Anda di halaman 1dari 84

BUKU KENANGAN

HUT KE- 80
ST PROF DRS BATUSONAK
PANJAITAN
OMPU JOSHUA DOLI

1
16 Oktober 2019

KATA PENGANTAR DARI EDITOR

Buku kenangan ini merupakan memory kehidupan yang akan selalu


dikenang oleh kami anak dan cucu bapak kami, St Profesor Drs. Batusonak
Panjaitan (Ompung Joshua Doli) dan mama kami Marice Lucia Situameang
(Ompung Joshua Boru).

Perjuangan dan perjalanan hidup yang berhasil dilalui oleh bapak kami ini
menjadi suri tauladan bagi kami anak dan cucunya.

Sampai akhir hayatmu, semangat itu masih tetap kami lihat. Semoga
bapak tenang di sorga. Kami bangga memiliki kalian berdua.

Selamat jalan bapak, namamu selalu hidup di hati kami......

Dr.Nahesson Hotmarama Panjaitan,ST.MT

2
SAMBUTAN PADA BUKU KENANGAN HUT KE 80
St. PROF. DRS. BATUSONAK PANJAITAN

Sadar bahwa tidak cukup banyak orang tua yang memiliki keinginan
dan atau kemampuan untuk menyampaikan secara tersurat tentang
kisah nyata kehidupannya.
Dan untuk itulah buku ini kami sambut sebagai kenangan indah
yang disajikan oleh bapak kami St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan
(Ompu Joshua Doli) dan yang disampaikan untuk keluarga terutama
kepada anak cucunya di usianya yang ke 80 tanggal 16 Oktober
Tahun 2017.
Dari hasil penelusuran riwayat pendidikannya, beliau menyelesaikan Sekolah Dasar
di desa Silaen Tobasa, SMP di Sidikalang, SGA di Soposurung Balige, PGSLP, Sarjana
Muda dan Sarjana Pendidikan Matematika di Kota Medan. Sementara hasil
penelusuran riwayat pekerjaannya memperlihatkan bahwa beliau diangkat sebagai
guru SMP Negeri (1957-1966) dan minta berhenti dengan hormat dari PNS Guru SMP
dan langsung melamar kerja menjadi Asisten Dosen di FKIT/FPTK IKIP Medan pada
Gol E/II (1967) dan mengabdi pada fakultas ini hingga pada Golongan IV/C (1985).
Selama masa tugasnya di FKIT/FPTK IKIP Medan, beliau sungguh menjadi dosen
teladan, pandai bergaul dan dekat dengan pimpinan, dan karena prestasi dan
pergaulannya beliau mendapat kesempatan menjadi Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan (PD-3) dalam satu periode, Pembantu Dekan Bidang Administrasi
dan Keuangan (PD-2) dalam satu periode dan menjadi Dekan dalam 2x 2 periode
serta menjadi Ketua Korpri Unit IKIP Medan. Tetapi disebabkan adanya peraturan,
bahwa semua dosen non bidang teknologi/ kejuruan harus di mutasi dari Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ke Fakultas sesuai dengan bidang keakhliannya,
sehingga pada tahun 1991 beliau dimutasi ke Jurusan Matematika FPMIPA IKIP
Medan dan mendapatkan anugrah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan
olehnya bahwa seorang anak desa dari Pintu Batu Silaen telah dianugerahi jabatan
Guru Besar Madya (Profesor) pada tahun 1994 dan menjadi Guru Besar pada masa
pensiunnya tahun 2002. Wah... luar biasa bapak kami.
Nyata dari apa yang kami lihat, kami amati dan apalagi dari apa yang kami alami,
bahwa beliau bersama ibu kami tercinta Marice Lucia Situmeang (Ompu Joshua
Boru), sungguh menjadi orang tua yang dapat dijadikan panutan. Mereka bekerja
bersama, berpikiran sama, mengasuh anak-anaknya secara bersama hingga ke-lima
anaknya menjadi sarjana bahkan dua orang di antaranya Mery Natacha boru

3
Panjaitan dan Nahesson Panjaitan mendapatkan gelar Magister dan seorang
diantaranya Nahesson mendapatkan gelar Doktor dari UGM Yogyakarta. Beliau
bukan saja mengasuh anak-anaknya tetapi telah mengasuh selama bertahun-tahun
ompung kami boru Sitompul dari Pintubatu Tobasa dan ompung boru mertuanya
boru Pandiangan dari Sibolga hingga keduanya meninggal dunia di rumah kediaman
anak/ menantunya, bapak kami St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan/ Marice Lucia
boru Situmeang, di jalan Orde Baru Medan.
Beliau, St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan yang senantiasa didampingi ibu kami,
Marice br Situmeang (Op. Joshua Boru), memiliki jiwa membangun dengan rasa
sosial dan solidaritas yang sangat tinggi dan menurut hemat kami tiada taranya. Hal
ini tampak dari banyaknya mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah beliau yang
datang dari keluarganya sendiri (adik, itonya, boru abang-abangnya), dan para
mahasiswa marga Panjaitan yang berasal dari Pintu Batu Tobasa, termasuk kami
sendiri Manumpak Silitonga, yang telah dinyatakan sebagai anak siangkangan na so
panggoaran diantara anak-anaknya. Berkat didikan dan nasehat beliau, semua
mahasiswa yang tinggal di rumahnya ada keteraturan, ada kebersamaan, ada saling
menghargai sesama dan tidak pernah terjadi kegaduhan, hari demi hari berjalan
dengan sangat damai.
Bapak kami St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan memiliki jiwa membangun yang
sangat tinggi. Pembangunan fisik, rohani,terutama pembangunan masa depan anak-
anak dan keluarganya. Pembangunan sikap, mentalitas, pendidikan hingga
pemberian rumah tinggal untuk masing-masing anak-anaknya, keaktifannya dalam
pembangunan gereja HKBP Sei Agul dan HKBP Pintu Batu sungguh memperlihatkan
bagaimana beliau telah mencurahkan hati, fikiran dan bahkan dengan sumbangan
dana yang cukup tinggi. Beliau membangun rohani banyak orang dengan jabatannya
sebagai panitua gereja dan Bendahara Huria HKBP Sei Agul yang tidak pernah mau
menerima honor atas jabatan Bendahara Huria.
Pembangunan masa depan anak-anaknya demikian juga para anggota keluarga yang
pernah tinggal dan diasuh di rumahnya sangat tampak terlihat dari tingkat
pendidikannya. Manumpak Silitonga tau persis, bahwa dirinya telah dikirim oleh
Tuhan Yang Maha Baik untuk sampai ke pangkuan bapak kami St. Prof. Drs.
Batusonak Panjaitan dan Ibu Marice br Situmeang (Op Joshua). Beliau sangat bangga
atas keberhasilan anak-anaknya. Tahun 1976 ketika Manumpak masih guru honor di
salah satu STM Belawan, kami dipanggil oleh beliau untuk melengkapi berkas
pengusulan menjadi Asisten Dosen di FPTK IKIP Medan dan akhirnya diangkat
menjadi Asisten Muda pada Gol II/B pada 1 Nopember 1976. Ketika beliau masih
Dekan, tahun 1982 Manumpak diangkat menjadi Kepala Laboratorium Teknik Mesin
pada Golongan III/b dan dikirim pelatihan pengelolaan Laboratorium ke FPTK IKIP
Yogyakarta tahun 1985. Pada masa pelatihan ini Manumpak mengikuti tes saringan

4
program Magister S2 di Program Pasca Sarjana IKIP Yogyakarta dan lulus tes dengan
mendapatkan beasiswa.
Siapa yang tidak bangga memiliki ayah dan ibu seperti beliau? Mereka akhir-akhir ini
ingin menghabiskan waktu hari tuanya dengan berdoa dan berdoa untuk
kesehatannya, untuk harmonisasi keluarga anak-anaknya, untuk kesuksesan anak-
anaknya dan untuk masa depan cucu-cucunya. Beliau sangat ingin dan bahkan
berpesan agar terjalin tali kasih yang tak pernah putus di antar sesama anak dan
cucu-cucunya. Upaya ini telah dilakukannya ketika semua anak-anak dan cucunya
diundang makan bersama di ruang pertemuan lantai dua Istana Koki di jalan Cik
Ditiro salah satu Rumah Makan terkenal di Kota Medan dan dihadiri Kumpulan Koor
Gabungan Renata HKBP Sei Agul dan para utusan dongan sahutanya. Ketika itu ada
acara kebaktian yang dipimpin helanya lae kami Pendeta Tambunan dari HKBP
Resort Sei Agul yang kebetulan hela bapak tua kami dari Pematang Siantar.
Bapak kami, Prof. Drs. Batusonak Panjaitan menyampaikan wejangan yang sangat
bernas bernafaskan pesan, nasehat dan semangat untuk hidup saling berdampingan
kepada anak-anak dan cucu-cucunya, dan beliau memilih Manumpak Silitonga yang
telah dinyatakannya sebagai anak paling tua diantara anak-anaknya untuk
memberikan kata sambutan mewakili semua pomparannya.
Salah satu acara yang sebenarnya tidak terduga oleh kami anak-anaknya bahwa
pada kesempatan itu semua parumaen dan borunya dipanggilnya berpasangan
dengan suaminya untuk datang ke depan menerima satu bingkisan yang dikemas
sangat indah dan ternyata isinya gelang emas 22 gram sebagai pertanda tali kasih
yang tidak boleh putus. Ternyata pemberian bingkisan masih berlanjut, semua cucu-
cucunya dipanggilnya satu-persatu untuk mendapatkan bingkisan.
Lebih lanjut bapak dan ibu kami, Ompu Joshua, menjelaskan apa arti pemberian itu
kepada parumaen, boru dan cucu-cucunya. Hal lain ketika Manumpak Silitonga
genap berumur 69 tahun (diketahuinya dari Dr. Nahesson Panjaitan, ST. MT), pada
Minggu 08 April 2017, bapak dan ibu kami datang beserta anak dan cucu-cucunya,
keluarga adik kami Dr. Nahesson, menyampaikan ucapan selamat dan membawa
lauk pauk serta menyampaikan sebuah bingkisan yang ternyata isinya kain wool
untuk bakal pakaian jas, mungkinkah ini beliau maksudkan untuk saya pakai ketika
suatu waktu beliau dijemput Tuhannya?
Inilah gambaran nyata yang disampaikan beliau kepada kami anak-anaknya agar
senantiasa terjalin tali kasih, kebersamaan, keinginan untuk saling mengerti,
kemauan untuk saling membantu, ketertiban jiwa dan kesadaran akan pengenalan
diri, saling hormat-menghormati, dan masing-masing tau persis akan perannya di
dalam ikatan kekeluargaan. Pepatah orang tua-tua menyebut ”manat mardongan
tubu, elek marboru, somba marhulahula”. Titah ke-5 juga telah mengingatkan anak-

5
anaknya ”Ingkon pasangaponmu do natorasmu, asa martua ho jala leleng mangolu
di tano nanilehon ni Jahowa Debatam di ho”. Tidak dapat dipungkiri, pastilah semua
orang tua berharap agar semua anak-anaknya bersatu seia sekata, saroha
sapingkiran. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Mungkinkah gambaran ini didapatkan sesuai harapan beliau sehingga pesan surat
Apostel Paulus ke jemaat Korintus menjadi milik kita bersama?;
Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota- anggota
yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu angggota menderita,
semua anggota turut menderita, jika satu anggota dihormati , semua anggota turut
bersuka cita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah
anggotanya (1 Kor 12, 25-27).
Bagi Allah tiada yang mustahil, jaminannya kita anak-anaknya, cucu-cucunya harus
punya tekat pasti bisa. Akhirnya kami menyampaikan ”SELAMAT ULANG TAHUN KE
80” buat bapak kami yang baik, dan jadilah senantiasa berdampingan dengan ibu
kami Marice Lucia Situmeang ompu Joshua boru, dikala suka dan duka, doa anak-
anak mu semoga sehat selalu dalam menjalani hari-hari tua kalian berdua. Syaloom.

Medan 16 Oktober 2017


Salam hormat dari anakmu,
Dr.Ir.Drs.Manumpak Silitonga, MT.M.Pd

6
SEKAPUR SIRIH DARI JUBILARIS

(St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan)

Tuhan adalah gembalaku, tak pernah kekurangan aku. Tiada terkira kebaikan
Tuhan di dalam kehidupan manusia yang percaya dan menyerahkan segala perjalanan
hidupnya kepada Nya. Bila kurenungkan segala hal yang telah kulakukan dan kerjakan
selama hidupku, sungguh aku tidak percaya bahwa Tuhan telah memberikan umur
panjang padaku hingga 80 tahun. Bilangan umur ini sangat istimewa sebagaimana
telah dikatakan dalam firman Nya (Mazmur 90:10). Sungguh sangat nyata hanya
karena belas kasihan dan berkat Tuhan sajalah yang memungkinkan aku bisa tetap
dapat hidup berdiri tegak sampai hari ini di dalam kelemahan dan kesehatan yang
pada ahir-ahir ini semakin menurun.

Perjalanan hidupku bagaikan air sungai yang mengalir pelan dan nyata. Berguna
bagi sebagian ciptaan Tuhan yang membutuhkannya. Tidak disangka dan tidak ada
rencana yang tertata sebelumnya untuk ditempuh, tetapi hanya Tuhan yang
mengarahkan dan merestui beragam tugas sehari-hari. Karena DIA..., banyak orang,
keluarga dan teman-teman yang menolong dan memberikan motivasi agar aku dapat
menyelesaikan tugas-tugasku dengan baik. Istriku Marice Lucia boru Situmeang (Op.
Joshua Boru) adalah sosok ibu yang sangat layak dicontoh, hemat, bertanggung jawab
dalam pembinaan anak-anak, baik dalam segi kesehatan demikian juga tentang
disiplin.

Autobiografi ini saya tulis untuk dapat dibaca dan diikuti tentang perjalanan
hidupku yang penuh lika-liku. Kiranya anak-anakku dapat memetik maknanya dan
bersandar kepada Tuhan. Rasanya aku telah siap bila pada akhirnya kelak Tuhan Yesus
menjemputku, karena aku yakin dan percaya bahkan Tuhan telah menyiapkan tempat
bagiku di dalam kerajaan Nya yang kekal dan abadi sebagaimana firman Nya yang aku
petik dan yakini, “Karena bagiku hidup Kristus dan mati adalah Keuntungan”.

Tuhan, Gembalaku Yang Baik (Mazmur Daud 23,1-6)

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

7
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau; Ia membimbing aku ke air yang
tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar, oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab
Engkau besertaku, gada Mu dan tongkat Mu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau mengurapi
kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku ; dan aku akan
diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
Dikala aku telah lelah, ya Tuhanku…sediakanlah tempatku di sisi Mu.
Amin !! Immanuel !!!

Medan 16 Oktober 2017

Jubilaris,

St Prof Drs Batusonak Panjaitan

8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DARI EDITOR................................................................................................i

SAMBUTAN PADA BUKU KENANGAN HUT KE 80......................................................................ii

SEKAPUR SIRIH DARI JUBILARIS.................................................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................................................................vii

BAGIAN I. MASA KECILKU.........................................................................................................1

1.1. Silsilah Keluarga Besarku..................................................................................................1

1.2. Ayahku Philemon Panjaitan dan ibuku Maria Jenni boru Sitompul.................................2

1.3. Kumpulan Pengalaman lucu dan sedih............................................................................4

BAGIAN II. MENJADI GURU SMP NEGERI LEWAT PROGRAM BEASISWA SEKOLAH
GURU ATAS.................................................................................................................................6

BAGIAN III. PENGALAMAN SETELAH LULUS SMP.....................................................................8

3.1. Belajar di Sekolah Guru Atas Negeri Balige....................................................................8

3.2. Suka duka / pengalaman Menjadi guru SMP selama 8 tahun........................................8

BAGIAN IV. CARA TUHAN ALLAH MEMBIMBING ANAK-ANAKNYA......................................12

4.1. Tugas Belajar di PGSLP/B Negeri Medan.......................................................................12

4.2. Kembali Mengajar..........................................................................................................12

4.3. Tugas Belajar di FKIE IKIP Medan...................................................................................14

BAGIAN V. PENGANGKATAN TENAGA EDUKATIF DI FKIT IKIP NEGERI MEDAN...................15

5.1. Pengangkatan Menjadi Asisten Dosen di FPTK IKIP Medan..........................................15

5.2. Pengalaman di FPTK IKIP Medan/ FT Unimed................................................................17

5.3. Pindah dari FPTK ke FPMIPA UNIMED...........................................................................19

BAGIAN VI. TUHAN MENCIPTAKAN PENOLONG YANG SEPADAN........................................21

9
6.1. Berumah Tangga/ Pernikahan........................................................................................21

6.2. Anak Adalah Anugrah Tuhan..........................................................................................23

6.3. Orang Tua Keluarga Prof. Drs B.Panjaitan......................................................................24

BAGIAN VII. RAGAM AAKTIFITAS YANG DIMILIKI JUBILARIS................................................26

7.1. Pengalaman sebagai anggota masyarakat.....................................................................26

7.2. Aktifitas dalam Organisasi Formal dan Nonformal........................................................26

BAGIAN VIII. ST DRS PROF BATUSONAK PANJAITAN DI MATA KELUARGA, KOLEGA


DAN SAHABAT..........................................................................................................................33

8.1. Ungkapan Tertulis Curahan hati.....................................................................................33

8.2. Surat Piagam Penghargaan............................................................................................33

BAGIAN IX. KESAN DAN PESAN...............................................................................................34

9.1. Penutup..........................................................................................................................34

9.2. Bio Data Prof. Drs. Batusonak Panjaitan........................................................................36

BAGIAN X. ADAT PARTUAONNA ………………………………………………………………………………….………58

10.1. Jujur Ngolu St Prof Drs Batusonak Panjaitan Op Joshua Doli …………………………………… 58

10.2. Iklan di Harian SIB…………………………………………………………………………………………………... 78

10.3.Tertib Acara Saur Matua ……………………………………………………………………………………….… 79

10.5. Parbagi ni Parjambaran …………………………………………………………………………………………….80

10.6. Pendistribusian Ulos herbang …………………………………………………………………………………. 81

10
BAGIAN I. MASA KECILKU

Pada bagian ini saya St Profesor Batusonak Panjaitan akan menceritakan


masa kecilku bersama ayah, ibu dan saudara-saudariku.
1.1. Silsilah Keluarga Besarku

Saya, St. Prof. Drs. Batusonak Panjaitan, anak ke 9 (sembilan) dari 14


bersaudara. Empat Belas bersaudara adalah anak dari satu ayah dan
2 (dua) ibu. Ayah Guru Philemon Panjaitan dan ibu Siti A.S.T boru
Situmorang diberkati Allah dengan 6 (enam) orang anak, antara lain:

1. Sturman Mangaliat Ina Panjaitan lahir di Sabulan (15-02-1921)


dan meninggal di Purwakerto (14 – 10 – 1946) umur 25 Tahun,
setelah tamat sekolah perawat
2. Pinta Marisi boru Panjaitan
3. Sabirin Panjaitan
4. Mangara Hamonangan Panjaitan
5. Irme boru Panjaitan
6. Toga Manaksak Panjaitan

Dari 6 (enam) orang anak di atas hidup dan sampai menikah


(berumah tangga) sebanyak 5 (lima) orang, yaitu nomor 2 sampai
dengan nomor 6. Setelah ibu kami, Siti A.S.T boru Situmorang,
meninggal tanggal 11 – 08 – 1932, ayah kami Guru Philemon
Panjaitan menikah dengan Maria Jenni boru Sitompul (meninggal
tanggal 03 – 08 – 2003 di rumah kediaman saya, jalan Orde Baru,
No.14, Sei Agul, Medan).

