Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA KELOMPOK

LANSIA DENGAN MASALAH DIABETE MELLITUS TIPE II

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Keperawatan Kelompok Khusus

Dosen Pengampu : Ns. Diana Dayaningsih, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Aditya Ilham Septian 20101440118002


2. Annisa Dinda Setyani 20101440118010
3. Annisa Nanda Purnania 20101440118011
4. Deka Ragil Asgar 20101440118022
5. Heru Khoeruddin 20101440118035
6. Intan Alawiyah 20101440118036
7. Khilya Chorry F 20101440118039
8. Nadya Tri Yuwinda 20101440118053
9. Nur Anggit 20101440118056
10. Retno Wulandari 20101440118061
11. Rico Primanto 20101440118062
12. Safitri Nur Wulandari 20101440118066
13. Samsuri 20101440118068

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA KELOMPOK


LANSIA DENGAN MASALAH DIABETE MELLITUS TIPE II

Disusun Oleh :

1. Aditya Ilham Septian 20101440118002


2. Annisa Dinda Setyani 20101440118010
3. Annisa Nanda Purnania 20101440118011
4. Deka Ragil Asgar 20101440118022
5. Heru Khoeruddin 20101440118035
6. Intan Alawiyah 20101440118036
7. Khilya Chorry F 20101440118039
8. Nadya Tri Yuwinda 20101440118053
9. Nur Anggit 20101440118056
10. Retno Wulandari 20101440118061
11. Rico Primanto 20101440118062
12. Safitri Nur Wulandari 20101440118066
13. Samsuri 20101440118068

Telah disetujui :

Dosen Pembimbing

Ns. Diana Dayaningsih, M.Kep


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah
makalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Keperawatan
Kelompok Khusus yang membahas tentang Diabetes Mellitus Tipe II pada Lansia
dan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan. Terima kasih

Semarang, 19 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu degenerative dan salah
satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang,
WHO memperkirakan tahun 2025 angka kejadian meningkat menjadi 300
juta orang. Meningkatnya prevalensi Diabetes Mellitus dinegara
berkembang salah satunya negara yang masuk dengan Negara yang
prevalensi Diabetes Milletus juga meningkat dan diperkirakan pada tahun
2025 Diabetes Millitus di Indonesia menjadi urutan ke lima. (Suyono,
2014).
Diabetes Millitus adalah penyakit kelompok gangguan metabolik yang
ditandai dengan kadar gula darah yang disebabkan oleh kurangnya insulin,
tidak mampu insulin bekerja atau keduannya. Klasifikasi Diabetes Millitus
dibagi dalam beberapa bagian yaitu Diabetes Millitus tipe 1 dan Diabetes
Millitus tipe 2, Diabetes Millitus Kehamilan dan DM yang berhubungan
dengan kondisi lainnya (Smeltezer,B,Hinkle,&Cheever,2010). Manifestasi
klinis pasien DM adalah peningkatana rasa haus, dan peningkatan
masukan makanan dengan penurunan berat badan
Adapun komplikasi mikrovaskuler meliputi retinopati, nevropati
dan neuropati sedangkan kerusakan makrovaskuler meliputi penyakit
arterikoroner, kerusakan pembuluh darah serebral dan juga kerusakan
pembuluh darah periver tungkai yanmg biasa disebut dengan kaki
diabetes. (Lewis,Dirksen,2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sihombing, Nursiswati, &
Prawesti (2008) menyimpulkan bahwa perawatan kaki wajub dilakukan
oleh setiap orang khususnya pada pasien DM karena sangat rentan dan
membutuhkan waktu yang lama dalam proses penyembuhan apabila sudah
terkena neuropati yang mengabitkan ulkus pada kaki. Melakukan
perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi kaki diabetik sebesar 50-
60%. Untuk meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki dapat juga
dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki yang di kenal sebagai senam kaki
diabetes, SPA kaki (Black & Hawkas, 2009; Smeltzer et., 2010).

B. TUJUAN
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kelompok khusus pada
kelompok lansia dengan masalah Diabetes Milletus
2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Diabetes Millitus
b. Untuk mengetahui etiologi Diabetes Millitus
c. Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Millitus
d. Untuk menetahui tipe-tipe Diabetes Millitus
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Millitus
f. Untuk mengetahui komplikasi Diabetes Millitus
g. Untuk menegtahui penatalaksanaan Diabetes Millitus

C. MANFAAT
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan :
1 Menambah pengetahuan lansia mengenai Diabetes Millitus Tipe 2
dan cara pencegahan diabetes sehingga dapat menurunkan angka
kejadian diabetes millitus
2 Memberi informasi pada keluarga yang merawat lansia mengenai
bagaimana perawatan diabetes pada lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELOMPOK KHUSUS


