherankan bila
melalui kebijakan pendidikan melalui kurikulum. sejarah nasional lebih berpusat pada pahlawan-
Buku teks pelajaran pada hakikatnya merupakan pahlawan besar, tanpa membicarakan kehidupan
penjabaran isi kurikulum secara operasional. orang kebanyakan.
Seperti halnya buku teks sejarah sebagai bentuk Begitu halnya dengan penulisan buku teks
praktek dari wacana identitas nasional yang pelajaran sejarah, pengaruh pemerintah begitu kuat
dipengaruhi oleh idiologi kenegaraan melalui dalam hal idiologisasi penulisan buku teks, sebagai
kebijakan pendidikan dan kurikulum. Oleh wujud kewajiban negara dalam upaya membentuk
karena itu, tujuan pembelajaran sejarah menjadi watak dan kepribadian bangsa serta memperkokoh
idiologis untuk membentuk kepribadian dan watak identitas nasional melalui pendidikan. Kebijakan
bangsa, termasuk memperkuat identitas nasional pendidikan dan kurikulum menjadi alat untuk
didalamnya. memuluskan tujuan negara dalam menanamkan
idiologi negara. Identitas nasional adalah ciri dari
SIMPULAN jatidiri bangsa Indonesia yang membedakan bangsa
Identitas nasional hingga saat ini, sebagai Indonesia dengan bangsa lain di dunia
mana dapat dilihat dalam buku teks pelajaran
sejarah, masih juga merupakan kelanjutan dari REFERENSI
bentuk-bentuk kuasa/pengetahuan yang bercorak
kolonial, meskipun penulisan buku teks dimasa Barker, C. (2000). Cultural Study: Theory and
kemerdekaan bersifat Indonesiasentris tidak lagi Practice. London-Thousand Oaks-New Delhi:
Nederlandsentris. Kuasa/pengetahuan dalam Sage Publication.
pengertian ini, tentu saja bukan sekdar persoalan Eriyanto. (2006). Analisis Wacana Pengantar
dalam proses seperti apa bangsa Indonesia menjadi Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.
atau golongan mana saja yang ikut melahirkannya? Hasan, S. H. (2000). Kurikulum dan Buku Teks
Melainkan lebih dari pada itu, kolonialisme dalam Sejarah. Historia Jurnal Pendidikan Sejarah
upaya perumusan identitas nasional justru terjadi FPIPS UPI, 1 (1).
pada tataran epistemolgi. Heychael, M. (2012). Identitas Nasional dalam
Sejarah dipandang sebagai ilmu yang dapat Buku Sejarah Untuk Sekolah Menengah
merekonstruksi masa lalu yang objektif. Di mana Pertama (SMP). Program Studi Pascasarjana
negara bangsa, diandaikan sebagai kenyataan Kekhususan Ilmu Komunikasi Fakultas Imu
sejarah revolusi umat manusia, dari pra modern ke Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
masyarakat modern. Sejarah dilihat sebagai gerak Tidak Diterbitkan.
lurus. Absen krtitik terhadap pola pikir semacam Herdiawanto, H. dan Hamdayama, J. (2010).
ini dalam historiografi nasioanl, pada akhirnya Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara
menempatkan nilai-nilai yang dikategorikan (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
sebagai nonmodern, sebagai kuno dan bagian Tinggi). Jakarta: Erlangga.
dari masa lalu yang mesti ditingalkan. Pandangan Lubis, A.H.H. (1993). Analisis Wacana Pragmatis.
semacam ini yang beroprasi dalam bab-bab buku Bandung: Angkasa.
sejarah, di mana Indonesia yang berbangsa-bangsa

103
M. Maman Sumaludin
Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA

Mulyana, A. dan Darmiasti. (2009). Historiografi Sitepu, B.P. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran.
Di Indonesia: Dari Magis-Religius Hingga Bandung: Remaja Rosdakarya.
Strukturalis. Bandung: Refika Aditama. Sjamsuddin, H. (2000). Penulisan Buku Teks Sejarah:
Sadirman A.M. dan Lestringsih, A.D (Kontributor). Kriteria dan Permasalahannya. Historia Jurnal
(2014). Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, 1(1).
SMK/MAK Kelas X1 Semester 1. Jakarta:
Kemendikbud.

104

Anda mungkin juga menyukai