Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT CANCER THYROID

OLEH :
KELOMPOK 2

1. DOLINA :1803050
2. Rambu Eri Lika Amah :1803080
3. BELA :1803092

PROGRAM STUDI S-1B ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTATAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih
karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan judul “karsinoma
tiroid” dapat diselesaikan tepat waktu. Semua ini tidak lepas dari kerjasama anggota
kelompok yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah.

Dalam penyusunan makalah ini kelompok banyak mengalami kesulitan maupun hambatan,
tetapi berkat bimbingan, saran, koreksi dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu kelompok menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Stikes Bethesda Yakkum
Yogyakarta.
2. Bapak I Wayan Sudarta, S.Kep.,Ns., selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan
medikal bedah II
3. Ibu Indrayanti M.Kep,.Sp.Kep.Kom selaku tutor kelompok 2 keperawatan medikal bedah
II
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I (PENDAHULUAN)
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Konsep Teoritis ……………………………………………………………...3
A. Definisi…....................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi........................................................................................3
C. Klasifikasi....................................................................................................5
D. Etiologi…....................................................................................................6
E. Patofisiologi.................................................................................................6
F. Komplikasi...................................................................................................8
G. Prognosis.....................................................................................................9
H. Pentalaksanaan.............................................................................................9
I. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................9
J. Manifestasi Klinis........................................................................................10
K. Aspek Legal.................................................................................................12
L. Aspek Jurnal................................................................................................13
2. Konsep Askep ………………………………………………………………… 14
A. Pengkajian ……………………………………………………………….. . .. 14
B. Diagnose ……………………………………………………………………. 16
C. Internvensi Keperawatan…………………………………………………….. 17
D. Implementasi ………………………………………………………………...30
E. Evaluasi …………………………………………………………………….. 30
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan dan saran ...........................................................................................33
Daftar Pustaka.......................................................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid adalah kelenjar di depan leher di bawah kotak suara dan seperti kupu-
kupu kelenjar ini adalah jaringan endokrin yang bertanggung jawab atas produksi
tiroksin.
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85%
dari seluruh keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar endokrin,
keganasan tiroid termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang paling sering di
temukan. Secara, klinis nodul tiroid yang ganas dengan jinak sering sulit dibedakan,
bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitology preparat biopsy
jarum atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang diambil saat operasi.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari karsinoma tiroid ?
2. Bagaimana klasifikasi dari karsinoma tiroid?
3. Bagaimana Anatomi fisiologi system endokrin?
4. Apakah etiologi dari karsinoma tiroid?
5. Bagaimana patofisiologi dari karsinoma tiroid?
6. Bagaimana manisfestasi klinis dari karsinoma tiroid?
7. Bagaimana komplikasi pada pasien karsinoma tiroid?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien karsinoma tiroid?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit karsinoma tiroid dan proses asuhan keperawatan pada
pasien karsinoma tiroid.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari karsinoma tiroid .
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari karsinoma tiroid.
c. Untuk mengetahui Anatomi fisiologi system endokrin.
d. Untuk mengetahui etiologi dari karsinoma tiroid.
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari karsinoma tiroid.
f. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari karsinoma tiroid.
g. Untuk mengetahui komplikasi pada pasien karsinoma tiroid.
h. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien karsinoma tiroid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP TERORITIS
A. ANATOMI FISIOLOGI
System endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Secret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormone. Hormone berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh
hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan dan
integrasi serta koordinasi tubuh.
System endokrin hampir selalu bekerja sama dengan system saraf, namun cara kerjanya
dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari system saraf. Ada dua perbedaan cara
kerja antara kedua system tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan system saraf, system endokrin lebih banyak bekerja melalui
transmisi kimia.
2. System endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat dari pada system saraf.
Pada system saraf potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 mili
detik, tetapi kerja endokrin melalui hormone akan sempurna dalam waku yang sangat
bervariasi, berkisar antara beberapa menit atau beberapa jam.

Jenis kelenjar endokrin :

1. Kelenjar pituitira
Kelenjar ini terletak didasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam
sekresi hormone dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar pituitira di kenal sebagai
master of glands karena pituitira ini dapat mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
2. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terletak dan menempel pada trakea di bagian depan. Kelenjar tiroid
adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini
dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energy, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap
hormone lainnya. Kelenjar tiroid dapat di stimulasi dan menjadi lebih besar oleh
epoprostenol. Fungsi tiroid di atur oleh hormone perangsang tiroid (TSH) hipofisis, di
bawah kendali hormone pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui system umpan
balik hipofisis-hipotalamus. Factor utama yang mempengaruhi laju sekresi TSH dan
TRH adalah kadar hormone tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolic tubuh.
(Mustikawati, 2017)
B. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma tiroid merupakan keganasan terbanyak pada system endokrin. Insidennya
meningkat seiring dengan uisa dan mendatar setekah usia 50 tahun. kejadian pada
perempuan dua kali lebih banyak dibanding laki-laki. (Chris tanto, et all, 2014)
C. DEFINISI
1. Kanker tiroid lebih jarang dijumpai dibandingkan bentuk kanker lain. Jenis yang
paling umum adalah adenokarsinoma kapiler, yang menyebabkan lebih dari setengah
keganasan tiroid; penyakit ini dapat mulai muncul dimasa kanak-kanak atau awal
kehidupan dewasa, tetap terloklisasi, dan pada akhirnya mengalami metastasis. Ketika
adenokarsinoma papiler terjadi pada pasien lansia, kanker ini menjadi lebih agresif.
Faktor risiko mencakup jenis kelamin wanita dan iradiasi eksternal pada kepala,
leher, atau dada dimasa bayi dan kanak-kanak. Jenis kanker tiroid yang lain
mencakup adenokarsinoma folikular, medular, anapatik, dan limfoma tiroid. (Brunner
and Suddart, 2013).
2. Karsinoma tiroid adalah keganasan terbanyak pada system endokrin. (Chris Tanto, et
all, 2014).
3. Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu :
papiler, folikuler, analplastik dan meduler.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya akan mengeluh benjolan di leher bagian depan yang semakin membesar
dan biasanya tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh suara serak sampai kesulitan menelan
apabila sudah ada perluasan tumor ke struktur sekitarnya. Kecurigaan akan keganasan
dapat dilihat dari tanda-tanda berikut ini :
1. Nodul soltier pada anak-anak, laki-laki atau usia tua.
2. Nodul cepat membesar.
3. Nodul terfiksir dan keras
4. Nodul dengan gejala invasi local (suara serak, sesak napas atau susah menelan)
5. Metastasis
6. Pernah mendapatkan terapi radiasi sebelumnya.
7. Adanya riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid. (Sumber, Chris tanto, et all, 2014)
E. ETIOLOGI
Etiologi yang saat ini dianggap dapat menyebabkan karsinoma tiroid adalah kenaikan
sekresi hormone TSH, radiasi ion pada leher (terutama anak-anak), dan factor genetic
(riwayat karsinoma tiroid pada keluarga). Factor resiko lain adalah usia, pembesaran
nodul lebih dari 4 cm, massa leher baru atau membesar, paralisis pita suara atau suara
serak, adanya nodul yang terfiksasi, ekstensi ekstra-tiroid, dan defisiensi iodium. ( Chris
tanto, et all, 2014).
F. PATOFISIOLOGI
G. KLASIFIKASI
Klasifikasi karsinoma tiroid dibedakan atas dasar (asal sel yang berkembang menjadi sel
ganas dan tingkat keganasannya).
1. Asal sel
a. Tumor epithelial
 Tumor berasal dari sel folikulare
Jinak : adenoma folikulare, konvensional, varia.
Ganas : karsinoma berdiferensiasi baik (karsinoma folikulare, karsinoma
papilare), karsinoma berdiferensiasi buruk (karsinoma insular), tak
berdiferensiasi (anaplastic).
b. Tumor berasal dari sel C (berhubungan dengan tumor neuroendokrin)
 Karsinoma medulare
c. Tumor berasal dari sel folikulare dan sel C
 Sarcoma
 Limfoma malignum (dan neoplasma hematopoetik yang berhubungan)
 Neoplasma miselaneus
2. Tingkat keganasan, untuk kepentingan praktis karsinoma tiroid dibagi 3 kategori
yaitu:
a. Tingkat keganasan rendah : karsinoma papilare, karsinoma folikulare (dengan
invasi dan minimal).
b. Tingkat keganasan menengah : karsinoma folikulare (dengan invasi luas),
karsinoma medulare, limfoma maligna, karsinoma berdiferensiasi buruk.
c. Tingkat keganasan tinggi: karsinoma tidak berdiferensiasi, haemangio
endothelioma maligna. ( Aru W. Sudoyo, et all. 2009)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG), berguna untuk membedakan lesi kistik/solid, selain itu dapat
melihat regularitas tepi massa dan ukuran.
2. Scan tiroid. Prinsip dasar pemeriksaan penunjang ini adalah ambilan (uptake) dan
distribusi yodium radioaktif pada kelenjar gondok. Melalui pemeriksaan ini, dapat
dilihat bentuk, besar, letak dan distribusi kelenjar.
3. Biopsy aspirasi jarum halus merupakan pemeriksaan penunjang dengan prosedur
pengambilam sampel yang mudah dan aman. Kesulitannya terletak pada bagaimana
memastikan lokasi yang tepat untuk pengambilan sampel sehingga sebaiknya dipandu
dengan USG dan dalam bentuk operasii.
4. Biopsy. Cara terbaik diagnosis karsinoma tiroid adalah biopsy dengan atau tanpa
potong beku. (sumber, Chris tanto, et all, 2014)
I. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Karsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik sebaiknya dieksisi secara bedah. Selain
mengangkat lesi primer, diagnosis histologis dan penentuan stadium juga dapat
dilakukan. Jenis pembedahan yang dibutuhkan bergantung pada jenis karsinoma.
Metode yang ada diantaranya lobektomi atau tiroidektomi total.
2. Terapi supresi TSH
Kebanyakan tumor responsive terhadap TSH sehingga levotiroksin masih digunakan
secara luas. Tujuannya adalah menekan TSH sebanyak mungkin dengan sesedikit
efek samping hormone tiroid berlebih. TSH ditekan hingga kadar 0,1-0,5 iu/l. supresi
TSH baru diberikan pada kasus kanker tiroid setelah dilakukan tiroidektomi total.
3. Terapi radio-iodin
Terapi ini diberikan pada pasien yang telah menjalani tiroidektomi total dan pada
scan tiroid masih tampak sisa. Terapi radio-iodin sebagai terapi utama kanker tiroid
tidak dianjurkan.
4. Berikan ashuan pascaoperasi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala kemungkinan komplikasi dan
hal-hal yang baru dilaporkan, ajarkan strategi untuk mengatasi nyeri pasca-operasi
dirumah dan meningkatkan humidifikasi (kelembapan). (sumber, Brunner dan
Suddarth, 2013)
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan : resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis
dan penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
emboilisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens : ini dapat menimbulkan paralisis sebagian
atau total laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum : seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotic tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
5. Minor : seroma
6. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus
7. Mayor : perdarahan intraoperative
8. Perdarahan pasca operasi
9. Hipoparatiroidisme
10. Hipotiroidisme
11. Krisi tiroid
12. Infeksi
K. PROGNOSIS
Usia menjadi factor prognosis yang penting, insidensi pada usia kurang dari 20 tahu atau
lebih dari 45 tahun terkait dengan prognosis yang lebih bruruk. (Chris Tanto, et all, 2014)
L. ASPEK LEGAL ETIK
1. Aspek legal : bila ada tindakan operasi pastikan klien dan keluarga sudah sudah
dijelaskan dan setuju dengan tindakan melalui infom konsen.
2. Aspek etik :
 Otonomi : memberikan kesempatan kepada pasien dalam mengambil keputusan
 Non malficience : melakukan tindakan dengan benar dan tepat aga tidak
membahayakan pasien.
 Beneficience : memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien dan
menguntungkan pasien.
 Justice : melayani pasien dengan sama tanpa memandang status pasien
 Fidelity : bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan
 Vocacity : melakukan tindakan keperawatn yang benar.
 Advokasi : memberikan informasi kesehatan mengenai penyakit yang diderita
kepada pasien dan keluarga