1 Pengertian dari Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan dan
termasuk didalamnya adalah :
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus
sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan seperti ibu
hamil, bayi baru lahir. Anak balita, anak usia sekolah, dan
usia lanjut.
b. Kelompok khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya penderita
penyakit menular TBC, lepra, AIDS, dan lain-lain.
Penderita dengan penyakit tidak menular seperti diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental, dan
lain-lain.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit
diantaranya : wanita tuna susila, kelompok penyalahgunaan
obat dan narkotika, kelompok pekerja tertentu dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitas, diantaranya
panti wreda, panti asuhan, pusat-pusat rehabilitas, dan
penitipan anak balita.
2 Pengertian Keperawatan Kelompok Khusus :
Menurut Nasrul Effendy (1998) Kerawatan kelompok
khusus adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan
masyarakat yang ditunjukkan kepada kelompok-kelompok individu
yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan
kesehatan dan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut,
yang dilaksanakan secara terorganisasi dengan tujuan
meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya,
mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitative, yang ditujukan kepada
mereka yang tinggal dipanti dan kepada kelompok-kelompok yang
ada di masyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan
pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.
3 Tujuan dari asuhan Keperawatan Khusus antara lain :
Tujuan umum pendidikan kesehatan pada kelompok khusus
menurut Nasrul Effendy (1998)  adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan derajat kesehatan kelompok, serta untuk dapat
menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu
tergantung kepada pihak lain. Sementara tujuan khusus dari
pendidikan kesehatan pada kelompok khusus adalah sebagai
berikut :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe
kelompok.
b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan
yang mereka hadapi.
c. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan.
d. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam
pemeliharaan kesehatan mereka sendiri.
e. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak
lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
f. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus.
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan
keperawatan.
4 Ruang lingkup kegiatan Asuhan Keperawatan kelompok
khusus
Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya –
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitatif
melalui kegiatan – kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
b. Penyuluhan kesehatan.
c. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota
kelompok, kader kesehatan dan petugas panti.
d. Penemuan kasus secara dini.
e. Melakukan rujukan medic dan kesehatan
f. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat,
kader dan petugas panti atau pusat – pusat rehabilitasi
kelompok khus
g. Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan
kepada petugas panti, kader kesehatan.
5 Pelayanan kelompok khusus menurut klasifikasinya
diantaranya sebagai berikut :
a. Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi,
diantaranya: Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus
yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan dan
perkembangannya missal :
 Kelompok Ibu Hamil
 Kelompok Ibu bersalin.
 Kelompok Ibu nifas
 Kelompok Bayi dan anak balita.
 Kelompok Anak usia sekolah.
 Kelompok Usia lanjut
b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang
memerlukan pengawasan dan bimbingan :
 Kelompok penderita penyakit menular : (Kusta,
TBC, AIDS, PenyakitKelamin)
 KelompokPenderita penyakit tidak menular : (DM,
Jantung Stroke)
 Kelompok Cacat yang memerlukan rehabilitasi :
(Fisik, mental social)
 Kelompok Khusus yang mempunyai resika
terserang penyakit : (WTS, penyalahgunaan obat&
narkotika, pekerja tertentu).
6 Pelayanan kelompok khusus di Masyarakat
Pelayanan kelompok khusus di masyarakat, dilakukan
melalui kelompok-kelompok yang terorganisir dengan melibatkan
peran serta aktif masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan
diantara kelompok tersebut, yang telah mendapatkan pendidikan
dan pelatihan oleh puskesmas, yang telah berjalan dewasa ini kita
kenal dengan sebutan Dasa Wisma, KPKIA (Kelompok
Persepuluhan Kesehatan Ibu dan Anak).
Disamping itu lahan pembinaan kelompok-kelompok
khusus di masyarakat dapat dilakukan melalui Posyandu terhadap
kelompok ibu hamil, bayi dan anak balita, dan kelompok-
kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.

B. KONSEP LANSIA
1 Pengertian Lansia
Lansia yaitu seseorang yng telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, adapun kategori lanjut usia menurut WHO adalah sebagai
berikut Erderly (60-74 tahun), Old (75-89 tahun), dan very old
(>90 tahun). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia, menurut literature tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2 Klasifikasi Lansia
Batasan usia menurut depkes RI, pra usia lanjut (viriltas/pra
senilis) 45-59 tahun, usia lanjut 60-69 tahun dan usia lanjut resiko
tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut literature
lain batasan usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia (old) antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun.
3 Karakteristik Lansia
Lansia mempunyai tiga karakteristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
4 Tipe Lansia
Macam-macam tipe lansia yaitu :
a. Tipe arif bijaksana
Lansia ini banyak dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana,dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan
teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan
berbagai jenis kegiatan.
e. Tipe bingung
Lansia yang sangat kaget, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, posesif, acuh
tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam bebrapa tipe yang
bergantungan pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
a. Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian yang cukup,
memandang lansia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan
pribadinya.
b. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati dihup,
mempunyai toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar
diri, biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
c. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi
selalu pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak
mempunyai inisiatif, dan tidak praktis dalam bertindak.
d. Tipe defentif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan atau jabatan
yang tidak stabil, selalu menolak bantuan, emosi tidak
terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif
aktif, takut mengadahi “menjadi tua” dan menyenangi masa
pensiun.
e. Tipe militant dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang
berjuang dan bisa menjadi panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian
yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan
hidupnya.
g. Tipe musuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif
dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan yang tidak stabil
di saat muda, menganggap tua sebagai hal yang tidak baik,
takut mati, merasa iri hati pada orang yang lebih muda,
senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif menghindari
masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki
ambisi, mengalami penurunan sosial-ekonomi, tidak dapat
menyesuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami
kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut
sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.

