Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat
dan kasih karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Leukimia” dapat diselesaikan tepat waktu. Semua ini tidak
lepas dari kerjasama anggota kelompok yang ikut terlibat dalam pembuatan
makalah.

Dalam penyusunan makalah ini kelompok banyak mengalami kesulitan


maupun hambatan, tetapi berkat bimbingan, saran, koreksi dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
kelompok menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Stikes
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ignasia yunita sari S.Kep.,Ns., M.Kep., selaku dosen pengampu mata
kuliah keperawatan medikal bedah II
3. Ibu Indrayanti M.Kep,.Sp.Kep.Kom selaku tutor kelompok 2 keperawatan
medikal bedah II
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
KONDEP DASAR MEDIS.....................................................................................5
A. Anatomi Fisiologi.........................................................................................5
B. Definisi..........................................................................................................8
C. Etiologi..........................................................................................................8
D. Patofisiologi..................................................................................................9
E. Klasifikasi...................................................................................................12
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................13
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................13
H. Penatalaksanaan..........................................................................................16
BAB III..................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................18
A. Pengkajiaan.................................................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................20
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................22
D. Implementasi Keperawatan.........................................................................24
E. Evaluasi.......................................................................................................24
BAB IV..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit
yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia
diturunkan dari bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan
“darah” yang mengacu pada peningkatan abnormal dari leukosit.
Peningkatan tidak trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi,
trobositopenia, dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian.
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di
Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%).
Insiden rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000
penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama.
Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa
setiap 4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan
139.860 orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan
53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu
12,2 per 100.000 penduduk.
Jenis-jenis dari leukimia pada anak ini ada tiga yaitu Leukemia Mielositik
Akut (LMA), Leukemia Limfositik Akut (LLA), dan Leukemia Mielositik
Kronis (CML).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimankah anatomi fisiologi leukemia?
2. Apa yang dimaksud dengan leukimia?
3. Bagaimanakah etiologi leukimia?
4. Bagaimana patofisiologi leukimia?
5. Apa saja klasifikasi leukimia?
6. Apa saja menifestasi klinis leukimia?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik laukimia?
8. Bagaimana penatalaksanaan laukimia?
9. Bagaimana konsep dasar keperawatan leukimia?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi leukemia.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian leukimia.
3. Mahasiswa dapat memahami etiologi laukimia.
4. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi leukimia.
5. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi leukimia.
6. Mahasiswa dapat memahami menifestasi klinis leukimia.
7. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan diagnostik.
8. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan leukimia.
9. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keperawatan laukimia.
BAB II
KONDEP DASAR MEDIS

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah.
Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam
keadaan normalnya terkandung 4000 hingga 11000 sel darah putih di
dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000
sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai
10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Didalam
tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau
jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme
sel tunggal.
Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan
menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau
bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah
produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada
pada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil dan
fagosit termasuk makrofag, neutropil dan sel dendritik. Ada beberapa
jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear
yaitu: basofil, eosinofil, dan neutrofil. Dua jenis yang lain
tanpa granula dalam sitoplasma: limfosit dan monosit.
2. Fisiologis
a. Leukosit
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah
normal leukosit rata-rata 4000-11000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari
12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 4000 disebut
leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai
bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma
sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak.
Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil
(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat
warna netral basa dan asam.
Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski
masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak
secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-
sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses
peradangan.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat
dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke  arah
perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis,
yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit,
dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan
menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau
disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat
turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi
kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.
b. Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit
(fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk
ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai
sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada
waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan
gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar
pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan
cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera,
menangkap organisme hidup danmenghancurkannya, menyingkirkan
bahan lain seperti kotoran-kotoran,serpihan-serpihan dan lainnya, dengan
cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat
memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,
menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel
darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya
tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah
beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam
kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang
mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan
yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

D. Definisi
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker. Leukemia barasal dari kata yunani
leukos-putih-darah. Leukemia adalah kanker yang di mulai di sel-sel
darah. Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu
membelah tidak terkontrol dan menganggu pembelahan sel darah normal.
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerag sel-
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone borrow).

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan


sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai
adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia trombositopenia.

Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau


multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai
adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
E. Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya:
1. Jenis kelamin pria
Leukemia lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
2. Faktor genetik
Insidesi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak dari pada normal. Kelainan pada kromosom 21
dapat menyebabkan leukemia akut.
3. Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada binatang maupun manusia. Akhir-akhir
ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif
akan menderita lekimia pada 6% klien dan baru terjadi sesudah 5
tahun.
4. Paparan zat kimia
Pekerja yang terpapar kimia benzene memiliki peingkatan risiko 20
kali lipat menderita leukemia (AML, CML, atau ALL). Benzene
ditemukan dalam beberapa palarut, herbisida, dan pestisida. Zat ini
juga hadir dalam asap rokok, perokok dan menempatkan bekas
perokok pada risiko yang meningkat, zat kimia lain yang dapat
meningkatkan risiko mencangkup oksida etilen, dioxin, butadienes,
dan stirena.
5. Virus
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil
penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia
yaitu enzyme reverse transcriptase ditemua dalam darah manusia.
6. Riwayat terapi kanker
Mereka yang sebelumnya telah menerima kemoterapi dan radiasi
untuk kanker berda pada resiko yang sedikit lebih tinggi dari
menderita AML dari pada populasi umum. Agen-agen risisko
leukemia tertinggi dalam kemoterapi adalah terapi yang digunakan
dalam pengobatan kanker payudara dan ovarium, serta penyakit ganas
darah seperti penyakit Hogkin.

F. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel
darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah.
Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel
darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini
mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan
jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Virus, Genetik, Sinar Radiologi, Zat Kimia

Mutasi somatik pada DNA

Okoginesis aktif

Myeloblast belum matang Devisi (pembelahan) sel terganggu Infiltrasi


ekstra medular

Produksi sel darah normal terganggu Keganasan sel induk myloid Pembesaran
hati dan nodus limfe

Eritrosit, platelet, granulosit berkurang Proliferasi myeloid terganggu


Nyeri tulang danpersendian
Resiko Perdarahan Nyeri Akut
Eritroponia Mempengaruhi sel iduk hematopoetik

Perdarahan Sirkulasi O2 Dalam Darah Sel inti lymfoid tunggsl rusak

Resiko hipovolemia
Kelemahan Keganasan proliferasi limfoblas
Resiko infeksi

Intoleransi Aktivitas
SSP Terkena

Gangguan penglihatan Gangguan nutrisi

Mual muntah
Resiko Jatuh
Resiko Perdarahan
Kurang Nutrisi
Resiko Perdarahan
G. Klasifikasi
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi
jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum
tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai
keterlibatan organ lain.
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak – anak dengan presentase
75% - 80%. Puncak usia terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah
kira-kira 4 tahun, walaupun walaupun penyakit ini dapat mengenai
semua usia. Individu-individu tertentu, seperti penderita Sindrom
Down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami penyakit
ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan
factor genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Pada
pemeriksaaan fisik LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan
infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah
tepi dan selalu ada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan
terjadinya limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali, tetapi 70%
anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.
3. Leukemia Mielositik Kronis (CML)
Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari semua
kasus leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua
usia, tetapi sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
Penyakit ini relative lebih lambat disbanding leukima akut.
Penyebabnya tidak diketahui. Pasien sering asimtomatik dan terdapat
jumlah leukosit yang tinggi atau splenomegali yang ditemukan pada
pemeriksaan rutin anak yang sehat. Akan tetapi, dapat trejadi gejala
seperti demam, keringat malam, nyeri abdomen atau nyeri tulang.

H. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme):
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan(letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)
12. Nyeri pada tulang dan persendian

