Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi

Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar yang terdapat pada hipotalamus dan


menghasilkan bermacam-macam hormone yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya
dan mempengaruhi semua proses metabolic (Mackenna dan Callander, 1997).
Menurut Slyvia (2006), insufisiensi hipofisis pada umunya memengaruhi
semua hormon yang secara hipofisis anterior. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari
hipopituitarisme merupakan gabungan pengaruh metabolik akibat berkurangnya
sekresi masing-masing hormon hipofisis.

Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan dua hormon,


hormon anti deuretik atau vasopresin (ADH) dan oksitosin. Kedua hormon ini di
hasilkan oleh hipotalamus. Organ target hormon ADH atau vasopresi adalah ginjal
dan fungsi utamanya adalah:

a.       Mengatur osmolaritas dan volume air dalam tubuh.

b.      Meningkatkan permeabilitas tubuh dan ginjal terhadap air sehingga lebih


banyak

air yang direabsorbsi.

c.       Menstimulasi rasa haus.

Hipofisis anterior disebut juga sebagai kelenjar utama karena bersama dengan
hipotalamus mengatur fungsi pengatur kompleks  berbagai kelenjar endokrin dalam
tubuh. Hormon hipofisis anterior berada dibawah pengendalian timbal balik melalui
kadar hormon kelenjar target, oleh karena itu kadar hormon hipofisis dalam darah
meningkat bila terjadi kegagalan kelenjar target. Sebaliknya hipofisis anterior,
diatur  oleh hipotalamus melalui hormon penghambat dan pelepas-hipotalamus yang
dibawa ke hipofisis melalui pembuluh darah portal hipotalamus dalam jalur hipofisis.

Hipopituitarisme adalah keadaan dimana terdapat defisit atau kekurangan satu,


beberapa atau semua hormon-hormon yang dihasilkan oleh pituitary (Tartowo,
2012). Hipopituitarisme adalah istilah umum yang mengacu pada setiap bawah
fungsi dari kelenjar pituitari. Ini adalah definisi klinis yang digunakan oleh ahli
endokrin dan ditafsirkan bahwa satu atau lebih fungsi hipofisis kekurangan. Istilah ini
dapat merujuk kepada kedua anterior dan kegagalan kelenjar hipofisis
posterior (Pituitary Network Association). Jadi dapat disimpulkan bahwa
hipopituitarisme adalah suatu keadaan dimana terjadinya penurunan satu atau
beberapa hormon yang dihasilkan oleh pituitari sehingga menyebabkan kurangnya
hormon yang ada didalam tubuh, sehingga menyebabkan adanya komplikasi pada
seluruh sistem yang ada didalam tubuh. Hipopituirisme biasanya terjadi akibat
adanya kerusakan atau kegagalan kelenjar hipofisis anterior maupun posterior.

B. Anatomi fisiologi Kelenjar Hipofisis

Aksis hipotalamus dan hipofisis ( HPA ) berperan penting dalam struktur


dan fungsi yang terintegrasi antara sistem saraf dan endokrin, disebut sebagai
sistem neuroendokrin. HPA menghasilkan beberapa hormone yang mempengaruhi
beberapa fungsi organ seperti tiroid, adrenal, dan fungsi reproduksi.

Hipotalamus terdiri dari sel neuroskretori dan terletak dibagian dasar otak,
terhubung dengan kelenjar hipofisis melalui tungkai hipofisi ( pituitary stalk ).
Hipotalamus terhubung dengan hipofisis anterior melalui pembuluh darah portal
hipofisis dan terhubung dengan hipofisis posteriol melalui jalur saraf (hipotalamus
hipofisis). Kelenjar hipofisis terletak di sella tursica (berbentuk saddle-shaped yang
menekan tulang sphenoid didasar tengkorak). Beratnya sekitar 0,5 gram, namun
pada saat hamil beratnya mencapai 30%.

Kelenjar hipofisis, yang dikontrol langsung oleh otak melalui hipotalamus


memberikan kontrol endokrin pada berbagai fungsi fisiologis utama. Hipotalamus
dibagi menjadi beberapa nuclei dan secara samar-samar disebut sebagai ‘ area ‘
yang mengelilingi ventirkel 3 pada dasar bagian medial otak depan. Subbagian
hipotalamus yang paling penting untuk fungsi endokrin adalah nucleus paraventrikel,
periventrikel, supraoptik, dan arkuata, serta hipotalamus ventromedial.

Hipofisis terletak diluar tengkorak, tepat dibawah hipotalamus dan terdiri dari:

a. Hipofisis anterior ( adenohipofisis ) mengambil 75% bagian berat kelenjar


hipofisis. Hipofisis terdiri atas 3 bagian yakni, :
a) Pars distalis merupakan bagian terbesar hipofisis anterior dan
menghasilkan sebagian besar hormon.
b) Pars tuberalis adalah lapisan tipis di sisi anterior dan lateral tangkai
hipofisis.
c) Pars intermedia berada di antara pars distalis dan pars tuberalis. Pada
orang dewasa, pars intermedia akan menghilang dan terdistribusi merata
ke pars distalis da pars nervosa ( neural lobe ) dari hipofisis posteriol.

Hipofisis anterior atas 2 jenis sel utama yakni kromofob ( nonsekretorik ), kromofil
( sel sekretorik ). Kromofil terbagi menjadi 7 tipe sel dan masing-masing sel
menyekresikan hormon tertentu. Secara umum, hormon yang dihasilkan hipofisis
anteriol dikendalikan oleh :

1. Sekresi hormon peptisida yang berasal dari hipotalamus ( releasing factor )


2. Mekanisme hambatan umpan balik yang dipengaruhi oleh sekresi hormon di
target organ.
3. Edek langsung yang dimediasi oleh neurotransmiter.

Hipofisis anterior menyekresi hormon tropik yang mempengaruhi fungsi target


organ. Melanocyte-stimulating hormone ( MSH ) merangsang hipofisis untuk
melepaskan melani sehingga warna kulit menjadi gelap. Follicle-stimulating
horMONE ( LH ) mempengaruhi fungsi reproduksi. Adrenocorticotropic hormone
( ACTH ) mengatur pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Tyroid stimulating
hormone ( TSH ) mengatur aktivitas kelenjar tiroid.
Hormon pertumbuhan dan proklatin disebut sebagai hormon somatotropik dan
mempunyhai efek yang berlawanan di dalam tubuh. Hormon pertumbuhan
dikendalikan oleh 2 hormon yang berasal dari hipoalamus, growth hormon releasing
hormone ( GHRH ) yang meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, dan
somatostatin yang menghambat sekresi hormon pertumbuhan. Hormon
pertumbuhan berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi jaringan, serta
mempengaruhi proses penuaan, kondisi tidur, stres dan status nutrisi, serta hormon
reproduksi. Beberapa fungsi anabolik hormon pertumbuhan dimediasi oleh insulin-
like growth factors ( IGF ) atau yang dikenal sebagai somatomedin.

Ada 2 bentuk IGF, yakni IGF-1 dan memberikan efek anabolik hormon pertumbuhan
IGF-1 juga nerikatan dengan reseptor insulin dan memberikan insulin-like effect di
otot skeletal. IGF-2 berperan penting pada pertumbuhan janin, namun menekan
hormon pertumbuhan pada dewasa. Efek anabolik yang didapatkan pada hormon
pertumbuhan dan IGF menyebabkan keduanya digunakan sebagai terapi gangguan
pertumbuhan, untuk meningkatkan massa otot serta memperlambat proses
penuaan, namun dilaporkan juga adanya efek samping peningkatan resiko
keganasan.

Proklatin memiliki fungsi utama merangsang produksi air susu selama


kehamilan dan menyusui, juga mempunyai efek terhadap proses ovulasi dan sistem
imun. Proklatin juga memiliki efek stimulasi kekebalan dan memodulasi respons
imun dan inflamasi denganreaksi fisiologis dan patologis.sintesis hormon proklatin
dipengaruhi oleh vasoactive intestinal polypeptide, serotonin, dan growth factors
( faktor pertumbuhan ) yang pelepasannya dihambat oleh dopamin.

b. Hipofisis posterior

Hipofisis posterior secara embrional ( neurohipofisis ) berasal dari hipotalamus dan


terdiri dari eminensia median yang berada di bagian basal hipotalamus, tangkai
hipofisis ( pituitary stalk ), dan pars nervosa atau neural lobe.

Eminensia median terdiri atas jumlah besar serabut saraf akson yang berasal dari
hipotalamus ventral. Seringkali dianggap sebagai bagian dari hipofisis posterior yang
terdiri atas 10 hormon yang dilepaskan hipotalamus dan neurotransmiter dopamin,
norepinefrin, serotonim, histamin, dan asetilkolin. Tangkai hipofisis ( pituitary stalk
) mneghubungkan kelenjar hipofisis dengan otak, terdiri atas serabut saraf akson
yang berasal dari nuclei supraoptic dan paraventrikular di hipotalamus. Serabut
saraf akson yang berasal dari hipotalamus dan berakhir di pasr nervosa,
menghasilkan hormon hipofisis posterior.

Hipofisis posterior menyekresikan 2 hormon polipeptida yaitu, homon anti diuretik


( ADH ) atau disebut juga arginine vasopresin, dan oksitosin . terdapat 2 rantai
asam amino yang membedakan keduanya. Setelah berikatan dengan protein,
hormon tersebut disintesis di nuclei supraoptic dan paraventricular yang berada di
hipotalamus. Dari secretory vesicles kemudian hormon dibawa ke akson tangkai
hipofisis dan disimpan di pars nervosa. Hipofisis posterior dapat dianggap sebagai
tempat penyimpanan dan pelepasan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Pelepasam ADH dan oksitosin diperantarai oleh neurotransmiter kolinergik dan
adrenergik. Glutamat merupakan perangsang utama pelepasan hormon, sebaliknya
gamma-amnobutyric acid ( GABA ) merupakan penghambatan pelepasan homon.
Sebelum dilepaskan ke sirkulasi, ADH dan oksitosin akan dipisakan di neurofisin
dan disekresikan dalam bentuk bebas.

Hormon anti diuretik ( ADH ). Fungsi utama hipofisis posterior adalah mengatur
osmolalitas plasma yang dikendalikan oleh ADH.pada tingkat fisiologis, ADH
meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus kolektivus. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan reabsopsi air, menurunnya osmolalitas serum dan urine
menjadi lebih pekat. Hiperkalsemia, prostaglandin E dan hipokalemia dapat
menghambat kemampuan reabsorpsi air.

Osmoreseptor di hipotalamus, yang terletak didekat nuclei supraopic, berperan


utama mengatur sekresi ADH. Bila osmolalitas plasma meningkat, maka
osmoreseptor ini akan terstimulasi, kecepatan sekresi ADH akan meningkat,
sehinnga air akan lebih banyak direabsorpsi oleh ginjal, dan set point osmolalitas
kembali seperti semula. ADH tidka mempunyai efek langsung terhadap kadar
elektrolit, namun dengan meningkatnya reabsorpsi air, serum elektrolit akan turun
dengan sendirinya sebagai akibat efek dilusi tersebut.

Sekresi ADH juag dipengaruhi oleh volume intravaskular yang dapat dipantau di
baroreseptor yang berada di atrium kiri, arteri karotis, dan arkus aorta. Menurutnya
volume intravaskular 7-25% akan merangsang sekresi ADH. Stres, trauma, nyeri,
latihan fisik, mual, nikotin, paparan terhadap panas, serta obat-obatan seperti morfin
juga dapat meningkatkan sekresi ADH. Sekresi ADH menurun seiring dengan
menurunnya osmolalitas plasma, meningkatnya volume intravaskular, hipertensi,
konsumsi alkohol dan peningkatan kadar estrogen, progesteron, atau angiotensin II.

Kadar fisiologis ADH tidak berpengaruh pada tonus pembuluh darah. Namun, ADH
atau disebut juga sebagai vasopresin karena kadarnya yang tinggi akan
menyebabkna vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah arteri. Sebagai
contoh, pemberian dosis tinggi ADH ( vasopresin ) dapat digunakan untuk
memperbaiki hemostatis saat terjadi perdarahan dan meningkatkan tekanan darah
saat terjadi syok.

Oksitosin berperan pada kemampuan kontraksi uterus dan pengeluaran air susu
pada proses laktasi, serta mempengaruhi motiltas sperma. Pada pria dan wanita,
sekresi oksitosin dipengaruhi oleh proses menyusui dan menyebabkan distensi
sistem reproduksi. Oksitosin berikatan dengan reseptornya di sel mioepitel di
jaringan mammae, menyebabkan kontraksi, sehingga terjadi peningkatan tekanan
intramammae dan dikeluarkan air susu (refleks“ let-down”). Oksitosin juga
merangsang kontraksi uterus terutama menjelang persalinan, merangsang
pengeluaran plasenta dan kontraks uterus setelah persalinan agar tidak terjadi
perdarahan yang berlebihan

Anda mungkin juga menyukai