Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimiamelibatkan bahan baku yang berbeda
wujudnya, baik berupa padatan, gas maupuncairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri
dapat terjadi dalam faseganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson
1996).Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan,namun terdapat
satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung, maka salah satu atau lebih bahan
baku (reaktan) akan berpindah darialiran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju
aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.Absorpsi gas-cair merupakan
proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang
biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi
dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antar fase, lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan,
tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan- bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi
berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reaktor
tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung (
bubble column
). Proses absorpsi gas-cair dapatditerapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang
masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutangas dalam
cairan, seperti H
SO
, HCl, HNO
dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsiyang disertai dengan reaksi kimia order 2
antara CO
2
dan ion OH
membentuk ionCO
32-
dan H
dengan
CO
32-
membentuk ionHCO3
biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekar dan Sharma, 1972). Namun, menurut Rehm
et al
. (1963) proses ini juga bisa dianggap mengikutireaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup
rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelanhidrodinamika reaktor dan reaksi
kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu modelmatemátika merupakan bentuk penyederhanaan dari
proses sesungguhnya didalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972).
Reaksikimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium denganmempertimbangkan
kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi, peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan
analisis, dan ketelitian