Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

1. Pengertian umum darah

Darah merupakan medium transport tubuh. Volume darah manusia

sekitar 7 % - 10 % dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.

Keadaan darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia,

pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani, Wiwik,

Haribowo, 2008). Fungsi darah di dalam tubuh manusia adalah sebagai alat

pengangkut air, pengangkut oksigen dan membawa sari makanan untuk

disebarkan keseluruh tubuh (D’Hiru, 2013).

2. Komponen darah

Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang

merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan

protein darah dan butir – butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari

komponen – komponen sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)

dan trombosit (Bakta, 2006).

Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah.

Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan

pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya di

dalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja.

Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan

4
5

trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha

dan Hoffbrand, 2006).

B. Eritrosit

1. Definisi umum eritrosit

Eritrosit merupakan sel yang terbanyak dalam darah perifer. Jumlah pada

orang dewasa normal berkisar antara 4-6 juta sel/ul. Eritrosit mempunyai

bentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron yang memberi gambaran

seperti cincin pada sediaan hapus darah tepi (Kosasih, Kosasih,2008).

Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel

secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya

kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung zat yang disebut

hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan

ribosom, tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel atau

pembentukan protein (Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).

Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen dari paru ke jaringan dan

membantu pembuangan karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh

metabolisme jaringan tubuh (Sofro, 2012). Eritrosit mempunyai kemampuan

khusus untuk melakukan fungsi ini karena kandungan hemoglobinnya tinggi.

apabila tidak ada hemoglobin kapasitas pembawa oksigen darah dapat

berkurang sampai 99% dan tentunya ini tidak mencukupi metabolisme tubuh.

Fungsi penting hemoglobin adalah mengikat dengan mudah dan reverbel,

akibatnya oksigen yang langsung terikat dalam paru diangkut sebagai


6

oksihemoglobin dalam darah arterial, dan langsung terurai dari hemoglobin

dalam jaringan (Muttaqin, 2009).

2. Komponen eritrosit

a. Membran eritrosit.

Membran eritrosit terdiri dari protein (50%), lipid (40%) dan

karbohidrat (10%), lipid yang terdiri dari 2 lapis (bilayer) menjamin

kontinuitas membran eritrosit. Lipid pada eritrosit terdiri dari kolesterol dan

phospolipid dalam proporsi yang sama (Soemantri, Setiati, 2009).

b. Sistem enzim : Enzim G6PD (glucose 6-phosphatedehydrogenase).

c. Hemoglobin, komponennya terdiri atas : heme yang merupakan gabungan

protoporfiri dengan besi, globin merupakan bagian protein yang terdiri atas

rantai alfa dan rantai beta.

Molekul hemoglobin terdapat sekitar 300 molekul dalam setiap sel

darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram

hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Tugas akhir

hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan hidrogen serta

membawanya ke paru tempat zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin

(Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).


7

3. Produksi eritrosit (eritropoesis)

Empat puluh lima sampai enam puluh persen darah terdiri atas sel-sel

darah terutama eritrosit. Lekosit dan trombosit walaupun secara fungsional

sangat esensial, hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah secara

keseluruhan (Hoffbrand, 2006). Proses eritropoiesis pada orang dewasa

terutama terjadi di dalam sumsum tulang. Sistem eritrosit menempati 20% -

30% bagian dalam sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah

(Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).

Eritrosit yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah

pronormoblas yang pada pewarnaan Romanowsky merupakan sel besar dengan

sitoplasma biru tua, nukleus ditengah dengan nukleoli dan kromatin yang

sedikit mengelompok. Pronormoblas berkembang menjadi normoblas basofil

yang mulai mensintesis hemoglobin yang selanjutnya menjadi normoblas

polikromatoid. Inti sel selanjutnya menyusut sedang hemoglobin dibentuk

dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblas asidofil.

Sitoplasma pada normoblas asidofil telah berisi dengan hemoglobin, inti

menjadi sangat kecil dan dibuang, kemudian retikulum endoplasma

direabsorbsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit (Sacher dan

Mcpherson, 2004). Produksi eritrosit normal pada sumsum tulang memerlukan

besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan

tembaga (Handayani, Haribowo, 2008).


8

Gambar 1: eritropoiesis

Eritrosit dideskripsikan secara klinis menurut ukuran dan jumlah

hemoglobin di dalam sel. Akhiran “sitik” menggambarkan ukuran dan akhiran.

Kromik menggambarkan konsentrasi hemoglobin dalam sel (Cowrin, 2009).

Secara garis besar dapat disimpulkann bahwa perubahan morfologi sel

selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat

dikelompokan kedalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut,

a. Ukuran sel semakin mengecil akibat mengecilnya inti sel.

b. Inti sel menjadi semakin padat dan akhirnya akan dikeluarkan pada

tingkatan eritroblas asidosis.

c. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti hilangnya RNA

(ribonucleic acid) dari dalam sitoplasma sel (Handayani, Haribowo, 2008).


9

4. Lama hidup eritrosit

Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata – rata selama 120 hari.

Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan (senescence) kemudian

dikeluarkan melalui sirkulasi oleh sistem RES (retikulo endothelial sitema).

Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (120 hari) maka proses ini

disebut sebagai hemolisis (Bakta, 2006).

5. Faktor gangguan eritrosit

Jumlah normal eritrosit pada orang dewasa kira – kira 11,5 – 15 gram

dalam 100 cc darah. Jumlah eritrosit yang lebih tinggi dari nilai normal berarti

mengindikasikan adanya penyakit jantung congenital, penyakit jantung – paru,

dehidrasi penyakit ginjal dengan produksi erithropoietin yang tinggi dan

fibrosis paru pada jumlah eritrosit yang lebih rendah dari normalnya

mengindikasikan adanya penyakit anemia, perdarahan, kegagalan/kerusakan

sumsum tulang, leukemia, kurang gizi (besi, folat, vitamin B-12, vitamin B-60,

hemolisis, kekurangan erythropoietin, hemolisis dari reaksi transfuse, multiple

myeloma (Fawcett, 2002).

Bentuk sel darah dalam keadaan normal dapat berubah-ubah, sifat ini

memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan.

Apabila sel darah merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka sel tersebut

tidak dapat bertahan selama peredarannya dalam sirkulasi (Handayani,

Haribowo, 2008).
10

6. Destruksi eritrosit

Proses destruksi eritrosit yang terjadi karena proses penuaan disebut

proses senescence, sedangkan destruksi patologik disebut hemolisis. Hemolisis

dapat terjadi intravaskuler, dapat juga ekstravaskuler, terutama pada sistem

RES, yaitu limfa dan hati. (Bakta, 2006)

C. Donor Darah

1. Definisi donor darah

Donor darah adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya untuk

orang lain yang membutuhkan, dimana jumlah darah yang diambil sekitar 450

ml untuk donor standar. Bagi pendonor yang berat badannya kurang dari 50 kg

hanya boleh mendonorkan darahnya sesuai berat badannya (Handayani,

Haribowo, 2008).

2. Komplikasi donor darah

a. Perdarahan hebat pada tempat tusukan vena donor akibat kelainan

perdarahan pada donor, atau akibat kesalahan teknis seperti tekanan

tornikuet yang terlalu tinggi.

b. Pingsan, biasanya keadaan ini sering terjadi dan ada hubungannya dengan

faktor emosi serta akibat hilangnya volume darah maka dapat terjadi

hipotensi dan pingsan (donor yang tampak pucat atau mengeluh akan

pingsan maka harus segera baringkan atau duduk dengan kepala lebih

rendah dari lutut). Perawat harus mengawasi donor ini kurang lebih selama

30 menit.
11

c. Nyeri dada, dapat terjadi pada klien yang tidak diduga menderita penyakit

arteri coroner.

d. Kejang, dapat terjadi pada klien dengan epilepsi (Komandoko, 2013)

3. Respon hematopoiesis terhadap donor

Saat donor darah, jika ada pendonor yang pingsan kemungkinan ada

hubungannya dengan faktor emosi serta akibat hilangnya volume darah

(komandoko, 2013). Timbulnya simtomatologi sekunder hipovolumia dan

hipoksemi sehingga timbul mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan

diri. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaphoresis (keringat

dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat.

Peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan oksigen

oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari

sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Degruchy,

1978).

Seseorang yang telah melakukan donor darah, darah dalam tubuh

pendonor berkurang sesaat setelah mendonorkan darah, yakni berkurang antara

250 hingga 500 cc. Jumlah sel darah menjadi berkurang yang akan langsung

ditanggapi sumsum tulang belakang dengan memproduksi sejumlah sel darah

untuk mengganti sel yang berkurang itu (Sacher, Mcpherson,2004).

pengaruh donor darah terhadap sel darah merah (eritrosit) sebagai berikut :

a. Seseorang yang medonorkan darahnya maka jumlah darah dalam tubuh

akan berkurang, seiring berkurangnya jumlah darah maka jumlah sel darah

merah juga ikut berkurang (Komandoko, 2013). Jumlah eritrosit yang


12

berkurang karena mendonorkan darahnya akan merespon ke sumsum tulang

untuk memproduksi sel-sel normal yang baru dengan bantuan kapasitas

eritropoietin untuk mempercepat produksi sel darah merah. Proses

eritropoiesis ini memerlukan zat-zat gizi dan mineral (terutama besi, asam,

folat, dan vitamin B12) apabila sumsum tulang mampu merspon, produksi

sel darah merah akan menigkat. terbentuknya sel yang normal

membutuhkan waktu 1 hingga 2 hari dalam bentuk retikulosit dan rata-rata

selama 120 hari beredar dalam bentuk matang eritrosit (Sacher, dan

Mcpherson, 2004).

4. Manfaat donor darah

Kegiatan donor darah yang digalangkan oleh PMI memiliki maanfaat

bagi kesehatan terhadap seorang responden yang mengikuti kegiatan tersebut,

namun banyak orang yang belum mengetahui manfaat dari kegiatan donor

darah tersebut, yang diantaranya yaitu:

a. Seorang pendonor dapat mengetahui golongan darah meski banyak orang

yang telah mengetahui golongan darahnya, namun tidak tertutup

kemungkinan bagi calon pendonor yang belum mengetahuinya .

b. Mendeteksi diri dari berbagai penyakit serius karena sebelum melakukan

pendonoran, calon pendonor mendapatkan pemeriksaan ketat yang

ditetapkan petugas media yang menangani kegiatan donor darah tersebut.

pemeriksaan itu berhubungan dengan berbagai jenis penyakit, semisal

HIV yang dapat menyebabkan AIDS, penyakit hepatitis B, hepatitis C,

sipilis, dan malaria. Mendapatkan pemeriksaan secara teratur tanpa


13

dipungut biaya. Setiap kali akan mendonorkan darahnya, calon pendonor

akan di periksa kesehatannya terlebih dahulu.

c. Menurunkan resiko penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke,

dan penyakit pembuluh darah lainnya). Berdasarkan hasil penelitian,

pada pendonor terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tekanan

darah, gula darah, denyut jantung, dan perbaikan rasio lemak jahat ( LDL

/ low density lipoprotein ) dan lemak baik ( HDL / high density

lipoprotein ) yang merupakan pembuat risiko kardiovaskular.

d. Menjadikan salah satu cara jitu untuk menurunkan berat tubuh bagi

pendonor yang mendonorkan darahnya sebanyak 450 cc setara baginya

dengan membakar kalori sebanyak 650 kalori. Menambah nafsu makan,

mendapatkan kesehatan psikologis, satu langkah untuk kelanjutan hidup

orang lain (Komandoko, 2013).

e. Meningkatkan produksi eritrosit (sel darah merah). Jumlah darah dalam

tubuh ketika mendonorkan darah tersebut maka sel darah merah

(eritrosit) di dalam tubuh akan berkurang. Mengatasi kekurangan tersebut

maka sumsum tulang merah pipih, seperti pada tulang dada, tulang

selangka dan di dalam ruas-ruas tulang belakang akan segera membentuk

sel darah merah (eritrosit) yang baru.


14

D. Kerangka teori

perdarahan sebelum dan sesudah donor darah

Anemia

Hematopoiesis Jumlah Eritrosit

Kerusakan Sumsum
Tulang

Kekurangan eritropoietin

E. Kerangka konsep

sebelum dan sesudah donor


Jumlah eritrosit
darah

F. Hipotesis

Ada perbedaan jumlah eritrosit sebelum dan sesudah donor darah .

Anda mungkin juga menyukai