C. KONSEP PENYAKIT (DIABETES MILITUS Tipe 2)


1 Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mengalirkan atau mengalihkan (siphon), Mellitus adalah kata Latin
untuk madu atau gula. Diabetes melitus merupakan kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dengan
karakteristik hiperglikemia pada suatu kelompok penyakit
metabolik.
Diabetes Mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DM tanpa ketergantungan insulin
yang artinya insulin yang tidak bekerja dengan baik karena
reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur, sehingga
hanya sedikit glukosa yang berhasi masuk ke dalam sel. Akibatnya,
sel mengalami kekurangan glukosa dan disisi lain glukosa
menumpuk di dalam darah. Kondisi ini dalam jangka Panjang akan
merusak pembuluh darah dan menimbukan berbagai komplikasi.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang
di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi
insulin). 90% sampai 95% penderita Diabetes Mellitus termasuk
tipe ini.
Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan
oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin,
umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang
dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur ≥45 tahun.
2 Etiologi
Pathogenesis diabetes tipe 2 atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM), belum diketahui sepenuhnya, tetapi
ada 3 faktor penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab
terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2 :
a. Faktor individu atau genetik etnis yang menyebabkan
kerawanan pada kejadian diabetes mellitus.
b. Kerusakan sel β pancreas.
c. Berkurangnya kerja hormone insulin didalam jaringan
(resistensi insulin). Termasuk otot skeletal, hati dan
jaringan adipose.
Perlu diketahui diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan
kurangnya sekresi insulin, tetapi ketidakmampuan sel-sel target
insulin untuk merespon hormon insulin secara normal sehingga
gula darah tidak dapat masuk kedalam sel. Pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 terjadi sekresi hormon insulin dan produksi glukosa
darah yang berlebihan. Hal yang membedakan dengan diabetes
mellitus tipe 1 adalah tidak terjadi kerusakan sel β langerhans
secara autoimun.
3 Patofisiologi
Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh
insulin yang diproduksi oleh sel β pancreas, sehigga kadarnya
didalam darah selalu dalam batas aman baik pada keadaan puasa
maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah normal berkisar
antara 70-140 mg/dL. Insulin memegang peran yang sangat
penting dalam pengaturan kadar glukosa darah dan koordinasi
penggunaan energi oleh jaringan. Insulin yang di hasilkan sel β
pancreas biasanya menjadi pintu masuknya glukosa ke dalam sel
agar dapat di metabolisme menjadi energi. Bila insulin tidak ada
atau insulin tidak dikenali oleh reseptor pada permukaan sel, maka
glukosa tak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada dalam darah sehingga kadar gulanya akan meningkat.
Tidak adanya glukosa yang di metabolisme menyebabkan tidak ada
energi yang dihasilkan sehingga badan menjadi lemah.
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen
dibelakang gaster di dalam ruang retroperitoneal. Pancreas
memiliki dua jaringan utama yaitu Asinus yang mengekskresikan
pencernaan ke dalam duodenum, dan Pulau Langerhans yang tidak
mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya
mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Kelenjar
pancreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel-sel di pulau
Langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai
hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan
hormone yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel-
sel tubuh menembus membran sel. Didalam otot glukosa di
metabolisme dan disimpan dalam bentuk cadangan. Di sel hati,
insulin mempercepat pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis). Kekurangan hormon insulin
akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus. Insulin berperan
mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar
gula darah. Jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka
glukosa dalam darah terus bertambah karena glukosanya tidak bisa
dirubah menjadi glikogen. Akibatnya urine yang dikeluarkannya
pun mengandung glukosa. Peningkatan glukosa darah diatas titik
pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia) merangsang pancreas
untuk mensekresi insulin, yang memicu sel-sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu
telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun dibawah
titik pasang, maka pancreas akan merespon dengan cara
mensekresi glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikan
kadar glukosa darah.
Dengan tidak adanya insulin atau penurunan jumlah
produksi insulin penderita DM, tubuh akan memecah glikogen
yang tersimpan di otot dan hati untuk dirubah menjadi glukosa.
Pada kondisi normal, saat seorang kekurangan gukosa maka tubuh
akan melakukan pengambilan protein, trigliserida dan asam lemak
dalam tubuh. Namun karena insulin tidak ada, justru yang terjadi
adalah liposis yang menghasilkan badan keton. Liposis yang terjadi
akan menyebabkan seseorang menjadi kurus atau penuruan berat
badan secara terus menerus.
Peningkatan gula dalam darah tidak mampu ditoleransi oleh
ginjal sehingga urine atau air kencing penderita manis atau
memiliki kandungan gula tinggi, kondisi ini dinamakan dengan
glikosuria. Sifat dari gula adalah menarik air, air yang tertarik akan
menyebabkan penderita sering buang air kecil (polyuria), untuk
menyeimbangkan cairan yang keluar penderita DM akan banyak
minum (polidipsi), untuk mengantisipasi kondisi kekurangan
energi tubuh akan berusaha memenuhi glukosa dengan cara banyak
makan (polifagi).
4 Tipe-tipe Diabetes Mellitus
a. Diabetes Tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin)
Sekitar 10% penyandang diabtes mellitus tipe 1.
Diabetes mellitus ini merupakan tipe diabetes mellitus yang
terjadi karenakan tubuh tidak mampu menghasilkan insulin
sama sekali sehingga gula tidak mampu dihantarkan.
Penyebab utama kehilangan sel beta pancreas pada tipe ini
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan
sel beta pancreas. Reaksi autoimun tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi dalam tubuh. Diabetes tipe 1 cenderung
terjadi pada usia di bawah 30 tahun dan dapat melibatkan
factor lingkungan dan genetic.
b. Diabetes Tipe 2 (diabetes melitus tak-tergantung insulin)
Sekitar 90% penyandang diabetes mellitus tipe 2.
Diabetes mellitus ini merupakan tipe diabetes mellitus
dimana tubuh mampu menghasilkan insulin namun tidak
mencukupi kebutuhan/kurang. Keadaan ini besar kaitannya
dengan gaya hidup tidak sehat seperti kurang gerak dan
makanan siap saji yang semakin hari banyak di konsumsi.
Penyebab tipe ini karena retensi insulin, jumlah reseptor
insulinini pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah
insulin tidak berkurang, hal ini menyebabkan glukosa tidak
dapat masuk kedalam sel meskipun insulin tersedia.
Keadaan ini desebabkan karena obesitas sentral diketahui
sebagai factor terjadinya retensi terhadap insulin alasan ini
dikaitkan dengan pengeluaran kelompok hormon tertentu
yang merusak toleransi glukosa. Biasanya diabetes tipe ini
terjadi pada usia diatas 30 tahun dan menjadi lebih umum
pada orang usia lanjut (lansia).
c. Diabetes Melitus Gestational (DMG)
Diabetes melitus gestational adalah ketidak
seimbangnya kadar gula darah saat mengalami kehamilan.
Saat seseorang hamil, ketidak seimbangnya hormon
didalam tubuh beresiko semakin besar, akibat tidak
seimbangnya hormon seperti insulin kadar gula di dalam
darah juga dapat mengalami peningkatan. Selama tubuh
mampu mentoleransi gula darah berlebih maka kondisi ini
tidak akan menimbulkan bahaya yang berarti. Penderita
DMG memiliki homeostatis glukosa relative normal selama
paruh pertama kehamilan (sekitar usia 5 bulan) dan juga
biasa mengalami defisiensi insulin relative pada paruh
kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali normal
setelah melahirkan.
5 Tanda dan Gejala
Dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik:
a. Gejala Akut
 Kadar gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL dan
kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL.
 Poliuri (frekuensi buang air kecil yang berlebih).
 Polidipsi (merasa haus sehingga memiliki keinginan
minum yang berlebih).
 Polifagi (nafsu makan meningkat).
 Berat badan menurun 5-10 kg dalam waktu sepat (2-
4 minggu).
 Merasa mudah lelah.
 Timbul rasa mual dan muntah.
b. Gejala Kronik
 Mudah mengantuk.
 Kesemutan pada kaki.
 Kulit terasa panas dan tebal.
 Penglihatan berkurang.
 Sering merasa kram pada kaki.
 Timbul rasa gatal di organ genetalia.
 Rangsang seksual menurun.
 Bagi penderita yang sedang hamil sering mengalami
keguguran.
 Apabila melahirkan berat badan bayi lebih dari 4kg.
6 Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Komplikasi Akut
 Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah
seseorang di bawah nilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu,
Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
 Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,
antara lain ketoasidosis diabetik, Koma
Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi Kronis
 Komplikasi makrovaskuler, komplikasi
makrovaskuler yangumum berkembang pada
penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan
darah pada sebagian otak), mengalami penyakit
jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan
stroke.
 Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi
mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM
tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati, dan amputasi.
7 Penatalaksanaan
a. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-
25% danprotein 10-15%.
b. Latihan (exercise)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan
Continous, Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance
(CRIPE).
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.
Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan
kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan
kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien
DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan
tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun.
d. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk
golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase
dan insulin sensitizing.
e. Manajemen Nutrisi
Manajemen nutrisi bagi penderita DM sangat tidak mudah,
sehingga perlu disiapkan edukasi nutrisi, kelompok
pendukung, terapi perilaku bahkan konseling untuk dapat
mencapai tujuan dari manajemen nutrisi yaitu memenuhi
kebutuhan tubuh, mencapai dan mempertahankan berat
badan, mencegah adanya fluktuasi kadar gula darah setiap
waktunya, dan menurunkan kadar lemak serum.
f. Pemantauan Kadar Glukosa Darah
Pemantauan kadar gula darah mandiri oleh penderita sangat
penting untuk mengkontrol level gula darahnya. Untuk
penderita yang mendapatkan suntikan insulin perlu
melakukan cek gula darah 3-4x dalam sehari atau sebelum
makan. Pemantauan sebanyak 2-3x dalam seminggu di
anjurkan bagi penderita yang tidak mendapatkan insulin.
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK
KHUSUS
1 Pengkajian
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal untuk
menentukan masalah dan kebutuhan kelompok akan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan, oleh karena itu mengkajji
permasalahan kelompok diperlukan data-data sebagai berikut :
a. Identitas kelompok, yang mencakup :
 Besar dan kecilnya kelompok
 Latar belakang pendidikan
 Tingkat sosial ekonomi
 Kebiasaan
 Adat istiadat
 Pekerjaan
 Agama yang di anut
 Kepercayaan
 Lokasi tempat tinggal
b. Masalah kesehatan, yang mencakup
 Masalah kesehatan yang sering terjadi
 Besarnya anggota kelompok yang mempunyai
masalah
 Keadaan kesehatan anggota kelompok umumnya
 Sifat masalah pada kelompok, apakah yang
mengancam kesehatan atau telah mengancam
kehidupan
c. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam pemeriksaan
kesehatan, diantaranya:
 Puskesmas
 Posyandu
 Polindes
 Pos obat desa
d. Keikutsertaan fasilitas kesehatan dalam pemeriksaan
kesehatan, diantaranya:
 Sebagai kader kesehatan
 Dana upaya kesehatan masyarakat
 Desa wisma
 KPKIA
e. Status kesehatan kelompok, yang meliputi:
 Penyakit yang pernah diderita (akut,subakut, kronis
dan menular)
 Keadaan gizi kelompok uimumnya (anemia,
marasmus, kwasiorkor)
 Immunisasi (dasar-ulangan, lengkap-tidak lengkap)
 Kesehatan ibu dan anak (kehamilan, persalinan,
nifat, perinatal, neonatus, bayi dan balita)
 Keluarga berencana (akseptor-non akseptor)
 Keadaan hugiene personal anggota kelompok
f. Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota
kelompok, meliputi:
 Perumahan (permanen, semi permanen, sementara,
ventilasi, penerangan, kebersihan)
 Sumber air minum
 Pembuangan air limbah
 Pembuangan sampah
 Tempat pembuangan tinja
2 Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisa untuk
melihat kesenjangan yang terjadi dalam kelompok tersebut yang
dikaitkan dengan konsep, prinsip, teori yang relavan. Sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan tentang permasalahan yang dialami
kelompok serta kebutuhan-kebutuhan kelompok. Akan pelayanan
kesehatan dan keperawatan.
3 Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa data kelompok, dapat ditentukan
permasalahan yang dialami kelompok tersebut, masalah kesehatan
yang muncul biasanya tidak hanya sattu masalah saja, tetapi ada
beberapa masalah yang sekaligus muncul. Oleh karena itu
dilakukan prioritas masalah kesehatan kelompok dengan
mempertimbangkan:
a. Sifat masalah yang dihadapi kelompok
b. Tingkat bahaya yang mengancam kelompok
c. Kemungkinan masalah untuk dapat diatasi
d. Berat ringannya masalah yang dihadapi kelompok
e. Sumber yang tersedia dalam kelompok
4 Diagnosa Keperawatan Kelompok
Penetapan diagnosa keperawatan kelompok, didasarkan kepada:
a. Masalah kesehatan sering kita jumpai pada kelompok yang
mempertimbangkan faktor resiko, dan potensial terjadinya
masalah/penyakit.
b. Kemampuan kelompok dalam pemecahan masalah dilihat
dari segi sumber daya yang berkaitan dengan kemampuan
finansial, pengetahuan, dukungan keluarga masing-masing
anggota kelompok dan sebagainya.
Contoh diagnosa keperawatan pada tingkat kelompok:
a. Tingginya angka kesakitan anak dengan tetanus
neonatorum sehubungna dengna kurangnya pengetahuan
dan kemampuan ibu dalam perawatan tali pusat, yang
ditandai dengan 5 dari 8 bayi usia kurang dari seminggu tali
pusatnya kotor dan basah.
b. Potensial terjadinya peradangan payudara (masistis pada
ibu-ibu nifas sehubungna dengan malas melakukan
perawatn payudara seperti yang telah diajarkan.
5 Perencanaan Asuhan Keperawatan
Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
disusun dengan melibatkan anggota kelompok yang bersangkutan,
rencana keperawatan kelompok mencakup:
a. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanaan
c. Kriteria keberhasilan
Dalam menyusun rencana asuhan keperawatan kelompok, ada
beberapa hal yang penting perlu diperhatikan, antara lain :
a. Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam
menyususn perencanaan keperawatan
b. Keterpanduan dengan pelayanan kesehatan lainnya, baik
tenaga, biaya, sarana maupun waktu
c. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral sehingga
program pelayanan bersifat menyeluruh
6 Pelaksanaan
Merupakan realisasi rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan bersama dengan kelompok. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang
ditunjukkan kepada kelompok adalah:
a. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan, petugas/pengurus panti atau kader kesehatan
sesuai dengan kewenangan yang diberikan
b. Dilakukan dalam langkah alih teknologi dan keterampilam
keperawatan
c. Di instutusi lebih di tekankan pada penghuni panti,
pengelola/pengurus panti dan lingkungna panti
d. Dimasyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok,
kader kesehatan, pengurus kelompok keluarga
e. Bila ada masalah yang tak tertanggulanggi dilakukan
rujukan medis dan rujukan kesehatan
f. Adanya keterpanduan pelayanan dengna sektor lain
g. Dicatat dalam catatan keperawatan (nursing note) yang
telah ditetapkan

7 Penilaian
Penilaian terhadap hasil asuhan keperawatan dan kesehatan
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, melalui:
a. Membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapka
sebelumnya.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS LANSIA

A. Pengkajian Keperawatan Kelompok Khusus Lansia


1. Demografi
Jumlah lansia : 26 orang lansia
2. Hasil Tabulasi
Pada tanggal 20-21 Mahasiswa Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang
melakukan pengkajian pada kelompok lansia di Semarang

PENGKAJIAN SOSIAL
Diagram 1.1
Proporsi jenis kelamin pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada bulan
Januari 2021 (n=26)

JENIS KELAMIN

Laki-laki; 8; 35%

Perempuan; 15;
65%

Laki-laki Perempuan

Diagram 1.1 menunjukan jenis kelamin penderita Diabetes Melitus Tipe 2 35%
(8 orang) berjenis laku-laku dan pada data ini menunukan bahwa jenis kelamin
terbanyak yaitu pada perempuan dengan 65% (15 orang).
Diagram 1.2

Proporsi pendidikan pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada bulan Januari
2021 (n=26)

PENDIDIKAN

Tidak Sekolah;
S1;1;1;4%
4%

SMA; 4; 15%

SMP; 3; 12%

SD; 17; 65%

Tidak Sekolah SD SMP SMA S1

Diagram 1.2 menunjukan pendidikan trakhir lansia pada S1 4% (1 Orang). Data


ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita Diabetes Melitus Tipe 2
berpendidikan trakhir SD/MI.
HASIL WAWANCARA DAN PEMERIKSAAN

Diagram 2.1

Proporsi total Index Massa Tubuh pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 bulan
Januari 2021 (n=26)

INDEX MASSA TUBUH

>25; 9; 35%

<25; 17; 65%

>25 <25

Diagram 2.1 menunjukan benyak 35% (9 orang) memiliki Index Massa Tubuh
>25. Data ini menunjukan sebagian besar penderita Diabetes Melitus Tipe 2
memiliki rentang Index Massa Tubuh 65% (17 orang) <25.

Diagram 2.2

Proporsi total riwayat hipertensi pada penderita dengan Diabetes Melitus Tipe 2
bulan Januari 2021 (n=26).

RIWAYAT HIPERTENSI

Tidak Ada; 13; 50% Ada; 13; 50%

Ada Tidak Ada


Diagram 2.2 menunjukan penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 50% (13
oarang ) memiliki riwayat hipertensi. Data ini menjunjukan kesamaan pada
penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 50% (13 orang) tidak memiliki
riwayat hipertensi.

Diagram 2.3

Proporsi total riwayat keluarga yang mengalami IDM pada penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 bulan Januari 2021 (n=26)

RIWAYAT KELUARGA YANG MENGALAMI DM

Mengalami; 10; 38%

Tidak menagalami;
16; 62%

Mengalami Tidak menagalami

Diagram 2.3 menunjukan riwayat hipertensi pada penderita DM 38% (10 orang)
mengalami riwayat keluarga yang mengakami IDM. Data ini menunjukan
sebagaian besar penderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 62% (16 orang) tidak
mengalami riwayat kelurga dengan IDM.
Diagram 2.4

Proporsi data menunjukan penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan riwayat GDP
100-125 bulan januari 2021 (n=26)

RIWAYAT GDP 100-125

Pernah
mengalam
i; 5; 19%

Tidak
pernah
mengalam
i; 21; 81%

Pernah mengalami Tidak pernah mengalami

Diagram 2.4 menunjukan riwayat GDP 100-125 19% (5 orang) pernah


mengalami. Data ini menunjukan sebagian besar penderita penyakit DM Tipe 2
81% ( 21 orang) tidak mengalami riwayat GDP 100-125.

Diagram 2.5

Proposri total paenderita DM Tipe 2 dengan riwayat sakit Kardiovaskular pada


bukan Januari 2021 (n=26)

RIWAYAT SAKIT KARDIOVASKULAR

Ada
Riwayat; 6;
23%

Tidak Ada;
20; 77%

Ada Riwayat Tidak Ada

Diagram 2.5 menunjukan penderita DM Tipe 2 23% (6 orang) memiliki riwayat


sakit Kardiovaskular. Data ini menunjukan sebagai besan penderita Dm Tipe 2
77% (20orang) memiliki riwayat kardivaskular.
Diagram 2.6

Proposi total penderita DM Tipe 2 yang memiliki keluhan Poliuria bulan januari
2021 (n=26)

MENGALAMI POLIURIA

tidak mengalami;
12; 46%

mengalami; 14; 54%

mengalami tidak mengalami

Diagram 2.6 menunjukan penderita DM Tipe 2 46% (12 orang) tidak mengalami
poliuria. Data ini menunjukan sebagaian besar penderita DM Tipe 2 54% (14
orang) mengalami gejala poliuria.

Diagram 2.7

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan Polidipsia bulan Januari 2021 (n=26)
POLIDIPSIA

terjadi; 12; 46%

tidak terjadi; 14;


54%

terjadi tidak terjadi

Diagram 2.7 menunjukkan penderita DM Tipe 2 mengalami Polidipsia 46% (12


orang) terjadi tanda polidipsia. Data ini menunjukkan penderita DM Tipe 2 54%
(14 orang) tidak mengalami Polidipsia.

Diagram 2.8

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan Polifagia bulan Januari 2021 (n=26)

POLIFAGIA

TIDAK MENGALAMI; 12; 46%

MENGALAMI; 14; 54%

MENGALAMI TIDAK MENGALAMI

Diagram 2.8 menunjukkan penderita DM Tipe 2 mengalami Polifagia 46% (12


orang) tidak mengalami polifagia. Data menjunjukkan penderita DM Tipe 2
mengalami polifagia 54% (14 orang).
Diagram 2.9

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan penurunann BB secara Drastid bulan


Januari 2021. (n=26)

PENURUNAN BERAT BADAN SECARA DRASTIS

TIDAK TERJADI; 13; 50% TERJADI; 13; 50%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.9 menunjukkan penderita DM Tipe 2 dengan penurunann BB secara


drastis 50% (13 orang) tidak mnegalami penurunan BB secara drastis. Data
menunjukkan penderita DM Tipe 2 50% (13 orang) mengalami penurunan BB
secara dratis.

Diagram 2.10

Proposi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan lemah badan bulan Januari
2021 (n=26)

LEMAH BADAN

TERJADI; 8; 32%

TIDAK TERJADI;
17; 68%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.10 menunjukan data penderita Dm Tipe 2 dengan keluhan lemah


badan 32% (8 orang) mengalami lemah badan. Data menunjukkan penderita DM
Tipe 2 dengan keluhan lemah badan 68% (17 orang) tidak mengalami keluhan
lemah badan.

Diagram 2.11

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan kesemutan bulan januari 2021
(n=26)

KESEMUTAN

TIDAK TERJADI; 12; 46%

TERJADI; 14; 54%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.11 menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak terjadi keluhan 46% (12
orang). Data menunjukan penderita DM Tipe 2 mengalami keluhan kesemutan
54% ( 14 orang).

Diagram 2.12

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluman mengalami gatal bulan


januari 2021 (n=26)

MENGALAMI GATAL

TERJADI; 2; 8%

TIDAK TERJADI; 24; 92%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.12 menunjukkan penderita DM Tipe 2 dengan keluhan mengalami


gatal 8% (2 orang). Data menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak mnegalami
keluhan gatal 92% (24 orang).
Diagram 2.13

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan mata kabur bulan januari
2021 (n=26)

MATA KABUR

TERJADI; 12; 46%

TIDAK TERJADI; 14; 54%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.13 menunjukkan penderita DM Tipe 2 mengalami keluhan mata kabur


46% ( 12 orang). Data menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak terjadi keluhan
mata kabur 54% (14 orang).

Diagram 2.14

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan terjadi disfungsi ereksi pada
pria bulan januari 2021 (n=26)

TERJADI DISFUNGSI EREKSI PADA PRIA

TERJADI; 1;
4% TERJADI
TIDAK TERJADI

TIDAK
TERJADI;
25; 96%
Diagram 2.14 menunjukkan penderita DM Tipe 2 terjadi keluhan disfungsi ereksi
pada pria 4 % (1 orang). Data menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak
mengalami disfungsi ereksi pada pria 96% (25 orang).

Diagram 2.15

Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan pruritus vulvae pada wanita ,
bulan Januari 2021(n=26).

TERJADI PRURITUS VULVAE PADA WANITA


TERJADI; 2; 8%

TIDAK TERJADI;
24; 92%

TERJADI TIDAK TERJADI

Diagram 2.15 menunjukkan penderita DM Tipe 2 terjadi keluhan pruritus vulvae


pada wanita 8% (2 oramg). Data menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidah
mengalami keluhan pruritus vulva pada wanita 92%(24 orang).
STATUS KESEHATAN

DIAGRAM 3.1

Proporsi tekanan darah lansia di Semarang Bulan Januari 2021 (n=26)

TEKANAN DARAH

TINGGI; 12; 46%

NORMAL; 14; 54%

RENDAH TINGGI NORMAL

Diagram 3.1 menunjukkan bahwa 46% (12 orang) mengalami tekanan darah
tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mengalami
tekanan darah normal
GULA DARAH SEWAKTU

TINGGI; 26;
100%

RENDAH TINGGI NORMAL

Diagram 3.2 menunjukkan bahwa 0,0 % (0 orang) memiliki gula darah normal.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki gula darah
tinggi .

INDEX MASSA TUBUH

>25; 9; 35%

<25; 17; 65%

>25 <25

Diagram 3.3 menunjukkan bahwa 35 % ( 9 orang) mengalami kelebihan gizi


dengan IMT > 25. Data tersebut menunjukkan sebagian besar memiliki Indeks
Masa Tubuh Kurang dengan presentase 65 % (17 orang).
WAWANCARA MENDALAM
1. Apakah sebelumnya Bapak/Ibu pernah melakukan perawatan kaki?
Jawab : tidak pernah
2. Bagaimana upaya Bapak/Ibu selama ini dalam menjaga kesehatan supaya
tetap fit dengan adanya riwayat penyakit DM ini?
Jawab : melakukan aktivitas, menjaga pola makan
3. Apakah Bapak/Ibu rutin mengontrol kadar gula darah Bapak?
Jawab : kadang-kadang
4. Apakah Bapak/Ibu rutin minum obat atau suntik insulin? Bisa dijelaskan
Bapak/Ibu?
Jawab : tidak
5. Apakah dilingkungan Bapak ada Posyandu Lansia?
Jawab : ada
6. Apakah Bapak/Ibu rutin periksa ke Puskesmas?
Jawab : tidak pernah
KELUHAN LANSIA

KELUHAN PASIEN
16
14
12
10
8
6
4
2
0

KELUHAN PASIEN

Diagram 4.1 Keluhan terbanyak pada lansia total 14 orang diantaranya pada
Poliuria, Polifagia dan Kesemutan, penurunan BB drastis sebanyak 13 orang dan
12 orang pada masing-masing keluhan yaitu polidipsia dan mata kabur.

