NAM : Krisnabela
NIM : 1803065
Bekerjasama Dengan :
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mengalami kesulitan
maupun hambatan, tapi berkat bimbingan, saran, koreksi dan bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.kep., Ns., MAN. Selaku ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bethesda Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum
Yogyakarta.
1.
2.
3.
i
4. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan dan kesempurnaan untuk ke
depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Pratikum........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
A. Mikroskop.................................................................................................4
1. Pengertian..............................................................................................4
2. Bagian Mikroskop.................................................................................5
2. Sitoplasma............................................................................................13
1. Pengertian spermatogenesis.................................................................15
2. Pengertian oogenesis...........................................................................16
D. Genetika...................................................................................................18
iii
1. Kromosom Manusia.............................................................................18
2. Golongan darah....................................................................................19
E. Reproduksi...............................................................................................20
1. Silkus Estrus........................................................................................20
2. Uji Kehamilan......................................................................................21
BAB III..................................................................................................................24
METODE PRAKTIKUM......................................................................................24
B. Struktur Sel..............................................................................................24
D. Genetika...................................................................................................26
BAB IV..................................................................................................................29
1. Hasil praktikum...................................................................................29
2. Pembahasan.........................................................................................30
B. Struktur Sel..............................................................................................31
1. Hasil praktikum...................................................................................31
2. Pembahasan.........................................................................................32
b) Sitoplasma............................................................................................32
1. Hasil praktikum...................................................................................33
iv
2. Oogenesis (ovarium)............................................................................34
3. Pembahasan.........................................................................................34
1. Hasil pratikum.....................................................................................37
2. Pembahasan.........................................................................................39
1. Reproduksi...........................................................................................40
BAB V....................................................................................................................42
A. Kesimpulan..............................................................................................42
B. Saran........................................................................................................43
Daftar Pustaka........................................................................................................44
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kehidupan.
Ilmu biologi mencakup berbagai macam obyek, bukan hanya manusia,
hewan, dan juga tumbuhan. Ilmu biologi juga mempelajari tentang mikroba,
mulai dari pertumbuhan dan perkembangannya.
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kehidupan, manfaat
biologi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tidak perlu diragukan
lagi. Dalam bidang keperawatan cabang ilmu biologi yang sering digunakan
dalam bidang keperawatan, antara lain anatomi, fisiologi, mikrobilogi, dan
patologi. Cabang-cabang ilmu biologi ini dapat membantu perawat untuk
mengatasi penyakit yang diderita seseorang.
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat sediaan
yang berukuran kecil (dalam ukuran mikron). Ada beberapa macam
mikroskop dan yang biasa digunakan dalam mempelajari sediaan
mikroskopik bagi mahasiswa adalah mikroskop cahaya.
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang
berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel
itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai
dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi
sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada
yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain.
Sel-sel penyusun tubuh makhluk hidup sangat bervariasi baik ukuran,
bentuk, struktur maupun fungsinya. Secara umum sel terdiri atas membran
plasma, sitoplasma, nukleus, dan organel-organel yang memiliki bentuk
khusus dan secara bersama-sama membentuk sistem yang kompak.
Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma, apparatus
golgi, mitokondria, ribosom, vakuola dan komponen lainnya. Berdasarkan
1
organisasi internal tipe sel mikroorganisme dibedakan menjadi dua bagian
yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
Praktikum embriologi dimulai dengan mempelajari spermatogenesis dan
oogenesis tikus yaitu dengan cara mengenal berbagai tingkat perkembangan
sel kelamin didalam testis maupun dalam ovarium tikus. Hewan tikus diambil
sebagai wakil dari proses spermatogenesis dan oogenesis pada mamalia,
karena mekanisme kedua proses tersebut pada tikus pada dasarnya sama
dengan yang terjadi pada manusia.
Pada manusia dikenal beberapa sifat yang ditentukan oleh suatu seri alel
ganda misalnya yang menentukan fenotif golongan darah (ABO, Rh), kepala
botak dan rambut pada jari-jari tengah. Golongan darah manusia ada 4
macam yaitu A, B, AB, O. Keempat golongan darah tersebut ditentukan oleh
tiga macam alel. Gen aslinya bersimbol I, singkatan dari Isoagglutinogen”
artinya mengumpulkan sesamanya. Akibat mutasi, gen asli berubah menjadi
tiga alel IA, IB, dan I. IA, dan IB sama-sama dominan terhadap I.
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu
dewasa dan tidak hamil yang meliputi perubahan-perubahan siklus pada pada
organ reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus dan vagina di bawah
pengendalian hormon reproduksi. Siklus estrus di bagi menjadi beberapa fase
yang disebut proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
Melihat pentingnya peranan ilmu biologi dalam keperawatan penulis
tertarik membuat laporan dari hasil praktikum yang telah penulis lakukan,
yaitu pengenalan dan pengunaan mikroskop, struktur sel, spermatogenesis
dan oogenesis, genetika (golongan darah), siklus estrus terkait dengan
reproduksi dan uji kehamilan terkait dengan reproduksi manusia.