11
Ayah saya, Guru Philemon Panjaitan dan ibu Maria Jenni boru
Sitompul dianugerahi 8 (delapan) orang anak. Kedelapan orang itu
adalah:

1. Kartini Helena boru Panjaitan


2. Huntal Pardomuan Tua Panjaitan
3. Batusonak Panjaitan
4. Buntuaman Panjaitan
5. Mulia Rustam Panjaitan (+) meninggal setelah berumur 3 (tiga)
tahun (24-08-1941 sampai dengan 11-3-1944) di Paropo
6. Serepina boru Panjaitan
7. Bachtiar Panjaitan
8. Lamria boru Panjaitan

Dari 8 (delapan) orang anak Guru Philemon Panjaitan dan Maria Jenni
boru Sitompul, yang hidup sampai berkeluarga (berumah tangga) ada
7 (tujuh) orang. Jadi jumlah yang hidup sampai menikah (berumah
tangga) adalah 12 (dua belas) orang. Dengan demikian, saya,
Batusonak Panjaitan adalah anak ke 9 (sembilan) dari 14 (empat
belas) bersaudara atau anak ke 8 (delapan) dari 12 (dua belas)
bersaudara. Keunikan pemberian nama pada anak yang baru lahir
pada saat itu pada umumnya tergantung pada keadaan lingkungan
dan suasana tempat kelahiran.

1.2. Ayahku Philemon Panjaitan dan ibuku Maria Jenni boru Sitompul.

Ayah saya, Philemon Panjaitan, lahir pada tanggal 23 Maret 1896 di


Janji Nauli Pintubatu Kecamatan Silaen Kabupaten Tobasa, dahulu
adalah Kabupaten Tapanuli Utara.

12
Ibu saya, Maria Jenni boru Sitompul, lahir tanggal 21-09-1912 di
Lumban Holbung. Ayah dan ibuku menikah dan pemberkatan
pernikahannya tanggal 06 Maret 1933 oleh Pendeta Coernelius
Lumbantobing di Gereja HKBP Sabulan dengan teks pemberkatan
Johannnes 12:15; “ Jangan takut hai putri Sion, lihatlah, Rajamu
datang duduk di atas seekor anak keledai”.

Ibu Maria Jenni boru Sitompul pada saat pernikahannya telah


mendapatkan 6 (enam) orang anak yang ditinggal mendiang ibu kami
Siti A.S.T boru Situmorang, dengan usia anak tertuanya 12 tahun dan
anak terkecil pada usia 2 (dua) tahun.

Ayahku seorang Guru Zending (guru yang bertugas menyebarkan injil


ke pelosok/ pedalaman di Indonesia, tidak bergaji). Sesuai dengan
catatan ayahku, beliau diangkat menjadi Guru Zending setelah lulus
dari Sekolah Tinggi Sipoholon Tarutung pada tanggal 01 Oktober
1915, dan daerah-daerah dimana beliau ditempatkan menjadi Guru
Zending dapat diamati pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Daerah tempat bertugas ayahku, Philemon Panjaitan,


sebagai Guru Zending

Perio Lama
No Tempat de Masa Bakti Bertugas
01-11-1915 s/d 31-
1. Palipi Mogang II 3 bulan
01-1916
01-02-1916 s/d 31- 3 tahun 7
2. Saboelan I
08-1919 bulan

Sideak I 01-09-1919 s/d 30- 9 bulan


3. 06-1920

13
Juru Tulis (Cranie) 01-07-1920 s/d31-
4. 11 bulan
di Siantar 05-1921
Boehit I 01-06-1921 s/d 31- 7 bulan
5. 12-1921
01-01-1922 s/d 31- 1 tahun 3
6. Pangururan I
03-1923 bulan
01-11-1923 s/d 30- 8 tahun 3
7. Parbaba I
06-1931 bulan
01-07-1931 s/d 12- 1 tahun 10
8. Pintubatu II
05-1933 bulan
13-05-1933 s/d 19- 2 tahun 8
9. Ambarita II
01-1936 bulan
10. Paropo I 20-01-1936

Saya Batusonak Panjaitan lahir di Paropo Kecamatan Silalahi


Kabupaten Dairi, dahulunya termasuk kabupaten Tapanuli Utara,
pada saat ayah saya bertugas sebagai Guru Zending di sana.

Paropo daerah berbukit – bukit, pinggiran Danau Toba, penuh


dengan batu – batu besar, jika turun hujan sering terjadi longsor dan
membawa batu – batu besar kekaki gunung hinga ke pinggiran Danau
Toba.

Menurut cerita salah seorang anak desa Paropo kepada saya, dialah
meminta kepada ayahku agar saya diberi nama Batusonak, beliau
bernama Batujuguk. Ayah setuju, mungkin karena beliau teringat ada
anak Raja Panakok nomor 3 (tiga) yang tidak jelas keberadaannya
(ada atau tidak tahu tempat keturunannya) lihat silsilah Raja Panakok
dalam buku In Memorium, halaman 4 (empat).

14
Karena abang saya Batujuguk Silalahi (pemberi nama saya) sangat
gembira, dia meminjamkan sungai kepunyaan keluarga Raja Silalahi
(Paropo) selama 1 (satu) bulan kepada ayahku terhitung sejak
pemberian namaku oleh Batujuguk Silalahi.

Kekhususan sungai ini ada, semua ikan yang naik melawan aliran air
sungai ini adalah “Ihan Batak” / Ikan Batak. Ikan Batak hanya bisa
hidup dalam air bersih (tidak berlumpur), sejenis ikan mas, semua
ikan Batak ini sisiknya agak kebiru-biruan dan jika dimasak arsik
enaknya luar biasa.. Menurut cerita, jenis ikan inilah menjadi ikan
adat pada acara-acara adat habatahon. Sekarang ini sulit mencari
ikan Batak karena sudah jarang sungai yang bersih dan akibat racun
hama rumput yan ditebar di persawahan sehingga sebagai
penggantinya adalah ikan emas.

“Batusonak” artinya “Batu Besar” sinonimnya Air Bah = aek


nagodang, air banjir dalam penulisan, jangan dipisahkan menjadi
2(dua) suku kata, Batusonak adalah satu suku kata.

Paropo desa/dusun kecil adalah daerah Zending, pengembangan


agama kristen. Sebelum ayahku bertugas kesana penduduk Paropo
jarang / sedikit pengikut agama Kristen.

Tiga belas (13) tahun beliau menjadi guru zending di Paropo dan
selama 13 (tiga belas) tahun itu ada sebanyak 50 keluarga penduduk
Paropo dibaptis menjadi pengikut Kristus. Demikian pesatnya
pertumbuhan umat Kristen disana. Pendeta – pendeta zending di
Tanah Batak tidak mau memindahkan Bapak dari Paropo. Sekiranya
tidak terjadi pergolakan untuk mendirikan Negara Kesatuan

15
Indonesia, ayahku pulang ke Pintubatu menjumpai kami dan beliau
tidak mau kembali lagi ke Paropo.

Karena ayahku tidak kembali lagi ke Paropo sebagai guru Zending,


beliau diangkat menjadi guru SD di Napitupulu kecamatan Silaen
kemudian guru SD di Pintubatu, terakhir diangkat menjadi kepala SD
di Sianipar sampai pensiun.

Pada masa proses perpindahan ayah dari Paropo ke Pintubatu, 3


(tiga) orang anaknya yaitu si Monang Panjaitan, Marisi Panjaitan, dan
Arme boru Panjaitan (abang dan kakak saya) sudah terlebih dahulu
disuruh pindah ke kampung Pintubatu,. Dan pada tahun 1946 abang
saya Huntal Pardomuan Tua Panjaitan dan saya Batusonak Panjaitan
dibawa ibu kami ke Pintubatu untuk bersekolah bersama – sama
dengan 3 (tiga) orang abang dan kakak yang lebih dahulu diantar ke
Pintubatu.

Di Paropo hanya SR (Sekolah Rakyat) kelas I dan II yang ada, gurunya


hanya satu orang yaitu ayah saya sendiri. Di Pintubatu saya tidak bisa
naik kekelas III karena mutu kelas II diparopo jauh lebih rendah dari
mutu kelas II di Pintubatu Silaen.

Setelah abang saya Manaksak Panjaitan dibawa dari Sabulan ke


Pintubatu kami anak gr. Philemon di Pintubatu menjadi 6 (enam)
orang yang terkecil saya sendiri. Saya tidak pernah disuruh bekerja
oleh abang dan kakak saya.

Banyak pengalaman yang kami peroleh selama kami tidak didampingi


oleh orangtua. Kami sudah terbiasa hidup dalam keluarga terpimpin,

16
“ Ayahku guru Zending dan ibu anak guru Zending”, kami tidak sulit
diatur oleh abang dan kakak kami.

1.3. Kumpulan Pengalaman lucu dan sedih.

Pertama:

Ketika menjelang Dewasa, saya tidak terlalu sulit melakukan


pekerjaan kaarena mencontoh dan mendapat pembelajaran dari
orang – orang dikampung. Harus disyukuri bahwa kami bertiga
pernah ditinggal bersama di rumah abang kami Ompu Helena
(Monang), kakak Marisi dan Arme. Mungkin mereka memnuhi
undangan. Jika kami bertiga (Manaksak, Huntal, dan Batusonak)
kepingin makan “Na Niura” sejenis pecal. Bahannya tidak sulit, antara
lain: Sihorpuk sejenis genjer rumput sawah, garam dan asam kalau
ada. Sihorpuk sudah diremas – remas, garam dalam botol biasanya
dijajarkan dengan botol – botol berisi minyak lampu (minyak getah)
sepanjang / pinggir tempat memasak, dalam bahasa Batak disebut
Tataring. Saatnya memberi garam kepada pecal tadi, oleh abang saya
Manaksak dengan cepat mengambil botol garam dan
menuangkannya kedalam tangannya diatas sopo sejenis tempat
makan yang dibuat dari kayu, dibentuk seperti baskom. Baru
dituangkan minyak tadi sudah muncul aroma yang tidak sedap,
aroma minyak karet, minyak tanah tidak ada pada jaman itu. Apa
yang terjadi, kami bertiga kecewa, bercampur marah.

Pengalaman Kedua :

Pada ksempatan lainnya ketka kami bertiga ingin makan daging ,


kami sepakati untuk memotong satu ekor dari anak-anak anjing

17
peliharaan kami. Perlengkapan sudah tersedia. Algojo untuk
memotong tetap terpilih sama abang Manaksak (bapak Dasima)
karena dia lebih tua dan lebih besar diantara kami bertiga.
Memegang kakinya saya dan abang Huntal (Bapak Herib). Baskom
kecil tempat darah diisi dengan sedikit air, garam dan asam. Tiba saat
pemotongan, siabang ambil pisau dan memegang mulut anak anjing.

Rupanya pengetahuan si abang belum cukup untuk memotong


anjing. Tiba – tiba keluar darah bercampur tai anjing masuk / jatuh
kedalam baskom. Kejadian ini rupanya terlihat oleh abang Huntal
Pardomuan Tua (Bapak Herib) sambil ngomong, sudah bercampur
darahnya dengan tai anjing, buang tak bagus lagi itu, tapi oleh abang
bapak Dasima si algojo bilang, belum bercampur sambil membuang
satu sendok darah bercampur tai dari baskom. Abang Huntal
Panjaitan marah – marah sambil menumpahkan darah yang
tercampur tai anjing itu. Marah juga kepada saya padahal saya tidak
tahu apa yang terjadi. Saya tidak tahu sama sekali karena perhatian
saya berpusat kepada tugas, memegang kaki anjing supaya tidak
lepas.

Selama kami tidak bersama – sama dengan orangtua banyak hal – hal
yang pernah kami ikuti. Biasanya kalau ada pesta dikampung, kami
tidak ikut, tidak ada yang membawa kami atau orang tua yang diikuti
kepesta tersebut.

Selama belajar di SR, alat – alat tulis hampir tidak ada, yang ada batu
tulis (lei) dan anak batu tulis yang disebut gerep. Buku bacaan tidak
ada, jadi tidak bisa baca dan harus diulang dirumah. Guru tidak

18
lengkap (tidak cukup), sering kelas – kelas rendah diajar oleh murid
kelas VI yang agak besar, khususnya untuk belajar menulis dan
berhitung.

BAGIAN II. MENJADI GURU SMP NEGERI LEWAT PROGRAM BEASISWA


SEKOLAH GURU ATAS

Setelah lulus SR saya melanjut ke Sekolah menengah Pertama (SMP).


Tahun 1951 saya masuk di SMP Negeri Narumonda Balige. Kurang lebih
1 (satu) tahun saya dibawa abang saya Sabirin Panjaitan ke Sidikalang
dan masuk di SMP Negeri Sidikalang. Tahun 1954 saya lulus dari SMP
Negeri dengan nilai rata – rata 8 (delapan), jumlah untuk 8 (delapan)
mata pelajaran melanjut ke Sekolah Menegah Atas.

Rencana melanjutkan sekolah / pelajaran sudah lama direncanakan


oleh orang tua yakni kesekolah yang memberikan ikatan dinas. Jelas
kita ketahui, di Sumatera Utara ada Sekolah Guru Atas (SGA) di Balige,
Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Medan. Pada saat itu
masuk/ melanjut ke kedua sekolah ini cukup dengan menyerahkan
salinan Ijazah SMP, kemudian kita menunggu panggilan diterima. Saya
telah mendaftarkan diri ke SPMA dan sebenarnya tidak ada keraguan
untuk tidak diterma karena menurut informasi dari abang MH Panjaitan
nilai yang masuk/ mendaftar tertinggi ada pada nilai yang saya miliki.
Tetapi tunggu punya tunggu tidak juga ada panggilan, ini berarti bahwa
saya tidak diterima. Selanjutnya saya mendaftar ke SMA Negeri Balige
dan diterima, tetapi orang tua tidak menyetujui karena abang saya

19
Huntal Panjaitan masih duduk di kelas II SMA Negeri dan akhirnya saya
masuk sekolah pada Sekolah Guru Atas (SGA) Balige dan mendapat
Ikatan Dinas. Diterimanya saya menjadi siswa SGA dan mendapatkan
beasiswa membuat orang tua sangat senang, tetapi sebaliknya saya
sendiri tidak merasa senang karena ketika itu saya tidak berminat
menjadi guru.

Tahun 1957 saya menyelesaikan studi dari SGA dan langsung menerima
surat ketetapan menjadi Guru SMP Negeri Doloksanggul Tapanuli Utara
(sekarang menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan). Tahun 1958 para
guru-guru SMP Negeri Doloksanggul dan para guru se Kabupaten
Tapanuli Utara dikumpulkan di Sigompulon Tarutung untuk tugas
memeriksa Ujian Akhir SMP tahun 1958.

Ketika itu secara kebetulan saya ketemu dengan teman saya lulusan
dari Sidikalang dan beliau sudah menggunakan mobil Jeep BK Merah.
Entah karena apa secara spontanitas saya berucap” sudah ada mobilmu
bodok-bodok ya!!”. Rupanya perasaan kecewa dalam hati saya tiba-tiba
muncul karena saya tahu bahwa lulusnya dia dari sekolah hanya dengan
nilai rerata 6,0 sementara nilai rerata ujian saya 8,0. Dari kenyataan ini
disimpulkan bahwa pada tahun 1958 ternyata sudah ada juga
nepotisme/ pilih kasih.

Secara jujur kadang kala bahwa informasi yang kita dengar dari
berbagai sumber dapat kita cerna dan diterima kebenarannya namun
kebenaran itu sebenarnya tidak ada. Ketidak puasan memasuki SGA dan
diangkatnya menyandang profesi guru, secara lambat laun harus
disyukuri dan diterima dengan sangat senang hati. Hal ini menjadi nyata

20
bahwa setelah lanjut usia saya menyadari bahwa cita-cita saya untuk
tidak menjadi guru tidaklah benar, tetapi permohonan bapak dan ibu
saya justru yang diberkati oleh Tuhan agar saya menjadi guru.

BAGIAN III. PENGALAMAN SETELAH LULUS SMP

3.1. Belajar di Sekolah Guru Atas Negeri Balige

Selama 3 (tiga) tahun saya belajar di SMP Negeri Balige suka atau
tidak suka saya harus belajar menjadi calon guru. Menurut rencana
Pemerintah Republik Indonesia angkatan kami 1951/ 1952 akan
diangkat menjadi guru SD. Ternyata issu / rencana itu belum jadi
sehingga semua angkatan kami diangkat menjadi guru SMP Negeri.

Saya diangkat menjadi guru SMP negeri di Dolok Sanggul dengan


Surat Keputusan No 82093 KI oleh menteri P & K tertanggal 30 – 8 –
1957, terhitung tanggal 01 – 09 – 1957, Golongan D 2 / I dengan gaji
pokok PGPN 1955 sebesar Rp 253,50,-.

Saya sadar bahwa Tuhan Allah selalu memberkati saya sepanjang


hidupku. Benar – benar bahwa Tuhan adalah gembala yang baik
bagiku.

3.2. Suka duka / pengalaman Menjadi guru SMP selama 8 tahun

Mulai tanggal 01 September 1957 saya bertugas sebagai guru PNS


pada SMP Negeri Dolok Sanggul. Sekolah ini baru dibuka 2 (dua)
tahun sebelumnya dengan jumlah guru 23 (dua puluh tiga) orang dan

21
18 (delapan belas) orang diantaranya masih berstatus lajang dan
hanya 5 orang yang sudah berkeluarga.

Kira – kira tahun 1957 terjadi pergolakan di tanah air dibawah


kepemimpinan Kolonel Simbolon, Ahmad Husein, Zulkifli Lubis.
Pergolakan ini dikenal sebagai pemberontakan PRRI. PRRI adalah
gerakan perlawanan untuk menuntut pemerataan pembangunan
agar pemerintah pusat memperhatikan pembangunan daerah
termasuk Tapanuli, tuntutan otonomi daerah dan pelimpahan
kewenangan kepada daerah.

Pada awal pemberontakan PRRI di Tapanuli banyak murid SMP dan


SMA ikut bergabung ke PRRI, walaupun sesungguhnya mereka tidak
mengerti apa yang terjadi, hanya ikut – ikutan. Pemberontakan PRRI
berpengaruh kepada lambatnya administrasi dan transformasi
mengakibatkan terganggunya hubungan pemerintah daerah dengan
pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Ketika itu pegawai
negeri di gaji dengan uang dari pusat melalui perwakilan di Propinsi.
Tetapi dengan adanya pemberontakan PRRI mengakibatkan Pegawai
Negeri terlambat gajian. Bagi guru – guru muda seperti halnya kami,
keterlambatan gajian sangat berpengaruh terhadap pembayaran kost
bulanan sehingga lebih sering terlambat. Untuk mengatasi kesulitan
ini oleh POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru) mengadakan
rapat. Kesimpulan rapat, meenetapkan bahwa setiap bulannya murid
membawa/ membayar 2 (dua) liter besar beras untuk dibagikan
kepada guru. Sebenarnya usulan ini sangat bagus, tetapi menurut
saya cara pembagiannya kepada guru tidak tepat. Oleh guru – guru
tua beras dibagi sesuai dengan jumlah anggota keluarga. Hal ini saya
22
protes dan saya sarankan agar besar bantuan orang tua murid itu
dibagi sebanding dengan jumlah jam mengajar setiap guru. Guru –
guru tua tidak setuju katanya mereka mengajar untuk dapat
menghidupi keluarga. Terakhir saya katakan, jika mereka
mendapatkan gaji lebih besar dari Pemerintah RI, itu pantas sesuai
dengan ijazah dan masa kerja masing – masing. Karena teman –
teman guru yang masih muda tidak menunjukkan dukungan dengan
usul saya, akhirnya usulan guru – guru tua yang menang.

Persoalan ini mendorong saya untuk pergi tugas belajar ke PGSLP/


Matematik di Medan selama 2 (dua) tahun 1960 sampai dengan
tahun 1962. Pada waktu itu ada keluar persyaratan yang menyatakan
bahwa lulusan yang mendapatkan juara I , II dan III diijinkan
melanjutkan studi ke FKIP Negeri Medan dan duduk di tingkat III.
Pada saat itu saya mendapatkan juara pertama dari PGSLP Medan
dan diusulkan melanjutkan studi ke FKIP Negeri Medan. Pengusulan
saya untuk melanjutkan studi ke FKIP Negeri Medan telah dibuatkan
oleh Pimpinan PGSLP Negeri Medan yang ditujukan kepada Dekan
FPMIPA, dan tembusannya masing-masing unuk diketahui kepada
Kepala Inspeksi Daerah SMP Sumatera Utara, Direktur SMP Negeri
Doloksanggul . Dengan modal surat pimpinan PGSLP Negeri Medan,
saya melapor ke FKIP Negeri Medan dan dinyatakan bahwa saya
diterima sesuai dengan muatan surat yang saya bawa yakni menjadi
mahasiswa tingkat tiga jurusan Matematika, tetapi dengan
persyaratan bahwa semua mata kuliah yang belum ada pada
transkrip nilai PGSLP harus saya ikuti perkuliahannya di tingkat satu,
dua, dan tingkat tiga. Dengan semangat ingin meningkatkan ilmu

23
pengetahuan dan keinginan menggapai karier yang lebih tinggi
”persyaratan ini saya terima dengan sangat senang hati”. Untuk
tidak menjadi masalah semua berkas surat pimpinan PGSLP Negeri
Medan yang tembusannya kepada Kepala Inspeksi Daerah SMP
Sumut, Kakanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumut
(saat itu departemen pendidikan masih gabung dengan kebudayaan),
Kepala SMP Negeri Dolok Sanggul serta merta telah saya sampaikan.

Ketika menyampaikan tembusan surat kepada Kepala Inspeksi


Daerah SMP Sumut, beliau menyuruh saya untuk kembali mengajar
sambil menunggu terbitnya Surat Tugas Belajar. Perintah tugas
mengajar ini saya terima dengan senang hati dan tugas ini saya
jalankan dengan sungguh-sungguh, tetapi adanya perintah tugas
mengajar dari Kepala Inspeksi Daerah SMP Sumut tidak saya
beritahukan kepada kepada Kepala SMP Negeri Dolok Sanggul.

Semenjak melapor ke FKIP Negeri Medan sebenarnya saya sudah


resmi sebagai mahasiswa dan sebagai guru yang menjalankan tugas
sebagaimana biasa, sehingga dalam teorinya saya telah menjalankan
tugas rangkap guru dan mahasiswa. Tuhan Yesus adalah gembala
yang baik. Tahun 1954 saya masuk di SGA Negeri Balige, abangku
sudah duluan masuk di SMA Negeri Balige. Sebelum tahun 1954 saya
belum pernah menginjakkan kaki di Balige tetapi abangku Huntal
Pardomuan Tua Panjaitan sudah lebih dahulu 2 (dua) tahun di SMA
Negeri Balige.

Perlu dicatat bahwa saya tidak mengalami kesulitan yang berarti


mendaftar ke SGA Negeri Balige dan juga mencari tempat tinggal.

24
Ketika itu kami tinggal di AOR (Asrama Ompu Rimatonga) Pardede di
Pardede Pasir Pinggir Danau Toba. Menyedihkan,... bahwa di asrama
kami tidak pernah merasa cukup makan (kenyang), sehingga kami
sangat sering menyogok juru masak supaya kerak nasi yang masih
tersisa di periuk disimpan untuk kami makan selepas belajar malam.
Disebabkan oleh rasa kelaparan dan haus yang sangat hebat, tidak
jarang jika kami sering pergi ke pasar di warung Gelora untuk
membeli gorengan dan minum teh manis.

Sudah menjadi kebiasaan bahwa di Asrama sudah ada penjatahan


makanan yakni satu piring nasi, sayur daun ubi singkong ditumbuk,
satu ekor anak ikan mujahir digoreng kadang diarsik. Jika hal seperti
ini terjadi biasanya piring kaleng dan mangkok pada beterbangan ke
langit-langit asrama. Mendengar dentuman yang tak karuan di
asrama, pemiliknya pastilah menjadi pusing dan bingung sehingga
diputuskan bahwa para anak asrama hanya mendapatkan fasilitas
tempat tinggal dan tidak menyediakan makanan. Merepotkan
memang, para anak kost menjadi kewalahan mencari warung nasi.

Saya dengan abang Huntal PT Panjaitan (HPT) dapat warung makan


marga Pardede di pelabuhan berjarak kurang lebih 500 meter dari
asrama. Abang saya HPT Panjaitan setelah menyelesaikan studinya
dari SMA dan langsung melamar masuk Perguruan Tinggi sementara
saya sampai menamatkan studi dari SGA masih tetap tinggal di
asrama bersama teman-teman dan makan di warung marga Pardede.
Hal yang menguntungkan bagi saya adalah karena istri pemilik
warung adalah boru Panjaitan Manokhon sehingga saya
mendapatkan layanan khusus. Di warung ini sudah lebih dahulu
25
bayar makan dan menyewa satu kamar yang bernama Kasman
Silaban dari Desa Silaban siswa SGA Negeri Balige. Selama saya
berlangganan makan di rumah makan amangboru Pardede ini, semua
anak-anaknya dan Kasman Silaban, anak Doloksanggul, memanggil
saya “Tulang” (dalam bahasa Indonesia “paman”).

Kasman Silaban satu tahun lebih dahulu menamatkan sekolahnya


dari saya dan ditempatkan di SGB Negeri Doloksanggul yang jaraknya
sekira 2 (dua) km dari kampungnya. Mereka sesama guru sebanyak 3
(tiga) orang tinggal dalam satu kamar dirumah sewaan. Ketika itu
Dolok Sanggul adalah kota Kecamatan, kecil tetapi sebagai kota
persinggahan para saudagar kemenyan dan karet yang akan dijual
mereka ke Pematang Siantar. Dari hasil pengamatan saya hanya ada
1 (satu) keluarga marga Panjaitan di Kota Doloksanggul
pekerjaaannya tukang sepatu, dan 2 (dua) keluarga yang istrinya
bermarga boru Panjaitan pegawai negeri sipil dan satu orang bidan
bekerja di Puskesmas Doloksanggul.

BAGIAN IV. CARA TUHAN ALLAH MEMBIMBING ANAK-ANAKNYA

4.1. Tugas Belajar di PGSLP/B Negeri Medan

Untuk meningkatkan mutu dan pengalaman mengajar guru lulusan


SGA di SMP, para guru disarankan agar mengikuti program Tugas
Belajar ke PG SLP Negeri. Setelah 3 (tiga) tahun mengajar di SMP
Negeri, saya di suruh Tugas Belajar ke PGSLP/ B Negeri di Medan.
26
Selama 2 (dua) tahun mengikuti Tugas Belajar, saya lulus dengan
peringkat juara dan dipromosikan boleh melanjut ke Fakultas
Pendidikan Matematik dan Pengetahuan Alam IKIP Medan . Selama
Tugas Belajar saya tinggal / menginap di rumah abang Mangara
Hamonangan (Pegawai Departemen Keuangan) di Medan.

Setiap bulan saya memberikan uang kost sebesar gaji yang saya
terima dari kiriman kepala sekolah SMP Negeri Dolok Sanggul. Kakak
saya ini boru Sitorus (Mama Risma) adalah sosok yang sangat
pengertian, tidak pernah mengomel walaupun uang kost yang saya
berikan tidak sesuai dengan kebutuhan perbulan.

Setiap pagi sebelum saya pergi kuliah saya mencuci pakaian, pulang
kuliah menggosok pakaian dan mengerjakan pekerjaan lain. Saya
tidak pernah melihat kakak ini cemberut (murhing) sampai saya lulus
tanggal 10 – 7 - 1962 dan kembali mengajar ke SMP Negeri Dolok
Sanggul. Abang MM Panjaitan cukup pengertian, kalau ada tugas –
tugas yang akan diketik selalu dia sanggupi mengetik dan sesekali
kami pergi boncengan makan mie. Abang saya ini tahu bahwa uang
saya tidak ada sisa karena uang gaji saya berikan kepada kakak Mama
Risma sebagai bayar makan.

4.2. Kembali Mengajar

Sesuai dengan janji sewaktu saya melapor ke Kepala Inspeksi Daerah


SMP Sumut, saya harus mengajar sesudah tamat PG SLP sampai surat
Tugas Belajar datang dari Jakarta. Oleh karena PGB Negeri Dolok
Sanggul akan di tutup maka guru – gurunya akan dipindah ke SMP

27
Negeri. Dua guru PGB Negeri pindah ke SGB / SMP Negeri Siloam
(Marga Siburian dan Butar – Butar).

Guru K Silaban anak Dolok Sanggul pindah ke SMP Negeri Dolok


Sanggul sekaligus tugas belajar ke PG SLP Negeri Medan Jurusan
Matematika. Setelah tamat kami kembali mengajar ke SMP Negeri
Dolok Sanggul. Setelah kami tiba di Dolok Sanggul dan mendengar
berita bahwa prestasi saya juara I pembagian tugas mengajar
dilakukan.

Guru K Silaban meminta tugas Matematika di Kelas I dan II dan


menganjurkan saya mengajar matematika di kelas III dengan alasan
saya lebih layak mengajar di kelas III. Kepala sekolah setuju. Ada 2
(dua) atau 3 (tiga) orang guru SD yang dimutasikan ke SMP Negeri
juga meminta mengajar Matematika di kelas I dan kelas II setelah
saya lobi dengan K. Silaban alasan saya memlilih mengajar
matematika di kelas I, baru akan bicara dalam rapat pembagian tugas
mengajar tahun 1962 / 1963.

Bapak Kepala Sekolah kami sungguh saya hormati sehingga setelah


saya mendengar permintaan beliau yakni tentang pembagian tugas
mengajar, akhirnya saya setuju. Saya memilih mengajar di Kelas I
untuk dapat memulai/ menanamkan fundasi matematika itu. Kedua
jika panggilan Tugas Belajar saya tahun depan, tugas saudara K.
Silaban tinggal melanjutkannya sekiranya saudara – saudara tidak
menyetujui permintaan saya, dengan senang hati saya mengajar
kelas I, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Pekerjaan Tangan di
Kelas I / II saja yang saya ajarkan. suasana rapat jadi berubah. Kepala

28
Sekolah buka bicara: Saudara-saudara/ bapak- bapak guru, tolong
disimak keputusan saya ini !! Saudara B. Panjaitan dan Sdr
K.Silaban guru tetap Matematika di Sekolah kita dimana saudara
B. Panjaitan ditugaskan mengajar di KELAS I dan saudara K.Silaban
yang mengajar di kelas II/ III yang dibantu para guru Matematika
lainnya.

Setelah selesai rapat saya dijumpai oleh sdr K.Silaban dan beliau
menyapa saya : Tulang... ! sesungguhnya hanya tulanglah yang
layak mengajar di kelas III dan seharusnya saya yang mengajar di
kelas I dan kelas II. Sahutan saudara Silaban ini saya jawab dengan
ungkapan Laban,...! sekarang saya beritahu kamu dan jangan kamu
beritahu orang lain apa yang saya katakan ini pada kamu bereku.
Tahun depan 1963/1964 saya akan pergi Tugas Belajar ke FPMIPA-
FKIP Negeri Medan. Saya tidak cukup biaya transfortasi/ongkos
Doloksanggul- Medan sehingga pada permulaan Tahun Ajaran ini
saya bermaksud menjual Buku Pelajaran di kelas I dan harganya akan
lebih murah dari harga jual di Toko Buku. Kalau saya sudah cukup
ongkos transportasi Dolok Sanggul- Medan saya akan tinggalkan
kalian di sini. Mendengar ucapan saya, K.Silaban menjadi terdiam
dan mulutnya komat-kamit tidak tau akan berucap apa, karena
selama ini beliau telah menganggap saya tulangnya karena sekamar
di tempat kost marga Pardede/ boru Panjaitan dan apalagi dia sudah
pacaran dengan borunya tempat kost kami Saida boru Pardede.

Patut diingat bahwa selama menjadi guru di SMP Negeri


Doloksanggul, saya tidak pernah membeli pakaian sehingga kerah
bagian dalam baju yang saya punya sudah pada koyak dan dijahit
29
balikkan kembali oleh tukang jahit. Hal ini sungguh menyedihkan
sebagai guru yang pada saat itu menerima gaji semacam pengabdian.
Teringat pada menjelang Natal tahun 1962 kemampuan untuk
berganti pakaian baru sungguh tidak mungkin. Inilah kebaikan Tuhan
entah siapa, saya sendiri tidak tahu bahwa pada suatu sore sewaktu
saya kembali ke rumah kost saya disapa oleh Namboru Ny
M.Marpaung br Panjaitan, sambil menyerahkan sebuah bingkisan
namboru saya berucap “Amang,... tadi ada yang mengantarkan
bungkusan ini, katanya untuk amang” .Seketika itu juga bungkusan
saya buka, dan ternyata isinya sepasang sepatu baru, satu helai
kemeja warna putih lengan panjang dan sebuah dasi. Seketika itu
juga, spontanitas saya timbul dan berucap” Terima kasih Tuhan,
Engkau telah menjawab keinginanku”. Namboruku boru Panjaitan
segera memeluk saya dengan sangat erat dan menangis terharu.

Saat aku menulis Otobiografi ini dengan tidak aku sadari air mataku
bercucuran sambil mengingat kebaikan namboru dan amangboruku
M. Marpaung. Dalam pikiran aku jangan-jangan yang membelikan
pakaian dalam bungkusan itu adalah mereka (amangboru dan
namboru). Terima kasih Tuhan Yesus, Tuhan adalah gembalaku yang
baik. Siapapun yang membelikan pakaian dalam bingkisan yang aku
terima saat itu aku yakini sebagai perpanjangan tangan Tuhan dan
yang pasti Tuhan Yesus mengetahuinya dan menggugah hati si
pembeli. Aku yakini “tidak ada yang terjadi tanpa sepengetahuan
Allah Yang Maha baik”.

30
4.3. Tugas Belajar di FKIE IKIP Medan

Tahun 1962 tepatnya pada Tahun Ajaran 1962/1963 sebelum


pembagian Rapor Kwartal I SMP, saya telah mempersiapkan diri
untuk berangkat mengikuti perkuliahan di Jurusan Matematika/ Ilmu
Pasti FKIE IKIP Negeri Medan. Keberangkatan saya ke Medan belum
termasuk status Tugas Belajar, tetapi dengan adanya Surat Pimpinan
PGSLP/Ilmu Pasti dan Surat Keputusan Inspeksi Daerah SMP Sumut
dan surat Kepala MP Negeri Doloksanggul yang telah saya sampaikan
sebelumnya kepada Dekan FKIE IKIP Negeri Medan, maka status saya
sebagai guru dan guru tugas belajar belum pasti, tetapi dengan
memberanikan diri diiringi doa saya sudah mengikuti perkuliahan.

Hubungan yang erat antara saya dengan Kepala SMP Negeri


Doloksanggul dan Kepala Tata Usaha yang tidak pernah mencari-cari
saya dan telah menganggap saya telah Tugas Belajar, sehingga saya
merasa nyaman mengikuti perkuliahan. Terimakasih kepada
pimpinan saya di SMP Negeri Doloksanggul yang setiap bulannya
mengamprah dan mengirimkan gaji saya ke Medan dan aku ucapkan
terimakasih kepada para teman guru yang ketika itu dengan suka
rela mengambil alih tugas-tugas mengajar saya di SMP Negeri
Doloksanggul.

31
BAGIAN V. PENGANGKATAN TENAGA EDUKATIF DI FKIT IKIP NEGERI
MEDAN

5.1. Pengangkatan Menjadi Asisten Dosen di FPTK IKIP Medan

Setelah menyelesaikan Pendidikan Sarjana Muda, bapak Dosen dari


FKIE IKIP Medan yang telah mengenal saya ketika masih belajar di
PGSLP/ Ilmu Pasti Medan telah mengangkat saya menjadi Asisten
Mahasiswa dalam beberapa mata kuliah yang mereka ampu. Jika tiba
saatnya ujian mid semester dan atau ujian semesteran, saya tetap
mengikuti ujian bersama teman mahasiswa dan biasanya saya akan
lulus dengan nilai bagus. Beberapa mata kuliah yang saya akui sangat
sulit di pelajari yakni mata-mata kuliah dasar keguruan seperti :
Pancasila, Dasar-dasar Pendidikan Nasional, Filsafat, Strategi Belajar-
Mengajar, Psikologi dan lainnya,. Biasanya para pengikutnya sangat
banyak yang digabung dari beberapa jurusan sehingga
perkuliahannya dilaksanakan di Auditorium. Oleh karena peserta
kuliahnya banyak metode pembelajaran yang diterapkan ceramah
layaknya berpidato. Karena banyaknya mata kuliah yang saya ikuti,
tidak jarang kalau saya minta tolong kepada teman untuk mengisi
absensi tanpa kehadiran saya. Dengan segala cara dan taktik
perkuliahan saya ikuti sampai lulus mendapatkan gelar Sarjana
Muda pada tanggal 08 Oktober 1965.

Setelah menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda, saya mengambil


kesimpulan untuk tidak segera melapor kepada Kepala SMP Negeri
Doloksanggul dan kepada Kepala Inspeksi Daerah SMP Sumut, tetapi

32
memutuskan untuk mendaftarkan diri ke Tingkat Sarjana Ilmu Pasti
( tingkat IV).

Tahun 1965 IKIP Medan membuka Fakultas baru yakni Fakultas


Keguruan lmu Tenik (FKIT) dan Fakultas ini diberi kepercayaan untuk
diasuh oleh FKIE. Kepercayaan yang diberikan memberi hak atas
semua struktur jabatan di dalamnya diserahkan atas keputusan FKIE
dan diangkat sebagai Pelaksana Dekan FKIT IKIP Medan Drs. P.
Lumbantobing dan selanjutnya Dekan terpilih memanggil saya dan
meminta saya untuk beralih dari Guru SMP menjadi Asisten Dosen di
FKIT IKIP MEDAN. Hal ini saya anggap sebagai mujizat atas karunia
Tuhan, dan menjawab permintaan tersebut spontanitas saya
nyatakan “saya mau pak”

Menindak lanjuti pernyataan saya, lebih lanjut saya bertanya “apa


saja pak yang harus saya persiapkan? “ dan dijawab oleh Pelaksana
Dekan Drs P Lumbantobing : Buatkan Surat Lamaran dan lengkapi
lampiran-lampiran suratnya. Surat dialamatkan ke Rektor IKIP
Medan. Lampiran yang diperlukan minta informasi dari Kepala Biro
Personalia. Dengan semangat berapi-api saya menulis surat
permohonan dan melengkapi lampiran-lampirannya. Tetapi saya
sangat kesulitan mendapatkan Surat Lolos Butuh dari Departemen
Pendidikan Dasar dan Menengah yakni tentang izin pindah ke
Departemen Pendidikan Tinggi. Sebelumnya Surat Keterangan Lolos
Butuh ini dapat dikeluarkan oleh Perwakilan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Daerah Medan Sumatera Utara.

33
Saat saya memerlukan surat lolos butuh tersebut, ternyata ada
peraturan baru bahwa Surat Keterangan Lolos Butuh tidak boleh
dikeluarkan Daerah tetapi harus dari Pusat (Jakarta). Hasil informasi
yang layak dipercaya ketika itu, perobahan kebijaksanaan dilakukan
dikarenakan banyaknya para guru tugas belajar setelah
menyelesaikan studinya tidak mau kembali ke daerah dan lebih
memilih tinggal di kota.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Bahwa setiap kesulitan yang
saya hadapi pasti dan pasti ditunjukkan Tuhan jalan pemecahannya.
Pelaksana Dekan FKIT Drs P. Lumbantobing ketika beberapa kali
urusan dinas ke Jakarta justru memberi andil besar memberi
bantuannya untuk menguruskan Surat Keterangan Lolos Butuh dari
Jakarta, tetapi... wah tetap tidak berhasil. Mendengar berita tidak
keluarnya Surat keterangan Lolos Butuh atas nama saya Batusonak
Panjaitan, hingga Dekan FPMIPA Drs. M.A.T. Sihaloho mengatakan
kepada saya : Batusonak... ! Untuk perkembangan ilmumu di
kemudian hari alihkan permohonanmu itu ke Jurusan ILMU Pasti
FPMIPA IKIP Medan. Ketika itu saya tidak memberikan jawaban
karena saya tetap menghormati permintaan dan bantuan Drs P.
Lumbantobing pelaksana Dekan PKIT.

Saya sungguh sangat yakin bahwa lewat Drs P Lumbantobing sebagai


perantara gembala saya akan berperan aktif menjadi pembimbing
saya. Terima kasih Tuhan ku yang telah menghunjuk Drs P
Lumbantobing menjadi pembimbingku dan yang telah
menghantarkan aku menjadi orang yang sederhana dan yang pantas
menjadi tiruan bagi manusia ciptaan Tuhan.
34
Kami sungguh mengalami kebuntuan selama proses pengurusan
perizinan Lolos Butuh sehingga Drs P Lumbantobing menanyakan
saya: Bagaimana kalau kita ganti cara pengurusannya,. Lantas saya
jawab, ... dengan cara apa pak ?

Pengusulanmu kita mulai lagi dengan 0 (nol) masa kerja yang


dimulai dengan dasar ijazah Sarjana muda. Saya jawab.... kalau
bisa pak mudah-mudahan berhasil. Untuk melaksanakan cara ini
saya harus berhati-hati, sebab masa kerja saya pada saat itu sudah 8
(delapan) tahun ditambah masa kerja satu tahun bagi lulusan SGA
hingga menjadi 9 tahun.

Untuk menindak lanjuti usulan pak P. Lumbantobing bahwa sebelum


mengajukan permohonan berhenti dengan hormat dari guru SMP
Negeri Doloksangul, terlebih dahulu saya meminta saran kepada
Kepala Administrasi SMP Negeri Doloksanggul. Saran yang diberikan
agar saya membuat permohonan berhenti sekarang dan langsung
bermohon menjadi Pegawai Negeri di FPTK IKIP Medan, misalnya
dengan cara :

Tanggal permohonan berhenti dengan hormat 30 September 1966


dan dua bulan kedepannya terhitung tanggal 01 Januari 1967
disetujui dengan Surat keputusan Kepala Inspeksi Daerah SMP
Sumatera Utara tertanggal 30 September 1966, No 779/PK/YD
XSPP/66.

Guru Madya Tkt I (Gol DD./III) masa kerja 9 tahun 4 bulan gaji pokok
Rp 1.160.

Tertanda tangan : SH.Lumbantobing.

35
Untuk pengusulan menjadi asisten Dosen di FKIT IKIP Medan, semua
persyaratan permohonan saya lengkapi yakni : Photo copy ijazah
sarjana Muda tanggal 08 Oktober 1965

Persetujuan berhenti dengan hormat dari jabatan guru SMP Negeri


tanggal 01 Januari 1967 oleh Kepala Inspeksi Daerah SMP Negeri
Sumut, tertanggal 30 September 1966.

Setelah semua persyaratan lengkap, permohonan saya teruskan ke


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dikti Jakarta. Oleh Dirjen
Pendidikan Tinggi menerbitkan Surat Persetujuan menjadi Pegawai
Bulanan Asisten Perguruan Tinggi FKIT IKIP Medan pada tanggal 01
Januari 1967 pada golongan E/II No.148/Educ/BUP/67 dengan
tanggal surat keputusan 26 Januari 1967 dengan dasar pengangkatan
Sarjana Muda Pendidikan.

Pada waktu itu penataan administrasi sungguh lucu. Ketika itu saya
sudah lulus Sarjana Muda tanggal 08 Oktober 1965 dan lulus PGSLP
tanggal 10 Juli 1962 dan diusulkan untuk melanjut Tugas Belajar ke
FPMIPA IKIP Medan. Panggilan Tugas belajar baru datang tanggal 12
Nopember 1964 untuk tahun akademik perkuliahan 1964/1965. Surat
panggilan ini saya terima melalui Kepala SMP Negeri Doloksanggul.
Karena terlambatnya surat saya terima akhirnya surat Tugas Belajar
saya gunakan untuk melanjut studi pada tingkat sarjana (IV/V).

5.2. Pengalaman di FPTK IKIP Medan/ FT Unimed.

Telah diutarakan di depan, bahwa terhitung tanggal 01 Januari 1967


saya sudah ditetapkan menjadi pegawai bulanan Asisten Perguruan
Tinggi di FPTK IKIP Medan. Tanggal 10 Desember 1968, saya

36
menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Ilmu Pasti dari FPMIPA
IKIP Medan dan tercatat saya menjadi alumni sarjana pertama
FPMIPA IKIP Medan. Selanjutnya saya mengusulkan kenaikan
golongan menjadi Penata Muda Gol III/A pada FPTK IKIP Medan
dengan SK Menteri P dan K No.551/K/KT/I/BP/69 tertanggal 01
Maret 1969 dengan Gaji pokok Rp 3.380.

Setelah lulus Sarjana Pendidikan dan setelah diangkat menjadi


Pegawai Negeri, saya memiliki pengalaman yang sangat beragam baik
sebagai pejabat struktural yang seharusnya belum layak diberi
jabatan, dan pengalaman lainnya di luar kampus. Beberapa jabatan
yang pernah saya emban dalam jabatan struktural antara lain:

Pembantu Dekan III urusan kemahasiswaan FKIT IKIP Medan satu


periode 1969/1971.

Pembantu Dekan II Urusan Administrasi dan Keuangan FKIT IKIP


Medan satu periode 1971/1973.

Dekan FKIT IKIP Medan dalam dua periode secara berturut


1973/1975 dan 1975/1977.

Karena sesuai peraturan setelah dua periode berturut tidak


dibenarkan berlanjut pada periode ke tiga, sehingga harus berhenti
satu periode.

Dekan FPTK IKIP Medan dua perode berturut 1980/1983 dan periode
ke empat pada 1983/1986.

Pada periode 1986/1989 saya tidak ikut karena terkena peraturan


tidak boleh mencalonkan diri setelah menjabat dua periode secara
berturut. Pada periode ini firman Tuhan sungguh menjadi pelita
37
bagiku. Dalam Surat Jesaya 55:9 dikatakan bahwa: ”Seperti tingginya
langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanku dari jalanMu dan
rancanganku dari rancanganMu”. Dalam masa periode ini dekan
terpilih mengajukan usul akal-akalan kepada Rektor agar semua
dosen non teknik dikembalikan ke Fakultas sesuai dengan program
Studi keahliannya. Tanpa ada konsultasi antara Dekan, Rektor dan
kami dosen-dosen non teknik secara mendadak keluar SK Rektor
tanggal 27 Juni 1991 bahwa terhitung pada tanggal 01 Juli1991
semua dosen MIPA yang sebelumnya mendapat SK di FPTK IKIP
Medan dipindahkan ke FPMIPA.

Surat perpidahan dari FPTK ke FPMIPA saya terima dengan senang


hati, dengan pertimbangan bahwa dengan penematan saya di
Fakuktas MIPA merupakan rencana baik dari Tuhan agar saya dapat
mencapai jenjang kepangkatan yang lebih tinggi, yakni pada jabatan
fungsional profesor. Sekiranya saya masih tetap bertahan di FPTK
dengan mata kuliah utama binaan saya Matematika akan sulit
diusulkan menjadi profesor.

Pada masa itu saya sedang menjabat Ketua KORPRI UNIT IKIP Medan
sehingga harus taat kepada aturan yang dikeluarkan oleh Rektor,
sehingga dengan keluarnya SK pindahan antar Fakultas langsung saya
laporkan kepada pimpinan Institut. Dalam pertemuan itu saya
mengucapkan terima kasih atas terbitnya SK pindahan saya serta
meminta kepada Rektor agar membantu saya pada saat akan
mengusulkan diri menjadi Profesor. Ketika menjumpai Rektor
golongan kepangkatan saya sudah IV/C dan persyaratan administrasi
lainnya sudah cukup kecuali kredit point penelitian/ karya tulis ilmiah
38
yang masih harus dilengkapi. Jawaban Rektor membuka semangat
baru buat saya dengan ucapan “ silahkan, asalkan karya tulisanmu
bagus” lantas saya berucap terimakasih pak dan dalam hati saya
terucap “Tuhan memberkati, Immanuel”.

5.3. Pindah dari FPTK ke FPMIPA UNIMED.

FPTK dan FPMIPA masing-masing adalah Fakultas yang berdiri sendiri.


Tetapi pada saat pembukaan FKIT/ FPTK masih dalam pembinaan
FPMIPA dan pada akhirnya FKIT/ FPTK dapat berdiri sendiri. Tidak
dapat disangkal bahwa dosen tetap pertama di FKIT adalah saya.
Setelan saya mengakhiri jabatan Dekan pada periode ke-IV tahun
1983/1986 semua pejabat fungsionaris di FKIT/FPTK sudah diangkat
menjadi dosen tetap Fakultas itu sendiri.

Sebelum saya dipindahkan dari FPTK IKIP Medan ke FPMIPA, jujur


bahwa saya tidak pernah bermaksud untuk mendapatkan jabatan
profesional tertinggi di Perguruan Tinggi yakni Profesor (Guru Besar).
Tetapi setelah kepindahan saya ke FPMIPA tanggal 01 Juli 1991 saya
mulai berpikir bahwa di tempat ini saya akan menjadi Profesor. Saya
memulai menulis, menulis dan menulis karya-karya ilmiah dan
hampir 3 (tiga) tahun lamanya menunggu sampai keluarnya SK Guru
Besar termasuk proses pengumpulan kredit point: seminar ilmiah,
pengabdian kepada masyarakat, dan karya ilmiah terutama
penelitian ilmiah yang sangat dekat hubungannya dengan
pembelajaran Matematika.

Tidak dapat dilupakan bahwa dalam pengumpulan kredit poit


tersebut terutama yang berkaitan dengan karya tulis ilmiah dan

39
penelitian ilmiah, peran serta dan kesetiaan anak saya Dr.Ir.Drs.
Manmpak Silitonga,MT. M.Pd untuk menemani dan membantu saya
melaksanakan penelitian-penelitian di berbagai SMA di Provinsi
Sumatera Utara. Bekerja sama melakukan analisis data hingga
pengetikan laporan hasil- hasil penelitian yang kami lakukan.

Sungguh tidak dapat dipungkiri bahwa abang saya DR HP Panjaitan


BcTT sangat berperan memberikan motivasi agar jabatan profesor ini
dapat tercapai. Beliau siap seberapa saja bantuan dana yang
diperlukan untuk pelaksanaan penelitian (biaya akomodasi/
transportasi, penggandaan instrumentasi penelitian, analisis data dan
penggandaan laporan-laporan hasil penelitian). Motivasi lainnya
datang dari Lundu Panjaitan SH (ketika itu pejabat Bupati Taput).
Beliau menyediakan tempat pemondokan di Tapanuli Utara selama
pelaksanaan penelitian serta suntikan dana untuk menunjang
lancarnya pelaksanaan penelitian di berbagai SMA Tapanuli Utara.

Mendengar berita bahwa saya sudah mempersiapkan diri dalam


menyongsong pencapaian gelar Profesor, ternyata sungguh banyak
keluarga Panjaitan dan Borunya yang merasa bangga jika saya
menjadi Profesor. Mereka tau bahwa jabatan profesor adalah profesi
guru yang tertinggi di Perguruan Tinggi.

Kenyataan di lapangan memperlihatkan, tidak sedikit dosen yang


tidak sampai mencapai Profesor disebabkan tidak kuatnya iman dan
kurang percaya diri serta tidak punya kemampuan melaksanakan
penelitian ilmiah bermutu. Jabatan Profesor (Guru Besar) di
Perguruan Tinggi secara otomatis menjadi senat Perguruan tinggi

40
yang dalam fungsinya turut menentukan dan melaksanakan visi dan
misi serta pemilihan Rektor dan Wakilnya. Oleh karena banyaknya
persaingan mendapatkan Guru Besar, sehingga penulis otobiografi ini
, sebenarnya hampir gagal menjadi profesor. Sebagian dari berkas
usulan saya menjadi Profesor sempat hilang (dihilangkan?) sehingga
sampai mengendap hampir selama 3 (tiga) tahun di Unimed. Tetapi
pada saat itu saya masih menjabat Ketua KORPRI UNIT UNIMED
sehingga kesempatan untuk bertatap muka langsung dengan Rektor
masih sangat terbuka. Hasil petemuan dengan Rektor menyatakan
bahwa sekiranya setelah tidak ada kegiatan senat dalam waktu dekat,
permohonan saya akan segera diteruskan ke Menteri P dan K di
Jakarta.

Tuhan memang saya akui sangat berpihak kepada saya, bahwa usul
saya telah diteruskan ke Jakarta dan tidak sampai satu tahun usul
profesor saya telah disetujui oleh Menteri P dan K menjadi Guru
Besar Madya pada tanggal 01 April 2001, Nomor
53611/A2.III/II.1/KP/2001 dan menyatakan perpanjangan batas usia
pensiun sejak tanggal 01 Nopember 2002 ditambah 5 (lima) tahun.

Dalam masa perpanjangan masa pensiun ini saya menggunakan


kesempatan kenaikan golongan dari IV/d ke golongan IV/E. Semua
berkas pesyaratan sesuai undang-undang berupa kredit point
pengajaran, pengabdian kepada masyarakat dan penelitian saya
lengkapi dan diusulkan ke Jakarta hingga pada 01 oktober 2002
dikeluarkan SK kenaikan golongan IV/E / kepangkatan Pembina
Utama.

41
BAGIAN VI. TUHAN MENCIPTAKAN PENOLONG YANG SEPADAN

6.1. Berumah Tangga/ Pernikahan

Penulis otobiografi ini adalah anak seorang Guru Zending yang lama
mengabdi di daerah miskin. Tugas utamanya memperkenalkan./
menyebar luaskan firman Tuhan. Pengabdian orang tuaku si anak
tunggal dan yang punya banyak anak 12 orang hidup. Lahir dan
dibesarkan pada masa revolusi Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan Belanda dan Jepang. Semuanya kami (12 orang)
menuntut ilmu untuk masa depan. Supaya dapat melanjutkan
sekolah yang lebih tinggi harus mencari sekolah – sekolah yang
memberikan tunjangan pendidikan (ikatan dinas). Atas dasar
pemikiran ini pula sehingga penulis setelah lulus SMP masuk di SGA
Negeri Balige dengan ikatan dinas Rp. 82,50 / bulan. Sesudah lulus
SGA langsung mendapatkan SK PNS menjadi guru SMP Negeri
Doloksanggul dengan gaji Rp. 253,50 / bulan.

Pada mulanya cukup untuk sewa kamar dan bayar makan tetapi
pada akhirnya tidak cukup biaya perbulan. Orang tua mendesak
untuk berumah tangga. Saya sangat berhati – hati untuk menikah.
Karena abang saya HP Panjaitan belum menikah dan karena saya
menginginkan akan melanjut studi ke bangku perkuliahaan dengan
status tugas belajar. Suatu kenangan yang tidak akan pernah saya
lupakan bahwa saya sempat berhenti dengan hormat dari PNS guru
SMP dengan tujuan utama untuk kembali jadi pegawai negeri di

42
perguruan tinggi. Walaupun pada akhirnya berrhasil tetapi sempat
mengalami jalan buntu dan mengalami proses yang lama.

Hampir setiap minggu calon istri saya mendesak dan dia berkirim
dan berkirim surat kilat meminta supaya kami segera berumah
tangga. Oleh karena seringnya surat calon istri diantarkan pegawai
pos kilat untuk menyampaikan pesan orang tuanya agar kami segera
menikah, akhirnya saya mengambil keputusan untuk tidak
membalasnya. Tetapi dengan alasan jitu yang saya sampaikan, pada
akhirnya dia sabar menunggu keputusan, tetapi saya tidak membuat
janji.

Setelah penulis lulus Sarjana Matematika dan surat keputusan


pengangkatan menjadi pegawai negeri tetap di FPTK (saya terima),
hingga tidak ada lagi alasan untuk mengulur – ulur waktu untuk
menikah. Ketika itu saya sudah hampir genap berumur 30 tahun dan
menyimpulkan akan memenuhi permintaan ayah dan ibu serta
permintaan calon istriku. Harus aku akui bahwa bagi saya sangat
terasa sulit menentukan pilihan siapa yang paling sesuai untuk
menjadi istriku. Dengan pertimbangan yang sangat matang dan
mengingat pesan nenek kepada ayahku ketika nenek (almarhumah)
mau meninggal. Pesan nenek kami ini pernah terbacaku pada buku
harian ayahku antara lain berbunyi:

Patuhilah (kerjakan) perintah pimpinanmu dengan sungguh –


sungguh.
Sopan jangan tinggi hati, hormat terhadap orang yang lebih tua dari
kamu, juga terhadap pimpinan.
Jangan melawan pimpinan

43
Carilah peningkatan dari pekerjaanmu
Berdoalah selalu dalam melakukan tugasmu. Orang yang tidak
berdoa dalam memulai dan melaksanakan tugasnya sering
mengalami kegagalan.
Jika kamu nanti mau menikah jangan pilih calon istrimu perempuan
yang sangat cantik atau gadis yang sangat jelek. Harus perempuan
yang dapat diterima oleh keluarga kita.
Jangan nikah dengan anak orang kaya baru (OKB)
Jangan ambil jadi istrimu orang yang tidak sepadan dengan kamu.
Pilihlah anak orang yang bisa tempat perkumpulan turunanku
Jangan cepat – cepat marah supaya kamu berterima di sekitar
lingkunganmu.

Menikah / berumah tangga menjadi program saya yang pertama di


tahun 1967. Pilihan jatuh kepada istri saya yang sekarang Marice
Lucia boru Situmeang (Ompu Joshua Boru). Orangnya sabar dan tidak
banyak bicara, hemat, tidak suka pakai lipstik atau celak-celak hitam
lainnya yang berlebihan serta jarang memakai perhiasan berupa
gelang, kalung dan tusuk rambut.

Saya adalah guru yang memiliki gaji terbatas yang harus didukung
oleh seorang ibu keluarga yang memiliki kemampuan membagi gaji
sedikit untuk dicukupkan dan memiliki kemampuan mengurusi anak-
anaknya. Disebabkan istriku seorang medis dan bidan
berpengalaman, sehinga jika datangnya penyakit ringan masih dapat
diatasinya sendiri tanpa harus pergi ke dokter.

Tidak jarang jika istri saya kehabisan persediaan uangnya tetapi


beliau tidak bakalan pernah merogoh-rogoh kantong suaminya tanpa
adanya izin suami. Istri saya ini sangat pengertian. Dia tahu jika saya
44
akan keluar dari rumah dan pasti bertanya apakah masih ada
persediaan uang kantong. Benar sekali, bahwa isteri adalah
pemberian yang sangat berharga dari Tuhan Allah.

Demikianlah adanya pernikahan saya dengan istri tercinta Marice


Lucia br Situmeang, ibu dari anak-anak saya. Sewaktu akan menikah
kami berpikir sepuluh keliling. Persediaan dana tidak ada. Tetapi
Tuhan tidak membiarkan umatnya untuk larut dalam pikiran yang
gaduh, sehingga Tuhan Allah menunjuk abang saya Huntal
Pardomuan Tua Panjaitan yang ketika itu menjabat Kepala Kantor
Telkom Tapanuli Tengah di Sibolga sebagai penanggung jawab utama
atas semua biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pesta
pernikahan kami. Atas segala kasih karunia Allah saya sangat
menyadari dan yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan Allah akan
menggembalakan keluarga kami sampai selama-lamanya.
Immanuel!!!

6.2. Anak Adalah Anugrah Tuhan

Tuhan Allah telah menitipkan 5 (lima) orang anak yang semuanya


sehat-sehat dan juga pintar memiliki gelar kesarjanaan dan semuanya
sudah menikah. Kelima orang anak saya adalah :

1). Philip Habinsaran Panjaitan, SSi

2). Edison Somabiar Panjaitan, ST

3). Benhard Subakti Panjaitan, SSi

4). Dr. Nahesson Hotmarama Panjaitan, ST. MT

5). Mery Natacha Panjaitan, ST. MT

45
Menelusuri perkembangan pendidikannya, bahwa mulai dari
pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas (SMA),
mereka berada diantara ranking 1 sampai ranking 5. Untuk
memberikan motivasi agar mereka berlomba mencapai prestasi yang
lebih baik, dijanjikan bahwa jika lulus test masuk Peruruan tinggi
Negeri boleh di luar Kota Medan tetapi jika tidak lulus PTN kuliahnya
harus di perguruan tinggi Swasta yang ada di Kota Medan.

Anak kami yang ke 6 (enam) namanya Manumpak Silitonga kelahiran


Siranggiting Dolok Kecamatan Sipahutar tanggal 08 April 1948, anak
ke tujuh dari mereka 8 orang bersaudara dari pasangan Kepala
Kampung Raja Pesta Hasurungan Silitonga/ Tabina br Panggabean.
Sesungguhnya anak kami ini sejak diterima menjadi mahasiswa di
FKIT IKIP Medan Tahun 1969, dia sudah mendekatkan diri dengan
kami. Anak saya ini mempunyai prinsip yang sangat kukuh. Setelah
dia tamat Sarjana Muda Pendidikan Teknik Mesin, Direktur STM
HKBP Pematang Siantar datang mencari satu orang tamatan Sarjana
Muda Teknik Mesin untuk diangkat menjadi guru tetap di STM HKBP
Pematang Siantar. Permintaan ini saya tawarkan kepada Manumpak,
tetapi ditolaknya dan dia nyatakan kalau saya ke Siantar pak tua.....
berarti saya tidak jadi lagi menjadi asisten dosen di sini dan gagal
menjadi sarjana.

Sampai saat ini pada usianya menjelang 70 tahun, kesetiaannya


sebagai anak Prof Batusonak Panjaitan masih sangat nyata dan tidak
bisa ditawar-tawar. Dia sangat dekat dan akrab dengan adek-adeknya
anak kandung saya. (Baca pernyataan pribadinya dalam kata
sambutannya).
46
Harus diakui bahwa di dalam menuntut ilmu, dia berusaha mencari
dananya sendiri sampai saat ini anak kami ini telah mendapatkan 5
(lima) gelar akademik (Dr, Ir, Drs, MT, dan M.Pd). Dua gelar Ir dan Drs
dicapai atas biaya sendiri, sementara gelar M.Pd nya dibiayai
pemerintah (TMPD) dan gelar Magister Tekniknya dibiayai
Universitas Pancasila Jakarta, sedangkan gelar Doktor
Managemennya dibiayai oleh Yayasan Perguruan Immanuel Munthe
Medan. Hanya umur yang membatasi anak saya ini sehingga tidak
sampai pada jabatan fungsional profesor, tetapi pada masa
pensiunnya sebagai dosen dia telah mencapai kepangkatan IV/D. Dari
penuturan di atas nyata bahwa semangat juang anak saya ini perlu
ditiru oleh para generasi penerus. Tidak ada istilah tunggu, karena
waktu itu tidak ada yang kembali tetapi akan berjalan terus.

Semenjak tahun 1976, Manumpak Silitonga sudah menjadi anak


sorang magodang (anak lahir dewasa) pada keluarga Prof.
Drs.Batusonak Panjaitan. Abangnya Mantri Jonggi Mangatur Silitonga
mengatakan ”Bahenma anakmu siangkangan si Manumpak on, alai
ianggo anak panggoaran hot do si Philip”.

Ini berarti bahwa Manumpak Silitonga dalam keluarga St.Prof.Drs.


Batusonak Panjaitan menjadi siabangan dan Philip Panjaitan tetap
sebagai anak sulung /anak panggoaran. Panggilan siangkangan ini
hanya berlaku untuk Manumpak Silitonga agar tidak sampai
merubah/ bertentangan dengan silsilah Raja Tuan Dibangarna.

47
6.3. Orang Tua Keluarga Prof. Drs B.Panjaitan

Tanggal 15 Juli 1967 menikah dengan Marice Lucia br Situmeang.


Menikahnya Batusonak Panjaitan secara otomatis bertambahnya
orangtuanya, yakni: Ayah dan ibu kandung saya Gr. Philemon
Panjaitan/ M.Y.br Sitompul dan ayah dan ibu istri saya Gr.
Pangkirimon Situmeang/ M br Pandiangan. Sebelum tanggal 15 Juli
1967, mertuaku laki – laki sudah meninggal dunia tanggal 31-07-
1948. Ayahku Guru Philemon Panjaitan meninggal tanggal 01 Januari
1970. Ibuku tinggal di Pintubatu, anak – anaknya merantau. Ibu
mertuaku tinggal di Sibolga Tapanuli Tengah.

Untuk beberapa waktu mereka sanggup bertahan sendirian di


rumahnya, semakin tua tenaga berkurang dan mulai sakit – sakitan.
Mereka, masing – masing meninggalkan rumahnya dan pergi
menjumpai anak – anaknya secara bergantian. Tinggal di rumah anak
– anaknya, terserah bagi orang tua ini berapa lama ia di rumah
anaknya si A, berapa lama di rumah si B dan seterusnya. Sesekali
pulang ke kampungnya dan tinggal/ menempati rumahnya. Karena
faktor usia mereka ( ibuku dan ibu mertuaku) bertahun-tahun hingga
diakhir hidupnya memilih tinggal di rumah kami di jalan Orde Baru
No. 14 Medan. Kita senang melihat mereka berdua sama – sama
duduk ngobrol dan makan sirih.

Ada untungnya jika orang tua kita tinggal bersama kita:

Tidak ada persoalan, masing – masing menahan diri


Mereka turut menjagai cucu – cucu nya, tidak boleh menolak
Cucu – cucunya terbina dengan sopan santun dan berdoa pagi – pagi

48
Semua anak – anak saya sampai cucu – cucu saya yang di jalan Orde
Baru No. 14 pintar berbahasa Batak
Harus makan bersama pada saat – saat tertentu, supaya nasi dan
lauk hemat.
Perasaan jengkel sesekali timbul karena mereka menganggap kita
masih anak – anak. Sampai meninggal karena sudah tua dan sakit,
kami mengurus mereka. Perasaan sedih sepeninggal mereka karena
jika kita pulang ke rumah tidak di jumpai mereka menunggu kita
supaya sama – sama makan. Sejak tanggal 3 Agustus 2003 ibuku br.
Sitompul meninggal dunia di rumahku di Jl. Orde Baru No. 14 Medan
dan di kubur di Janji Nauli, Kecamatan Silaen tanggal 7 Agustus 2003.
Ibu mertuaku meninggal dunia di rumahku Jl. Orde Baru No 14
Medan tanggal 3 Agustus 2012, berumur 90 Tahun dan di kubur di
Sibolga tanggal 7 Agustus 2013.

BAGIAN VII. RAGAM AKTIFITAS YANG DIMILIKI JUBILARIS

7.1. Pengalaman sebagai anggota masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, tidak boleh hidup sendirian. Sebagai


anggota masyarakat harus tunduk kepada aturan/ tata krama
kelompok masyarakat di mana dia tinggal (berdiam).

Banyak aturan/ tata krama yang tidak tertulis. Bisa diketahui jika
rajin mengikuti acara yang terjadi di tengah – tengah masyarakat itu.
Masyarakat batak senang mengadakan pesta – pesta seperti pesta
menikahkan anak, pesta meninggal sari matua/ saur matua, anak
lahir, ulang tahun, pesta memasuki rumah baru dan lain sebagainnya.
Karena terpaksa tidak ada kerabat yang bisa menggantikan fungsi
saya, pengalaman menjadi pemeran aktif dalam perhelatan ragam
49
pesta tersebut pernah saya lakukan sehingga dengan terpaksa harus
terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan matang. Pada satu
kesempatan menjadi pembicara pesta pernikahan ragam teks dialog
dalam pesta itu saya tulis, termasuk (kalimat) kata – kata dari pihak
pengantin perempuan serta pantun secukupnya. Jika kalimat dari
pihak pengantin perempuan itu tidak tepat seperti yang saya duga
(tulis), kacaulah pembicaraan itu. Peserta pesta para mahluk sosial
tidaklah boleh menyendiri ataupun menjauhkan diri dari masyarakat.
Belajar untuk banyak hal, adalah menjadi keharusan.

7.2. Aktifitas dalam Organisasi Formal dan Nonformal

Profesor Batusonak Panjaitan dikenal orang sebagai guru/ dosen


Matematika. Teman sejawatnya dan juga para mahasiswa
memanggilnya Pak Batusonak. Saya memang orangnya yang tidak
terlalu suka dipanggil “Pak Panjaitan” disebabkan banyaknya marga
Panjaitan yang memiliki nama B.Panjaitan. Kesukaan saya atas
panggilan Batusonak, karena pemilik nama itu hanya saya sendiri
yakni Prof. Batusonak Panjaitan. Semenjak saya duduk di bangku SGA
tahun 1954, Batusonak Panjaitan sudah terpilih pada periode
kepengurusan 1955 s/d 1957 menjadi Bendahara Persatuan Sekolah
Guru Atas (PERSEGAS) Soposurung Balige. Selama menjadi
mahasiswa FKIE IKIP Medan, saya telah menjadi anggota tetap
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat IKIP Medan
dan kemudian menjadi Sekretaris Korodinator GMKI Komisariat IKIP
Medan Tahun 1963/1968. Untuk menjadi anggota organisasi ekstra
umumnya dijaring dari mahasiswa baru. Tidak dapat dipungkiri
50
bahwa pada umumnya anggota masyarakat berpikiran bahwa semua
sarjana sudah pasti mengetahui semua hal. Wah... semenjak saya
mengetahui adanya pemikiran masyarakat seperti itu dan ketika saya
pergi menghadiri pesta-pesta, maka saya akan senantiasa mengamati
tamu-tamu yang datang dan berupaya untuk bertemu dengan tamu-
tamu yang serumpun dengan saya. Sebenarnya berbicara pada pesta-
pesta adat amat jauh berberda dengan berpidato di mimbar. Pada
pesta-pesta adat batak, umumnya pembicaranya harus
mempersiapkan beberapa umpasa (pantun) yang sesuai dengan
tema pesta.

Di tengah masyarakat, jabatan guru ini sungguh dihargai orang dan


sangat diharapkan menjadi suri teladan. Harapan masyarakat
terhadap guru memang sangat luar biasa dan bahkan sampai
melebihi kemampuan guru. Guru diharapkan mampu menjadi
pemimpin di masyarakat. Demikian halnya tentang penulis
otobiografi ini. Mungkin karena jabatan gurunya, dia Prof Batusonak
senantiasa diminta untuk bersedia menjadi pengurus organisasi
masyarakat seperti Pengurus STM Parsahutaon, Pengurus Punguan
marga, Pengurus di aktivitas gerejani dan pengurus diperkumpulan
sosial lainnya. Oleh karena seringnya menjadi pengurus lingkungan
masyarakat sosial, para teman dosen di Unimed mengatakan “ Pak
Panjaitan ini adalah jurusan Matematika Sosial” dan seorang Prof. Dr.
menyarankan bahwa ”kalau mau jadi ilmuan, kurangi mengikuti
pesta-pesta”. Ungkapan teman ini sebenarnya punya makna ganda “
benar dan ada kekurangannya”.

51
Mahasiswa Perguruan Tinggi harus hati-hati karena pada umumnya
organisasi mahasiswa berafliasi kepada salah satu organisasi. Jika
salah pilih hinga memasuki organisasi yang berafliasi pada organisasi
partai terlarang, ia pada akhirnya akan dipecat dari perkuliahan.
Setiap organisasi mahasiswa yang diakui harus bersatu di dalam
Dewan Mahasiswa. Ketika masih duduk di bangku perkuliahan Dewan
Mahasiswa IKIP Medan telah terbentuk dan saya Batusonak
Panjaitan duduk sebagai Bendahara pada masa periode
kepengurusan 1967/1969.

Sebelum IKIP Medan memiliki kampus sendiri di jalan Merbau


Medan, IKIP Medan memiliki kompleks perkuliahan di Jl Iman Bonjol
(sekarang telah ditempati Yayasan Perguruan Harapan). Pemindahan
kampus ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kampus lama di jalan
Iman Bonjol tidak lagi memadai untuk jumlah mahasiswa saat itu
sebanyak 2749 orang dan staf dosen dan pegawai sebanyak 453
orang. Atas pertimbangan ini Pimpinan IKIP Medan beserta Dewan
Mahasiswa dalam kesatuan KAMI berupaya berulang kali
menghubungi Kowilhan I dan Kodam I untuk bermohon agar
Kompleks atas pengawasan Kodam I BB yakni Kompleks ex Ho Chiao
Middle School dan asrama Chunghua - Chunghui Cina perantauan
yang berasal dari Aceh, Riau dan Sumatera Barat yang berada di Jalan
Merbau No. 38A Medan, berkenan untuk menyerahkannya menjadi
kampus baru IKIP Medan.

Pada tahun 1965, Kowilhan I atas nama Kodam I BB telah menyetujui


permohonan IKIP Medan, tetapi para anak-anak Cina perantau masih
tetap menempati asrama. Bertahannya anak anak Cina perantau
52
menempati asrama, membuat KAMI IKIP Medan gerah dan akhirnya
melakukan tindakan pengusiran hingga pembersihan semua ruang
asrama. Ho Chiao Middle School ahirnya resmi menjadi milik IKIP
Medan. Mendapatkan kampus baru yang jauh lebih baik dari kampus
lama, membuat semua warga IKIP Medan sangat senang hingga
melaksanakan syukuran kegembiraannya dalam bentuk pesta.

Untuk melaksanakan pesta akbar syukuran ini, Pengurus Dewan


Mahasiswa menetapkan saya sebagai pelaksana pesta dan sekaligus
mencari dana untuk biaya pesta. Mereka berdalih bahwa dengan
lahirnya Fakultas baru FKIT IKIP Medan hingga sangat wajar jika
pelaksana pesta diangkat pertanda ucapan syukur dari Fakultas yang
baru. Saya kira tugas baru ini cukup menyita waktu, tetapi panitia
merencanakan pesta yang cukup sederhana tetapi dilaksanakan
meriah. Pemikiran yang paling sulit tentang penghimpunan dana,
bentuk hiburan yang paling tepat, dan pengadaan konsumsi yang
dapat mencukupi untuk semua peserta pesta. Panitia menetapkan
hiburan berupa pertandingan sepak bola antar dosen- pegawai- dan
mahasiswa dengan hadiah untuk juara apa adanya. Pelaksana untuk
pertandingan sepak bola saya tunjuk FPOK IKIP Medan. Sedangkan
seksi konsumsi (makan bersama dan lauknya potong seekor sapi)
ditetapkan Dewan Mahasiswa dan Dharmawanita.

Sebelum hari H pelaksanaan pesta syukuran, saya melaporkan


semua kegiatan kepada Rektor dan perjumpaan ini merupakan
perjumpaan saya yang pertama dengan seorang Rektor Perguruan
Tinggi yang bicaranya sangat tegas dan tidak banyak bicara. Sebelum
saya datang di kantor Rektor, sudah terlebih dahulu ada seorang
53
dosen yang menunggu untuk berbicara dengan rektor. Tetapi secara
kebetulan saya terlihat oleh Rektor dan spontan memanggil saya
untuk masuk. Menyadari kenyataan ini saya menjadi kurang enak
melihat dosen yang sudah lebih dulu menunggu masuk. Ketika saya
sudah memasuki ruang rektor, saya ditanya oleh Rektor “Perlu
apa..?” Menjawab pertanyaan ini saya mulai menerangkan rencana
pesta syukuran peresmian Kompleks/ Kampus IKIP yang baru.
“Bagus..!!”

Apa lagi, katanya.... . Saya nyatakan bahwa dana untuk pesta belum
ada. Saya ini merupakan utusan Keluarga Besar IKIP Medan untuk
melaporkan rencana pelaksanaan pesta kepada pak rektor dan
sekaligus meminjam dana untjuk kebutuhan pesta. “Sekiranya saya
mau meminjamkan kalian uang, dari mana kamu peroleh dana
untuk membayarnya ????”. Spontan saya juga menjawab: “Dari
bapak Rektor dan dari seluruh civitas akademik IKIP Medan pak”.
“Pintar kau ya...!!” . “Benar pak, karena saya anaknya bapak
Rektor”. Saya sudah tahu bahwa beliau mengajarkan mata kulaih
Dasar – Dasar Pendidikan Nasional. Kepada seluruh mahasiswa dan
asisten dosen sudah lebih dahulu saya lobi untuk dikutip dana Rp. 10.
Mereka umumnya sangat setuju jika ada persetujuan dari Bapak
Dosen/ Rektor. Caranya Slip tanda lulus mata kuliah akan diberikan
kepada mahasiswa jika mereka sudah membayar sumbangan wajib
pesta syukuran sebesar Rp. 10.-

Dalam pertemuan itu lebih lanjut Rektor Sianipar bertanya. “Kalau


dana terkumpul ternyata tidak cukup apa mau kau jual....?
celanamu itu ?”. “Tidak pak..”, santai saya menjawab. “Kalau Bapak
54
sampai hati melihat saya tidak pakai celana. Sudah pulang kau
uang diminta dari bendaharawan IKIP katanya”. Saya paham beliau
dan harus keluar. Setelah teman – teman pengurus Dewan
Mahasiswa mengetahui hasil missi saya, mereka bergembira dan ada
mengatakan Rektor kita tidak seperti berita yang tersebar, saya
bilang kalau kita mau menghadap pimpinan, harus siap – siap maksud
dan tujuan kedatangan kita, sopan, hormat, jangan bicara
pemborong. Seperti nasihat Prof. Apul Panggabean, MA kepada saya.
Kita meminta, karena kita tidak punya. Jadi jika tidak berhasil jangan
kecewa dan marah, karena masih tetap sama dengan nol. Betul juga
ya !

Dalam rangka menyatukan derap langkah pegawai negeri untuk


mensukseskan program pemerintah pusat dan daerah didirikanlah
satu wadah bagi pegawai negeri yang bernama KORPRI (Korps
Pegawai Republik Indonesia).

KORPRI di IKIP Medan berdiri tahun 1972. Ketua Drs. Bistok Sirait dan
Sekretaris Drs. Batusonak Panjaitan. Karena Drs. Bistok Sirait tugas
belajar ke Amerika tahun 1975 maka ketua diserahkan kepada Drs.
Batusonak Panjaitan dan Sekretaris Drs. MAR Pandiangan (Kepala
Biro Kepegawaian IKIP Medan). Kepenguran KORPRI IKIP Medan
selanjutnya kami lengkapi sesuai dengan instansi pemerintah pusat
dan Gubernur Sumatera Utara (1975 s/d 1995). Banyak keluhan dari
warga pegawai dan Dosen IKIP Medan yang sampai kepada pengurus
KORPRI antara lain :

55
Kalau ada pegawai yang berbuat salah tidak ada yang membela dan
kalau ada civitas akademik yang pensiun meninggal tidak ada
santunan dan lain sebagainya. Kita coba menanggulangi masalah –
masalah yang timbul.

Saya bersama teman – teman pengurus KORPRI IKIP Medan duduk


bersama untuk menentukan apa yang bisa kami berikan kepada
saudara – saudara anggota KORPRI. Ada kesepakatan untuk
mendirikan Lembaga Bantuan Hukum, Lembaga Sosial KORPRI untuk
membantu keluarga KORPRI yang kemalangan, anggota meninggal,
istri atau anak meninggal, anggota pensiun dan mendirikan usaha
simpan pinjam (CU) KORPRI IKIP Medan.

Mula – mula saya tawarkan agar besarnya kewajiban dari setiap


anggota berbeda sesuai dengan Golongan PNS. Anggota Golongan I
(satu), gaji terendah tidak mau dibedakan, alasan semua akan mati,
pensiun, mudah – mudahan tidak mengalami kemalangan. Sampai
sekarang Sosial KORPRI (2017) masih ada CU berubah nama menjadi
Koperasi KORPRI Unit IKIP Medan. Besarnya sumbangan wajib dari
sosial KORPRI:

Anggota meninggal, iuran Rp 500,0 per orang

Anak – istri meninggal, iuran Rp. 5.000 / per orang

Modal pertama setiap anggota CU Rp. 10.000 hasil pertemanan ini


saya laporkan kepada Rektor IKIP Medan. Dengan senang hati
disetujui. Setelah mendapat persetujuan dari Rektor/ Pimpinan IKIP
Medan baru saya buat surat edaran kepada setiap anggota KORPRI
IKIP Medan. Saya sangat terharu melihat seorang pesuruh menerima

56
sumbangan I (pertama) dengan merangkak menerima sumbangan
dari saya (Ketua KORPRI) ± Rp. 2.500.000, dalam acara penyerahan
sumbangan sosial. Acara dihadiri pimpinan IKIP, Dekan Fakultas,
Pengurus KORPRI sub unit dan Pengurus KORPRI Unit IKIP Medan.
Penerima/ keluarga sangat bangga dan saya tanya untuk apa uang itu
nanti digunakan. Jawabnya untuk membeli becak dayung dan akan
sewakan kepada orang – orang yang mau bekerja.

Sesudah saya lanjut usia baru sadar bahwa Tuhan Allah melalui
anaknya Tuhan Yesus Kristus menjadi Gembala yang baik bagi saya.
Segala tugas yang saya emban belum pernah gagal dan selalu
berakhir dengan baik. Memang, setiap pagi saya berdoa supaya
Tuhan mendampingi saya dalam memulai, melakukan dan
mengakhiri tugas – tugas saya, kalau mau menjumpai pimpinan saya
makan supaya saya tamu pertama dan jangan sempat ada tamunya
yang membuat dia marah yang berdampak penerimanya kepada saya
tidak enak.

Banyak tugas – tugas berat di luar kediaman diserahkan kepada


saya selaku Ketua KORPRI Unit IKIP Medan antara lain :

Pada tanggal 15 Mei 1978 diangkat menjadi wakil Ketua Panitia


Pelaksana Urusan Perumahan IKIP Medan yang disponsori Kowilhan I
bernama Perumahan Kesuma di Tanjung Sari. Proyek perumahan ini
berjalan dengan sangat lancar. Semua versil/ rumah mempunyai
Sertifikat Hak Milik yang dibagikan pada saat serah terima rumah
kepada para pemiliknya.

57
Pada tanggal 20 Juli 1990, kepada saya juga diserahi tugas untuk
menyelesaikan permasalahan tanah Proyek Perumahan IKIP Medan
yang berlokasi di Jl Gaperta Desa Helvetia Medan. Proyek Perumahan
ini didirikan oleh Bonar Hutasoit,BA pada tahun 1974 kemudian
namanya berobah menjadi Yayasan Proyek Perumahan IKIP Medan
tahun 1976. Persoalannya menjadi bertambah rumit sampai-sampai
Inspektur Jenderal Departemen P dan K sampai dua kali (tahun 1982
dan 1983) mengirimkan surat kepada Rektor IKIP Medan.
Disebabkan semakin kerasnya tuntutan dari pemegang versil hingga
dikeluarkaanlah Surat Keputusan No 131 tertanggal 20 Juli tahun
1990. Isi SK-nya menyerahkan penyelesaian permasalahan tanah
Proyek Perumahan (Yayasan Proyek Perumahan) IKIP Medan
sehingga saya dan beberapa pengusaha menghadapi Kuasa Hukum
para pemilik tanah di pengadilan. Dalam perkembangan selanjutnyua
kami menerma surat rilis dari Pengadilan Tinggi Medan yang isinya
bahwa persoalan hukum ata tanah tersebut akan diteruskan ke
Mahkamah Agung di Jakarta. Menangani urusan yang sangat rumit ini
di Pengadilan membuat kepala menjadi pusing. Tetapi dengan
semangat berapi-api walaupun tanpa bantuan pengacara disebabkan
dana operasional pengurusannya tidak ada, kami memenangkan
perkara ini. Yang ingin saya sampaikan..... agar kita senantiasa
menjauhkan diri dari berbagai persoalan yang memaksa kita harus
berurusan dengan kepolisian dan pengadilan.

Tugas kemasyarakatan lainnya yang akan membiasakan kita harus


tunduk kepada norma-norma sosial masyarakat adalah organisasi
Serikat Tolong Menolong (STM). Terutama di tempat kita tinggal

58
sebaiknya kita harus menjadi anggota Serikat Tolong Menolong
Kampung, STM Kelompok marga, dan anggota jemaat gereja. Pada
suatu kesempatan para Pengurus gereja dan anggota jemaat di weiyk
dimana saya tinggal meminta saya untuk menjadi calon Penatua
Gereja, hingga pada Desember 1990 ketika saya berusia 55 tahun
saya menerima status calon penatua di gereja HKBP Sei Agul Medan
dan penabalan menjadi penatua pada tanggal 12 Juli tahun 1992. Ada
beberapa pertimbangan sehingga saya mau menerima calon
penatua, yakni setelah memperhatikan: (a) bahwa saya telah berhasil
mengkoordinir pelaksanaan pembangunan gereja dan mangompoi
HKBP Pintu Batu Silaen tahun 1990 (lihat Buku Kenang-kenangan
Jubelium 100 tahun HKBP Pintu Batu Silaen). Setelah penabalan
menjadi penatua, saya diminta untuk menjadi Bendahara Huria.
Dalam hal ini saya mau menerima jabatan Bendahara Huria jika:

Jabatan Bendahara Huria hanya berupa pengabdian tanpa


pemberian gaji atau tunjangan lainnya.

Bahwa uang yang disimpan Bendahara di Bank tidak boleh dipinjam


oleh siapapun, dan penggajian hanya dapat dilakukan pada akhir
bulan dan atau pada awal bulan.

Ternyata permintaan saya ini dikabulkan oleh pengurus gereja,


sehingga pada tahun 2002 sampai 2004 saya ditetapkan menjadi
Majelis Perbendaharaan (Ketua Parartaon) HKBP Sei Agul Medan dan
menerima masa pensiun penatua pada tanggal 15 Peberuari tahun
2004 pada usia 65 tahun.

59
Sebelum masa pencalonan saya menjadi calon penatua gereja HKBP
Sei Agul, pada tanggal 01 September 1971 oleh dewan Sekolah HKBP
Sei Agul saya diangkat menjadi Sekretaris I Pengurus Harian
Pendidikan HKBP Sei Agul, setelah pada tanggal 01 Maret 1974 kami
pindah tempat tinggal ke jalan Orde Baru No 14 Sei Agul Medan.

BAGIAN VIII. ST PROF DRS BATUSONAK PANJAITAN DI MATA KELUARGA,


KOLEGA DAN SAHABAT

8.1. Ungkapan Tertulis Curahan hati

1. Sesudah tua aku lebih suka tinggal di rumahmu (Ibunda: M. Y. br


Situmeang)
2. Tuhan Yang Maha Baik Mengirim Aku Sampai Ke Pangkuan
Beliau (Dr. Ir.Drs. Manumpak Silitonga, MT.M.Pd)
3. Sosok Yang sangat dipercayai anggota HKBP Pintu Batu Silaen
(Badu Panjaitan)
4. Karier suami meningkat atas dukungan istri (Nurdin Panjaitan)
5. Guruku Idolaku Pengasih Jujur Tegas Disiplin Tangguh Sederhana
Sabar (Ir HP Purba/ Ir Tiarma br Silaen)
6. Tulangku memiliki sifat jujur, komitmen dan tidak suka
terhadap pembohong ( AKBP Dr. Maruli Siahaan, SH.MH)

60
8.2. Surat Piagam Penghargaan

Saya sangat banyak menerima Piagam-piagam penghargaan.


Disebabkan aktivitas saya dibidang gerejani piagam piagam
penghargaan telah cukup banyak saya terima dari Pendeta Ressort
HKBP Sei Agul, Praeses Distrik 10 Medan Aceh dan dari Ephorus
HKPBP.

Piagam penghargaan lainnya yang jumlahnya sangat banyak saya


peroleh dari berbagai kepanitiaan kegiatan di IKIP Medan/Unimed,
Piagam Penghargaan dari Dekan Fakultas, dari Rektor UNIMED dan 3
(tiga) Piagam Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia. Piagam
penghargaan lainnya saya terima dari Pangkopkamtib, Gubernur
Sumatera Utara, dan Ketua KORPRI Sumut. Semuanya piagam
penghargaan ini masih tersimpan rapi.

BAGIAN IX. KESAN DAN PESAN

9.1. Penutup

Aku capek karena perbuatanku sendiri. Kenapa tidak jauh


sebelumnya sewaktu masih muda mulai menulis otobiografi ini. Pada
hal setiap aku menasehati orang yang lebih muda dariku selalu
mengatakan:
Kerjakan apa yang bisa kerjakan hari ini. Waktu kesempatan itu tidak
pernah berulang kembali.

Penyesalan selalu datang dibelakang. Penyesalan bukanlah apa yang


telah anda lakukan tetapi apa yang tidak anda lakukan. Jadi ambillah
setiap kesempatan yang ada.
61
Mencintai pasangan hidup dengan tulus berarti mau menerima apa
adanya, mendukung, dan menjadi pendamping yang baik.

Ketika istri mulai mendominasi suami dan suami menurut saja


kepada istri, maka itu artinya dekat dengan kehancuran. Apa yang
dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia, karena itu
berkomitmenlah untuk saling setia dan buktikanlah.

Keluarga yang berkenan di hadapan Tuhan adalah keluarga yang


mempriroritaskan kejujuran, kasih, dan tanggungjawab. Jangan
biarkan cinta yang lain ada diantara cinta anda dan pasangan anda.
Peraturannya sederhana. Jika dia tidak membuatmu lebih baik tapi
lebih buruk, biarkan dia pergi. Diam itu emas, bicara benar itu
mutiara. Sesuatu baru terasa jika sudah tiada. Pertahankanlah yang
ada.

Setiap saat adalah awal yang baru. Banyak ungkapan / kata – kata
mutiara yang tertulis dalam Alkitab dan perlu kita simak, renungkan
serta dijadikan menjadi pedoman hidup.

Saya sarankan agar anak – anakku, menantuku dan saudara –


saudara membuat program membaca Alkitab setiap hari. Pemazmur
dan penulis pasal menceriterakan pengalamannya untuk ditiru/
dilakukan oleh generasi muda ciptaan Tuhan Allah dan diamalkan
dalam hidup sehari – hari.

Saya St. Drs Prof. Batusonak Panjaitan bisa memperoleh gelar profesi
tertinggi dalam pendidikan bukan karena orang tuaku kaya, tetapi
dengan penuh percaya kepada gembalaku. Dalam menyelesaikan

62
setiap masalah / persoalan selalu lebih dahulu memberitakan dan
meminta tolong/ bantuan dari dia.

Saya minta/ sarankan kepada cucuku :

“Bacalah Alkitab setiap hari” dan amalkanlah dalam hidupmu .


Jangan percaya terhadap keadaan orang tuanya (harta).

Baca Poda 3 : 16. (Amsal 3 : 16)

Ditangan – Na siamun do ganjang ni umur. Jala di hambirang – Na


do hamoraon dohot hamuliaon.

Efesus 5 : 16

Parhaseang hamu ma tingki, ai ari hasusaan do nuaeng. “waktu


tidak pernah permisi untuk pergi”.

Terakhir saudara – saudara, anak – anakku dan cucuku saya sarankan


agar dalam hidup ini kita pilih tekat dan janji hidup yang akan
lakukan. Penulis otobiografi ini misalnya memilih tekat hidupnya
sebagai berikut :

Pos ni roha dohot janji di ahu “Tekat”

“Jahowa do siparmahan Ahu, ndang tagamon hurangan Ahu.


Dipasabam do ahu didalan hatigoran, alani goar – Na i. Dipangido
rohangku do patupahon lomo ni roha Na, di sude tingki. Jala
diparsitongaan ni rohangku do patik Na –i. (Psalm 23 % 40 : 9).

Endena : No 403 Buku Logu No. 402

1. Pos rohangku di Tuhanku, ndang tarbahen tarhirim ahu


On do tong-tong tangianghu
Tu lambung Mu ahu patau

63
Lobi posdo rohangki, sai patuluson nai i
Boanonna ahu tu si
2. Huhilala ganup ari, paniopna di ahu on
Sai tong dipasari- sari
Naeng badia rohangkon
Naeng tutinggilnai pinggol partondionhi
Lao mambaen lomo Na i

9.2. Bio Data Prof. Drs. Batusonak Panjaitan

DATA PRIBADI

Nama St Prof. Drs. Batusonak Panjaitan


Tempat dan Tanggal Lahir Tapanuli, 18 Oktober 1937
Nama Orang Tua
Bapak Guru Philemon Panjaitan
Ibu Maria Jenni boru Sitompul
Nama Istri Marice Lucia Situmeang
Jumlah Putera/ Putri 5 putera dan 1 puteri
Jumlah Cucu: 9 orang

DATA PENDIDIKAN

JENJANG PENDIDIKAN KETERANGAN


Sekolah Menengah Pertama 1. 1951, SMP Negeri Narumonda
(SMP) Balige.
2. 1952, SMP Negeri Sidikalang
Sekolah Menengah Atas (SMA) 1957, Sekolah Guru Atas (SGA) Balige
Sarjana Muda 1965, FKIE IKIP Medan

64
Sarjana 1968, FKIT IKIP Medan

DATA PRESTASI DAN KARIR DI BERBAGAI BIDANG

PRESTASI DAN KARIR KETERANGAN


Guru SMP Negeri Tahun 1957, Doloksanggul, Taput
Asisten Dosen Tahun 1965, FKIT IKIP Medan
Bendahara Persatuan Sekolah Guru 1955 s/d 1957
Atas (PERSEGAS) Soposurung Balige
Sekretaris Korodinator GMKI 1963/1968
Komisariat IKIP Medan
Bendahara Dewan Mahasiswa IKIP 1967/1969
Medan
Pembantu Dekan III urusan 1969/ 1971
kemahasiswaan FKIT IKIP Medan
Pembantu Dekan II Urusan 1971/1973.
Administrasi dan Keuangan FKIT IKIP
Medan
Dekan FKIT IKIP Medan 1973/ 1975 dan 1975/ 1977
Wakil Ketua Panitia Pelaksana Urusan 1978
Perumahan IKIP Medan yang
disponsori Kowilhan I bernama
Perumahan Kesuma di Tanjung Sari
Dekan FPTK IKIP Medan 1980/ 1983 dan 1983/1986
Ketua KORPRI IKIP MEDAN
Sekretaris I Pengurus Harian 1971
Pendidikan HKBP Sei Agul
Panitua Gereja (Sintua) di gereja HKBP 1992 – 2004
Sei Agul
Guru Besar Madya 01 April 2001
Majelis Perbendaharaan (Ketua 2002 – 2004
Parartaon) HKBP Sei Agul Medan
65
BAGIAN X. ADAT PARTUAONNA

10.1. JUJUR NGOLU NI AMA NAMI


St Prof Drs BATUSONAK PANJAITAN
OP JOSHUA DOLI

66
JUJUR NGOLU NI AMA NAMI
St Prof Drs BATUSONAK PANJAITAN
OP JOSUA DOLI

I. TAROMBONA

1. Opat halak anak ni ompung nami Raja Panaksak: Ompu ni


Ambosa, Pargila, Ompu Batusonak, dohot Ompu Lesa. Raja
Pargila ma na umpompar hami.

67
2. Dua halak do anak ni Raja Pargila: Parsuratan dohot
Pangapo. Pangapo ma na umpompar hami.
3. Ompung nami Pangapo mangalap boru ni rajai marga Silaen
Bonandolok
Rajai marga Silaen ma bona niari nami tingkion.

4. Ia ompung nami Pangapo 2 do anakna ima N. Adam dohot


Raja Jehu. Raja Jehu ma na umpompar hami. mangalap boru
ni Rajai Helena boru Silaen
Rajai tulang marga Silaen ma Bona Tulang nami tingkion.

5. Sada do anak ni opung nami Raja Jehu Panjaitan dohot


ompung boru nami Helena br Silaen, ima Gr Philemon
Panjaitan, mangalap boru ni Rajai ompung boru nami Siti
boru Situmorang sian huta Tonga Sabulan dohot ompung
boru Marya Yenny br Sitompul sian Amborgang Lumban
Lobu Porsea.
Rajai Sitompul dohot Situmorang ma nagabe Tulang nami
tingkion.

6. 12 halak anak ni Ompung nami Guru Philemon Panjaitan,


ompung boru nami Siti boru Situmorang dohot ompung
boru Marya Yenny br Sitompul :
7 halak baoa dohot 5 halak boruna

6.1. Sabirin Panjaitan(+), mangalap boru ni rajai marga


Ujung(+)
6.2. Mangara H Panjaitan,BBA(+) mangalap boru ni rajai
Sitorus
6.3. Toga Manaksak Panjaitan,(+) mangalap boru ni rajai
Silaen
6.4. Rev.DR.Hutal Pardomuan Panjaitan,Bc.TT, mangalap
boru ni rajai Napitupulu.
6.5. St.Prof Drs. Batusonak Panjaitan, Onma ama nami
naung saur matua tingki on, mangalap boru ni rajai
ima ina nami Marice Lucia br Situmeang.
6.6. Buntu Aman Panjaitan,BME, mangalap boru ni rajai
Siagian

68
6.7. Ir.Bachtiar Panjaitan, mangalap boru ni rajai br
Situmorang

6.8. Pitta Marisi br Panjaitan(+) marhamulian tumarga


Silaen(+)
6.9. Arme br Panjaitan(+), marhamulian tu marga Sitorus
6.10. Kartini br Panjaitan, marhamulian tu marga
Napitupilu(+)
6.11. Serepina br Panjaitan, marhamulian tu marga
Siagian(+)
6.12. Lamriana br Panjaitan marhamulian tu marga
Sihombing(+)

II. IDENTITAS PRIBADI

1. Ama nami on sorang di Paropo Kecamatan Silalahi Kabupaten


Dairi topet di ari Sabtu tanggal 16 Oktober 1937
2. Diangkat menjadi guru SMP Negeri dengan masa tugas 8 tahun.
3. Mutasi tugas dari Guru SMP Negeri menjadi Asisten dosen di
Fakultas Keguruan Ilmu Tekik FKIT IKIP Medan.
4. Pensiunan Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan
Jabatan Guru Besar/ Profesor Gol. IV/e Masa Kerja 45 Tahun.

5. Ama nami on Hot ripe tanggal 15 Juli 1967 dohot ina nami Bidan
Marice Lucia br Situmeang boru ni raja i ompung doli Gr.
Pangkirimon Situmeang dohot ompung boru M.br Pandiangan sian
Kota Sibolga.
Hula-hula Situmeang ma sipasahat saput tu ama nami dohot ulos
sampe tua tu ina nami.
Jala tulang Pandiangan ma nagabe Tulang Rorobot.

III. PAR IANANGHONON:

1. Iananghon ni ama nami St.Prof Drs. Batusonak Panjaitan,


dohot ina nami Marice Lucia br Situmeang Ompu Jhosua:
4 anak na baoa dohot 1 Boru na.

69
1.1. Philip Habinsaran Panjaitan,SSi mangalap boru ni rajai
boru Sitompul/dr. Arietha br Ginting. Dibasabasahon
Tuhanta di nasida 2 anak baoa

1.2. Edison Somabiar Panjaitan,ST, mangalap boru ni rajai,


Sansikora boru Aritonang, ST. Dibasabasahon Tuhanta
di nasida dua anak boru.
1.3. Benhard Panjaitan,SSi mangalap boru ni raja i ,
Endang sian Kalimantan
1.4. Dr. Nahesson Hotmarama Panjaitan,ST.MT, mangalap
boru ni rajai, Mery Sondang br Sibagariang, SE.Ak.
Dibasabasahon Tuhanta di nasida 1 anak baoa dohot
sada anak boru.
1.5. Mery Natacha Panjaitan,ST.MT, na marhamulian tu
lae nami Binsar Siagian, SH. Dibasabasahon Tuhan ta
di nasida 1 anak baoa dohot dua anak boru.

1.6. Laos diparhatopot ama nami dohot ina nami do sahat


tu tingkion nasai digoari anakna siangkangan, alai
ndang anak panggoaranna ima abang nami
Dr.Ir.Manumpak Panusunan Silitonga, MT.M.Pd
mangalap boru ni rajai Roslina br Simanjuntak,S.Pd
sian Medan.

Pungu ma sude pomparan ni ama nami on 21 halak: 5 anak


baoa, 5 parumaen, 1 boru, 1 hela, dohot 9 pahompu. Laos
marhite on ma amang raja dohot hamu inang namora boru, asa
boan hamu ditangiang muna anggiat lam martamba hagabeon jala
dapot hagaben di anak naso haru gabean dope.

IV. PENDIDIKAN NA HEA DI IHUTHON AMA NAMI


ON

1. Tahun 1951, Lulus Sekolah Rakyat Negeri di Pintu Batu


2. Tahun 1954, lulus SMP Negeri di Sidikalang.
3. Sempat duduk di kelas 2 SMA Negeri, akhirnya pindah ke
Sekolah Guru Atas (SGA) Balige formasi Ikatan Dinas.
Perpindahan ini atas keinginan bapak dan mamanya

70
ompung kami agar bapak kami ini sesuai dengan harapan
mereka untuk menjadi guru.

4. Lulus Sekolah Guru Atas tahun 1957 dan langsung


ditempatkan menjadi Guru SMP Negeri Dolok Sanggul SK
tanggal 01 September 1957 Golongan D2/I.
5. Mengikuti pendidikan PGSLP jurusan Matematika di Medan
dan Lulus Tahun 1962.
6. Ketika itu ada peraturan di PGSLP bahwa untuk Lulusan
juara I,II, dan III akan diizinkan melanjutkan studi ke FKIP
Negeri Medan. Persyaratan ini membuat bapak almarhum
ini mendapat izin kuliah di Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta
IKIP Medan tahun 1963/1965 dan lulus Sarjana Muda
Matematika tahun 1965.

7. Setelah lulus Sarjana Muda Tahun 1965, melanjut kulih ke


tingkat IV tanpa terlebih dahulu minta izin dari Kepala
sekolah SMP Negeri Dolok Sanggul.
8. Tahun 1968, menyelesaikan program Sarjana Pendidikan
Matematika dan dianugerahi gelar Drs dari FKIE IKIP Medan

V. PENGALAMAN KERJA/ JABATAN AKADEMIK

1. Tanggal 01 September 1957 diangkat menjadi guru SMP Negeri


Golongan D2 pada SMP Negeri Dolok Snggul.
2. Tanggal 01 Januari 1967 setelah lulus Sarjana Muda Pendidikan
Matematika, ditetapkan menjadi pegawai bulanan dengan tugas
dan jabatan sbagai Asisten dosen di Fakultas Keguruan Ilmu
Teknik FKIT IKIP Medan.
3. Setelah menyelesikan program Sarjana Pendidikan Matematika,
diusulkan menjadi dosen tetap dengan SK tertanggal 01 Maret
1969 pada golongan III/a pada Fakultas Keguruan Ilmu Teknik
FKIT IKIP Medan.
4. Tahun 1969/ 1971 diangkat menjadi Pembantu Dekan III Urusan
Kemahasiswaan pada Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT) IKIP
Medan.

71
5. Tahun 1971/ 1973 diangkat menjadi Pembantu Dekan II urusan
Administrasi dan Keungan pada Fakultas Keguruan Ilmu Teknik
FKIT IKIP Medan.
6. Tahun 1973/ 1975 diangkat menjadi Dekan pada Fakultas
Keguruan Ilmu Teknik FKIT IKIP Medan.
7. Tahun 1975/ 1977 diangkat menjadi Dekan periode ke-2 pada
Fakultas Keguruan Ilmu Teknik FKIT IKIP Medan.

8. Tahun 1980/ 1983 diangkat menjadi Dekan untuk yang ke 3


kalinya pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FPTK
IKIP Medan.
9. Tahun 1983/ 1986 diangkat menjadi Dekan periode ke-2 dan
untuk yang ke 4 kalinya pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan FPTK IKIP Medan.
10.Surat keputusan sepihak tanpa hasil rapat para usur pimpinan
IKIP Medan yang diterbitkan oleh Rektor IKIP Medan tanggal 27
Juni 1991, mengharuskan semua dosen jurusan Program Studi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang sebelumnya
mendapat SK di Fakutas Keguruan Ilmu Teknik harus pindah
tugas pada tanggal 01 Juli 1991 ke Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FPMIPA IKIP Medan.
11. Mutasi tugas dari FPTK IKIP Medan ke Fakultas FPMIPA IKIP
Medan, menjadi pendorong semangat bapak kami ini untuk
menjadi Professor.
12. Atas semangat yang diberikan anak-anaknya terlebih lebih
semagat dan dorongan yang diberikan bapak tua kami
DR.HP.Panjaitan,Bc.TT dari Bandung dan abang kami Dr.Ir.
Manumpak Silitonga, MT.M.Pd telah terkumpul lebih dari cukup
angka kredit berupa penelitian ilmiah dan karya-karya ilmiah
lainnya sebagai persyaratan untuk menjadi Profesor.

13.Pada tanggal 01 April 2001 dingkat menjai Guru Besar Madya


(Profesor) oleh Presiden RI.
14.Setelah mendapatkan jabatan Guru Besar, berlanjut keluarnya
Surat Perpanjangan masa pensiun dari 65 tahun menjadi 70
tahun tanggal 01 Nopember 2002.
15.Dalam masa perpanjangan kerja pensiun 5 tahun, digunakannya
kesempatan untuk kenaikan golongan dari golongan IV/d
menjadi golongan IV/E, terhitung tanggal 01 Oktober 2002.

72
16.Menerima SK masa pensiun pada usia 70 tahun dari Menteri P an
K RI tanggal 01 Nopember 2007.

VI. PENGALAMAN JABATAN SOSIAL

1. Sewaktu duduk di Sekolah Guru Atas (SGA) tahun 1954, menjadi


Bendahara Persatuan Sekolah Guru Atas (PERSEGAS) periode
1955/1957.
2. Tahun 1963/1968, menjadi sekretaris Kordinator GMKI Komisariat
IKIP Medan ,.
3. Bendahara Dewan Mahasiswa IKIP Medan, Tahun 1967/1969.
4. Tahun 1965, ikut berperan aktif memperjuangkan Asrama Ho
Chiao Middle School jalan Merbau Medan untuk diserahkan
Kowilhan I atas nama Kodam I BB menjadi Ruang Kuliah/Kampus
IKIP Negeri Medan.

5. Sekretaris KORPRI UNIT IKIP Medan pada saat berdirinya tahun


1972.
6. Ketua KORPRI UNIT IKIP Medan semenjak Tahun 1975/ 2001.
7. Tahun 1978 menjadi wakil Ketua urusan Perumahan IKIP Medan
yang disponsori Kowilhan I disebut “ Perumahan Kesuma Tanjung
Sari.
8. Tahun 1990 mendapat tugas dari Rektor IKIP Medan untuk
menyelesaikan permasalahan Tanah Proyek Perumahan IKIP
Medan di Desa Helvetia Medan

9. Tahun 1990 pada usia 55 tahun diminta menjadi calon penetua


Gereja di HKBP Sei Agul Medan dan penabalannya sintua pada
tanggal 12 Juli 1992.
10.Tahun 2002/2004 menjadi Majelis Perbendaharaan(Ketua
Parartaon) dan pernah menjadi Bendahara Huria tanpa mau
menerima honorarium di HKBP Sei Agul Medan
11.Tahun 1971, Sekretaris I Pengurus Harian Pendidikan HKBP Sei
Agul.

VII . KARYA ILMIAH/ PIAGAM PENGHARGAAN

1. Menulis buku-buku Matematika dalam banyak judul


73
2. Melakukan penelitian-penelitian ilmiah dalam banyak judul
3. Menulis karya-karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
kompleksitasnya variable yang berkontribusi terhadap hasil
belajar Matematika.
4. Menerima banyak piagam-piagam penghargaan, seperti dari
IKIP/UNIMED, Presiden RI, Pangkopkamtib, Gubernur SUMUT,
dan Ketua KORPRI SUMUT

VIII. PARSAHITONNA

Di taon 2017 mansai posi do sahit ni ama nami on ala tompu


timbo tensi dohot gula darah, pola do opname di rumah sakit
Tentara Jl Putri Hijau tanggal 16 Nopember sahat tu tanggal 23
Nopember 2017 jala laos sakamar rap opname dohot ina nami
Ompu Joshua boru.
Dung adong hira 8 ari opname ama nami on di Rumah Sakit
Tentara Putri Hijau disepakati keluarga ma hupapinda hami ama
nami dohot ina nami opname tu Rumah Sakit PTP 4 Balimbingan
Tanah Jawa tanggal 23 Nopember 2017 sahat tu tanggal 08
Desember 2017 asa bolas ummura dipareso parumaenna dr
Arietha br Ginting, Kepala Rumah Sakit PTP 4 Balimbingan.

Dung hira 16 ari marubat di rumah sakit PTP 4 Balimbingan


gabe rawat jalan ma ama namion di Medan, alai ianggo ina nami
hot dope opname saminggu di rumah sakit Murni Teguh, jala
pinda rumah sakit muse dua minggu untuk operasi tulang di
Rumah Sakit Ortopedi di Jl Setia Budi Medan.
Alai amang raja dohot di hamu inang namora boru, di
tanggal 01 Oktober 2019 tompu ma muse timbo tensi dohot gula
darah ni ama nami on laos huboan hami opname tanggal 01
oktober sahat tu tanggal 17 Oktober tu Rumah Sakit Royal Prima
Medan.
Alai dung 17 ari opname di rumah sakit Royal Prima ndang
adong tanda-tanda hamalumon bahkan lam posi do sahit i, gabe
hupatupa hami ma "marulaon nabadia” ama nami rap dohot ina
nami Op Joshua boru, di ari Minggu tanggal 13 Oktober 2019 na

74
ni uluhon ni inang Pandita boru Sinaga sian HKBP Sei Agul, jala
tung mansai tangkas dope sude diantusi ulaon nabadia i.
Hape di na huniathon hami rap dohot angka iananghonna
naung ro sian Jakarta laho marningot huhut martangiang diulang
tahunna ke- 82 huhut hombar tu pangidoanna di manogot ni ari
“Rabu tanggal 16 Oktober 2019, didok naeng tiup lilin ahu.”
Ternyata dung marpungu hami naeng patupahon acara
ulang tahun nai ndang bolas be ama nami on hu sise hami atik pe
acara tiup lilin hot hupatupa hami na diwakili mama nami ompu
Joshua Boru.
Alai songon ima parsahiton i hinorhon ni posina, ndang boi
sadar be huida hami , gabe hupapinda hami ma opname tu ruang
ICU di Rumah Rakit Siloam Medan tanggal 17 Oktober 2019 sahat
tu ujung ni ngoluna di panggora ni Tuhan ta.
Alai songon i pe lelengna ama nami on dirawat di ruang ICU
Rumah Sakit Siloam ndang adong tarida tanda-tanda hamalumon
ni sahit, bahkan selama di ICU ndang hea be hami boi komunikasi
dohot ama nami on.
Songon ima amang raja dohot dihamu inang namora boru,
jolma marsangkap dalanna alai Debata do patulus sangkapna.

Burju do Tuhanta i, nunga di pamalum Tuhanta sahitna.


Monding ma ama nami on:
Jom : 05.30 WIB
Hari/ Tanggal : Selasa tanggal 19 Nopemer 2019
Di : Ruang ICU Rumah Sakit Siloam Medan
Tutup umur : 82 taon 33 ari.

Aut tung sura sian naso husadari hami, molo tung adong
nahurang lobi manang na pajolo hu hami pasahathon, “marsomba

75
hami dohot 10 jari-jari, pasampulu sadahon simanjujung” asa tung
anju hamu hami di hahurangan nami i.

Dohot on hupangidohon hami:


1. Aut tung sura adong utang-piutang ni natuatua nami on
andorang di ngoluna, rade do hami mangadopi.
2. Molo tung adong nanaeng dohot mandongani hami laho
manuanhon ama nami on huhut manuan ompu-ompu tu Bona
Pasogit di Pintu Batu Tobasa, adong do huparade hami mobil
bus angkutan.
Tuhan ta ma nasai tongtong mandongani hita, huhut mangihoti
hami pinomparna dibagasan hasadaon dohot dibagasan las ni
roha. Syaloom, Horas. Botima.

X.2. Acara adat Saurmatua.

ACARA ADAT SAUR MATUA

St. Prof.Drs.Batusonak Panjaitan Op Joshua Doli


A. ACARA DI JABU (PARMOMPOON)
1. Acara Pembukaan sian Pangula ni Huria HKBP Sei Agul
2. Hata Huhuasi sian Paidua ni Suhut (Nurdin Panjaitan)
3. Mandok hata/ Pasahat Saput dohot Ulos Sampe Tua (Hula- hula Situmeang)
4. Mandok Hata Tulang Sitompul/ Situmorang
5. Manggohi Mandok Hata STM Kosari Sei Agul
6. Paampuhon Hulahula Situmeang/ Tulang Sitompul

76
7. Mangampu Hasuhuton
8. Tangiang Panutup sian Hula hula/ Tulang
B. ACARA MAR ALAMAN/ PARTUATNA
I. MANGHEHEI SIJAGARON TU PARUMAEN (Diringi Ogung Sabangunan)
II. HATA HUHUASI SIAN PAIDUA NI SUHUT ( Djiman Panjaitan)
III. MANJAHAHON JUJUR NGOLU NI NAMONDING (Dr. Nahenson Panjaitan, ST.MT).
IV. ACARA MAMBUAT TUA NI GONDANG (Ogung Sabangunan) HASUHUTON
PANJAITAN,
V. MANJALO HARORO NI (Diiringi musik tiup):
1. Hula-hula Situmeang
2. Tulang Sitompul/ Situmorang
3. Tulang Rorobot Pandiangan
4. Bona Tulang Silaen
5. Bona ni Ari Silaen
6. Hula –hula Marhaha Maranggi (Ujung, Sitorus, Silaen,Napitupulu ,Siagian
dohot Situmorang.
7. Hula-hula Parsiat : (Sitompul/Ginting, Aritonang, Kalimantan(Situmeang),
Sibagariang, dohot hula-hula Simanjuntak.
VI. MARDAUN POGU, TANGIANG SIMPUL MANGAN,
VII. MANJALO HARORONI NAMARHOLONG NIROHA MANJALANG HASUHUTON.
VIII. UDUT NI MANDOK HATA :
1. Punguan Panjaitan dohot Boruna Manokhon, Sektor Sei Agul/ Kota Medan
2. Punguan Situmeang dohot Boruna, Sektor Medan Barat dohot Kota Medan
3. Simatua ni Boru Siagian,Boru, Bere, Ibebere
4. Pariban namangalap Boru Situmeang
5. Ale-ale ni Namonding
6. Dongan saulaon sian PTP 4 Balimbingan, Unimed, PT Jasa Marga, Pemda DKI
Jakarta, dohot sian PT. Anugrah Pharmindo Lestari Medan.
7. Dongan Sahuta STM Kosari dohot STM Hombar Balok
IX. PA AMPUHON HATA NAULI HULA-HULA SITUMEANG/
TULANG
X. MANGAMPU HASUHUTON
XI. MARDONDON TUA (Diiringi Ogung Sabangunan)
XII. DIPASAHAT ACARA TU HURIA HKBP SEI AGUL HUHUT TANGIANG PANUTUP
Not: Acara boi ditambai/ dihurangi hombar tu ringkotna
Borhat rombongan tu Pintu Batu Sabtu topet jom 01.10
WIB
Sahat di Alaman ni Gareja HKBP Pintu Batu jom 07.30
WIB
Disuanhon tu udean jom +- 10.30 WIB diiringi gerimis
halus.

X.3. Parbagi ni Jambar Juhut.


PARBAGI NI JAMBAR JUHUT
HORBO SITINGKO TANDUK
77
1. Hula hula Situmeang : Ulu parsiamun, pohu, ate-ate
2. Tulang Sitompul dohot Situmorang : Ulu parhambirang, pohu, ate-
ate
3. Bona Tulang Silaen : Somba Nagok, ate-ate
4. Bonaniari Silaen : Somba, ate-ate
5. Tulang Rorobot Pandiangan : Somba, ate-ate

6. Hula-Hula Marhaha-maranggi : Sian Somba, pohu, ate-


ate
6.1. Ujung, 6.2. Sitorus, 6.3. Silaen, 6.4. Napitupulu
6.5. Siagian, dohot, 6.6. Situmorang
7. Hula-Hula Parsiat : Sian Somba, pohu, ate-ate
1. Sitompul/ Ginting . 2. Aritonang, 3. Kalimantan (Situmeang),
4. Sibagariang, 5. Simanjuntak
8. Dongan Tubu Panjaitan : Panamboli
9.1. Boru Tubu Panjaitan : Osang Parsiamum
9.2. Boru Tubu Parsadaan Panjaitan : Osang Parhambirang
10. Simatua ni Boru : Tanggalan Rungkung
1. Siagian, 2. Silaen, 3. Sitorus, 4. Napitupulu
5. Siagian, 6. Sihombing
11. Anggi Doli : 1. Silitonga 2. Siagian 3. Sianipar : Jambar
Nagok
12. Dgn Marpadan: 1Sibuea 2Sinambela 3Manullang: Jambar Nagok
13. Boru Silitonga, Siagian, Sianipar : Tanggalan Rungkung
14. Boru ni Dongan Marpadan : Tanggalan Rungkung
15. Bere dohot Ibebere : Tanggalan Rungkung

16. JAMBAR NAGOK TU PUNGUAN- PUNGUAN


16.1. Punguan Panjaitan dohot Boruna Manokhon Medan
16.2. Punguan Panjaitan dohot Boruna Sektor Sei Agul
16.2. Punguan Panjaitan dohot Boruna Kota Medan

78
16.3. Punguan Situmeang dohot Boruna Sektor.Medan Barat
16.4. Punguan Situmeang dohot Boruna Kota Medan
16.5. Punguan Koor Ama HKBP Sei Agul Medan
16.6. Punguan Koor Renatha HKBP Sei Agul Medan
16.7. STM Hombar Balok
16.8. Hombar Jabu/ Tetangga di Jl Orde Baru
16.9. Pemerintah setempat
17. Jambar tu Pariban br Situmeang : Sian Tulan
18. Jambar tu Parhalado HKBP Sei Agul Medan : Sian Tulan
19. Jamar tu STM Kosari SEI AGUL : Tulan dohot sian Upa Suhut
20. JAMBAR NAGOK TU DONGAN SAULAON/ ALE-ALE
20.1. Dongan saulaon ni ama nami on sian FMIPA UNIMED
20.2. Dongan saulaon ni ianakhonna :
1. Rumah Sakit.PTP- 4 Balimbingan,
2. Fakultas Teknik UNIMED,
3. PT. Jasa Marga Jakarta- Medan
4. PT. Anugrah Pharmindo Lestari Medan
NB: MOLO ADONG NAHURANG TAPAUNE…..!!!!!!!!!

X.4. Pendistribusian ulos herbang.

PENDISTRIBUSIAN ULOS HERBANG

1. Ulos sian Hula-hula Situmeang : 10 lembar + 1 ulos saput


dohot 1 ulos sampe tua= 12 lembar
a. 5 Anak dohot 1 boru : 6 lembar
b. Mewakili pahompu sian anak (Jotham) ; pahompu sian
boru(Juan) = 2 lembar
c. Mewakili ibotona (Ny.Drs.B.Sihombing L br Panjaitan)

79
d. Mewakili boru dari marhaha maranggi : Pdt. D.Tambunan/RE br
Panjaitan.
2. Ulos Herbang sian Tulang Sitompul = 14 lembar
a. 5 Anak dohot 1 boru : 6 lembar
b. Pahompu sian anak (Joshua, disorpi), pahompu sian boru (Loli) :
2 lembar
c. Namarhaha maranggi : Rev. Dr. HP.Panjaitan/ br Napitupulu,
B.Panjaitan, BME/ br Siagian(disorpi), Ir.B.Panjaitan/ br
Situmorang : 3 lemar
d. Ibotona : Ny.K. Napitupulu br Panjaitan, Ny.EM.Siagian br
Panjaitan, Ny Drs. B.Sihombing br Panjaitan : 3 lembar
3. Ulos sian Tulang Situmorang = 11 lembar
a. 5 Anak dohot 1 boru : 6 lembar
b. Namarhaha maranggi : Hot Saur Panjaitan,BE, Ny MH.
Panjaitan S.N br Sitorus(disorpi), Ny TM.Panjaitan RG br
Silaen : 3 lembar
c. Ibotona : Diwakili bere pinompar ni laenami nami Toga
Silaen(Drs Tua Silaen/br Sihombing)dohot pinompar ni lae nami
Sampuran Sitorus : 2 lemar

4. Ulos sian Bona Tulang Silaen= 3 lembar


a. Mewakili anak (Philips Panjitan,SIP/dr.E. br Ginting)
b. Mewakili boru (B.SiagianSH/Mery Panjaitan,ST.MT)
c. Mewakili ompung martinodohon (Ny.G.Panjaitan br Hutahaean)
5. Ulos sian Bonaniari Silaen = 3 lemar
a. Mewakili anak ( Edison Panjaitan,ST/ br Aritonang,ST)
b. Mewakili boru (Ny St.Drs.M Sinaga Dasima br Panjaitan)
c. Mewakili ama/ompung martinodohon (Dj.Panjaitan Tj. Morawa).
6. Ulos sian Tulang Rorobot Pandiangan = 3 lemar
a. Mewakili Anak (Benhard Panjaitan,SSi/ Endang, disorpi)
b. Mewkili Boru/ Bere ( B.Siagian,SH/ Mery br Panjaitan,ST.MT)
c. Mewakili pahompu (Drs.Samuel Sihombing/ br Pangaribuan)
7. Ulos sian Hula-hula marhaha maranggi 6x3= 18 lembar
a. Ulos sian hula hula Ujung (3 lembar):
1. Hot Saur Panjaitan,BA/NH br Dachi

80
2. Ir.W.Sihombing/ Ida br Panjaitan,SPd
3. dr. Hotman Panjaitan
b. Ulos sian hula hula Sitorus (3 lembar):
1. Ny.Panjaitan SNH br Sitorus , disorpi
2. Pangapo Panjaitan,SE/ Ir. NB br Simanjuntak
3. Ir.MBA.Marpaung/ Risma br Panjaitan
c. Ulos sian hula hula Silaen (3 lembar):
1. Ny TM.Panjaitan RG br Silaen
2. dr. Hotman Panjaitan
3. Sihombing/ Duma br Panjaitan
d. Ulos sian hula hula Napitupulu :
1. Rev.DR.HP Panjaitan,BC.TT/ R br Napitupulu
2. San Herib Panjaitan,SE,MBA/ R br Simanjuntak,SH
3. Ir RSM Simarmata/ Juliana br Panjaitan
e. Ulos sian hula hula Siagian (3 lemb/ar):
1. B.Panjaitan,BME/ MRL br Siagian (disorpi)
2. Marihot Panjaitan,SE, M.Sc/ N br Sinaga
3. FSM Silalahi,SE/ Ir RMU br Panjaitan
f. Ulos sian hula hula Situmorang (3 lembar):
1. Ir.B. Panjaitan/RM br Situmorang, B.Sc
2. Nelson Panjaitan,SH/ MF br Pangaribuan,ST , disorpi
3. J.Sihombing,ST.M.Si/ Olive br Panjaitan, ST.MT ,disorpi
8. Ulos sian Hula-hula Sitompul dan Ginting : 3+ 3 = 6
lembar
a. Ulos sian Hula-hula Sitompul :
1. Tu Helana/boruna (Philip Panjaitan,SIP/dr E br Ginting)
2. Tu pahompuna (Joshua, disorpi)
3. Mewakili namar haha maranggi (Drs Nurdin Panjaitan)
b. Ulos sian Hula-hula Ginting:
1. Tu helana/ boruna : (Philip Panjaitan,SIP/dr E br Ginting)
2. Tu pahompuna (Tanjiro )
3. Mewakili boru Damanik/ Rolasma br Panjaitan

9. Ulos sian Hula-hula Aritonang: 3 lembar


a. Tu Hela/ boruna (Edison Panjaitan,ST/ S br Aritonang,ST)

81
b. Tu Pahompuna, (Damaris/ Tabitha)
c. Mewakili Bere (Luter Sihombing/br Pasaribu)
10. Ulos sian Hula2 Kalimantan (Diwakili Situmeang)= 3
lembar
a. Tu hela/ boruna (Benhard Panjaitan,SSi/Endang, disorpi)
b. Mewakili boru, (Ir.Juniar Sihombing,M.Si/Olive br Panjaitan,
disorpi)
c. Mewakili namarhaha maranggi (dr Hotman Panjaitan)
11. Ulos sian Hula-hula Sibagariang = 3 lemar
a. Tu hela (Dr. Nahesson Panjaitan,ST.MT/MS br Sibagariang,
SE.Ak)
b. Tu pahompuna (Helga/Jhotam)
c. Namarhahamaranggi (Pangapo Panjaitan,SE/ N.br Simanjuntak)
12. Ulos sian Hula-hula Simanjuntak = 3 lemar
a. Tu hela/ boruna (Dr.Ir. Manumpak,MT.MPd/R br
Simanjuntak,SPd)
b. Tu pahompuna (SM.Tambunan,SSi,MPd/Lisbet br
Silionga,MPd)
c. Tu namarhahamaranggi (Marihot Panjaitan,SE.M.Sc/N br
Sinaga)

Mauliatema di Tuhan I, ai tung mansai uli jala lehet situtu


pardalan ni ulaon adat partuaon Na , sonang soharibo-riboan sude angka
tutur naro pola mencapai 400 halak di Ria Raja Kamis bodarina jom
20.30 WIB tgl 21 Nopember 2019 jala hurang lobi 1200 halak naro hatiha
ulaon adat Jumat tanggal 22 Nopember 2019. Mansai sonang do roha ala
burju ni Tuhan na patiurhon ari mulai parmondingna Selasa tanggal 19
Nopember 2019 sahat tu na di suanhon di Bonapasogit Pintu Batu.
Martamba muse las niroha ala mulai sian acara Agenda Tutup Batang na
niuluhon ni Pendeta Resort marga Panjaitan sahat tu ulaon adat
parmisi/parboaboaan tu dongan huta di Pintubatu mansai renta tutur
naro pola hira menapai 200 halak. Martamba muse ma las niroha

82
dipanamueon ni natua-tuai Kel.Ir Bahtiar/br Situmorang di sude
keluarga na ro sian luar kota marlompan dengke mas dohot daging
manuk nanigotaan di bagas nasida Pintubatu.

Burju situtu do Tuhan ta i disiala sude denggan basana , gabe sada


gombaran di angka pinomparna bahwa sian panggulmiton ningoluna hot
dipataridahon haulion i sahat ro di sude runtunan ni adat partuaon di
ujung ni ngoluna. Syaloom.manumpaks.nahenson.

NB; Mohon maaf molo tung adong nalupa hami manurathon goar ni naung manjalo
ulos manang nasala manurathon goar dohot gelar.

83
mmm

84

Anda mungkin juga menyukai