TABULASI

No Pernyataan S TS

1. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit dimana IIIII IIIII II


terjadi peningkatan kadar gula darah diluar batas – IIIII IIIII
batas normal IIII

2 Kemungkinan timbulnya penyakit DM tipe 2 IIIII IIIII IIIII


hanya dipengaruhi oleh riwayat keluarga IIIII IIIII
/keturunan

3 Diabetes Mellitus dapat terjadi jika saya tidak bisa IIIII IIIII III
mengatur pola makan IIIII IIIII
III

4 Seseorang pasien yang telah menderita Diabetes II IIIII IIIII


Mellitus tidak harus menjaga pola makan yang IIIII IIIII
baik karena sudah diberi obat antidiabetes IIII
5 Pasien yang sudah menderita DM tidak perlu II IIIII IIIII
melakukan aktivitas fisik secara rutin karena telah IIIII IIIII
diberikan obat antidiabetes IIII

6 Rutin melakukan aktivitas fisik adalah salah satu IIIII IIIII II


cara mencegah penyakit DM Tipe 2 IIIII IIIII
IIII

7 Jika ada luka yang lambat sembuhnya, itu adalah IIIII IIIII IIIII
sesuatu hal yang wajar. IIIII IIIII I
DATA PEMERIKSAAN FISIK

N NAMA JENIS PEMERIKSAAN IMT


UMUR
O KELAMIN GDS
1 Ny. R 45 P 426 28
2 Ny. U 63 P 260 23,16
3 Tn. R 55 L 380 24,52
4 Ny. L 64 P 275 26,03
5 Tn. Y 68 L 225 26,75
6 Ny. R 72 P 202 24,09
7 Ny. S 71 P 238 25,39
8 Ny. S 65 P 300 21,6
9 Tn. G 60 L 240 22,2
10 Ny. S 60 P 548 19,92
11 Ny. S 50 P 248 20,81
12 Ny. R 67 P 407 20,4
13 Ny. S 58 P 180 25,63
14 Ny. M 50 P 266 18,56
15 Tn. A 55 L 287 18,15
16 Ny. E 54 P 273 29,1
17 Ny. A 61 P 383 21,6
18 Ny. J 63 P 220 17,37
19 Ny. R 55 P 245 24,48
20 Tn. B 52 L 245 27,3
21 Tn. P 46 L 255 22,15
22 Tn. T 71 L 220 20,5
23 Ny. S 63 P 400 18,36
24 Tn. S 62 L 350 24,6
25 Ny. I 46 P 220 26,6
26 Ny. M 42 P 240 25,8
B. Analisa Data

Hari/Ta Nama
NO Data Pendukung Etiologi Problem
nggal TTD
1. Data Subjektif : Diabetes Ketidakstabi Kelo
1. Sebanyak 54 % lansia mengalami Melitus lan kadar mpok
poliuria glukosa ii
2. Sebanyak 46 % lansia mengalami dalam darah
polydipsia (D.0027)
3. Sebanyak 54 % lansia mengalami
polifagia.
4. Sebanyak 32% lansia mengalami
lemah badan
5. Sebanyak 54 % lansia mengalami
kesemutan
6. Sebanyak 46 % lansia mengalami
mata kabur
7. Sebanyak 8 % lansia mengalami
gatal
Data Observasi :
1. Beberapa lansia memiliki tekanan
darah tinggi dengan presentase
46%
2. Beberapa lansia memiliki gula
darah yang tinggi dengan
presentase 100%
3. Beberapa lansia memiliki Indeks
Massa Tubuh <25 sekitar 65 %
4. Beberapa lansia mengalami
penurunan BB sebanyak 50%
2. Data Subjektif : Ketidakcuk Defisiensi Kelo
1. Sebanyak 1,4 % lansia tidak upan Kesehatan mpok
sekolah dan 65% lansia dengan sumber daya Komunitas ii
tamatan SD (mis: (00215)
2. Ada 2 lansia yang tidak setuju jika finansial,
diabetes adalah peningkatan gula sosial,
darah diluar batas wajar pengetahuan
3. Ada 5 lansia yang tidak setuju jika )
kemungkinan timbul DM karena
faktor keturunan
4. Ada 3 lansia yang tidak setuju jika
DM terjadi kaena tidak bisa
mengatur pola makan
5. Ada 2 lansia yang setuju jika
penderita DM tidak perlu
melakukan aktivitas fisik
6. Ada 2 lansia yang tidak setuju jika
melakukan aktivitas fisik adalah
cara untuk mencegah DM
7. Ada 21 lansia yang setuju jika luka
yang lambat sembuhnya adalah hal
yang wajar dan 5 lansia tidak setuju
Data Objektif :
1. Tersedianya layanan kesehatan
(puskesmas) tetapi tidak pernah di
manfaatkan
2. Tersedianya posyandu lansia tetapi
jarang di manfaatkan oleh lansia.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d Diabetes Melitus
2. Defisiensi Kesehatan Komunitas b.d Ketidakcukupan sumber daya (mis:
finansial, sosial, pengetahuan)
D. Perencanaan Keperawatan Komunitas

Diagnosa
Tujuan Perencanaan/NIC Paraf
Keperawatan
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok
kadar glukosa tindakan keperawatan 1. Senam Diabetes ii
dalam darah b.d selama 5x24 jam dapat 2. Relaksasi
Diabetes melakukan kontrol 3. Spa Kaki
Melitus resiko (L.14128)
dengan kriteria hasil
1. Kemampuan
melakukan
strategi kontrol
resiko dari skala 1
menurun ke skala
5 meningkat

Defisiensi Setelah dilakukan 1. Penyuluhan Kelompok


Kesehatan tindakan keperawatan kesehatan ii
Komunitas b.d selama 2x 24 jam tentang diabetes
Ketidakcukupan status kesehatan melitus
sumber daya komunitas dapat
(mis: finansial, teratasi dengan kriteria
sosial, hasil
pengetahuan) 1. Ketersediaan
program promosi
kesehata dari
skala 1 menurun
ke skala 5
meningkat

E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

RENCANA
TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI TINDAK
LANJUT
23/01/21 2 Pendidikan Kesehatan S : Pasien Hentikan
Diabetes Melitus mengatakan sudah intervensi
faham tentang
penyakit Diabetes
Melitus

O : Pasien dapat
menjawab
beberapa
pertanyaan
berkaitan dengan
diabetes melitus

24/01/21 1 Pendidikan Kesehatan S : Pasien Lanjutkan


- Spa Kaki mengatakan sudah implementasi
- Relaksasi faham beberapa Spa kaki,
- Senam materi yang relaksasi, dan
Diabetes diberikan senam kaki
diabetes
O : Pasien tampak
memperhatikan
dan tampak
kooperatif saat
penyuluhan
25/01/21 1 Melakukan SPA Kaki S : Pasien Lanjutkan
mengatakan lebih intervensi,
nyaman anjurkan pasien
berlatih setiap
O : Pasien tampak hari agar hafal
lebih nyaman
Melakukan Relaksasi
S : Pasien
mengatakan lebih
rileks setelah
diberikan tindakan
relaksasi
menggunakan
musik

Melakukan Senam O : Pasien tampak


Diabetes lebih rileks dan
nyaman

S : Pasien
mengatakan belum
hafal gerakan
senam kaki

O : Pasien tampak
perlu bimbingan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah dan Analisis Kesehatan


Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa daerah masing-masing
mahasiswa dengan pengambilan sampel sebanyak 26 lansia, dengan teknik
pengambilan quisioner dan musyawarah bersama via media zoom. Hasil
analisis kesehatan yang didapat dari pengisian quisioner dan wawancara pada
lansia menunjukkan bahwa diabetes melitus masih banyak ditemui di sekitar
kita. Menurut tabulasi data yang diperoleh yaitu sebanyak 100% lansia yang
mengalami DM. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar lansia asuhan masing-masing mahasiswa jarang memeriksakan
kesehatan mereka ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, dan kurangnya
pengetahuan serta kesadaran mengenai kesehatan dari para lansia di wilayah
masing-masing. Hal ini juga dapat dilihat dari pola hidup dan keseharian
masing-masing daerah, ada yang belum isa mengatur pola makan, pada
kebanyakan lansia pria juga didapati riwayat perokok berat, dan banyak juga
yang tidak melaksanakan olahraga.
Masalah kesehatan pada asuhan di daerah masing- masing mahasiswa
ini merupakan sebuah karakteristik masalah kesehatan yang sering dijumpai
pada daerah lain juga, terutama pada lansia yang mempunyai riwayat
hipertensi dan komplikasi lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan di wialyah binaan
masing-masing mahasiswa, maka diagnose yang di dapat adalah
ketidakstabilan glukosa dalam darah b.d diabetes melitus. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara bersama para lansia di wilayah masing-masing,
bahwa mereka kebanyakan memiliki riwayat hipertensi sejak awal, dan
banyak yang mengalami polyuria,polifagia, dan kesemutan diatas 50% .
Mereka menganggap penyakit diabetes melitus yang mereka alami itu biasa
saja dan kurang menghiraukan hal tersebut, kemudian pada kebanyakan lansia
di daerah masing-masing hanya sedikit yang masih memperhatikan kesehatan
dirinya.
Masalah keperawatan lain yang dapat diangkat dari hasil survey di
wilayah masing-masing mahasiswa yakni defisiensisensi kesehatan komunitas
b.d ketidakcukupan sumber daya. Hal ini dibuktikan dengan hasil tabulasi
quisioner yang diisi oleh para lansia dan juga hasil wawancara yaitu, sebanyak
1,4% lansia tidak sekolah dan 65% hanya tamatan SD, ditambah lagi ada
beberapa lansia yang mengatakan bahwa tidak setuju jika DM adalah
peningkatan gula darah diluar batas wajar. Dari beberapa hasil survey tersebut
tentunya mayoritas pengetahuan lansia tentang DM masih terbilang kurang.
Disini kesadaran untuk merawat diri serta menjaga kesehatan juga terbilang
kurang, yang ditandai dengan hasil suervey yang mengatakan bahwa aktivitas
fisik tidak bisa mencegah DM. Padahal terdapat layanan kesehatan
Puskesmas, namun kurang dimanfaatkan oleh lansia di wilayah binaan
masing-masing. Saat pengkajian beberapa ada yang mengatakan bahwa
sempat ada posyandu lansia namun hanya berjalan beberpa bulan saja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne C & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC
2. Akbar, M.Agung. 2019. Konsep-konsep Dasar Dalam Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta: CV.Budi Utomo.
3. Dyah Ayu Pithaloka. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya
Pengendalian Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Mojosongo Boyolali. Surakarta: Dyah Ayu Pithaloka; 2010. p.
13.
4. Ferry Efendi, Makhfudli. 2009. Kperawatan Kesehatan Komunitas (Teori
dan Praktik dalam Keperawatan). Jakarta. Salemba Medika.
5. Hermien Nugraeni, Tri Wiyatini & Irmanita Wiradona. 2018. Kesehatan
Masyarakat dalamDeterminan Sosial Budaya : Yogyakarta. Deepublish.
6. Munira S, Hasneli Y, Annis Nauli F, Studi Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau P. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dan
Terapi Zikir Terhadap Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus:
Literature Review Effect of Progressive Muscle Relaxation and Zikir
Therapy on Blood Sugar Among Patients With Diabetes Mellitus: a
Literature Review. J Ilmu Keperawatan [Internet]. 2020;8(1):1. Available
from: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/17702
7. Pranata S, Khasanah dwi uswatun. merawat penderita diabetes.
yogyakarta: pustaka panasea; 2017. 39, 40 p.
8. Shofia Rosma Dewi SKN. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
CV. Budi Utama; 2014. 4 p.
9. Utama H. upaya pencegahan diabetes tipe 2. jakarta: badan penerbit
Fakultas kedokteran universitas indonesia; 2015. 12 p.
10. Aini Q. analisa estrak daun kelor (moringa oleifera) pada pengobatan
diabetes mellitus. aceh: syiah kuala university press; 2019.
11. Harmanto N. menumpas diabetes mellitus bersama mahkota dewa. jakarta:
PT agro media pustaka; 2004. 18 p.
12. Fatimah N R. Diabetes Melitus Tipe 2. Fak Kedokteran, Univ Lampung.
2015;4(1302006088):93–101.
13. Aini Q. analisa ekstrak daun kelor (moringa oliefera) pada pengobatan
diabtes melitus. aceh: syiah kuala university press; 2019. 21, 22 p.
14. Dewi R kumala. Diabetes Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia; 2014.
14 p.
15. SUIRAOKA I. penyakit degenaratif. yogyakarta: nuha medika; 2012.
52,53.
16. Satriya P. Merawat Penderita Diabetes Melitus. yogyakarta: Pustaka
Panasea; 2017.
17. I S. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika; 201AD. 52 p.
18. Simatupang R. pedoman diet penderita diabetes mellitus. banten: yayasan
pendidikan dan sosial indonesia manju (YPSIM); 2020. 30,32,33.
19. Sahar J, Setiawan A, Riasmini NM. keperawatan kesehatan komunitas dan
keluarga. singapura: elsevier; 2019. 212 p.
20. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Edisi 2. Jakarta: EGC
21. Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas I. Cv Sagung Seto : Jakarta
22. Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar.
Salemba Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai