Anda di halaman 1dari 89

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MAKAN

TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA SISWA SDN 11


KAMPUNG JUA KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Studi Diploma III Gizi

OLEH :

RIZA PUTRI
1613411020

PROGRAM STUDI D-III GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
2019
KATA PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Ya Allah, waktu yang saya jalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia dan bertemu dengan orang-orang yang memberiku sejuta
pengalaman bagiku, yang telah memberikan warna warni hidupku, ku bersujud
didepanMu engkau beri kesempatan diriku untuk sampai dipengujung awal
perjuanganku segala puji bagimu Ya Allah

Karya Tulis Ilmiah Ini saya persembahkan kepada :

Ayah dan Amak Tercinta

Untuk ayah (Andri) dan amak (Jusmaniar) terimakasih untuk segalanya,


terimakasih selalu memenuhi kebutuhan dan keperluan putrimu, selalu
memberikan dukungan semangat dan doa yang tiada hentinya untuk anak-anak
mu. Mungkin karya tulis ilmiah ini tidak bisa membalas semua yang telah kalian
perjuangkan dan korbankan untuk aku tapi setidaknya ini bisa memberikan sedikit
kebahagian untuk ayah dan amak. Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan untuk
ayah dan amak tercinta. We always loving you……(ttd anakmu). Dalam setiap
langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang ayah dan amak
impikan di diriku, meski belum semua yang bisa kuraih.

My brother tercinta

Untuk kedua my brother tercinta Khairil anwar dan Irfandi Putra karya Tulis ilmiah
ini aku persembahkan untuk kalian. Untuk brother ku khairil anwar yang super
duper cueknya minta ampun tapi tetap peduli dan sayang sama adik2 nya, yang
selalu marah demi kebaikan aku,sok ngak perhatian tapi perhatian bangat
malahan dan yang tentunya makasih untuk segala doa, dorongan semangat dan
pastinya yang selalu ngasih uang jajan juga hehehehe….sehingga adikmu bisa
menyelesaikan segalanya tepat pada waktunya. Yeee lega rasanya akhirnya
adikmu di wisuda juga yaa

Dan untuk adik satu-satunya aku Irfandi Putra kurangi berantamnya sama kakak
ya, rajin-rajin belajarnya biar bisa kayak kakak nantinya bisa wujudkan harapan-
harapan orang tua kita dan harapan brother dan sister mu… ok

Dosen pembimbing
Terimakasih untuk dosen pembimbing ibu Yensasnidar, S.Gz, M.Pd yang sudah
memotivasi dan sabar menghadapi riza dalam bimbingan sehingga riza bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

My best friends

Untuk uniku (Besty Hartini) makasih untuk perjalanan panjang ini, untuk kegilaan
yang kita jalani dan makasih udah nemanin kemana-mana, makasih udah selalu
memahami mood nya adik, makasih udah selalu dengarin curhat dan keluhan
adik, makasih untuk hiburan, dukungan, nasehat semangat yang telah uni
berikan. Kita bukan hanya kayak teman ya udah kayak uni lindungi adiknya
sendiri,( hahaha ) pengen ketawa lepas rasanya kalau mengingat semua
perjalanan kita apalagi pas waktu penelitian perjuangan bangat ya, banyak yang
sudah kita lalui bersama rasanya ngak mungkin adik ceritakan disini hahahah
pokoknya sayang uni.

UntuK (Humiza Wulandari, besti dan Ari mardian ) makasih untuk perjalanan
panjang ini, untuk hiburan, dukungan, semangatnya dan sudah menjadi bagian
penyemangat hingga sampai pada titik ini.

Untuk ( Nelvi Triana.P) Makasih untuk dukungan dan bantuannya, dan yang selalu
mau dan ngak pernah nolak kalau aku ajak kemana-mana dan tentunya yang
membantu aku dalam melakukan penelitian untuk menyelesaikan karya Tulis
Ilmiah ini.

Untuk ( filza, yanti, dan winda ) makasih udah menjadi saudara selama 3 tahun ini
dan sudah menjadi bagian dari perjuangan ini, dan akhirnya berakhir sudah
drama 3 tahun kita semoga sukses kedepannya buat kita. Selamat buat gelarnya
sist.

Untuk seluruh teman almamaterku angkatan 2016 terima kasih banyak untuk 3
tahun ini. Begitu banyak kenangan, kisah dan kasih yang kita lewati bersama
sampai kita sampai di pengujung ini.terimakasih teman-teman ku semua semoga
kalian tidak melupakan aku dan selamat berbahagia…………

Riza Putri
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : RIZA PUTRI

Tempat / Tgl Lahir : Danau Wisata, 28 Maret 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

No. Telp/ Handphone : 082384102301

PENDIDIKAN FORMAL
 2005-2010 SDN 25 Air Dingin
 2010-2013 SMPN 3 Lembah Gumanti
 2013-2016 MAN 1 Solok
 2016-2019, Program Studi Diploma III Gizi STIKes Perintis Padang

PENGALAMAN MEDIS
 Februari- maret 2019, Praktek Kerja Lapangan di RSUD Petala Bumi
Pekanbaru
 Maret- April 2019, pengabdian Masyarakat Praktek Kerja Lapangan di
Kabupaten 50 Kota
 Juli 2019, Karya Tulis Ilmiah
Judul : Hubungan Sosial Ekonomi dan Kebiasaan Makan Terhadap Kejadian
Stunting Pada Siswa SDN II Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung
Tahun 2019
STIKES PERINTIS PADANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
Karya Tulis Ilmiah, 2017

RIZA PUTRI

Hubungan Sosial Ekonomi dan Kebiasaan Makan terhadap Kejadian Stunting


pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Vii + 52 Halaman + 13 tabel + 7 Lampiran

ABSTRAK
Pada dasarnya stunting berpangkal pada status sosial ekonomi keluarga.
Rendahnya pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli terhadap bahan makanan
sehingga menyebabkan kebiasaan makan anak yang tidak baik.tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi dan kebiasaan makan
terhadap kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk
Begalung Tahun 2019.
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional,jumlah
sampel sebanyak 75 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan koesioner dan
FFQ. Penelitian ini dilakukan di bulan Juni 2019 di SDN 11 Kampung Jua
Kecamatan Lubuk Begalung. Analisa hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen menggunakan uji statistic Chi-square.
Hasil penelitian distribusi frekuensi status gizi siswa SDN 11 Kampung Jua
Kecamatan Lubuk Begalung dibuktikan dengan uji statistik pekerjaan ayah
(p=0,048), pendidikan ibu (p=0,388), pendapatan keluarga (p=0,000) dan kebiasaan
makan (p=0,016)
hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan orang tua,
pendapatan dan kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada siswa dan tidak
terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada siswa SDN
11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

kata kunci : Status sosial ekonomi, Kebiasaan makan dan status gizi siswa
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya.

Terutama nikmat iman, serta nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada

hamba-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW,

serta keluarga, para sahabat, dan para pengikut yang senantiasa setia dan

menyebarkan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.

Penyelesaian penulis Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Hubungan Sosial

Ekonomi dan Kebiasaan Makan Terhadap Kejadian Stunting pada Siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019” merupakan sebagian

salah satu syarat mencapai gelar Ahli Madia Gizi di Sekolah Tinggi Kesehatan

Perintis Padang tidak lepas dari partisipasi banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesehan

Perintis Padang.

2. Ibu Alya Misdhal Rini, M. Biomed selaku Ketua Program Studi DIII Gizi

Sekolah Tinggi Kesehatan Perintis Padang.

3. Ibu Yensasnidar, S. Gz, M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan

motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

proposal ini

4. Seluruh Dosen dan staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang

yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat


5. Teristimewa untuk orang tua serta keluarga tercinta yang telah yang telah

memberikan semangat, dorongan dan doa yang tulus kepada penulis dalam

mempersiapkan diri untuk menjalani semua tahap-tahap dalam penyusun Karya

Tulis Ilmiah ini.

Atas segala bantuan tersebut penulis hanturkan ribuan terima kasih,

doa dan harapan kepada semuanya semoga Allah SWT melipat gandakan pahala

yang berlimpah. Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidak sempurnaan

dalam penulis proposal ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang mendukung demi hasil yang lebih baik, semoga hasil dari Proposal ini

mendapat Ridho dari Allah SWT dan bermanfaat Bagi kita semuanya, Amin Ya

Rabbal Alamin. Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

Padang, 27 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
LAMPIRAN ..............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Defenisi Stunting ........................................................................................6
2.2 Penilaian Status Gizi ...................................................................................8
2.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung .........................................8
2.2.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ...............................12
2.3 Status Sosial Ekonomi ................................................................................13
2.2.3 Defenisi Status Sosial Ekonomi ....................................................13
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ssosial Ekonomi ..............................15
2.2.5 Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Status Gizi ..................18
2.4 Kebiasaan Makan Anak ..............................................................................18
2.4.1 Kebutuhan Energi ..........................................................................19
2.4.2 Kebutuhan kalsium ........................................................................20
2.4.3 Kebutuhan protein .........................................................................21
2.4.4 Kebutuhan Vitamin A ....................................................................22
2.4.5 Kebutuhan Zinc .............................................................................23
2.5 Kerangka Teori ...........................................................................................24
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................................25
2.7 Defenisi Operasional .................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................27
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................27
3.2 Lokasi dan Waktu ......................................................................................28
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................28
3.4 Jenis Pengambilan Data ..............................................................................29
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................30
3.6 Pengolahan Data .........................................................................................31
3.7 Analisa data ................................................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian ............................................................30
4.2. Analisa Univariat .......................................................................................30
4.2.1. Distribusi Frekuensi Status Gizi .....................................................30
4.2.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah ..............................................32
4.2.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu ...............................................33
4.2.4. Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi ...................................34
4.2.5. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan ...........................................35
4.3. Analisa Bivariat .........................................................................................36
4.3.1. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi Siswa ....................36
4.3.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Siswa .....................37
4.3.3. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Siswa ............38
4.3.4. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Stunting ................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................42
5.1. Kesimpulan ................................................................................................42
5.2. Saran ..........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan Kemenkes 2010 ...................................8


Tabel 2.2 Kerangka Teori ..........................................................................................19
Tabel 2.3 Kerangka Konsep .......................................................................................20
Tabel 2.4 Defenisi Operasional ..................................................................................21
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi status gizi siswa .........................................................30
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pekerjaan ayah ...........................................................32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi pendidikan ibu ..........................................................33
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi pendapatan keluarga .................................................34
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kebiasaan makan .......................................................35
Tabel 4.6 Hubungan antara pekerjaan ayah dengan stunting .....................................36
Tabel 4.7 Hubungan antara pendidikan dengan stunting ...........................................37
Tabel 4.8 hubungan antara pendapatan keluarga dengan stunting .............................38
Tabel 4.9 hubungan antara kebiasaan makan dengan stunting ..................................40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan kegagalan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal

disebabkan oleh keadaan gizi kurang yang berlangsung dalam waktu yang cukup

lama. Status stunting dapat dihitung dengan menggunakan antropometri WHO

2007 untuk anak usia 5-19 tahun dengan menghitung nilai Z- score TB/U masing-

masing anak ( UNICEF, 2013)

Stunting merupakan suatu kondisi dimana kurang gizi kronis yang

disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang cukup lama

akibat pemberian makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ( millennium

challega account, 2014). Kekurangan gizi meningkatkan angka kematian bayi dan

anak menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak

maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang,

sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangaka panjang bagi Indonesia (

millennium challega account, 2014).

Masih tingginya prevalensi anak pendek yang menunjukkan masalah gizi

masalah kronis yang berkaitan dengan kemiskinan, rendahnya pendidikan, serta

kurang memadainya pelayanan dan kesehatan lingkungan. Masalah gizi oleh

banyak factor yang saling terkait secara langsung dapat di pengaruhi oleh

penyakit infeksi dan kurangnya asupan zat gizi secara kualitas maupun kuantitas,

sedangkan tidak langsung di pengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan


kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, sanitasi lingkungan serta

rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. ( Hadi H, 2005)

Dalam riset kesehatan dasar ( 2013) menunjukkan prevensi stunting dalam

lingkup nasional sebesar 37,2 % terdiri dari pervalensi pendek sebesar 18,0% dan

sangat pendek sebesar 19,2 %. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan

prevalensi di bandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8 %). 4 5 6

prevensi stunting di sumatera barat menurut data riskesdas tahun 2013 sebesar

39,2 %, terdiri dari prevensi pendek sebesar 20,8 % dan sangat pendek sebesar

18,4%.

Berdasarka riskesdas tahun 2013, kota padang merupakan salah satu kota di

provinsi sumatera barat yang tengah mengalami masalah kesehatan yang berat

dalam kasus masalah stunting. Hal ini disebabkan prevelensi anak stunting di kota

padang pada rentang 30-39%, yaitu sebesar 33,7%.

Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek atau sangat

pendek yang di dasarkan [ada indeks Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3 SD

sampai <-2 SD (Kemenkes RI, 2011). Dampak stunting pada prestasi belajar,

stunting merupakan wujud dari adanya gangguan pertumbuhan pada tubuh , bila

ini terjadi maka salah satu organ tubuh yang cepat mengalami resiko adalah otak.

Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan dengan respon anak

termasuk melihat, mendengar, dan berfikir selama proses belajar (picauly dan

Magdalena, 2013). Pemantauan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah


merupakan metode yang baik untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

fisik karena mudah dilakukan (sulastri, 2012)

Kekurangan gizi pada usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi

lemah, cepat lelah dan mudah sakit, karena itu anak sering kali absen serta

mengalami kesulitan dalam mengikuti dan memahami pelajaran. Dalam keadaan

seperti itu sulit mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, aktif, kreatif dan produktif

yang mampu berkiprah dan bersaing pada era globalisasi ( Notoadmodjo, 2011).

Anak- anak pada masa usia sekolah dan remaja mengalami pertumbuhan

baik mental, intelektual, fisik dan social. Golongan umur ini perlu mendapatkan

perhatian yang khusus. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU kesehatan

nomor 23 tahun 1992 khususnya pasal 17 untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang dimulai saat masa dalam kandungan, masa balita, masa

prasekolah dan usia sekolah. ( Handari, 2005)

Dalam upaya perbaikan gizi salah satu hal penting yang perlu diperhatiakan

adalah bidang makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup tidk bias bertahan untuk

menjalankan kegiatan sehari-hari. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan,

tua muda, sakit sehat, selalu membutuhkan makanan dalam jenis dan porsi yang

berbeda. Berhubungan dengan makanan tidak terlepas dari kebiasaan makan.

Setiap orang mempunyai perbedaan dalam menentukan dan memilih kebutuhan

makannnya. Yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku

manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan

akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan

(Khumaidi, 2008). Upaya untuk membentuk kebiasaan makan yang baik


hendaknya dilakukan sejak dini. Lingkungan sangat besar perannya dalam

membentuk kebiasaan makan anak dalam keluarga (Lisdiana, 2010)

Status sosial ekonomi wali murid sangat erat kaitannya dengan pemenuhan

gizi dari seorang anak, dimana dapat dilihat dari tingkat ekonomi yang

berkecukupan maupun dengan kondisi tingkat sosial ekonomi yang kurang. Status

sosial ekonomi di tentukan oleh unsur-unsur pendidikan, pekerjaan, penghasilan

dan lingkungan tempat tinggal. Factor sosial ekonomi dapat mempengaruhi

berbagai aspek kehidupan, kebiasaan makan pada kehidupan sehari-hari. ( Sunita

Almatsier, 2011)

Status sosial ekonomi wali murid sangat erat kaitannya dengan pemenuhan

gizi dari seorang anak, dimana dapat dilihat dari tingkat ekonomi yang

berkecukupan maupun dengan kondisi tingkat sosial ekonomi yang kurang.

Sangat diharapkan kondisi sosial ekonomi wali murid yang lebih dari cukup dapat

memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya. Apabila seorang anak memiliki status

gizi yang baik diharapkan anak tersebut bias memiliki tinggi badan maupun berat

badan yang ideal dan yang penting memiliki derajat kesehatan yang baik sehingga

tumbuh kembang seorang anak akan lebih optimal ( Sunita, 2013)

Dan berdasarkan data prevensi status gizi anak sekolah dasar dengan

indikator tinggi badan berdasarkan umur ( TB/U) Dinas Kesehatan Kota Padang

pada tahun 2017 status gizi anak sekolah dasar adalah 5,10 % dari 11 kecamatan

dan 23 puskesmas yang ada diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung sebanyak 75 orang responden beserta dengan orang


tua dari siswa. Dari data yang diperoleh didapatkan bahwa siswa yang berstatus

gizi stunting sebanyak 43 orang dengan persentase (57,3%) sedangkan yang

berstatus gizi normal sebanyak 32 orang dengan persentase (42,7%). Dari data

yang diperoleh didapatkan juga bahwa rata-rata pekerjaan orang tua siswa adalah

buruh dan wiraswasta, yaitu buruh sebanyak 40 orang dengan persentase (53,3%)

dan wiraswasta sebanyak 31 orang dengan persentase (41,3%). Dari data juga

diperoleh rata-rata pendidikan ibu rendah sebanyak 56 orang dengan persentase

(74,7%). Dari data juga didapatkan kebiasaan makan siswa didapatkan lebih dari

separuh siswa memiliki kebiasaan makan yang tidak sering yaitu sebanyak 39

orang dengan persentase (52,0%).

Berdasarkan penguraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui

Hubungan Sosial ekonomi dan Kebiasaan Makan terhadap kejadian stunting pada

siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung pada tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas yaitu

bagaimana Hubungan Sosial ekonomi dan Kebiasaan Makan terhadap kejadian

stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung pada

tahun 2019.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Sosial ekonomi dan Kebiasaan Makan terhadap

kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk

Begalung pada tahun 2019.


1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Diketahui distribusi frekuensi status gizi siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

b. Diketahui distribusi frekuensi pekerjaaan ayah siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

c. Diketahui distribusi frekuensi pendidikan ibu siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019

d. Distribusi frekuensi pendapatan keluarga siswa SDN 11 Kampung jua

Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019

e. Distribusi frekuensi kebiasaan makan siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019

f. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ayah dengan kejadian stunting

pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun

2019

g. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ayah dengan kejadian stunting

pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun

2019

h. Diketahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada

siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019

i. Diketahuinya hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian

stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

tahun 2019
j. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting

pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun

2019

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti

a. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madia Gizi

b. Mengetahui hubungan pola makan dan status sosial ekonomi terhadap

kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk

Begalung pada tahun 2019.

c. Meningkatkan kemampuan berfikir secara analitik dan sistematik dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat.

1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan keadaan status gizi pada

anak dan factor resiko yang mempengaruhi status gizi anak. Hasil penelitian

ini juga dapat menjadi landasan pertimbangan pihak sekolah untuk membuat

kebijakan program perbaikan gizi yang di lakukan sekolah dan di fasilitasi

oleh sekolah.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Penelitian lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan

masukan unuk penelitian jenis atau penelitian lanjutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Stunting

Stunting merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidak

tercapaian tinggi badan menurut umur yang di sebabkan karena mengalami

kurang gizi menahun atau kronis (sharlin dan Edelstain, 2011). Stunting

merupakan gambaran kekuranan gizi yang sudah terjadi selama menahun (kronis)

(Briend,dkk 2015)

Menurut WHO (2013) dampak yang di akibatkan oleh stunting terdiri dari

jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di

bidang kesehatan dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas di

bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik,

bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran biaya kesehatan.

Stunting juga dapat menyebabkan jangka panjang di bidang kesehatan berupa

perawakan yang pendek, peningkatan resiko untuk obesitas dan penurunan

kesehatan reproduksi di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan

kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan

kapasitas kerja.

Stunting atau pendek merupakan gambaran kurang gizi yang berdasarkan

pada indeks tinggi badan menurut umur yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu

pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah minus dua

standar deviasi (<-2 SD) dari table status gizi WHO child growth standard

(WHO, 2012).
2.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang di

peroleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu

populasi atau individu yang memiliki resiko status gizi kurang maupun gizi lebih

( Haryati dan Triyanti, 2007)

System penilaian status gizi tergantung pada beberapa metode pengukuran

untuk mengetahui karakteristik kekurangan gizi. System penilaian status gizi

dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi yang tidak hanya

berhubungan dengan kekurangan zat gizi tertentu melainkan juga status gizi yang

berkaitan dengan tingkat kesehatn, dan berhubungan dengan penyakit kronis yang

menyebabkan status gizi rendah ( Almatsier, sunita. 2010)

2.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1. Metode Antropometri

Antropometri berasal dari kata antropo yang berarti manusia dan metri

adalah ukuran. Metode antropometri dapat di artikan sebagai mengukur fisik

dan bagian tubuh manusia. Dalam menilai status gizi dengan metode

antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk

menentukan status gizi. Konsep dasar yang harus digunakan dalam pengukuran

antropometri adalah pertumbuhan. (Fahmida, 2010)

Antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia,

misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala, ukuran lingkar dada,

ukuran lingkar lengan atas dan lainnya. Hasil pengukuran antropometri

kemudian dirujuk sesuai umur dan jenis kelamin ( Jahari Abas 2012)
Table 2.1
Penilaian status gizi berdasarkan BB/U,TB/U dan BB/TB

Kategori Klasifikasi Status Gizi


BB/U < -3 SD Gizi Buruk
-3 SD s/d < -2 SD Gizi Kurang
-2 SD s/d 2 SD Gizi Baik
>2 SD Gizi Lebih
TB/U <-3 SD Sangat Pendek
-3 SD s/d <-2 SD Pendek
-2 SD s/d <2 SD Normal
≥-2 SD Tinggi
BB/TB <-3 SD Sangat Kurus
-3 SD s/d <-2 SD Kurus
-2 SD s/d <2 SD Normal
>2 SD Gemuk
Sumber : kemenkes (2010)

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gamabran masa

tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak, misalnya karena terangsang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan atau menurunnya jumlah makanan yang di komsumsi. Berat badan

adalah parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan normal

dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara komsumsi dan

kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

pertumbuhan umur. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks


beratbadan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran

status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks

BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2012)

b. Indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau

BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dari tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertmbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator

yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB

adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, 2012)

c. Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

skeletal. Pasa keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan

relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan akan

Nampak dalam waktu lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks

ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa (1973)

menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status

gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi

(Supariasa, 2012)
2. Metode laboratorium

Penilaian status gizi dengan cara laboratorium adalah salah satu metode

yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan

melakukan penilaian status gizi ini untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat

gizi di dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dan makanan. Metode

laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu secara biokimia dan fisik. Uji

biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan peralatan

laboratorium kimia. Misalnya mengukur status iodium dengan memerisa

urine, mengukur status haemoglobin, dan pemeriksaan darah. Sedangkan fisik

merupakan kelanjutan dari tes biokimia misalnya tes penglihatan mata ( buta

senja) sebagai gambaran kekurangan vitamin A dan kekurangan zink. (

Fahmida, 2010)

3. Metode klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang

dapat digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan

kekurangan gizi. Gejala dan tanda yang muncul kurang spesifik untuk

menggambarkan kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan

melakukan pemeriksaan bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui

gejala akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi. Pemeriksaan klinis

dilakukan dengan cara perabaan, pendengaran, pengetokan, penglihatan dan

lain-lain. ( Fahmida, 2010)


2.2.2 Penilaian Status Gizi secara tidak Langsung

1. Metode Pengukuran Komsumsi Pangan

Survey komsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung. Survey komsumsi pangan merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang di komsumsi oleh individu.

Data yang di dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kualitatif

dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang di komsumsi, sedangkan data

kualitatif dapat diketahui frekuensi makanan dan cara seseorang maupun

keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi. Survei ini

dapat mengidentifikasi kelebihan kekurangan zat gizi ( Supariasa,2012)

Kekurangan gizi diawali dengan asupan gizi yang tida k cukup,

sebaliknya kelebihan gizi disebabkan dari asupan gizi yang lebih dari

kebutuhan tubuh. Ketidak cukupan asupan gizi atau kelebihan asupan gizi dapat

diketahui melalui pengukuran komsumsi pangan (dietary method). Seseorang

yang mempunyai asupan gizi kurang pada saat ini, akan menghasilkan status

gizi kurang pada masa yang akan datang. ( Fahmida, 2010 )

2. factor Ekologi

Pengukuran factor ekologi di pandang sangat penting untuk mengetahui

penyebeb malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan

program intervensi gizi (Supriasa, 2012)


2.3 Status Sosial Ekonomi

2.3.1 Defenisi Status Sosial Ekonomi

` Istilah ekonomi berasal dari bahasa yunani oikonomia.Kata eikonomia

berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga,

sedangkan nomos berarti mengatur. Jadi oikonomia berarti mengatur rumah

tangga. Ekonomi berkembang menjadi suatu ilmu sehingga ekonomi berarti

pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam mengatur rumah

tangga. Rumah tangga di artikan secara luas, rumah tangga disini berkaitan

dengan kelompok sosial yang dianggap sebagai rumah tangga, sebagai

kesatuan kelompok manusia yang hidup menurut norma dan tata aturan

tertentu. ( M.T Ritongga, 2007)

Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang

mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya

dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan (Richart G Lipsay dan Pate O Steiner, 2013). Tidak hanya di

Indonesia namun juga di luar negeri status sosial ekonomi seseorang

berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, pekerjaan, bahkan pendidikan.

Menurut polak ( Abdulsyani, 2007).

Menurut soejono suekanto ( Abdulsyani, 2007), status sosial

merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang

berhubungan dengan orang-orang lain, hubungan dengan orang lain dalam

pergaulannya. Prestasinya, serta hak-hak dalam kewajibannya. Status sosial


ekonomi berarti kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-

unsur ekonomi menurut mayer ( Soekanto, 2007)

Kekurangan gizi sering kali bagian dari lingkungan yang meliputi pola

makan, kemiskinan dan penyakit. Ketiga factor ini sering terkait sehingga

masing-masing memberikan kontribusi terhadap yang lain. Perubahan sosial

ekonomi dan politik yang meningkatkan kesehatan dan gizi dapat gizi

tertentu dan intervensi kesehatan. Kekurangan gizi memacu terhadap sejumlah

penyakit masing-masing berhubungan dengan satu atau lebih zat gizi,

misalnya protein, yodium, vitamin A dan zat besi. Ketidak seimbangan ini

merupakan asupan yang tidak memadai dan berlebihan asupan energy, yang

pertama memicu kekurangan berat badan, stunting dan kurus, dan yang

terakhir mengakibatkan kelebihan berat badan dan obesitas (WHO, 2007)

Status sosial merupakan keadaan kemasyarakatan yang selalu

mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Interaksi sosial

diartikan sebagai hubungan timbal balik yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-orang dengan kelompok manusia. Sedangkan kondisi

ekonomi adalah keadaan atau kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh

indera manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua atau

keluarga utama adalah usaha atau upaya orang tua atau keluarga untuk dapat

memenuhi kebutuhannya sehingga mencapai kemakmuran, kebutuhan yang

dimaksud adalah kebutuhan jasmani (material) dan kebutuhan rohani

(spiritual). Kondisi sosial ekonomi orang tua adalah kehidupan sehari-hari

dihadapkan pada dua hal yang saling berhubungan yaitu adanya sumber-
sumber penghasilan yang dimiliki orang tua atau keluarga (pendapatan) yang

sifatnya terbatas yang akan digunakan untuk membiayai dan memenuhi

kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik jumlah maupun kualitasnya (

Abdulsyani, 2012)

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.

Status sosial ekonomi ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, dan lingkungan tempat tinggal. Factor sosial ekonomi

dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, kebiasaan makan pada

kehidupan sehari-hari. Pendapatan yang rendah mengakibatkan masyarakat

tidak dapat mengakses makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi.

Peningkatan status gizi dalam masyarakat erat kaitannya dengan

permasalahan status sosial ekonomi dimana dalam hal ini memerlukan

kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh

makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Masalah gizi muncul akibat

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga

memperoleh makanan untuk semua anggota sehingga masalah gizi tidak lagi

semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan

dan masalah kesempatan kerja. (supriasa, 2002)

Soekanto memiliki ukuran atau kriteria dalam menggolongkan

anggota masyarakat dalam suatu lapisan sosial. Kriteria tersebut diantaranya

ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu


pengetahuan, namun status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari

beberapa factor diantaranya :

1. Pekerjaan

Manusia adalah makhluk yang berkembang dan makhluk yang

aktif. Manusia disebut sebagai makhluk yang suka bekerja, manusia

bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari pakaian,

sandang, papan serta memenuhi kebutuhan sekunder seperti pendidikan,

tinggi, kendaraan, alat hiburan dan sebagainya ( Mulyanto, 2013)

2. Pendidikan

Status sosial ekonomi juga dapat di tunjukkan oleh tingkat

pendidikan, keluarga yang mempunyai pendidikan tinggi dia mempunyai

pengetahuan yang baik dalam mengatur pola hidup, sehingga cenderung

akan memberikan asupan gizi yang baik untuk anak-anaknya. Sedangkan

orang tua yang mempunyai pengetahuan kurang mereka tidak terlalu

memperhatikan asupan yang sehat, khususnya dalam makanan.

Kebiasaan makan suatu keluarga biasanya diatur oleh ibu. Oleh sebab

itu, ibu diharapkan memiliki pendidikan yang tinggi dan pengetahuan

dasar tentang gizi seperti menyusun menu yang baik, kebersihan bahan

makanan, pengolahan bahan dan lain sebagainya. Pendidikan gizi dapat

dilakukan melalui teladan dengan memberikan contoh sederhana kepada

peserta didik ( Adriani & Wijadmadi, 2012)

( Ngadiyono, 2013 membedakan pedidikan berdasarkan isi dan program

penyelenggaraannya menjadi 3 macam yaitu :


a. Pendidikan formal merupakan pendidikan resmi di sekolah- sekolah.

b. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang di peroleh melalui

hasil pengalaman, baik yang diterima dalam keluarga maupun

masyarakat.

c. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang di lakukan di

luar sekolah, penyelenggaraannya teratur, isi pendidikan tidak seluas

pendidikan formal, begitu juga dengan peraturannya.

3. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan

anak baik yang primer seperti makanan maupun sekunder. Secara tidak

langsung pendapatan dan status gizi memiliki hubungan yang erat dan

bersifat universal pada seluruh anggota keluarga yang memperhatikan

status gizi dalam rumah tangganya ( Adriaani & Wijadmadi, 2012).

Ketersediaan kebutuhan rumah tangga tergantung dari pendapatan

rumah tangga. Selain itu, pendapatan rumah tangga juga menentukan

jenis pangan yang dibeli. Contohnya, seseorang yang memiliki

pendapatan rumah tangga yang rendah akan cenderung membelanjakan

jenis makanan seperti beras, jagung dan lain-lain. Sedangkan seseorang

yang memiliki pendapatan rumah tangga yang tinggi akan cenderung

membelanjakan makanan jenis susu dan olahannya ( Adriani &

Wijatmadi, 2012)
Cristoper dalam ( Sumardi, 2011) mendefinisikan pendapatan

berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang

dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga laba dan lain sebagainya. Pendapatan

berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular

dan biasanya diterima sebagai balas atau kotra prestasi sumbernya berasal

dari :

a. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok

b. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri

c. Hak investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah.

2.3.3 Kebiasaan Makan


Menurut suhardjo (2009), bahwa kebiasaan makan mempelajari cara yang

berhubungan dengan komsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk

atau jenis pangan tertentu dimulai dari permulaan hidup dan menjadi bagian

perilaku yang berakar diantara kelompok penduduk. Kebiasaan makan yang

terbentuk selama kanak-kanak akan bertahan sampai dewasa. Anak-anak akan

memilih makanan yang sebelumnya telah mereka kenal.

Yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia

atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang

meliputi, sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan ( Khumaidi, 2008). Upaya

untuk membentuk kebiasaan makan yang baik hendaknya dilakukan sejak dini.

Lingkungan sangat besar peranannya dalam membentuk kebiasaan makan anak

( Lidiana, 2010).
Kebiasaan makan dan sosial ekonomi keluarga berperan penting dalam

pertumbuhan tinggi badan anak. Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi

pertumbuhan gizi keluarga. Anak pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah

lebih beresiko mengalami stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang

rendah, mengalami resiko terjadinya malnutrisi (fernald dan neufeld, 2007)

Berdasarkan penelitian oktari (2015), mengatakan bahwa tingkat

kecukupan energy anak stunting menurut kategori pendek dan sangat pendek

didapatkan tingkat kecukupan energi yang mengalami defisit dengan kategori

pendek sebesar 67,3% dan kategori pendek 75,0%. Berdasarkan penelitian

komsumsi rata-rata energi anak stunting sebanyak 1226,6 kkal perhari. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata komsumsi energi anak stunting dalam sehari

masih kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yang telah di anjurkan. Hal ini

dapat terjadi karena makanan yang di komsumsi sehari-hari anak stunting

belum bisa mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam sehari.

Kebiasaan makan anak, jumlah asupan yang kurang, dan frekuensi makan

makanan pokok yang di komsumsi hanya dua kali juga mengakibatkan

kebutuhan energy anak belum tercukupi.


2.3 Kerangka Teori

stunting

Komsumsi Penyakit infeksi


makanan

Tidak cukup Pola asuh anak Sanitasi dan air


persediaan tidak memadai bersih / pelayanan
pangan kesehatan

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,


kurang pemanfaatan sumber

Pengangguran, Infeksi, Kurang Pangan dan Kemiskinan

Tingkat Ekonomi, Krisis, dan Politik

Sumber : UNICEF, 1998


2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka atau

teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu kerangka konsep

ini terdiri dari variable- variable serta hubungan variable yang satu dengan yang

lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk

menganalisis hasil penelitian ( Notoadmodjo, 2012)

Sosial Ekonomi

STUNTING

Kebiasaan Makan

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan Antar Variabel


2.4 Defenisi Operasional

Table 2.2 Defenisi Operational

NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1 Stunting Stunting Dihitung Timbanga 1=-3 SD s/d <-2 SD Ordinal


merupakan dengan n dan = Stunting
kegagalan menggunaka microtoice 2=-2 SD s/d <2 SD
pertumbuhan n WHO = Normal
linear, z-score antropometri (Kemenkes, 2010)
responden
berdasarkan
tinggi badan
sesuai usia.
2 Sosial Kedudukan Wawancara Kuisioner 1=Cukup/ jika ≥ Rp. Ordinal
Ekonomi suatu individu 2.200.000 / bulan
dan keluarga 2=Kurang jika < Rp.
berdasarkan 2.200.000 / bulan
unsur-unsur (UMR Kota Padang)
ekonomi
3 Kebiasaa Frekuensi wawancara FFQ 1= sering jika > Ordinal
n Makan mengkonsumsi median
makanan 2= jarang < dari
median
(Angraini, 2009)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan social ekonomi dan Kebiasaan makan terhadap

kejadian stunting di SDN 11 Kampuang Jua Kecamatan Lubuk Begalung.

Adapun rancangan pada penelitian ini adalah menggunakan rancangan cross

sectional yaitu suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi

dengan cara mengamati hubungan social ekonomi dan kebiasaan makan terhadap

kejadian stunting pada individu dari suatu populasi pada saat penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di SDN 11 Kampuang Jua Kecamatan Lubuk

Begalung. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena pada survey awal

didapatkan beberapa murid SDN 11 Kampuang Jua memiliki tinggi badan

yang tidak sesuai dengan umurnya. Pada umumnya anak yang memiliki tubuh

pendek berasal dari kelurga yang kurang mampu secara ekonomi. Sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan social ekonomi dan

kebiasaan makan terhadap kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung.


3.2.2 Waktu

Penelitian akan dilakukan dari bulan April – Juni tahun 2019

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa SDN 11 kampuang jua yang

berjumlah 351 orang di SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

pada tahun 2019

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan metode simple random

sampling. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan

rumus yang di kemukakan oleh lameshow (1997), sebagai berikut :

( )

n= orang
Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

Z 1-α/2 =Derajad Kemaknaan Yang Digunakan (95% = 9,60)

P = Populasi Suatu kasus tertentu terdapat populasi, bila tidak diketahui

proporsinya ditetapkan 50% (0.50)

d = derajad ketetapan (presisi) 10% (0,1)

Setelah dilakuakan perhitungan berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan

sampel 75 orang.

3.4 Jenis Pengambilan Data

Pengambilan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

1. Status gizi melalui pengukuran berat badan siswa dan tinggi badan siswa

2. Data sosial ekonomi didapatkan melalui kuisioner yang telah diisi oleh

orang tua siswa

3. Kebiasaan makan didapatkan melalui metode FFQ yang diisi oleh orang

tua siswa.
3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah data dari Dinas Kesehatan Kota

Padang dan profil siswa yang mencakup nama, jenis kelamin, kelas, bulan dan

tahun lahir serta profil orang tua yang di peroleh dari sekolah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. timbangan injak (bathroom scale) untuk pengukuran berat badan siswa

2. microtoice untuk pengukuran tinggi badan siswa

3. kuisioner yang digunakan untuk mengetahui sosial ekonomi orang tua dan

kebiasaan makan. Kusioner yang digunakan terdiri dari:Identitas responden

meliputi nama responden, alamat, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan,

pendapatan, nama siswa dan jenis kelamin siswa

3.6 Pengolahan Data

Pada penelitian ini menggunakan lima langkah dalam pengolahan dan

menganalisis data yaitu:

3.6.1 Penyuntingan data (editing)

Setelah instrumen atau kusioner diisi responden, maka setiap responden di

periksa apakah sudah diisi dengan benar atau semua item sudah dijawab oleh

responden.
3.6.2 Pengkodean Data (coding)

Coding merupakan kegiatan mengubah data kedalam bentuk yang lebih

ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu, coding bertujuan untuk

mempermudah pada saat analisis dan mempercepat pemasukan data.

3.6.3 pemasukan data

Pemasukan data pada tabel untuk (master tabel) dari setiap jawaban responden

yang telah diberikan kode atau nilai dilakukan secara kompetensi.

3.6.4 Membersihkan Data

Data yang telah dibersihkan di periksa kembali untuk memastikan data

tersebut telah bersih dari kesalahan.

3.6.5 Mentabulasi Data

Mentabulasi data ke komputer dan mengolahnya, lalu data disajikan dalam

distribusi frekuensi.

3.7 Analisa Data

3.7.1 Analisa Univariat

Pada analisa univariat, angka persen dihitung menggunakan Rumus:

P=f/nx100%
Keterangan :

P= Nilai persentase Responden

f= frekuensi responden berdasarkan kategori hasil ukur

n= Jumlah skor seluruh Responden

3.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakuakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen digunakan batas bermakna atau= 0.05

dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji analisa bivariat pada penelitian ini

menggunakan uji statistik chi-square, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X2 = Chisquare

∑= Jumlah

O= Observasi

E= Nilai Expected (nilai harapan


Analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS.

a. Bila Pvalue > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antra

variable independen dengan variable dependen

b. Bila Pvalue < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

variable independen dengan variable dependen


n=

keterangan :

n= jumlah sampel yang di cari

N= jumlah populasi

d= nilai presisi (0.1) (notoatmodjo, 2012)

1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian

SDN 11 Kampung Jua berada di kecamatan Lubuk Begalung kota Padang

Provinsi Sumatera Barat. Sekolah ini mempunyai 7 ruang kelas, 1 ruang

Perpustakaan, 1 ruang guru dan 1 ruang Kepala Sekolah. Jumlah tenaga guru

yang mengajar di SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Kota

padang berjumlah sebanyak 18 orang dan jumlah murid sebnyak 410 orang.

4.2 Analisa Univariat

4.2.1 Diketahuinya Distribusi Frekuensi Status Gizi siswa SDN 11

Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Distribusi frekuensi status gizi siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Status Gizi Siswa SDN 11 Kampung Jua
Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019
NO Status Gizi F %
1 Stunting 43 57,3%
2 Normal 32 42,7%
Total 75 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui status gizi anak di SDN 11

kampung jua kecamatan lubuk begalung kota padang memiliki status gizi

normal yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase (42,7%) sedangkan

anak yang status gizinya stunting sebanyak 43 orang dengan persentase


(57,3%). Hal ini memberikan gambaran bahwa siswa SDN 11 kampung

jua Kecamatan Lubuk Begalung mempunyai masalah yang berkaitan

dengan status gizi.

4.2.2 Diketahuinya Distribusi Frekuensi pekerjaan Ayah siswa SDN 11

Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang

Distribusi frekuensi pekerjaan ayah siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.2
Diketahuinya Distribusi Frekuensi pekerjaan Ayah siswa SDN 11
Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019
NO PEKERJAAN f %
1 PNS 4 5,3%
2 Wiraswasta 31 41,3%
3 Buruh 40 53,3%
Jumlah 75 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui pekerjaan orang tua siswa SDN 11

kampung jua kecamatan lubuk begalung memiliki pekerjaan PNS

sebanyak 4 orang dengan persentase (5,3%), wiraswasta sebanyak 31

orang dengan persentase (41,3%), buruh sebanyak 40 orang dengan

persentase (53,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

orang tua siswa SDN 11 Kampung jua kecamatan lubuk begalung

memiliki perkejaan sebagai Buruh dan wiraswasta.


4.2.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Distribusi frekuensi pendidikan ibu siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Siswa SDN 11 Kampung Jua
Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019
NO Pendidikan Ibu f %
1 SD/SMP 56 74,7%
2 SMA/PT 19 25,3%
Jumlah 75 100%
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui pendidikan ibu siswa SDN 11

Kampung jua kecamatan lubuk begalung memiliki pendidikan rendah yaitu

SD/SMP sebanyak 56 orang dengan persentase (74,7%) sedangkan yang

berpendidikan tinggi SMA/PT sebanyak 19 orang dengan persentase

(25,3%). Jadi distribusi frekuensi pendidikan ibu siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung rata-rata adalah berpendidikan rendah.

4.2.4 Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Distribusi Frekuensi status sosial Ekonomi Siswa SDN 11

Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Siswa SDN 11
Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019
NO Status Sosial Ekonomi f %
1 Cukup 33 44,0%
2 Kurang 42 56,0 %
Jumlah 75 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ststus sosial ekonomi orang tua SDN

11 kampung jua kecamatan lubuk bagalung dengan status sosial ekonomi

tinggi yaitu sebnyak 33 orang dengan persentase (44%) sedangkan yang

kurang sebanyak 42 orang dengan persentase (56,0%).

Status sosial berarti kedudukan suatu individu dan keluarga

berdasarkan unsur-unsur ekonomi menurut (soekanto, 2007). Kondisi sosial

ekonomi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada hal yang

saling berhubungan yaitu adanya sumber-sumber penghasilan yang dimiliki

orang tua atau keluarga (pendapatan) yang sifatnya terbatas yang digunakan

untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik

jumlah maupun kwalitasnya ( Abdulsyni, 2012)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh status

sosial ekonomi siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tahun 2019 berstatus sosial ekonomi kurang karena separuh dari orang tua

murid berpendidikan rendah sehingga berpengaruh pada pekerjaan serta

besarnya pendapatan yang diperoleh sehingga tidak dapat memenuhi status

gizi anak.
4.2.5 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Siswa SDN 11 Kampung

Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Siswa SDN 11 Kampung Jua
Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019
No Kebiasaan Makan f %
1 Sering 36 48,0%
2 Tidak sering 39 52,0%
Jumlah 75 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi kebiasaan makan siswa

SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung diketahui bahwa siswa

yang mengkonsumsi makanan yang sering sebanyak 36 orang dengan

persentase (48,0) sedangkan yamg memiliki kebiasaan makan yang tidak

sering sebanyak 39 orang dengan persentase (52,0%).


4.3 Analisa Bivariat

4.3.1 Hubungan Pekerjaan Ayah terhadap kejadian Stunting pada siswa

SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tabel 4.7
Hubungan pekerjaan ayah terhadap kejadian stunting pada siswa
SDN 11 Kampung Jua Kecematan Lubuk Begalung
Pekerjaan Status Gizi Total Pvalue
Ayah
Stunting normal

f % F % f %
PNS 2 2,7 2 2,7 4 5,3
Wiraswasta 9 12,0 18 24,0 31 41,3
Buruh 28 37,3 12 16,0 40 53,3
Jumlah 43 57,3 32 42,7 75 100
0.048

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 75 orang

responden, hubungan pekerjaan ayah dengan kejadian stunting pada

Siswa SDN 11 Kampung jua Kecamatan Lubuk Begalung rata-rata

memiliki pekerjaan sebagai buruh sebanyak 40 orang dengan persentase

(53,3%). Berdasarkan analisa bivariat dengan uji Chi-square didapatkan

Pvalue= 0,048 yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara

pekerjaan ayah dengan status gizi siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung (p<0,05)


4.3.2 Hubungan pendidikan ibu dengan kejadian Stunting pada siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tabel 4.8
Hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada siswa SDN
11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Pendidikan Status Gizi Total Pvalue


Ibu Pendek normal

F % f % f %
SD/SMP 30 40,0 26 34,7 56 74,7
SMA/PT 13 14,7 6 12,0 19 25,3
Jumlah 43 57,3 32 42,7 75 100 0,388

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 75 responden hubungan

pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada siswa SDN 11 kampung

jua kecamatan lubuk begalung rata-rata pendidikan ibu rendah yaitu 56

orang dengan persentase (74,7%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-

square tidak terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status gizi

siswa SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung dengan

pendidikan ibu Pvalue=0,388 (p>0,05)

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh nuris,

2014 yang mendaptkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.


4.3.3 Hubungan pendapatan keluarga dengan Status Gizi pada siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tabel 4.9
Hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada
siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Pendapatan Status Gizi Total Pvalue


keluarga
Stunting Normal
F % f % f %
Cukup 11 14,7 22 29,3 33 44,0
Kurang 32 42,7 10 13,3 42 56,0
Jumlah 43 57,3 32 42,7 75 100
0,000
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 75 responden hubungan

antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting dengan pendapatan

cukup rendah sebanyak 42 orang dengan persentase (56,0%). Berdasarkan

uji statistic Chi-square didapatkan hubungan antara pendapatan orang tua

dengan status gizi siswa SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung

dengan pendapatan orang tua Pvalue=0,000 (<0,005)

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapatan Sulistyoningsih

(2011) bahwa meningkatnya pendapatan pangan dengan kualitas dan

kuantitas yang lebih baik, sebaiknya jika pendapatan menurun akan

menyebabkan sulit mendapatkan pangan baik secara kualitas dan

kuantitas.
4.3.4 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Stunting Pada siswa

SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tabel 4.10
Hubungan kebiasaan makan dengan kejadian Stunting pada siswa
SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Kebiasaan Status Gizi Total Pvalue


makan
Pendek Normal

F % f % f %
Sering 15 20,0 21 28,0 36 48,0
Tidak Sering 28 37,3 11 14,7 39 52,0
Jumlah 43 57,3 32 42,7 75 100 0,016

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 75 responden hubungan

antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada siswa SDN 11

kampung jua kecamatan lubuk begalung yang mempunyai kebiasaan

makan yang jarang sebanyak 39 orang dengan persentase (52%) dan yang

sering sebanyak 36 orang dengan persentase (48,0%). Berdasarkan uji

statistic Chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara

kebiasaan makan dengan status gizi siswa SDN 11 kampung jua

kecamatan lubuk begalung dengan kejadian stunting Pvalue=0,016

(<0,005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

aramico,dkk (2013) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara kebiasaan makan anak dengan status gizi stunting.


4.4 Pembahasan

4.4.1 Status Gizi siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden

diketahui status gizi anak di SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk

begalung kota padang memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 32 orang

dengan persentase (42,7%) sedangkan anak yang status gizinya stunting

sebanyak 43 orang dengan persentase (57,3%). Hal ini memberikan

gambaran bahwa siswa SDN 11 kampung jua Kecamatan Lubuk Begalung

mempunyai masalah yang berkaitan dengan status gizi.

Pada penelitian ini status gizi siswa dilakukan dengan pengukuran cara

antropometri dengan indeks tinggi badan menurut umur ( TB/U) yang

diukur dengan menggunakan mikrotoise. Penentuan klasifikasi status gizi

menggunakan tabel z score sebagai batas ambang dengan kategori dibagi

menjadi kategori status gizi sangat pendek, status gizi pendek, status gizi

Normal dan status gizi tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status Gizi siswa SDN 11

Kampung jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019 masih banyak siswa

yang mengalami status gizi stunting. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

mendaptakan asupan zat gizi yang kurang mendapatkan asupan makanan

yang bergizi, bisa disebabkan oleh orang tuanya, tingkat pengatahuan

orang tua yang rendah tenang makanan yang bergizi bagi anak usia
sekolah, serta cara pemilihan dan penyajian makanan yang kurang

diperhatikan.

4.4.2 Pekerjaan Ayah siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk

Begalung Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden

dapat diketahui pekerjaan orang tua siswa SDN 11 kampung jua kecamatan

lubuk begalung memiliki pekerjaan PNS sebanyak 4 orang dengan

persentase (5,3%), wiraswasta sebanyak 31 orang dengan persentase

(41,3%), buruh sebanyak 40 orang dengan persentase (53,3%). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata orang tua siswa SDN 11

Kampung jua kecamatan lubuk begalung memiliki perkejaan sebagai

Buruh dan wiraswasta.

Manusia adalah makhluk yang berkembang dan makhluk yang

aktif. Manusia disebut sebagai makhluk yang suka bekerja, manusia

bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari pakaian,

sandang, papan serta memenuhi kebutuhan sekunder seperti pendidikan,

tinggi, kendaraan, alat hiburan dan sebagainya ( Mulyanto, 2013)

4.4.3 Pendidikan Ibu siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamtan Lubuk

Begalung Tahun 2019

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 75 responden

diketahui pendidikan ibu siswa SDN 11 Kampung jua kecamatan lubuk

begalung memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 56 orang dengan

persentase (74,7%) sedangkan yang berpendidikan tinggi sebanyak 19


orang dengan persentase (25,3%). Status sosial ekonomi juga dapat di

tunjukkan oleh tingkat pendidikan, keluarga yang mempunyai pendidikan

tinggi dia mempunyai pengetahuan yang baik dalam mengatur pola hidup,

sehingga cenderung akan memberikan asupan gizi yang baik untuk anak-

anaknya. Sedangkan orang tua yang mempunyai pengetahuan kurang

mereka tidak terlalu memperhatikan asupan yang sehat, khususnya dalam

makanan. Kebiasaan makan suatu keluarga biasanya diatur oleh ibu. Oleh

sebab itu, ibu diharapkan memiliki pendidikan yang tinggi dan

pengetahuan dasar tentang gizi seperti menyusun menu yang baik,

kebersihan bahan makanan, pengolahan bahan dan lain sebagainya.

Pendidikan gizi dapat dilakukan melalui teladan dengan memberikan

contoh sederhana kepada peserta didik ( Adriani & Wijadmadi, 2012)

4.4.4 Pendapatan keluarga siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk

Begalung Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden

diketahui status sosial ekonomi orang tua SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019 dengan status sosial ekonomi

cukup yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase (44%) Sedangkan yang

berpendidikan kurang sebanyak 42 orang dengan persenrase (56,0%).

Status sosial berarti kedudukan suatu individu dan keluarga

berdasarkan unsur-unsur ekonomi menurut (soekanto, 2007). Kondisi

sosial ekonomi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada hal

yang saling berhubungan yaitu adanya sumber-sumber penghasilan yang


dimiliki oleh orang tua atau keluarga ( pendapatan) yang sifatnya terbatas

yang digunakan untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan keluarga yang

tidak terbatas baik jumlah maupun kwalitasnya (Abdulsyah, 2012)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Memiliki orang tua yang

berpendapatan rendah. Hal ini juga dipicu dari pendidikan orang tua yang

rendah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak serta

penghasilan yang cukup.

4.4.5 Kebiasaan Makan siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk

Begalung Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui kebiasaan

makan siswa SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung diketahui

bahwa siswa Yang mengkonsumsi makanan yang sering sebanyak 36 orang

dengan persentase (48,0) sedangkan yamg memiliki kebiasaan makan yang

tidak sering sebanyak 39 orang dengan persentase (52,0%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa

SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung memiliki kebiasaan

makan yang jarang.

4.4.6 Hubungan antara pekerjaan ayah dengan kejadian stunting pada

siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden untuk

menentukan hubungan antara pekerjaan ayah terhadap kejadian stunting

pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung pekerjaan


orang tua rata-rata sebagai buruh dengan persentase (44,0%). Berdasarkan

analisa bivariate dengan uji statistic chi-square didapatkan (Pvalue = 0,049)

yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara

pekerjaan ayah dengan kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019.

4.4.7 Hubungan antara pendidikan Ibu dengan kejadian stunting pada

siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung 2019

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden untuk

menentukan hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada siswa

SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung yaitu rata-rata pendidikan

ibu rendah sebanyak 56 orang dengan persentase (74,7%). Berdasarkan

hasil uji statisti Chi-square tidak terdapat hubungan yang tidak bermakna

antara status gizi siswa SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung

dengan pendidikan ibu Pvalue=0,388 (p>0,05)

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh nuris,

2014 yang mendaptkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.

Pendidikan dapat memepengaruhi proses belajar seseorang,

semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah menerima informasi

yang ada. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak

pengetahuan yang didapat termasuk informasi mengenai kesehatan. Namun

seseorang yang berpendidikan rendah belom tentu berpengetahuan rendah

pula (widayatu, 2014)


Tingkat pendidikan terhadap kejadian stunting dapat terjadi secara

tidak langsung diantaranya dengan pengetahuan yang membentuk perilaku

ibu dalam mengasuh anaknya . perilaku sendiri berdasarkan Notoadmodjo

(2005) dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik

akan menciptakan sikap yang baik dan apabila sikap tersebut dinilai sesuai,

maka akan muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri

didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal

maupun media (non formal). Apabila ibu memiliki pola asuh yang baik

akan cenderung memiliki anak yang berstatus gizi baik pula, sebaliknya

apabila ibu dengan pola asuh yang kurang baik maka cenderung memiliki

anak dengan status gizi yang kurang. (Ayunda, 2014).

4.4.8 Hubungan antara pendapatan orang tua terhadap kejadian stunting

pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung tahun

2019

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden untuk

menentuka hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting

dengan pendapatan kurang sebanyak 42 orang dengan persentase (56,0%).

Berdasarkan uji statistic Chi-square didapatkan hubungan antara

pendapatan orang tua dengan status gizi siswa SDN 11 kampung jua

kecamatan lubuk begalung dengan pendapatan orang tua Pvalue=0,000

(<0,005)

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapatan Sulistyoningsih

(2011) bahwa meningkatnya pendapatan pangan dengan kualitas dan


kuantitas yang lebih baik, sebaiknya jika pendapatan menurun akan

menyebabkan sulit mendapatkan pangan baik secara kualitas dan kuantitas.

Menurut (adriani, 2013) salah satu penyebab tidak langsung dari

status gizi kurang adalah status sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan orang dengan pendidikan tinggi semakin besar

peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan dan pengasilan yang cukup

supaya bisa berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan

sehat. Sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang tua selalu sibuk bekerja

sehingga tidak tertarik untuk memperhatikan masalah yang dihadapi anak-

anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut benar-benar

membutuhkan kasih sayang orang tua. Status sosial ekonomi juga sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, apabila akses pangan

ditingkat rumah tangga terganggu terutama akibat kemiskinanan maka

penyakit kurang gizi (malnutrisi) pasti akan muncul.

Sosial ekonomi merupakan salah satu parameter kesejahteraan

seseorang selain itu merupakan indikator daya beli seseorang terhadap

sesuatu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah (2015)

menyatakan bahwa kelompok anak dengan stunting memiliki pendapatan

dibawah UMR dibandingkan pada kelompok yang memiliki pendapatan

diatas UMR. Penghasilan keluarga terkait dengan penyedian pangan namun

kondisi ini pun jika tidak bersamaan dengan pengetahuan mengenai gizi

maka tidak dapat meningkatkan kualitas suatu gizi pada anak.


4.4.9 Hubungan antara kebiasaan makan siswa SDN 11 Kampung jua

dengan kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung tahun 2019

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 75 responden hubungan

tentang hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada

siswa SDN 11 kampung jua kecamatan lubuk begalung yang mempunyai

kebiasaan makan yang jarang sebanyak 39 orang dengan persentase (52%)

dan yang sering sebanyak 36 orang dengan persentase (48,0%).

Berdasarkan uji statistic Chi-square didapatkan hubungan yang bermakna

antara kebiasaan makan dengan status gizi siswa SDN 11 kampung jua

kecamatan lubuk begalung dengan kejadian stunting Pvalue=0,016

(<0,005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

aramico,dkk (2013) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara kebiasaan makan anak dengan status gizi stunting.

Dalam penelitian waladaw (2012) bahwa kebiasaan makan yang

baik belum tentu makanan nya terkandung asupan gizi yang benar. Banyak

anak yang memiliki kebiasaan makan yang baik tapi tidak memenuhi syarat

gizi seimbang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stunting banyak

terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan yang kurang. Hal ini

disebabkan ibu yang kurang memperhatikan dalam pemberian makan

anaknya. Anak-anak sering bermain sehingga sering melupakan waktu

makan. Tetapi anak-anak suka mengkonsumsi makanan ringan yang di jual


di warung terdekat. Sehingga anak-anak jarang melakukan sarapan. Rata-

rata anak mengkonsumsi makanan hanya makan dengan lauk pauk saja

karena banyak anak yang tidak menyukai sayur dan jarang memakan buah-

buahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak siswa SDN 11

Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang menyukai sayur

dan hanya menyukai beberapa sayur saja itu pun tidak sering di

komsumsi. Sama juga dengan mengkonsumsi buah-buahan sebagian anak

banyak yang tidak sering mengkonsumsinya. Mengkonsumsi sayur dan

buah-buahan sebaiknya bervariasi sehingga diperoleh beragam sumber

vitamin ataupun mineral serta serat. Umumnya makanan jajanan yang

sering dikonsumsi siswa adalah makanan gorengan dan makanan ringat

lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian Hubungan Sosial Ekonomi dan Kebiasaan Makan terhadap

kejadian stunting pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung

tahun 2019 dapat diambil kesimpulan :

1. Distribusi frekuensi status gizi pada siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan

Lubuk Begalung terdapat status gizi normal yaitu sebanyak 32 orang dengan

persentase (42,7%) sedangkan anak yang status gizi stunting sebanyak 43

orang dengan persentase (57,3%).

2. Distribusi frekuensi pekerjaan orang tua memiliki pekerjaan PNS sebnyak 4

orang dengan persentase (5,3%), wiraswasta sebanyak 31 orang dengan

persentase (41,3 %), buruh sebanyak 40 orang dengan persentase (53,3%)

3. Distribusi frekuensi pendidikan ibu siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan

Lubuk Begalung memiliki pendidikan rendah sebanyak 56 orang dengan

persentase (74,7%) sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 19

orang dengan persentase (25,3%).

4. Distribusi Frekuensi pendapatan orang tua SDN 11 kampung jua kecamatan

lubuk bagalung dengan status sosial ekonomi tinggi yaitu sebnyak 33 orang

dengan persentase (44,0%) sedangkan yang kurang sebanyak 42 orang dengan

persentase (56,0%).

5. Distribusi frekuensi kebiasaan makan siswa SDN 11 Kampung Jua

Kecamatan Lubuk Begalung dengan kebiasaan makan diketahui bahwa


mengkonsumsi makanan yang sering sebanyak 36 orang dengan persentase

(48,0) sedangkan yang memiliki kebiasaan makan yang tidak sering sebanyak

39 orang dengan persentase (52,0%)

6. Terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi siswa SDN 11

Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Pvalue=0,048 (p>0,05)

7. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Pvalue=0,388(p>0.005)

8. Terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan status gizi siswa SDN

11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Pvalue=0,000(p>0.005)

9. Terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi siswa SDN 11

Kampung jua Kecamatan Lubuk Begalung Pvalue=0,016(p>0.005)


5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Pihak Sekolah

Bagi pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru agar lebih memperhatikan

jajanan dan makanan yang disediakan disekolah Karena sangat berpengaruh

pada status gizi anak.

5.2.2 Bagi orang tua

Bagi orang tua agar memperhatiakan pemberian makan kepada anak agar

status gizi anak selalu normal

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan

untuk melihat variable-variabel lain yang berhubungan dengan status gizi

anak usia sekolah


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2012. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.
Adriani, M. B. 2013. Penerapan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Almatsier, S, Soetardjo, S, & Soekatri, M. 2011. Gizi seimbang dalam daur
kehidupan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Umum
Almatsier, Sunita. 2013. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Umum
Angraini, F. 2008. Hubungan antara gaya hidup dengan status kesehatan tahun
2008, skripsi fakultas kedokteran Indonesia: Jakarta
Amrico, dkk 2013. Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan, dengan
stunting pada siswa sekolah dasar di kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh
Tengah. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia
Briend, A. Khara, T. & Dolan. C. 2015 Wasting and stunting similarities and
differences. Policy and programer Implications Food and Nutrition Bulletin 35.
Farida. 2010. Metode Penentuan Status Gizi Langsung dan Tidak Langsung. Makalah
disajikan pada penelitian penilaian Status Gizi di Bogor, tanggal 22 November
2010.
Fernald, L C & Neufeld L, M 2007. Overwight with concurrent stunting in very
young chidren from Rural maxico.: prevalence and associated factor, European
Journal of clinical Nutrition 2007:623-632
Hardiansyah & Supariasa, D. N. 2016 Ilmu Gizi Teori & Aplikasi, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran: EGC
Haryati, T. S & Jahari, A. B. 2012. Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya
dengan Status Gizi dan Morbiditas balita. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 40.
No.1.

Hariyanti & Trityanti, 2007. Penilaian Status Gizi. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kemenkes 2013. Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Kementrian RI, 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI
M. T. Ritongga, 2007. Pelajaran Akutansi untuk SMU. Edisi 1. Jakarta: Erlangga

Mulyanto Sumardi, 2013. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku


Menyimpang. CV . Rajawali, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta : 2010

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni Edisi Revisi. Jakarta :
Cipta, 2012.
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rinerka Cipta

Puspitasari D. Sudargo T. Gumayanti IL. 2011. Hubungan Antara Status Gizi dan
Faktor Sosiodemografi dengan Kemampuan Kognitif Anak Sekolah Dasar.
Gizi Indonesia.
Soekanto, Soerjono, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Suharjo, 2009. Perencanaan Penggandaan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara

Sulastri. D. 2012. Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar
Dikecamatan Lubuk Kilang Kota Padang. Majalah Kedokteran Universitas
Andalas No. 1.
Supriasa, D. N, Bakri, B. & Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
UMR kota padang tahun 2019. Pendapatan sosial ekonomi
UNICEF 2013. The State Of The World Children. New York Oxford University Press.

WHO, 2013. Child Grow Indikator And Their Interperetion.


LAMPIRAN I

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini,saya :

Nama Ibu : ………………………………………………….

Nama Anak : ………………………………………………….

TTL/ anak umur anak : ………………………………………………….

Alamat : …………………………………………………..

No.Telpon/Hp : …………………………………………………..

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul


„‟Hubungan Sosial Ekonomi dan Kebiasaan Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada
Siswa SD N 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung‟‟ yang akan dilakukan
oleh :

Nama : Riza Putri

Alamat : Simpang Kalumpang

Jurusan : Program Studi DIII Gizi STIKes Perintis Padang

No. Hp : 082384102301

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesumgguhnya tanpa ada paksaan dari
siapapun.

Padang, juni 2019

Peneliti Responden

( ) ( )
Lampiran II

Kuesioner Hubungan Sosial Ekonomi dan Kebiasaan Makan Tehadap Kejadian

Stunting Pada Siswa SDN 11 Kampung Jua Kecamatan Lubuk Begalung Tahun 2019

1. Karakteristik Status Sosial Ekonomi Keluarga

Identitas Orang Tua

1. Nama ayah : ................................................................

2. Nama Ibu : ................................................................

3. Nama Anak :................................................................

4. Umur Anak : ...............................................................

5. Pendidikan Ibu : ...............................................................

a. SD

b. SMP/SLTP

c. SMA/SLTA

d. PT

6. Pekerjaan Ayah

a. PNS

b. Wiraswasta

c. Buruh

d. IRT

e. Lainnya

7. Penghasilan Keluaraga/ Bulan : RP……………………….


2. Karakteristik anak SD

Nama :

Tempat Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Tinggi Badan :

Berat Badan :
Lampiran III
Food Frequency Question

Jenis Bahan Frekuensi Makanan


Makanan
>1x 4- 1-3x/minggu 1-2 x/sebulan Tidak
sehari 6x/minggu Pernah

Makanan pokok
a. Nasi
b. Mie
c. Jagung
d. Singkong
e. Roti

Sumber Protein
a. Daging
b. Ikan
c. ayam
d. Telur
e. Tahu
f. Tempe

Sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Daun
singkong
d. Brokoli
e. Mentimun
f. Selada
Buah
a. Apel
b. Jeruk
c. Pisang
d. Semangka
e. Papaya

Jajanan
a. Susu
b. Bakso
c. Gorengan
d. Chiki
e. Permen
f. Ice crem
FREQUENSI

Jenis Kelamin
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid laki-laki 34 45.3 45.3 45.3
perempua
41 54.7 54.7 100.0
n
Total 75 100.0 100.0

Pekerjaan Ayah
Cumulati
Valid ve
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 4 5.3 5.3 5.3
Wiraswasta 31 41.3 41.3 46.7
Buruh 40 53.3 53.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Pendidikan Ibu
Freque Valid Cumulative
ncy Percent Percent Percent
Valid SD/SMP 56 74.7 74.7 74.7
SMA/PT 19 25.3 25.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
Pendapatan Keluarga
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cukup≥
33 44.0 44.0 44.0
2.200.000/bulan
Kurang <
42 56.0 56.0 100.0
2.200.000/bulan
Total 75 100.0 100.0

Frekuensi Kebiasaan Makan


Cumulat
Valid ive
Frequency Percent Percent Percent
Valid sering jika > median
36 48.0 48.0 48.0
(56)
tidak sering< median
39 52.0 52.0 100.0
(56)
Total 75 100.0 100.0

Status Gizi Siswa


Cumulat
Valid ive
Frequency Percent Percent Percent
Valid -3SD s/d <-2 SD=
43 57.3 57.3 57.3
stunting
-2SD-2SD =normal 32 42.7 42.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
CROSSTABS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan ayah * status gizi


75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
siswa

Pekerjaan Ayah * Status Gizi Siswa Crosstabulation

status gizi siswa

-3SD s/d <-2 -2SD-2SD


SD= stunting =normal Total

pekerjaan ayah PNS Count 2 2 4

% within pekerjaan
50.0% 50.0% 100.0%
ayah

% of Total 2.7% 2.7% 5.3%

Wiraswasta Count 13 18 31

% within pekerjaan
41.9% 58.1% 100.0%
ayah

% of Total 17.3% 24.0% 41.3%

Buruh Count 28 12 40

% within pekerjaan
70.0% 30.0% 100.0%
ayah

% of Total 37.3% 16.0% 53.3%


Total Count 43 32 75

% within pekerjaan
57.3% 42.7% 100.0%
ayah

% of Total 57.3% 42.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. Point
Value Df (2-sided) sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 5.716 2 .057 .058
Likelihood Ratio 5.773 2 .056 .077
Fisher's Exact Test 5.787 .048
Linear-by-Linear b
4.337 1 .037 .050 .029 .018
Association
N of Valid Cases 75

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.
b. The standardized statistic is -2.082.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan ibu * status gizi


75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
siswa

Pendidikan Ibu * Status Gizi Siswa Crosstabulation

status gizi siswa

-3SD s/d <-2 -2SD-2SD


SD= stunting =normal Total

pendidikan ibu SD/SMP Count 30 26 56

% within pendidikan ibu 53.6% 46.4% 100.0%

% of Total 40.0% 34.7% 74.7%

SMA/PT Count 13 6 19

% within pendidikan ibu 68.4% 31.6% 100.0%

% of Total 17.3% 8.0% 25.3%


Total Count 43 32 75

% within pendidikan ibu 57.3% 42.7% 100.0%

% of Total 57.3% 42.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. Point
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 1.279 1 .258 .295 .195
b
Continuity Correction .744 1 .388
Likelihood Ratio 1.307 1 .253 .295 .195
Fisher's Exact Test .295 .195
Linear-by-Linear c
1.262 1 .261 .295 .195 .116
Association
N of Valid Cases 75

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.11.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -1.123.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendapatan keluarga *
75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
status gizi siswa
Pendapatan Keluarga * Status Gizi Siswa Crosstabulation

status gizi siswa

-3SD s/d <-


2 SD= -2SD-2SD
stunting =normal Total

pendapatan keluarga Cukup≥ 2.200.000/bulan Count 11 22 33

% within
pendapatan 33.3% 66.7% 100.0%
keluarga

% of Total 14.7% 29.3% 44.0%

Kurang< 2.200.000/bulan Count 32 10 42

% within
pendapatan 76.2% 23.8% 100.0%
keluarga

% of Total 42.7% 13.3% 56.0%


Total Count 43 32 75

% within
pendapatan 57.3% 42.7% 100.0%
keluarga

% of Total 57.3% 42.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 13.876 1 .000 .000 .000
b
Continuity Correction 12.179 1 .000
Likelihood Ratio 14.238 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear c
13.691 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 75
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.08.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -3.700.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

frekuensi kebiasaan makan


75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
* status gizi siswa

Frekuensi Kebiasaan Makan * Status Gizi Siswa Crosstabulation

status gizi siswa

-3SD s/d -2SD-


<-2 SD= 2SD
stunting =normal Total

frekuensi kebiasaan makan sering jika > median (56) Count 15 21 36

% within
frekuensi
41.7% 58.3% 100.0%
kebiasaan
makan

% of Total 20.0% 28.0% 48.0%

tidak sering< median (56) Count 28 11 39

% within
frekuensi
71.8% 28.2% 100.0%
kebiasaan
makan

% of Total 37.3% 14.7% 52.0%


Total Count 43 32 75

% within
frekuensi
57.3% 42.7% 100.0%
kebiasaan
makan

% of Total 57.3% 42.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value Df (2-sided) sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 6.946 1 .008 .011 .008
b
Continuity Correction 5.769 1 .016
Likelihood Ratio 7.050 1 .008 .011 .008
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear c
6.854 1 .009 .011 .008 .006
Association
N of Valid Cases 75

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.36.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -2.618.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai