Laporan Individu
Laporan Individu
Oleh:
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya
persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (mitayani,2011.buku keperawatan
maternitas,hal:74).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu nya
melahirkan,hal ini dapat terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (sujiyati,2009,asuhan patologi kebidanan,hal:13).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan
dimulai,pada usia kurang dari 37 minggu (errol norwiz,dan john,obstetric dan
ginekologi,2007,hal:56).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah Ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya
selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
B. Etiologi
a. Persalinan prematur
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
d. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
1) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik, LEEP, dan
sebagainya
2) Peningkatan paritas yang memnungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
3) Inkompeteni serviks
e. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
f. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat ibu
1) Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
2) Penambahan berat badan sebelum kehamilan
g. Merokok selama kehamilan
h. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
i. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini (buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan).
D. Klasifikasi
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) mengacu kepada pasien
yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan kepada pasien yang
melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban
(Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal dengan adanya pecah ketuban (Rupture of
Membranes/ROM) sebelum awal persalinan. persalinan. Ketuban Ketuban pecah pecah dini
dini preterm preterm (Preterm (Preterm Premature Premature Rupture Rupture of of
Membranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37
Membranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37minggu. Dan
pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yangminggu. Dan pecah
ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yang berlangsung berlangsung
selama selama lebih lebih dari dari 24 24 jam jam dan dan lebih lebih dahulu dahulu pecah
pecah pada pada awal-awal persalinan (Hamilton C, 2010).
F. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
2) Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau
berhenti.
3) Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4) Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor
predisposisi.
b. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal
bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
1) Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
a) Letak kepala selain vertex
b) Polihdramnion
2) Herpes aktif
3) Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
c. Bila ketuban telah pecah
a) Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecahnya
ketuban
b) Bila robekan ketuban tampak kasar :
Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan
dari vagina.
Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji
ferning dibawah mikroskop.
Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik
bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan
tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
d. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan
pekulum steril.
a) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk
mengkaji ferning dubawah mikroskop.
e. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.
f. Penatalaksanaan konservatif
c) Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
d) Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina , kecuali
spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
e) Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan /
atau mencapai 380 C , berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
g. Penatalaksaan agresif
a) Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b) Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c) Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai
pemberian Pitocin
d) Berikan cairan per IV , pantau janin
e) Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f) Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji
nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk
menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi
dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g) Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari berikutnya
sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h) Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang merupakan
salah satu tanda infeksii
i) Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
Terjadi takikardia janin
Lokia tampak keruh
Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
h. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a) Pesalinan spontas
Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
Anjurkan pemantauan janin internal
Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat neonatus
Lakukan kultur sesuai panduan
b) Indikasi persalinan
Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang memberikan
1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai profilakis .
Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan
DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku obstetric dan
ginekologi,2009,geri morgan)
G. Patofisiologi
Ketuban Pecah Dini
Gagal: Berhasil:
Reaksi uterus tidak ada Persalinan vaginal
Kelainan letak kepala
Seksio Sesarea
Fetal distress
CPD
Fase latebn & aktif
memanjang
H. WOC
Kala I Persalinan
Kecemasan ibu
terhadap keselamatan
janin dan dirinya
Ansietas
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2017). Pengkajian merupakan tahap
yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan sebelum mendapatkan
data lengkap. Data ini di perioritaskan untuk menentukan kondisi ibu dan janin.
a) Identitas pasien Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,
Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam 12 medis
(RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas
penanggung jawab atas pasien.
b) Data kesehatan Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
c) Riwayat obstetrik dan ginekologi Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan
riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu,
riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keuarga berencana.
d) Riwayat penyakit Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti
hipertensi, atau dibetes melitus (DM).
e) Pola kebutuhan sehari-hari Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien
seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK),
gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan
adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa
aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas,
rekreasi, kebutuhan belajar.
f) Pemeriksaan fisik Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti Glasgow Coma
Scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV). Dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik head to toe dari:
Kepala: pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher. Apakah ada kelainan
pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak, ada edema atau tidak.
Dada: pemeriksaan pada mamae, areola.
Abdomen: pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri (TFU), detak jantung janin (DJJ).
Genetalia dan perineum: pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher (VT), status portio,
warna air ketuban.
Ekstremitas atas dan bawah: lihat dan raba apakah ada tanda-tanda edema, varises,
dan sebagainya.
Data penunjang Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk
memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
ultrasonography (USG).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor ketidakpadekuatan pertahanan tubuh primer
dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya.
b) Nyeri Melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin ditandai dengan proses
persalinan.
I. IDENTITAS
Nama klien : Ny. H Nama suami : Tn. Y
Umur : 36 tahun Umur : 41
Suku/bangsa : Jawa / WNI Suku/bangsa : Jawa / WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bungurasih 2/1Waru Alamat : Bungurasih 2/1 waru
Status perkawinan : Kawin
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri jalan lahir akibat bekas jahitan
V. RIWAYAT OBSTETRI
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 12 th HPHT : 12 April 2020
Banyaknya : ¹/² peembalut Siklus : teratur ( ) tidak ()
Warna : darah merah segar Lamanya : ± 5 hari
Bentuk haid : encer
Bau haid : anyir
Keluhan : Dismenorhoe, PMS
Lainnya.......................
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak Keadaan
No. Th UK Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perd JK BB P anak
arah J sekarang
an
1 17 9 Spt Dokter - - Tidak - P 2900 - Hidup
bln ada
Bln
0
hari
5. Riwayat Nifas
Tanggal 06 januari 2021 Jam 10.15
Involutio :
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi : baik
Lochea :
- Warna : merah segar
- Jumlah : kurang lebih 1 pembaut besar
- Jenis : lochea rubia
Laktasi :
- Kolostrum : sudah keluar
- ASI : Keluar
Keluhan Lain : tidak ada
7. Riwayat KB
Melaksanakan KB : ( ) ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : .............................................................
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : .............................................................
Masalah yang terjadi : ..............................................................
= Meninggal
= pasien
X = Tinggal serumah
X. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik Kesadaran : CM
Berat badan : 68 kg Tinggi badan : 154cm
a. Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 36,8 ° C
- TD : 140/90 mmHg
- RR : 18 x/m
- N : 87x/m
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
- Kepala-rambut: dalam batas normal, tidak rontok dan bersih
- Wajah : dalam batas normal, tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada wajah
- Mata : simetris, reflek mata baik, kongtiva anemis, sclera anikterik
- Telinga: telinga simetris, bentuk telinga dalam batas normal, lubang telinga
terbuka, dan merespon terhadap suara dengan baik
- Mulut/faring : posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris
- Leher : tidak ada pembengkakan, dalam batas normal
c. Pemeriksaan Integumen :
- Warna : sawo matang
- Turgor : baik
- Tekstur/kekenyalan : baik
- Kelembaban : baik
- Kelainan pada kulit : tidak ada
d. Dada/thorax :
- Paru :
Inspeksi
Bentuk dada simetris,
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, kesimetrisan ekspansi paru
Perkusi
Dalam batas normal
Auskultasi
Suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan,
- Jantung :
Inspeksi
Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Palpasi
Tidak ada kelaian pada jantung, detak jantung dalam batas normal, tidak
ada pembengkakan
Perkusi
Dalam batas normal
Auskultasi
Dalam batas normal
e. Payudara :
- Inspeksi : dalam batas normal
- Palpasi : dalam batas normal
- Produksi ASI (kolostrum) : keluar
- Keluhan : tidak ada
f. Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : tidak ada distensi, tidak ada benjolan
- Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba
keras.
- Auskultasi : bising usus 15x/menit dan dalam batas normal
- Keluhan : tidak ada
g. Pemeriksaan genetalia :
- Inspeksi : terdapat luka jahitan pada perinium, tidak bengkak,
tidak kemerahan
- Palpasi : dalam batas normal
2. NST,CST : -
3. USG : -
4. Rontgen : -
5. Terapi yang didapat : cairan infus RL+drip oksitosin 20amp (20tpm), terapi oral asam
mefenamat 3x1 500mg + sf 2x1 tablet
Malang, .....................
Pemeriksa
(...............................)
ANALISA DATA
N: 82x/menit
RR: 18 x/menit
N: 82x/menit
RR: 18 x/menit
S: 36,8 C
NO REG :
5) Kolaborasi
pemberiananagetik (jika
perlu)
2 06 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
januari berhubungan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
2021
dengan diharapkan kondisi pasien 1) Monitor tanda dan gejala
ketidakadekuatan tidak mengalami infeksi. infeksi lokal dan sistemik
pertahanan tubuh Terapeutik
primer ditandai 1) Pertahankan teknik aseptik
2 cukup meningkat
3 sedang
4 cukup menurun
5 menurun
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
R: genetalia
S: 3
O: k/u cukup
N: 82x/m
S: 36,6 °C
RR: 18x/m
N: 82x/m
S: 36,6 °C
RR: 18x/m
No No DX TGL S O A P I E
1 1 06 Pasien k/u cukup Nyeri Setelah dilakukan - Mengindentifikasi lokasi, S: Pasien mengatakan
januari mengatakan akut tindakan keperawatan karakteristik, durasi, nyeri bekas jalan lahir
2021 Kes: compos 1x3 jam tidak ada
nyeri bekas berhub frekuensi, kualitas, sudah berkurang
mentis tanda infeksi dengan
jalan lahir ungan kriteria hasil intensitas nyeri
P: bekas jahitan dijalan
sudah TD: 130/90 agen - Mengindentifikasi skala
1. Keluhan nyeri lahir
berkurang. mmHg penced (menurun) nyeri
2. Meringis
era fisik - Mengindentifikasi faktor Q: seperti tertusuk-
N: 82x/m (menurun)
ditandai 3. Sikap protektif ynag mempeberat nyeri tusuk
(menurun)
S: 36,6 °C dengan dan memperingan nyeri
4. Gelisah (menurun) R: genetalia
kondisi - Memonitor efek samping
RR: 18x/m
pembe penggunaan analgetik. S: 3
1. 4
TFU 2 jam dahan. - Memberikan teknik
p T: setiap bergerak
dibawah pusat, nonfarmakologis untuk
e miring kiri dan kanan
nyeri jahitan di mengurangi
r rasa nyeri.
genetalia sudah i
- Mengontrol lingkungan
n
berkurang yang memoerberat rasa
e
O: k/u cukup
Perdarahan nyeri
u
m
- Menfasilitas istrahat dan
dalam batas
normal t
tidur Kes: compos mentis
e
- Menjelaskan penyebab,
Terpasang infus r TD: 130/90 mmHg
RL 20tpm periode,
a dan pemicu nyeri
s
- Menjelaskan strategi N: 82x/m
a
meredakan nyeri
S: 36,6 °C
t
- Menganjurkan memonitor
e
nyeri secara online RR: 18x/m
r
- Mengajarkan
t teknik
e TFU 2 jam dibawah
nonfarmakologis untuk
k pusat, nyeri jahitan di
mengurangi
a nyeri
n genetalia sudah
- Melakukan kolaborasi
pemberian anagetik (jika berkurang
(
perlu)
m
e
n A: masalah teratasi
u
r sebagian
u
n
P: setelah dilakukan
yindakan keperawatan
1x24 jam nyeri
berkurang
2 2 06 Pasien k/u cukup Risiko Setelah dilakukan - Memonitor tanda dan S: Pasien mengatakan
januari mengatakan infeksi tindakan keperawatan gejala infeksi lokal dan nyeri jalan lahir sudah
2021 nyeri jalan lahir Kes: compos 1x3 jam tidak ada
berhub sistemik berkurang, badan tidak
sudah mentis tanda infeksi dengan
berkurang, ungan kriteria hasil - Mempertahankan teknik terasa demam.
badan tidak TD: 140/90 dengan aseptik pada pasien
terasa demam. 5. Demam (menurun)
mmHg ketidak 6. Kemerahan berisiko tinggi
(menurun)
adekua - Mencuci tangan sebelum O: k/u cukup
N: 84x/m 7. Nyeri berkurang
tan (menurun) dan sesudah kontak
8. Bengkak Kes: compos mentis
S: 36,7 °C pertaha dengan pasien dan
(menurun)
nan lingkungan pasien TD: 140/90 mmHg
RR: 18x/m
tubuh - Menjelaskan tanda dan
2. 4
N: 84x/m
TFU 2 jam primer gejala infeksi
p
ditandai - Mengajarkan cara
e
dibawah pusat dengan mencuci
r tangan dengan S: 36,7 °C
i
KPSW benar
Perdarahan n RR: 18x/m
e
- Menganjurkan
dalam batas u
meningkatkan asupan
m dan cairan TFU 2 jam dibawah
normal nutrisi
pusat
t
Terpasang infus e Perdarahan dalam batas
RL 20tpm r
a normal
s
a Terpasang infus RL
t 20tpm
e
r
t
e A: masalah teratasi
k
a sebagian
n
P: setelah dilakukan
(
yindakan keperawatan
m
e 1x3 jam tidak ada tanda
n
infeksi
u
r
u
n