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitungan darah lengkap (CBC-Complete Blood Count). CBC
digunakan untuk menilai jumalh sel darah putih (WBC), sel darah
merah (RBC), dan keeping darah. Diferensial A akan dilakukan untuk
mementukan jumlah relative dan presentase berbagai jenis leukosit
(sel darah putih).
2. Pap dari darah perifer. Pap darah dapat mendiagnosis leuimia akut
dengan menujukan blast yang terjangkit. Pemeriksaan sum-sum tulang
diperlukan untuk kateterisasi leukemia.
3. Studi kimia. Studi kimia akan dilakukan untuk menilai fungsi ginjal
dan hati. Ini memberikan informasi tentang gula darah dan elektrolit,
seperti kalium, natrium, dan kalsium.
4. Tas Jantung. Ekokardiogram atau pemindaian akuisisi multi gerbang
(MUGA-Multiple-gated Acuquisistion Scan) dapat diatur untuk
mendapatkan catatatn dasar dari struktur dan fungsi jantung anda.
Beberapa agen yang digunakan untuk mengobati leukemia (terutama
pada obat IV dsebut adreamisin (doksorubisin) dapat mempengaruhi
aktivitas pemompaan jantung).
5. Biopsy kelenjar getah bening. Ini adalah prosedur rawata jalan yang
relative sederhana, yang aan menyingkiran kelenjar getah bening
seluruhnya, sebagian, atau disedot dengan mengguanakan jarum
suntik. Eksisi nodus getah bening dilakukan oaleh ahli bedah.
Kadang-kadang biopsy jarum (FNA-Fine Needle Aspiration, atau
aspirasi jarum halus) akan cukup, terutama bila kelenjar getah bening
terletak doaerea yang sulit di jangkau. Ini melibatkan peasukan jarum
ekstra kecil ke kelenjar getah bening dan menghilangkan jarum seluler
(sitologi) untuk pemeriksaan di laboraorium sitologi jika
memungkinkan. Biopsy inti dilakukan karena cara tersebut
menyediakan jaringan lebih dari arsitektur yang lebih utuh. Jenis
biopsy ini juga dapat dilaukukan juga dibawah panduan tomografi
ultrasonik / terkomputerisasi, da jika demikian maka ahli radiologi
akan mulai menjalankan prosedur. Ini melibatkan pengeluran
sepotong kecil bagian dari kelenjar getah bening dilakukan untuk
mempermudah ahli patologi memeriksa sel-sel leukemia dibawah
mikrosop dan membantun menemukan jenis khusus leukemia yang
anda derita.
6. Biopsy dan aspirasi sum-sum tulang belakang. Prosedur ini seperi
namanya yang membutuhkan prosedur memasukan jarum biopsy kecil
melalui tulang ke dalam susm-sum tulang (ruang dalanm tulang
terlibat dalam produksi sel darah). Situs biopasi biasanya dibagian
tulang pinggual anda. Untuk menemuan jenis leukemia dan beberapa
banyak sum-sum tulang anda digantikan oleh leukemia.
7. Lubang tulang belakang. Fungsi lumbal atau melubangi tulang
belakang bisa saja diperlukan dalam kasus-kasus leukemia akut, untuk
menemukan apakah cairan tulang belakang mengandun sel-sel
leukemia. Untuk prosedur ini, kuit d pungguang bawah dibuat mati
rasa denga anestesi local, dan jarum panjang tipis dimasukan ke dalam
ruang di sekitar saraf tulang belakang, sejumlah semple kecil dari
cairan tulang belakang perlahan-lahan dihilangkan dengan jarum
suntik. Dalam beberapa leukemia akut, kemoterapi dapat saja
dimasukan kedalam cairan tulang belakang selama prosedur yang
sama, dalam mengobati leukemia atau untuk mengurangi resiko
menyebar ke daerah ini.
8. Sinar-X/ pemindaian tomografi terkomputerisasi (CAT), metode ini
kadang-kadang dilakukan untuk mengevaluasi kelenjar getah bening
internal atau orga lain yang mungkin terlinbat dalam leukemia. Cara
ini mungkin menjadi bagian dari prose perigkat untuk menemuka
luasnya penyakit CAT pemindaian mengami beberapa gambar sebagai
kamera berputar kesesluruh tubuh. Cross-sectional, atau irisan, yang
mampu memberiakan banyak detail tentang anaotmi organ dan
mampu memvisualisasikan keljar getah bening yang tidak dapat teraba
pada pemeriksaan fisik
9. Pemindaian citraan resonansi magnetic (MRI). Metode ini
mengguanakan gelombang radio dan magnet yang kuat alih-alih sinar
X. alat ini dapat menghasilkan gambar terperinci tentang bagian-
bagian tunbuh dan sang ate berguna untuk memeriksa sum-sum tulang
belakang dan otak
10. Pemindaian tomografi emisi positron (PET). Metode inimungkin juga
diperlukan. Dalam studi ini, solousi yang mengandung glukosa
disuntik dengan sebuah atom radioaktif sebelum dimulainya
pemindaian. Glukosa ini kemudian doserap oleh daerah yang aktif
secara metabolik (misalnya kanker, peradangan). Sebuah kemerah
khusus kemudian mendetekssi radioaktifi atas dan menghasilkan
gambar tubuh iya memiliki kemampuan “menerangi” daerah tubuh
yang terlibat denga penyakit dan merupakan studi pencitra yang
sangat sensitive.

J. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat
diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat
diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prenison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-
mp,metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
labih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine)
dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan
dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian
obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia
(botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila
jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang
suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (10 5-106),
imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru
masih dalam pengembangan).

6. Transplantasi sumsum tulang belakang dan stem sel


Darah Sumsum tulang bersifat lembut, terdapat material seperti spons
yang dapat ditemukan didalam tulang. Mengandung sel yang tidak
matang yang dikenal sebagai hematopoietic. Stem sel hematopoietic
dibagi menjadi bentuk stem sel bloodfarming.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajiaan
1. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang
dewasa.
2. Biodata
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama/nama panggilan, tempat tanggal
lahir/usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, dan rencana terapi.
b. Identitas orang tua
Ayah, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama, dan alamat. Ibu, meliputi: nama, usia,
pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
3. Riwayat Kesehatan
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat
pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat
pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
5. Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-
tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-
tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran
testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
7. Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas
terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan
dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun
dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan
tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi
yang sederhana.
8. Pengkajian Kritis
a. A = airway
b. B = Breathing
c. C = circulation
d. D = Disability
e. E = expreasure
9. Pemeriksaan Persistem
a. Sistem pernapasan
Nafas pendek, dispnea, tachipnea, batuk, RR meningkat, ronchi.
b. Sistem pencernaan
Distensi abnormal, bising usus meningkat, anoreksia, mual,
muntah, penurunan BB, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi gusi,
diare, feses hitam, nyeri tekan perianal.
c. Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, takikardi, murmur jantung, kulit dan membrane mukosa
pucat, konjungtiva anemis.
d. Sistem perkemihan
Penurunan output urin, hematuria.
e. Sistem persarafan
Defisit syaraf cranial/tanda perdarahan serebral, penurunan
koordinasi, kesemutan, paretesia, otot iritabilitas, kejang, pusing,
sakit kepala, disorientasi.
f. Sistem musculoskeletal
Nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sterna, kram otot, kelelahan,
kelemahan.
10. Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia:
a. Anemi normokrom normositer
b. Leukosit >15.000/mm3 (4000-11000/ mm3)
c. Sitogenik :kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 1
d. Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
e. Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
f. SDP : 60.000/cm (50.000)
g. PT/PTT : memanjang
h. Copper serum: meningkat
i. Zink serum : menurun

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan anatara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh berhubungan
dengan tidak mampuan mencerna makanan
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan
kurang
5. Resiko pendarahan berhubungan dengan aneurisme
6. Resiko infeksi berhubungan dengan leukopenia
L. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV pasien 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama ...x24 2. Kaji skala nyeri perkembangan TTV pasien
agen cedera biologis jam diharapakan nyeri dapat 3. Ajarkan relaksasi nafas 2. Untuk mengetahui skala nyeri
berkurang dengan kriteria dalam 3. Untuk mengurangi rasa sakit
hasil: 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi rasa nyeri
Skala nyeri berkurang atau analgesik
tidak ada lagi
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. M 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama ...x24 onitot TTV klien perkembangan TTV klien
ketidakseimbangan jam diharapkan intoleransi 2. Untuk mengetahui
anatara suplai dan aktifitas dapat teratasi 2. M perkembangan hemoglobin
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: onitor hemoglobin klien klien
1. TTV dalam atas normal 3. Untuk mengurangi kelelahan
TD (sistol 90-70, diastol
100-120), N (60- 3. B
100x/menit), RR (20- antu klien untuk
30x/menit), T (36,5oC- mengidentifikasi dan
37,5oC) memilih aktivitas yang 4. Untuk mengurangi kelelahan
2. Hemoglobin dalam batas mampu dilakukan
normal 10-16 gr/Dl 5. Untuk memilih terapi yang tepat
4. B
antu untuk melakukan
aktivitas klien.
5. K
olaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status, riwayat mual 1.
nutrisi kurang dari keperawatan selama ...x24 dan muntah. derajat/luasnya masalah dan
kebuthan tubuh diharapkan nutrisi pasien pilihan.
berhubungan dengan terpenuhi. 2. Kaji pola diet pasien yang 2.
tidak mampuan Kriteria hasil: disukai /tidak. mengidentifikasi kebutuhan atau
mencerna makanan 1. Menunjukkan kekuatan khusus.
peningkatan berat badan 3. Monitor intake dan output 3.
2. Bebas dari tanda-tanda secara periodik. keefektifan nutrisi dan
malnutrisi. dukungan cairan.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4.
pemberian nutrisi keefektifan nutrisi.
M. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
untuk spesifik. Tahap ini merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan, oleh karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana
tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tindakan sesuai skala
sangat urgen dan tidak urgent (non urgent).

N. Evaluasi
Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis
pada status kesehatan pasien. Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi
formatif atau evaluasi jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan
secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir.
Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi akhir atau jangka panjang,
dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan keperawatan.
Adapun tujuan evaluasi yang diharapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis adalah:
1. Nyeri akut teratasi
2. Intoleransi aktifitas teratasi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi
4. Volume cairan terpenuhi
5. Perdarahan tidak ada
6. Infeksi tidak ada
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel
leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.

Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi)


patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai contoh,
leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling sering di jumpai pada anak,
menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit primitive. Angka kelangsungan hidup
jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar
sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak,
merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini hamper bersifat fatal. Obat
yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.

O. Saran
1. Bagi mahasiswa/i
Kepada mahasiswa diharapkan agar makalah ini dapat berguna dalam melakukan
intervensi asuhan keperawatan khusunya dalam asuhan keperawatan leukemia
sehingga ada intervensi baru dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Kepada institusi pendidikan penyusun sangat mengharapkan agar makalah ini dapat
ditinjau kembali demi kesempurnaan dan kelayakan dari makalah ini

Anda mungkin juga menyukai