2
B. Tujuan Pratikum
1. Mampu memahami tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop
2. Mampu memahami tentang struktur sel
3. Mampu memahami tentang spermatogenesis dan oogenesis
4. Mampu memahami tentang genetika (golongan darah)
5. Mampu memahami tentang siklus estrus terkait dengan reproduksi
6. Mempu memahami tentang uji kehamilan terkait dengan reproduksi
manusia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroskop
1. Pengertian
Mikroskop dalam bahasa yunani, yaitu micros “kecil” dan scopein
“melihat”, adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan kasat mata. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata telanjang (Pramudita, 2012).
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan unruk melihat
sediaan yang berukuran kecil (dalam ukuran mikron). Ada beberapa
macam mikroskop dan yang biasa digunakan dalam mempelajari sediaan
mikroskopik bagi mahasiswa adalah mikroskop cahaya.
9. Macam-macam Mikroskop
a. Mikrokop cahaya
Mikrokop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali.
Mikroskop memiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri
dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu
lensa objektif, okuler dan lensa kondensor.
b. Mikroskop stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa
digunakan untuk benda relative besar. Mikroskop stereo memiliki
perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop
ini dapat dilihat secara 3 dimensi. Komponen utama mikroskop stereo
hamper sama dengan mikroskop cahaya.
c. Mikroskop electron
Mikroskop electron bisa dibilang adalah penyempurnaan dari
mikroskop cahaya. Dimana sumber cahaya yang digunakan berasal
dari dalam mikroskop sendiri. Komponen elektro statik dan elektro
4
dinamik akan mengatur intensitas pencahayaan mikroskop. Selain itu
penampakan gambar yang dihasilkan jauh berlipat-lipat kali dengan
mikroskop cahaya. Jenis mikroskop ini mempunyai daya perbesaran
mencapai 100.000 kali. Oleh sebab itu, mikroskop ini banyak
digunakan di laboratorium medis, farmasi, serta badan penelitian dan
riset lanjut.
d. Mikroskop ultraviolet
Mikroskop ini merupakan modifikasi dari miroskop cahaya. Dimana
cahaya yang dipakai bukan cahaya terlihat/cahaya matahari,
melainkan sinar ultraviolet. Karena sinar ultraviolet mempunyai
panjang gelombang pendek, maka hasil penampakan bisa sampai dua
kali lipat.
e. Mikroskop medan terang
Mikroskop ini digunakan untuk menangkap penampakan obyek hidup
berukuran amat kecil. Biasanya seperti bakteri mikro yang nayaris tak
terlihat sama sekali.
f. Mikroskop medan gelap
Mikroskop ini kebalikan dari medan terang. Fungsinya juga sama,
untuk mengetahui penampakan obyek mikroskopi hidup. Bedanya
hanya pada prinsip kerjanya saja
2. Bagian Mikroskop
Bagian mekanik
a. Kaki, bentuk seperti huruf V
b. Garpu, dua lempeng berdiri tegak diatas kaki
c. Tangkai yang menghubungkan kaki meja sediaan dan tubus,
merupakan bagian mikroskop yang boleh dipegang pada waktu
mengangkat mikroskop.
d. Sendi (ungkitan) pada bagian atas garpu sehingga tangkai dapat
dibengkokkan ke depan dan ke belakang.
e. Tubus, merupakan penghubung lensa okuler dengan lensa obyektif
5
f. Pengatur kasar (makrometer) untuk menggerakkan tubus ke atas dan
ke bawah
g. Pengatur halus (mikrometer) untuk menggerakkan tubus ke atas dan
ke bawah sepanjang 0,1 mm untuk satu putaran lengkap
h. Pengatur kondensor untuk menggerakkan kondensor ke atas dan ke
bawah
i. Pengatur diafragma untuk dapat membuka dan menutup diafragma
j. Meja sediaan untuk meletakkan preparat / sediaan
k. Penjepit sediaan untuk menjepit kaca preparat / sediaan
l. Revolver, tempat lensa obyektif melekat dan dapat diputar ke kiri dan
ke kanan
Bagian Optik
1) Lensa okuler, terletak dekat mata dan berada di ujung atas tubus. Lensa
ini dapat diganti dengan lensa okuler lain sesuai perbesaran yang
dikehendaki. Caranya dengan menarik lensa keatas sehingga lepas dari
tubus. Ada du macam lensa okuler, yaitu lensa ukuler perbesaran lemah
(5 atau 6 kali) dan lensa okuler perbesaran kuat (10 atau 12,5 kali).
Pada mikroskop cahaya minokuler lensa okulernya hanya satu,
sedangkan pada binokuler lensa okulernya ada dua.
2) Lensa obyektif, terletak dekat sediaan dan ditempatkan pada revolver
dengan cara menempatkan pada ukuran yang tersedia. Ada tiga macam
lensa obyektif pada revolver, yaitu lensa obyektif perbesaran lemah (4
atau 10 kali), perbesaran sedang (45x) dan perbesaran kuat (100 kali).
Bila hendak mengganti ukuran lensa, maka turunkan meja kondensor
dan putarlah revolvernya sehingga lensa obyektif yang dikehendaki
berada tepat dibawah tubus (kedudukan vertikal). Bila kedudukan lensa
sudah tepat, maka akan terdengar bunyi ’tik’ pada waktu revolver
diputar.
3) Kondensor dan iris diafragma, untuk pengaturan cahaya masuk ke
dalam mikroskop.
6
4) Cermin, untuk pengaturan pemantulan cahaya. Ada dua sisi cermin,
satu sisi rata dan lainnya cekung.
7
Dengan perawatan yang sederhana ini, saudara telah membantu kami
dalam menjaga keutuhan mikroskop tersebut.
8
harus memiringkan tangkai mikroskop sehingga permukaan meja
tersebut tidak horisontal lagi. Pergunakanlah untuk pertama kali lensa
obyektif yang lemah ( 10 x ), kemudian turunkanlah tubus perlahan –
lahan dengan cara memutar pengatur kasar ke arah yang menjauhi
badan kita. Pada waktu pemutaran ini awasilah dari samping agar
ujung lensa obyektif berada lebih kurang setengah sentimeter di atas
kaca preparat. Jangan sekali – kali menurunkan tubus dengan pengatur
kasar, sedangkan mata saudara melihat ke dalam mikroskop lewat
lensa okuler. Sebab tanpa disadari, lensa obyektif dapat membntur
preparat yang mengakibatkan pecahnya preparat dan juga lensa
obyektif. Setelah itu, barulah saudara melihat dari lensa okuler, sambil
memutar pengatur kasar untuk menaikkan tubus secara perlahan –
lahan. Dengan cara memutar pengatur kasar ke arah badan kita dan
mata melihat ke dalam mikroskop, maka perjelaslah dengan memutar
– mutar pengatur halus. Dengan pengatur halus ini, tubus hanya
bergerak ke atas dan ke bawah sepanjang 0,1 mm saja, sehingga
kemungkinan untuk memecahkan lensa obyektif dan preparat akibat
benturan, kecil sekali. Bila saudara melihat ke dalam mikroskop lewat
lensa okuler, biasakanlah membuka kedua mata saudara, janganlah
memejamkan mata saudara yang melihat keluar. Dengan cara ini
saudara menghindari kelelahan mata yang terlalu cepat.
9
secara lebih terperinci maka pesawat terbang direndahkan. Demikian
juga dengan mikroskop, bila ada suatu daerah dalam preparat yang
saudara minati atau akan dipelajari secara terperinci, maka gantilah
lensa obyektif dari 10 x menjadi 45 x ( dengan cara memutar
revolvernya saja ). Dengan susunan lensa ini saudara mendapat
perbesaran dari 100 x ( 10 x 10 ), menjadi 450 x ( 45 x 10 ). Bila
saudara ingin melihat struktur secara lebih terperinci lagi atau oleh
karena obyeknya sangat kecil dan belum terlihat jelas dengan
perbesaran 450 x itu, maka pergunakanlah lensa obyektif 100 x
dengan susunan lensa ini, saudara akan memperoleh perbesaran 1000
x ( 100 x 10 ). Dalam pergunakan lensa obyektif 100 x itu, saudara
terlebih dahulu meneteskan 1 – 2 tetes minyak emersi di atas preparat,
setelah itu barulah lensa obyektif dihanti dari 45 x ke 100 x. Untuk
memperjelas gambar, maka putar- putarlah pengatur halusnya.
Janganlah sekali – kali memutar pengatur kasar lagi, sebab saudara
dapat menimbulkan benturan antara lensa obyektif dengan kaca
sediaan, kecuali bila saudara putar pengatur kasar itu ke arah badan
saudara, tubus akan naik menjauhi preparat. Berikut hasil perbesaran
yang diperoleh:
10
1) perhaitkanlah kondisi dan kebersihan mikroskop saudara.
2) Bersihkanlah badan mikroskop dengan kain.
3) Tegakkanlah kembali tangkai mikroskop sehingga meja preparat
berada kembali dalam kedudukan horisontal.
4) Kondensor diturunkan hingga maksimal.
5) Putarlah revolver sehingga lensa obyektif 10 x berada dalam
posisi vertikal ( satu garis )
6) Kemudian turunkan tubus sehingga lensa obyektifnya masuk ke
dalam meja sediaan
7) Pegang tangkai mikroskop dengan tangan kanan dan tangan kiri
memegang kaki mikroskop, masukkanlah mikroskop secara hati-
hati ke dalam kotak mikrsokop hingga tepat pada tempatnya
8) Periksa kembali, apakah ada bagian – bagian mikroskop yang
tertinggal
9) Tutup pintu kotak dan kuncilah secara baik dan benar, kemudian
kunci dilepas dan diikat pada gagang kotak. Jangan memasukkan
ke dalam tas atau kantong baju saudara.
11
1. Membran sel/membran plasma
5. Membran sel adalah permukaan luar setiap sel dibatasi oleh selaput
halus dan elastis. Membran sel ini sangat penting dalam pengaturan isi sel,
karena semua bahan yang keluar atau masuk harus melalui membran ini.
Hal ini berarti, membran sel mencegah masuknya zat-zat tertentu yang
dapat merugikan sel dan memudahkan masuknya zat-zat yang lain yang
berguna bagi sel. Selain membatasi sel, membran plasma juga membatasi
berbagai organel-organel dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan
kloroplas. Membran plasma bersifat diferensial permeabel, mempunyai
pori-pori ultramikroskopik yang dilalui zat-zat tertentu. Ukuran pori-pori
ini menentukan besar maksimal molekul yang dapat melalui membran.
Selain besar molekul, faktor lain yang mempengaruhi masuknya suatu zat
ke dalam sel adalah muatan listrik, jumlah jumlah molekul air, dan daya
larut partikel di dalam air.
6. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid (lemak yang
bersenyawa dengan fosfat). Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (nonpolar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi ke
dalam. Sedangkan, bagian kepala bersifat hidrofilik (polar) mengarah ke
lingkungan yang berair. Selain fosfolipid terdapat juga glikolipid (lemak
yang bersenyawa dengan karbohidrat) dan sterol (lemak alkohol terutama
kolesterol). Sedangkan, komponen protein terletak pada membran dengan
posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan
yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Beberapa protein
membran adalah enzim, sedangkan yang lain adalah reseptor bagi hormon
atau senyawa tertentu lainnya. Komposisi lipid dan protein penyusun
membran bervariasi, tergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri.
Namun, membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat
permeable selektif terhadap molekul-molekul. Sehingga, membran sel
dapat mempertahankan bentuk dan ukuran sel.
12
4. Sitoplasma
13
g) Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
h) Kloroplas, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis pada
tumbuhan.
i) Sentrosom (Sentriol), sebagai tempat pembelahan sel.
a. Nukleus (inti Sel)
8. Inti sel adalah bagian yang umumnya berbentuk bulat atau lonjong
dan sering terletak di tengah sel atau di tepi sel. Nukleus merupakan
bagian terpenting dari kehidupan sel. Nukleus memiliki fungsi utama
sebagai pusat pengendali segala aktivitas sel. Nukleus sel dilindungi oleh
sebuah dinding yang menyerupai membran sel. Struktur pelindung ini
disebut membran inti.
14
D. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Pengertian spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma. Proses ini
terjadi terus menerus dan berlangsung di dalam lumen tubulus seminiferus
testis laki-laki. Ratusan juta sperma harus dikeluarkan agar pembuahan
berlangsung. Proses spermatogenesis baru aktif saat pubertas. Pada pria
sebelum puber, di dalam testis belum terjadi pembentukan sperma
walaupun terdapat sel spermatogonium sebagai bakal sperma. Saat puber
terjadi peningkatan kadar hormon FSH dan testosteron memicu
dimulainya proses spermatogenesis menghasilkan sperma.
Tahap spermatogenesis:
a. Tunika Albuginea: Selaput tipis yang membungkus testis
b. Membran basal: Merupakan dinding tubulus yng disusun oleh sel
gepeng
c. Tubulus seminiferus: Bentuk irisannya bulat, oval, atau memanjang
berkelok-kelok. Tubulus seminiferus terdiri atas epitel seminiferus dan
lumen. Epitel seminiferus terdiri dari berbagai tingkat perkembangan
sel kelamin, dimulai dari spermatogonium sampai spermatozoa
d. Spermatogonium: Sel ini letaknya dekat dengan membran basalis
(baris pertama). Ada dua macam sel spermatogonium, yaitu
spermatogonium A berinti lonjong agak jernih, sedangkan
spermatogonium B bulat, lebih kecil dan agak gelap.
e. Spermatosit I: Umumnya sel tersebut berada pada stadium profase,
terletak dibaris kedua dari membran basal yang terdiri dari sel-sel:
1) Leptoten : Selnya berinti padat seperti benang wol
2) Zigoten : Sel ini agak sulit dibedakan dari sel leptoten
3) Pakhiten : Kromatin dalam inti sel membentuk jaring-jaring seperti
jala, intinya bervariasi dari kecil sampai besar sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Perkembangan sel pakhiten cukup
15
panjang, sehingga selalu terdapat pada setiap potongan tubulus
seminiferus.
4) Diakinesis : Sel ini mudah ditemukan pada potongan tubulus yang
banyak berisi sel-sel dalam keadaan mitosis. Kromatin tertarik ke
pinggir, sehingga dibagian tengah selnya relatif nampak kosong
seperti licin.
5) Spermatosit II : Sel ini ditemukan dalam tubulus pada stadium
bersama-sama dengan diakines. Sel ini sulit/jarang ditemukan
karena kehadirannya hanya sebentar, dan segera akan membelah
lagi menjadi sel spermatid. Jumlah kromosom sel spermatosit II
adalah haploid.
f. Spermatid: Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya
kecil, dan umumnya menempati baris ketiga atau kempat dari
membran sel.
g. Spermatozoa: Bntuk kepala yang seperti bulan sabit terlihat kurang
jelas, sedangkan ekornya jelas terlihat seperti rambut halus, dan
banyak terdapat dekat sel sertoli atau dekat lumen tubulus seminiferus.
h. Sel Sertoli: Terletak pada baris pertama, berinti besar, bentuknya bulat
atau segitiga yang mengarah kelumen tubulus dan biasanya
dikerumuni beberapa spermatozoa.
i. Sel Leyding: Sel ini terletak diluar tubulus seminiferus, mudah
ditemukan di antara beberapa tubulus seminiferus.
6. Pengertian oogenesis
16
kedua jika menemukan sel sperma dan pembuahan dimulai. Setelah
pembuahan dimulai, oosit sekunder menyelesaikan meiosis II dan
kemudian disebut ovum. Sel telur bertemu dengan sel sperma, dan
pembuahan terjadi. Sel telur dibuahi disebut zigot.
17
g. Folikel atresia: Banyak sel-sel folikel atau ovum yang mengalami
kerusakan, menunjukkan gejala piknotis. Gejala ini dapat terjadi mulai
dari tingkat perkembangan folikel primer sampai folikel de graaf.
h. Korpus haemoragikum: Terbentuk setelah ovulasi dan agak sulit
ditemukan dalam sediaan.
i. Korpus luteum: Terbentuk dari korpus haemoragikum yang terdiri dari
sel-sel lutein dan berfungsi memproduksi hormon progestron.
18
submetasentrik, sedangkan pada laki-laki terdiri atas 7 pasang
kromosom dari golongan C yang meliputi kromosom nomor 6-12
dan kromosom X.
4) Golongan D: Merupakan kromosom akrosentrik besar (lebih kecil
daripada golongan C dan bersatelit. Ada 3 pasang yaitu kromosom
13,14 dan 15
5) Golongan E: Lebih kecil dari pada golongan D dan terdiri atas 3
pasang kromosom yaitu kromosom nomor 16, 17 dan 18 .
Kromosom nomor 16 hampir metasentrik, sedangkan nomor 17-18
hampir submetasentrik.
6) Golongan F: Terdiri dari 2 pasang kromosom metasentrik kecil
(lebih kecil dari pada kromosom golongan E) yaitu kromosom
nomor 19 dan nomor 20.
7. Golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh,
hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfuse imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membrane selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A negative hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A negative atau O negative.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap
19
antigen Adalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah B negative hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah B negative atau O negative.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A
maupun B, sehingga, orang dengan golongan darah AB positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesame AB
positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B. sehingga, orang
dengan goloongan darah O negative dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O negative hanya
dapat menerima darah dari sesama O negative.
E. Reproduksi
1. Silkus Estrus
Estrus merupakan periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan
oleh tingginya level estradiol, folikel de graaf membesar dan menjadi
matang, uterus berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah
pematangan. Berikut ini adalah keadaaan korpus lateum dan folikel
ovarium sapi selama siklus estrus :
a. Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de
graaf tumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah
estradiol yang semakin bertambah (Marawati, dkk, 2001). Estradiol
meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan
meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel
ovarium (Teolihere, 1985). Fase yang pertama kali dari siklus estrus
ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana
20
folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena
meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenic.
b. Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan penjantan
oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada umumnya
memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun atau hilang
sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan
menungganginya (Frandson, 1992).
c. Metestrus
Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas
folikel setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lender.
Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel
mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut
korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum
mulai berubah menjdai jaringan luteal, menghasilkan korpus lateum
atau CI.
d. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada silkus birahi,
korpus lateum menjadi matang dan pengaruh progesterone terhadap
saluran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk, 2001).
8. Uji Kehamilan
Telur yang telah dibuahi itu kira-kira sepuluh hari setelah sel telur
dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii bergerak menuju rahim dan
melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan
memproduksi hCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni.
Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak
hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam
sejak pelekatan janin pada dinding rahim. Kadar hormon ini terus
bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari
21
terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan
kadar hormon hCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan
kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering
dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara
perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah
persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon ini masih di atas normal
sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran. Kadar hCG yang
lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan
kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil
dan juga laki-laki, kadar hCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya
tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar hCG yang terlalu rendah
pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan
terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut
aborsi spontan.
Hormone chorionic gonadotropin (HCG) merupakan hormon
glikoprotein yang unik untuk plasenta yang sedang tumbuh. Sebelum
immunoassay tersedia pada tahun 1960-an uji–uji kehamilan
menggunakan bioassay yang memerlukan hewan (kelinci, tikus, dan katak)
untuk membuktkan adanya hCG dalam serum atau urine. Tes yang
menggunakan kelinci, tikus, dan katak pada waktu ini telah diganti oleh
tes imunologik yang menggunakan antibody terhadap HCG. Kadar
minimal beta-hCG dalam urin untuk menghasilkan hasil yang positif,
berkisar antara 20-100 mIU/mL (meskipun tespek tersebut mengatakan
mempunyai batas deteksi minimal 5 mIU/mL). Padahal, sampai 5 minggu
dari hari pertama menstruasi terakhir, kadar beta-hCG dalam urin kadang
masih dibawah 20 mIU/mL (meskipun pada beberapa wanita 4 minggu
setelah hari pertama menstruasi terakhir sudah lebih dari ratusan
mIU/mL).
Salah satu cara untuk menguji kehamilan adalah test pack (home
pregnancy test, HPT, test pack merupakan alat uji kehamilan yang amat
simple dan dapat dilakukan di rumah. Bentuk test pack ini ada 2 macam,
22
Strip dan Compact. Bentuk Strip harus dicelupkan ke dalam urine yang
telah di tampung pada sebuah wadah atau disentuhkan pada urine waktu
buang air kecil. Sedangkan bentuk Compact dengan meneteskan urine
langsung pada bagian tertentu dari alatnya. Alat uji kehamilan ini memiliki
dua buah garis. Garis yang pertama mengisyaratkan bahwa tes dilakukan
dengan benar, yang biasa disebut dengan garis kontrol. Garis kontrol akan
tampak bila test pack mendapatkan cukup air seni untuk diuji. Sementara
garis kedua menunjukkan hasil tes, yang merupakan bagian alat yang
memiliki antibodi yang bereaksi dengan hCG dan dapat berubah warna
bila hormon ini terdeteksi. Setipis apapun garis ini, kemunculannya tetap
menunjukkan adanya kehamilan.
23
BAB III
METODE PRAKTIKUM
F. Struktur Sel
1. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati bentuk-bentuk sel yang
menyusun jaringan.
2. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: mikroskop, kaca
benda, kaca penutup, pipet tetes, silet tajam dan tuisuk gigi, pewarnaan
methyl blue.
Bahan-bahan yang digunakan adalah preparat jadi bagian kulit reptil
yang mengelupas, prepaqrat jadi otot polos dan lurik, sel epitelium
rongga mulut, preparat jadi sel darah merah atau eritrosit, preparat jadi
tulang keras dan tulang rawan, metilen blue dan akuades.
24
3. Cara Kerja
a. Tusuk gigi digarukkan ke bagian pipi sebelah dalam kemudian pada
gelas objek digoreskan.
b. Objek ditetesi dengan metilen blue dan dibiarkan selama 5 menit dan
kemudian ditutup dengan kaca penutup serta langsung diamati di
bawah mikroskop. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagian
sel yang terlihat.
c. Untuk preparat awetan, diperhatikan bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan.
d. Dijelaskan bagaimana hubungan antara bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan dengan fungsi jaringan tersebut.
25
3. Cara kerja
Bahan (testis dan ovarium) yang sudah ada di kaca benda atau bahan
obyek diberi pewarnaan HE, tunggu hingga 5 menit, setelah lima menit
tutup obyek yang telah diberi pewarnaan dengan menggunakan kaca tipis
penutup, kemudian letakkan di meja preparat untuk kemudian dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x10.
H. Genetika
1. Tujuan
a. Mengenal jenis penggolongan darah (ABO dan Rh)
b. Mengenal alel dalam kromosom masing-masing golongan darah
c. Mengenal reaksi aglutinasi yang terjadi pada masing-masing
golongan darah dengan cara memberikan antigen pada masing-
masing golongan darah
d. Mengenal genotip dari masing-masing golongan darah
e. Mampu membuat silsilah kemungkinan genotip orang tua dan
saudara/i sendiri.
2. Alat Dan Bahan
a. Darah mahasiswa
b. Jarum steril dan pemancet jarum
c. Alcohol 70%
d. Antiserum
e. Tissue
f. Formulir
g. Lidi
26
3. Cara Kerja
a. Menentukan golongan darah ABO dan Rh. Meskipun semua
praktikan sudah mengetahui golongan darah masing-masing, dalam
percobaan ini anda belajar menetapkan sendiri golongan darahnya.
b. Disediakan 3 macam antiserum yaitu antiserum A, antiserum B, dan
anti Rh.
c. Ambilah darah anda sendiri dengan jarum yang telah disediakan, dan
teteskan pada kertas yang telah disediakan.
d. Teteskan anti A dan anti B pada masing-masing tetesan darah,
kemudian aduklah dan perhatikan ada atau tidaknya agluinasi.
e. Lakukan pula cara yang sama untuk mengetahui golongan darah Rh.
Catat semua hasilnya dalam lembar laporan.
f. Buatlah interaksi antara alel-alel IA,IB, dan I yang menyebabkan
terjadinya 4 golongan darah yaitu O, A, B, AB.
27
d. Amati dengan mikroskop.
e. Gambar fase estrus yang terjadi. Perhatikan bentuk dan dominasi
lekosit, ephitel vagina yang berinti dan ephitel vagina yang tidak
berinti.
28
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
a. Pengatur makrometer dan micrometer
Untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga
mikroskop turun dan naik dengan cepat, sedangkan mikrometer untuk
mencari fokus bayangan secara lambat sehingga mikroskop turun dan
naik dengan lambat
b. Meja benda
Untuk meletakan praparat/sediaan
c. Tabung mikroskop
Untuk mengatur fokus.
d. Lensa okuler
Untuk memperbesar bayangan objek yang ditangkap oleh lensa
objektif.
e. Diafragma
29
Untuk mengatur banyak cahaya yang masuk kedalam mikroskop.
f. Kondensor
Untuk memfokuskan/mengumpulkan cahaya kebenda yang diamati.
g. Lensa obyektif
Untuk menetukan bayangan objek serta memperbesar benda yang
diamati.
h. Cermin
Untuk mengatur pemantauan cahaya.
i. Revolver
Untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan, bisa diputar
kearah kiri dan kanan.
9. Pembahasan
Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan
penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk
mempelajari struktur benda-benda yang kecil. Setiap jenis mikroskop
selalu memiliki bagian mekanik dan bagian optik meski tidak semua sub-
bagian ada. Bagian mekanik meliputi kaki dan lengan mikroskop,
difragma, revolver, meja preparat, pemutar halus dan kasar, pengatur atau
penjepit preparat dan sumber cahaya, sedangkan bagian optik meliputi tiga
sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa
objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.
Lensa objektif membentuk bayangan pertama dan menentukan struktur
serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta
berkemampuan untuk memperbesar bayangan objek sehingga dapat
memiliki nilai “apertura” yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa
objektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan, sebagai dua benda yang
terpisah dengan perbesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 45x dan 100x.
Sifat bayangan yang dihasilkan lensa objektif adalah maya, terbalik,
diperbesar. Sedangkan lensa okuler untuk memperbesar bayangan dengan
30
sifat maya dan tegak yang dihasilkan oleh lensa objektif dengan
perbesaran berkisar 5 hingga 12,5 kali. Penggunaan lensa okuler pada
mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau lensa ganda
(binokuler).
Perbesaran yang dicapai suatu mikroskop cahaya adalah hasil kerja dua
sistem lensa yaitu lensa objektif yang dekat dengan preparat dan lensa
okuler yang terletak pada ujung atas mikroskop dekat dengan mata. Sistem
lensa objektif memberikan perbesaran lemah terlebih dahulu dan
menghasilkan bayangan nyata, pada gilirannya diperbesar oleh lensa okuler
untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat. Namun, pada dasarnya
baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa
cembung yang secara sederhana dan garis lensa objektif menghasilkan suatu
bayangan sementara yang mempunyai sifat maya, terbalik dan diperbesar
terhadap posisi benda mula-mula yang menentukan sifat bayangan akhir
selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya bayangan akhir
mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara, yaitu maya,
terbalik dan diperbesar, sedangkan pada mikroskop elektron bayangan akhir
mempunyai sifat maya, tegak dan diperbesar.
K. Struktur Sel
1. Hasil praktikum
a) Bahan : mikroskop, kaca benda, kaca penutup, pipet tetes, tusuk
gigi
b) Preparat : sel epitelium rongg mulut
c) Pewarnaan: methylen blue 0,1%
d) Perbesaran: 10x 45 = 450
Gambar. Strukttur sel
31
Keterangan :
Pada pengamatan yang dilakukan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10, saya melihat ada 3 komponen dari sel, yaitu membrane
sel, sitoplasma dan nukleus (inti sel)
10. Pembahasan
Secara umum sel terdiri atas 3 bagian utama, yaitu membran sel,
sitoplasma, dan inti sel. Sel juga memiliki komponen padat di dalam
sitoplasma yang disebut organel sel. Organel-organel sel memiliki fungsi
masing-masing. Berikut adalah penjelasan tentang Bagian-bagian Sel.
a) Membran sel/membran plasma
Membran sel yang menyelubungi sebuah sel berukuran sekitar 75-
95Å, mempunyai fungsi untuk membatasi keberadaan sebuah sel den
memelihara perbedaan kondisi isi sel dengan lingkungannya.
Membran bersifat semipermeable karena memnran turut berperan
aktif sebaagai filter yang memiliki kemampuan untuk menyeleksi
bahan yang dapat melintasi dengan tetap memelihara kondisi
homeostasis sel.
b) Sitoplasma
32
rangsangan) dan konduktivitas (mampu memindahkan atau
meneruskan rangsangan).
14.
15.
16.
17.Inti sel adalah bagian yang umumnya berbentuk bulat atau lonjong
dan sering terletak di tengah sel atau di tepi sel. Nukleus merupakan
bagian terpenting dari kehidupan sel. Nukleus memiliki fungsi utama
sebagai pusat pengendali segala aktivitas sel. Nukleus sel dilindungi
oleh sebuah dinding yang menyerupai membran sel. Struktur
pelindung ini disebut membran inti.
33
Keterangan:
1. Sel spermatogenium
2. Spermatocyt I
3. Spermatocyt II
4. Spermatid
5. Membran basalis
6. Lumen
7. Sel Leydig
8. Arteriola
9. Venula
10. Fibroblast
11. Sel sertoli
34
12. Korpus luteum regresi
13. Medulla
14. Pembuluh darah dalam
medulla
3) Tubulus seminiferus
Bentuk irisannya bulat, oval, atau memanjang berkelok-kelok.
Tubulus seminiferus terdiri atas epitel seminiferus dan lumen.
Epitel seminiferus terdiri dari berbagai tingkat perkembangan sel
kelamin, dimulai dari spermatogonium sampai spermatozoa
4) Spermatogonium
Sel ini letaknya dekat dengan membran basalis (baris pertama).
Ada dua macam sel spermatogonium, yaitu spermatogonium A
berinti lonjong agak jernih, sedangkan spermatogonium B bulat,
lebih kecil dan agak gelap.
5) Spermatosit I
Umumnya sel tersebut berada pada stadium profase, terletak
dibaris kedua dari membran basal yang terdiri dari sel-sel: a)
Leptoten : Selnya berinti padat seperti benang wol. b) Zigoten :
Sel ini agak sulit dibedakan dari sel leptoten. c) Pakhiten :
Kromatin dalam inti sel membentuk jaring-jaring seperti jala,
intinya bervariasi dari kecil sampai besar sesuai dengan tingkat
35
perkembangannya. Perkembangan sel pakhiten cukup panjang,
sehingga selalu terdapat pada setiap potongan tubulus
seminiferus. d) Diakinesis : Sel ini mudah ditemukan pada
potongan tubulus yang banyak berisi sel-sel dalam keadaan
mitosis. Kromatin tertarik ke pinggir, sehingga dibagian tengah
selnya relatif nampak kosong seperti licin.
6) Spermatosit II
Sel ini ditemukan dalam tubulus pada stadium bersama-sama
dengan diakines. Sel ini sulit/jarang ditemukan karena
kehadirannya hanya sebentar, dan segera akan membelah lagi
menjadi sel spermatid. Jumlah kromosom sel spermatosit II
adalah haploid.
7) Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil,
dan umumnya menempati baris ketiga atau kempat dari membran
sel.
8) Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti bulan sabit terlihat kurang jelas,
sedangkan ekornya jelas terlihat seperti rambut halus, dan
banyak terdapat dekat sel sertoli atau dekat lumen tubulus
seminiferus.
9) Sel Sertoli
Terletak pada baris pertama, berinti besar, bentuknya bulat atau
segitiga yang mengarah kelumen tubulus dan biasanya
dikerumuni beberapa spermatozoa.
10) Sel Leyding
Sel ini terletak diluar tubulus seminiferus, mudah ditemukan di
antara beberapa tubulus seminiferus.
b. Ovarium
36
1) Bentuk Ovarium
Hilus ovarium, jaringan korteks dan medulla.
2) Epitel germinativum
Terdapat dibagian luar ovarium berupa selapis sel epitel kubis
yang membungkus ovarium.
3) Folikel Primer
Ovum dikelilingi oleh dua lapis sel folikel
4) Folikel sekunder
Ovum dikelilingi oleh dua lapis sel folikel.
5) Folikel tertier
Ovum yang dikelilingi tiga atau lebih lapis sel folikel. Seringkali
berbentuk rongga diantara sel folikel yang disebut antrum
folikuli, berisi cairan.
6) Folikel De graaf
Merupakan ovum yang dewasa/matang. Antrum folikuli cukup
besar, sehingga ovum terletak di tengah antrum folikel de graaf.
Folikel ini umumnya berada di bagian tepi ovarium.
7) Folikel atresia
Banyak sel-sel folikel atau ovum yang mengalami kerusakan,
menunjukkan gejala piknotis. Gejala ini dapat terjadi mulai dari
tingkat perkembangan folikel primer sampai folikel de graaf.
8) Korpus haemoragikum
Terbentuk setelah ovulasi dan agak sulit ditemukan dalam
sediaan.
9) Korpus luteum
Terbentuk dari korpus haemoragikum yang terdiri dari sel-sel
lutein dan berfungsi memproduksi hormon progestron.
37
M. Genetika (Golongan Darah)
1. Hasil pratikum
AB
38
AGLUTINASI TERJADI PADA PENILAIAN
Anti--A Anti--B Anti--AB Anti--D Golongan darah Rh
+ - + + A +
- + + + B +
+ + + + AB +
- - - + O +
18.
A IA IO IA IA, IA IO
B IB IO IB IB, IB IO
AB IA IB IA IB
O IO IO IO
19.
IB IB
IO IO IO IO IO
IO IO IO IO IO
39
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A negative hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A negative atau O negative.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap
antigen Adalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah B negative hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah B negative atau O negative.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap
antigen A maupun B, sehingga, orang dengan golongan darah AB
positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesame AB positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B. sehingga,
orang dengan goloongan darah O negative dapat mendonorkan
darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O
negative hanya dapat menerima darah dari sesama O negative.
40
Keterangan:
41
20.
42
21.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kehidupan.
Ilmu biologi mencakup berbagai macam obyek, bukan hanya manusia,
hewan, dan juga tumbuhan. Ilmu biologi juga mempelajari tentang mikroba,
mulai dari pertumbuhan dan perkembangannya.
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat sediaan
yang berukuran kecil (dalam ukuran mikron). Ada beberapa macam
mikroskop dan yang biasa digunakan dalam mempelajari sediaan
mikroskopik bagi mahasiswa adalah mikroskop cahaya.
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang
berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel
itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai
dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi
sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada
yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain.
Pada manusia dikenal beberapa sifat yang ditentukan oleh suatu seri alel
ganda misalnya yang menentukan fenotif golongan darah (ABO, Rh), kepala
botak dan rambut pada jari-jari tengah. Golongan darah manusia ada 4
macam yaitu A, B, AB, O. Keempat golongan darah tersebut ditentukan oleh
tiga macam alel. Gen aslinya bersimbol I, singkatan dari Isoagglutinogen”
artinya mengumpulkan sesamanya. Akibat mutasi, gen asli berubah menjadi
tiga alel IA, IB, dan I. IA, dan IB sama-sama dominan terhadap I.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya.
43
Uji kehamilan bertujuan mendeteksi keberadaan beta-hCG (human
Chorionic Gonadotropin), suatu hormon yang dihasilkan oleh embrio segera
setelah terjadi konsepsi yang kemudian dilanjutkan oleh sel sinsitiotrofoblast
(bagian dari plasenta). Keberadaan hCG hampir selalu mengindikasikan
terjadinya kehamilan.
P. Saran
1. Bagi mahasiswa/i
Diharapkan untuk lebih giat dan serius dalam belajar, khususnya
mengenai teori-teori yang membahas tentang ilmu-ilmu biologi, sehinga
dalam melakukan praktik di lapangan kita tidak mengalami hambatan.
2. Bagi institusi pendidikan
Referensi-referensi sangat dibutuhkan mahasiswa/i dalam menambah
wawasan maupun pengetahuannya sebelum melakukan praktik lapangan.
Referensi-referensi juga dibutuhkan mahasiswa/i dalam menyusun
laporan praktikum, untuk itu penulis berharap institusi pendidikan dapat
lebih banyak lagi menyediakan buku-buku tentang biologi.
44
Daftar Pustaka
22.
45