PEMBAHASAN
Hipofisis anterior disebut juga sebagai kelenjar utama karena bersama dengan
hipotalamus mengatur fungsi pengatur kompleks berbagai kelenjar endokrin dalam
tubuh. Hormon hipofisis anterior berada dibawah pengendalian timbal balik melalui
kadar hormon kelenjar target, oleh karena itu kadar hormon hipofisis dalam darah
meningkat bila terjadi kegagalan kelenjar target. Sebaliknya hipofisis anterior,
diatur oleh hipotalamus melalui hormon penghambat dan pelepas-hipotalamus yang
dibawa ke hipofisis melalui pembuluh darah portal hipotalamus dalam jalur hipofisis.
Hipotalamus terdiri dari sel neuroskretori dan terletak dibagian dasar otak,
terhubung dengan kelenjar hipofisis melalui tungkai hipofisi ( pituitary stalk ).
Hipotalamus terhubung dengan hipofisis anterior melalui pembuluh darah portal
hipofisis dan terhubung dengan hipofisis posteriol melalui jalur saraf (hipotalamus
hipofisis). Kelenjar hipofisis terletak di sella tursica (berbentuk saddle-shaped yang
menekan tulang sphenoid didasar tengkorak). Beratnya sekitar 0,5 gram, namun
pada saat hamil beratnya mencapai 30%.
Hipofisis terletak diluar tengkorak, tepat dibawah hipotalamus dan terdiri dari:
Hipofisis anterior atas 2 jenis sel utama yakni kromofob ( nonsekretorik ), kromofil
( sel sekretorik ). Kromofil terbagi menjadi 7 tipe sel dan masing-masing sel
menyekresikan hormon tertentu. Secara umum, hormon yang dihasilkan hipofisis
anteriol dikendalikan oleh :
Ada 2 bentuk IGF, yakni IGF-1 dan memberikan efek anabolik hormon pertumbuhan
IGF-1 juga nerikatan dengan reseptor insulin dan memberikan insulin-like effect di
otot skeletal. IGF-2 berperan penting pada pertumbuhan janin, namun menekan
hormon pertumbuhan pada dewasa. Efek anabolik yang didapatkan pada hormon
pertumbuhan dan IGF menyebabkan keduanya digunakan sebagai terapi gangguan
pertumbuhan, untuk meningkatkan massa otot serta memperlambat proses
penuaan, namun dilaporkan juga adanya efek samping peningkatan resiko
keganasan.
b. Hipofisis posterior
Eminensia median terdiri atas jumlah besar serabut saraf akson yang berasal dari
hipotalamus ventral. Seringkali dianggap sebagai bagian dari hipofisis posterior yang
terdiri atas 10 hormon yang dilepaskan hipotalamus dan neurotransmiter dopamin,
norepinefrin, serotonim, histamin, dan asetilkolin. Tangkai hipofisis ( pituitary stalk
) mneghubungkan kelenjar hipofisis dengan otak, terdiri atas serabut saraf akson
yang berasal dari nuclei supraoptic dan paraventrikular di hipotalamus. Serabut
saraf akson yang berasal dari hipotalamus dan berakhir di pasr nervosa,
menghasilkan hormon hipofisis posterior.
Hormon anti diuretik ( ADH ). Fungsi utama hipofisis posterior adalah mengatur
osmolalitas plasma yang dikendalikan oleh ADH.pada tingkat fisiologis, ADH
meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus kolektivus. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan reabsopsi air, menurunnya osmolalitas serum dan urine
menjadi lebih pekat. Hiperkalsemia, prostaglandin E dan hipokalemia dapat
menghambat kemampuan reabsorpsi air.
Sekresi ADH juag dipengaruhi oleh volume intravaskular yang dapat dipantau di
baroreseptor yang berada di atrium kiri, arteri karotis, dan arkus aorta. Menurutnya
volume intravaskular 7-25% akan merangsang sekresi ADH. Stres, trauma, nyeri,
latihan fisik, mual, nikotin, paparan terhadap panas, serta obat-obatan seperti morfin
juga dapat meningkatkan sekresi ADH. Sekresi ADH menurun seiring dengan
menurunnya osmolalitas plasma, meningkatnya volume intravaskular, hipertensi,
konsumsi alkohol dan peningkatan kadar estrogen, progesteron, atau angiotensin II.
Kadar fisiologis ADH tidak berpengaruh pada tonus pembuluh darah. Namun, ADH
atau disebut juga sebagai vasopresin karena kadarnya yang tinggi akan
menyebabkna vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah arteri. Sebagai
contoh, pemberian dosis tinggi ADH ( vasopresin ) dapat digunakan untuk
memperbaiki hemostatis saat terjadi perdarahan dan meningkatkan tekanan darah
saat terjadi syok.
Oksitosin berperan pada kemampuan kontraksi uterus dan pengeluaran air susu
pada proses laktasi, serta mempengaruhi motiltas sperma. Pada pria dan wanita,
sekresi oksitosin dipengaruhi oleh proses menyusui dan menyebabkan distensi
sistem reproduksi. Oksitosin berikatan dengan reseptornya di sel mioepitel di
jaringan mammae, menyebabkan kontraksi, sehingga terjadi peningkatan tekanan
intramammae dan dikeluarkan air susu (refleks“ let-down”). Oksitosin juga
merangsang kontraksi uterus terutama menjelang persalinan, merangsang
pengeluaran plasenta dan kontraks uterus setelah persalinan agar tidak terjadi
perdarahan yang berlebihan