II. KONSEP ASKEP


A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
 Kaji riwayat benjolan, ukuran awal dan kecepatan pembesaran
 Gejala berupa suara serak dan susah menelan untuk mengetahui perluasan ke
struktur sekitarnya
 Tanyakan gejala seperti berdebar-debar, intoleransi akan udara panas, penurunan
berat badan.
 Riwayat kanker tiroid sebelumnya serta pengobatan yang sudah didapatkan.
 Riwayat kanker tiroid pada keluarga
2. Pemeriksaan fisis
 Pf tiroid : ukuran. Batas, permukaan, konsistensi, mobilitas dan nyeri tekan.
 PF KgB : apakah terdapat pembesaran KgB di leher.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan klien
memasukkan atau menelan makanan.
3. Hambatan verbal komunikasi b.d cedera pita suara
4. Nyeri akut b.d edema pasca operasi

C. INTERVENSI
No Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
1.  Ansietas berkurang, dibuktikan  Kaji dan dokumentasi tingkat
dengan tingkat ansietas hanya ringan ansietas pasien, termasuk reaksi fisik
sampai sedang dan selalu  Gali bersama pasien tentang teknik
menunjukkan pengendalian diri yang berhasil dan tidak berhasil
terhadap ansietas, konsentrasi, menurunkan ansietas di masa lalu.
koping, dan tingkat hiperaktivitas.  Berikan informasi mengenai
 Pengendalian diri terhadap ansietas, penyakit yang diderita.
yang dibuktikan dengan :  Instruksikan pasien tentang
merencanakan strategi koping untuk penggunaan teknik relaksasi.
situasi penuh tekanan, memantau  Jelaskan semua prosedur, termasuk
manifestasi perilaku ansietas dan sensasi yang biasa di alami selama
menggunakan teknik relaksasi untuk prosedur.
meredakan ansietas.  Kolaborasi dengan memberikan obat
 Mengindetifikasi gejala yang untuk menurunkan ansietas, jika
merupakan indicator ansietas pasien perlu.
sendiri.  Damping pasien, bicara dengan
 Mengomunikasikan kebutuhan dan tenang dan berikan ketenangan serta
perasaan negative secara tepat. rasa nyaman.
 Memiliki tanda-tanda vital dalam  Berikan dorongan kepada pasien
batas normal untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas.
2.  Memperlihatkan status nutrisi, yang  Tentukan motivasi pasien untuk
dibuktikan oleh indicator : azupan mengubah kebiasaan makan.
gizi terpenuhi, asupan makanan,  Tentukan kemampuan pasien untuk
asupan cairan terpenuhi dan energy. memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Mempertahankan berat badan atau  Ketahui makanan kesukaan pasien
bertambah. dan pantau kandungan nutrisi dan
 Menjelaskan komponen diet bergizi kalori pada catatan asupan.
adekuat.  Timbang pasien pada interval yang
 Menoleransi diet yang dianjurkan tepat.
 Mempertahankan massa tubuh dan  Ajarkan pasien dan keluarga
berat badan dalam batas normal. terhadap makanan yang bergizi dan
 Melaporkan tingkat energy yang tidak mahal
adekuat.  Berikam informasi yang tepat tentan
kebutuhan dan bagaimana
memenuhinya.
3.  Menunjukkan komunikasi yang  kaji dan dokumentasikan pasien
dibuktikan oleh indicator gangguan  kaji kemampuan untuk berbicara,
sebagai berikut : gangguan ekstrem, mendengar, menulis, membaca dan
berat, sedang, ringan atau tidak memahami
mengalami gangguan.  kaji kemampuan untuk melakukan
 Menggunakan bahasa tertulis, lisan komunikasi dengan staf dan
dan nonverbal keluarga.
 Menggunakan bahasa isyarat  Konsultasikan dengan dokter tentang
 Pengenalan terhadap pesan yang kebutuhan terapi wicara
diterima  Dorong pasien untuk berkomunikasi
 Mengkomunikasikan kebutuhan secara perlahan dan untuk
kepada staf dan keluarga dengan mengulangi permintaan
frustrasi minimal  Berikan penguatan positive dengan
 Mengomunikasikan kepuasaan sering atas upaya pasien untu
dengan cara komunikasi alternative. berkomunikasi
4.  Memperlihatkan pengendalian nyeri,  Gunakan laporan dari pasien sendiri
yang dibuktikan dengan : mengenal sebagai pilihan pertama untuk
awitan nyeri, menggunakan tindakan mengumpulkan informasi
pencegahan, dan melaporkan nyeri pengkajian
dapat dikendalikan.  Minta pasien untuk menilai nyeri
 Menunjukkan tingkat nyeri yang atau ketidaknyaman pada skala 0-10
dibuktikan dengan : ekspresi nyeri  Lakukan pengkajian nyeri yang
pada wajah, gelisah atau komprehensif meliputi lokasi,
ketengangan otot, durasi episode karateristik, awitan dan durasi,
nyeri, merintih dan menangis, frekuensi, kualitas, intesitas atau
gelisah. keparahan nyeri, dan factor
 Mengenali factor penyebab dan presipitasinya
menggunakan tindakan untuk  Instruksikan pasien untuk
memodifikasi fakto tersebut. menginformasikan kepada perawat
 Mempertahankan selera makan yang jika peredaan nyeri tidak dapat
baik dicapai
 Melaporkan kemampuan untuk  informasikan kepada pasien untuk
mempertahankan performa peran menginformasikan kepada perawat
dan hubungan interpersonal jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang ditetapkan selama pelaksanaan kegiatan baik bersifat mandiri atau kolaboratif dan
selama melakukan perlu dievaluasi dan di monitor kemajuan kesehatan pasien.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan dan implementasi (Nursalam, 2011).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker tiroid lebih jarang dijumpai dibandingkan bentuk kanker lain. Jenis yang paling
umum adalah adenokarsinoma kapiler, yang menyebabkan lebih dari setengah keganasan
tiroid; penyakit ini dapat mulai muncul dimasa kanak-kanak atau awal kehidupan dewasa,
tetap terloklisasi, dan pada akhirnya mengalami metastasis. Ketika adenokarsinoma papiler
terjadi pada pasien lansia, kanker ini menjadi lebih agresif. Faktor risiko mencakup jenis
kelamin wanita dan iradiasi eksternal pada kepala, leher, atau dada dimasa bayi dan kanak-
kanak. Jenis kanker tiroid yang lain mencakup adenokarsinoma folikular, medular, anapatik,
dan limfoma tiroid. Etiologi yang saat ini dianggap dapat menyebabkan karsinoma tiroid
adalah kenaikan sekresi hormone TSH, radiasi ion pada leher (terutama anak-anak), dan
factor genetic (riwayat karsinoma tiroid pada keluarga). Factor resiko lain adalah usia,
pembesaran nodul lebih dari 4 cm, massa leher baru atau membesar, paralisis pita suara atau
suara serak, adanya nodul yang terfiksasi, ekstensi ekstra-tiroid, dan defisiensi iodium.
( Chris tanto, et all, 2014).

B. SARAN
Semoga makalah ini berguna bagi institusi dan juga mahasiswa agar lebih memahami tentang
penyakit kanker tiroid dan memahami bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien
kanker tiroid.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudarrth, 2013. keperawatan medikal bedah. edisi 12. Jakarta: EGC

Christanto et all, 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid: 1. Jakarta:Aesculapius

Mustikawati, 2017. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Ringkasan dan Soal. Jakarta:
Trans Info Media

Judith Wilkinson, 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA I Intervensi NIC, Hasilnya
NOC. Edisi 10. Jakarta:EGC

Sudoyo Aru, et all. 2009. buku ajar ilmu penyakit dalam. jilid 2.edisi 5. Jakarata:EGC

Anda mungkin juga menyukai