Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Telah disetujui :
Dosen Pembimbing
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah
makalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Keperawatan
Kelompok Khusus yang membahas tentang Diabetes Mellitus Tipe II pada Lansia
dan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan. Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu degenerative dan salah
satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang,
WHO memperkirakan tahun 2025 angka kejadian meningkat menjadi 300
juta orang. Meningkatnya prevalensi Diabetes Mellitus dinegara
berkembang salah satunya negara yang masuk dengan Negara yang
prevalensi Diabetes Milletus juga meningkat dan diperkirakan pada tahun
2025 Diabetes Millitus di Indonesia menjadi urutan ke lima. (Suyono,
2014).
Diabetes Millitus adalah penyakit kelompok gangguan metabolik yang
ditandai dengan kadar gula darah yang disebabkan oleh kurangnya insulin,
tidak mampu insulin bekerja atau keduannya. Klasifikasi Diabetes Millitus
dibagi dalam beberapa bagian yaitu Diabetes Millitus tipe 1 dan Diabetes
Millitus tipe 2, Diabetes Millitus Kehamilan dan DM yang berhubungan
dengan kondisi lainnya (Smeltezer,B,Hinkle,&Cheever,2010). Manifestasi
klinis pasien DM adalah peningkatana rasa haus, dan peningkatan
masukan makanan dengan penurunan berat badan
Adapun komplikasi mikrovaskuler meliputi retinopati, nevropati
dan neuropati sedangkan kerusakan makrovaskuler meliputi penyakit
arterikoroner, kerusakan pembuluh darah serebral dan juga kerusakan
pembuluh darah periver tungkai yanmg biasa disebut dengan kaki
diabetes. (Lewis,Dirksen,2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sihombing, Nursiswati, &
Prawesti (2008) menyimpulkan bahwa perawatan kaki wajub dilakukan
oleh setiap orang khususnya pada pasien DM karena sangat rentan dan
membutuhkan waktu yang lama dalam proses penyembuhan apabila sudah
terkena neuropati yang mengabitkan ulkus pada kaki. Melakukan
perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi kaki diabetik sebesar 50-
60%. Untuk meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki dapat juga
dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki yang di kenal sebagai senam kaki
diabetes, SPA kaki (Black & Hawkas, 2009; Smeltzer et., 2010).
B. TUJUAN
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kelompok khusus pada
kelompok lansia dengan masalah Diabetes Milletus
2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Diabetes Millitus
b. Untuk mengetahui etiologi Diabetes Millitus
c. Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Millitus
d. Untuk menetahui tipe-tipe Diabetes Millitus
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Millitus
f. Untuk mengetahui komplikasi Diabetes Millitus
g. Untuk menegtahui penatalaksanaan Diabetes Millitus
C. MANFAAT
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan :
1 Menambah pengetahuan lansia mengenai Diabetes Millitus Tipe 2
dan cara pencegahan diabetes sehingga dapat menurunkan angka
kejadian diabetes millitus
2 Memberi informasi pada keluarga yang merawat lansia mengenai
bagaimana perawatan diabetes pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. KONSEP LANSIA
1 Pengertian Lansia
Lansia yaitu seseorang yng telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, adapun kategori lanjut usia menurut WHO adalah sebagai
berikut Erderly (60-74 tahun), Old (75-89 tahun), dan very old
(>90 tahun). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia, menurut literature tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2 Klasifikasi Lansia
Batasan usia menurut depkes RI, pra usia lanjut (viriltas/pra
senilis) 45-59 tahun, usia lanjut 60-69 tahun dan usia lanjut resiko
tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut literature
lain batasan usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia (old) antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun.
3 Karakteristik Lansia
Lansia mempunyai tiga karakteristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
4 Tipe Lansia
Macam-macam tipe lansia yaitu :
a. Tipe arif bijaksana
Lansia ini banyak dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana,dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan
teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan
berbagai jenis kegiatan.
e. Tipe bingung
Lansia yang sangat kaget, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, posesif, acuh
tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam bebrapa tipe yang
bergantungan pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
a. Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian yang cukup,
memandang lansia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan
pribadinya.
b. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati dihup,
mempunyai toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar
diri, biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
c. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi
selalu pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak
mempunyai inisiatif, dan tidak praktis dalam bertindak.
d. Tipe defentif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan atau jabatan
yang tidak stabil, selalu menolak bantuan, emosi tidak
terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif
aktif, takut mengadahi “menjadi tua” dan menyenangi masa
pensiun.
e. Tipe militant dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang
berjuang dan bisa menjadi panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian
yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan
hidupnya.
g. Tipe musuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif
dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan yang tidak stabil
di saat muda, menganggap tua sebagai hal yang tidak baik,
takut mati, merasa iri hati pada orang yang lebih muda,
senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif menghindari
masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki
ambisi, mengalami penurunan sosial-ekonomi, tidak dapat
menyesuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami
kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut
sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.
7 Penilaian
Penilaian terhadap hasil asuhan keperawatan dan kesehatan
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, melalui:
a. Membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapka
sebelumnya.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
BAB III
PENGKAJIAN SOSIAL
Diagram 1.1
Proporsi jenis kelamin pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada bulan
Januari 2021 (n=26)
JENIS KELAMIN
Laki-laki; 8; 35%
Perempuan; 15;
65%
Laki-laki Perempuan
Diagram 1.1 menunjukan jenis kelamin penderita Diabetes Melitus Tipe 2 35%
(8 orang) berjenis laku-laku dan pada data ini menunukan bahwa jenis kelamin
terbanyak yaitu pada perempuan dengan 65% (15 orang).
Diagram 1.2
Proporsi pendidikan pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada bulan Januari
2021 (n=26)
PENDIDIKAN
Tidak Sekolah;
S1;1;1;4%
4%
SMA; 4; 15%
SMP; 3; 12%
Diagram 2.1
Proporsi total Index Massa Tubuh pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 bulan
Januari 2021 (n=26)
>25; 9; 35%
>25 <25
Diagram 2.1 menunjukan benyak 35% (9 orang) memiliki Index Massa Tubuh
>25. Data ini menunjukan sebagian besar penderita Diabetes Melitus Tipe 2
memiliki rentang Index Massa Tubuh 65% (17 orang) <25.
Diagram 2.2
Proporsi total riwayat hipertensi pada penderita dengan Diabetes Melitus Tipe 2
bulan Januari 2021 (n=26).
RIWAYAT HIPERTENSI
Diagram 2.3
Proporsi total riwayat keluarga yang mengalami IDM pada penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 bulan Januari 2021 (n=26)
Tidak menagalami;
16; 62%
Diagram 2.3 menunjukan riwayat hipertensi pada penderita DM 38% (10 orang)
mengalami riwayat keluarga yang mengakami IDM. Data ini menunjukan
sebagaian besar penderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 62% (16 orang) tidak
mengalami riwayat kelurga dengan IDM.
Diagram 2.4
Proporsi data menunjukan penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan riwayat GDP
100-125 bulan januari 2021 (n=26)
Pernah
mengalam
i; 5; 19%
Tidak
pernah
mengalam
i; 21; 81%
Diagram 2.5
Ada
Riwayat; 6;
23%
Tidak Ada;
20; 77%
Proposi total penderita DM Tipe 2 yang memiliki keluhan Poliuria bulan januari
2021 (n=26)
MENGALAMI POLIURIA
tidak mengalami;
12; 46%
Diagram 2.6 menunjukan penderita DM Tipe 2 46% (12 orang) tidak mengalami
poliuria. Data ini menunjukan sebagaian besar penderita DM Tipe 2 54% (14
orang) mengalami gejala poliuria.
Diagram 2.7
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan Polidipsia bulan Januari 2021 (n=26)
POLIDIPSIA
Diagram 2.8
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan Polifagia bulan Januari 2021 (n=26)
POLIFAGIA
Diagram 2.10
Proposi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan lemah badan bulan Januari
2021 (n=26)
LEMAH BADAN
TERJADI; 8; 32%
TIDAK TERJADI;
17; 68%
Diagram 2.11
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan kesemutan bulan januari 2021
(n=26)
KESEMUTAN
Diagram 2.11 menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak terjadi keluhan 46% (12
orang). Data menunjukan penderita DM Tipe 2 mengalami keluhan kesemutan
54% ( 14 orang).
Diagram 2.12
MENGALAMI GATAL
TERJADI; 2; 8%
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan mata kabur bulan januari
2021 (n=26)
MATA KABUR
Diagram 2.14
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan terjadi disfungsi ereksi pada
pria bulan januari 2021 (n=26)
TERJADI; 1;
4% TERJADI
TIDAK TERJADI
TIDAK
TERJADI;
25; 96%
Diagram 2.14 menunjukkan penderita DM Tipe 2 terjadi keluhan disfungsi ereksi
pada pria 4 % (1 orang). Data menunjukkan penderita DM Tipe 2 tidak
mengalami disfungsi ereksi pada pria 96% (25 orang).
Diagram 2.15
Proporsi total penderita DM Tipe 2 dengan keluhan pruritus vulvae pada wanita ,
bulan Januari 2021(n=26).
TIDAK TERJADI;
24; 92%
DIAGRAM 3.1
TEKANAN DARAH
Diagram 3.1 menunjukkan bahwa 46% (12 orang) mengalami tekanan darah
tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mengalami
tekanan darah normal
GULA DARAH SEWAKTU
TINGGI; 26;
100%
Diagram 3.2 menunjukkan bahwa 0,0 % (0 orang) memiliki gula darah normal.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki gula darah
tinggi .
>25; 9; 35%
>25 <25
KELUHAN PASIEN
16
14
12
10
8
6
4
2
0
KELUHAN PASIEN
Diagram 4.1 Keluhan terbanyak pada lansia total 14 orang diantaranya pada
Poliuria, Polifagia dan Kesemutan, penurunan BB drastis sebanyak 13 orang dan
12 orang pada masing-masing keluhan yaitu polidipsia dan mata kabur.
TABULASI
No Pernyataan S TS
3 Diabetes Mellitus dapat terjadi jika saya tidak bisa IIIII IIIII III
mengatur pola makan IIIII IIIII
III
7 Jika ada luka yang lambat sembuhnya, itu adalah IIIII IIIII IIIII
sesuatu hal yang wajar. IIIII IIIII I
DATA PEMERIKSAAN FISIK
Hari/Ta Nama
NO Data Pendukung Etiologi Problem
nggal TTD
1. Data Subjektif : Diabetes Ketidakstabi Kelo
1. Sebanyak 54 % lansia mengalami Melitus lan kadar mpok
poliuria glukosa ii
2. Sebanyak 46 % lansia mengalami dalam darah
polydipsia (D.0027)
3. Sebanyak 54 % lansia mengalami
polifagia.
4. Sebanyak 32% lansia mengalami
lemah badan
5. Sebanyak 54 % lansia mengalami
kesemutan
6. Sebanyak 46 % lansia mengalami
mata kabur
7. Sebanyak 8 % lansia mengalami
gatal
Data Observasi :
1. Beberapa lansia memiliki tekanan
darah tinggi dengan presentase
46%
2. Beberapa lansia memiliki gula
darah yang tinggi dengan
presentase 100%
3. Beberapa lansia memiliki Indeks
Massa Tubuh <25 sekitar 65 %
4. Beberapa lansia mengalami
penurunan BB sebanyak 50%
2. Data Subjektif : Ketidakcuk Defisiensi Kelo
1. Sebanyak 1,4 % lansia tidak upan Kesehatan mpok
sekolah dan 65% lansia dengan sumber daya Komunitas ii
tamatan SD (mis: (00215)
2. Ada 2 lansia yang tidak setuju jika finansial,
diabetes adalah peningkatan gula sosial,
darah diluar batas wajar pengetahuan
3. Ada 5 lansia yang tidak setuju jika )
kemungkinan timbul DM karena
faktor keturunan
4. Ada 3 lansia yang tidak setuju jika
DM terjadi kaena tidak bisa
mengatur pola makan
5. Ada 2 lansia yang setuju jika
penderita DM tidak perlu
melakukan aktivitas fisik
6. Ada 2 lansia yang tidak setuju jika
melakukan aktivitas fisik adalah
cara untuk mencegah DM
7. Ada 21 lansia yang setuju jika luka
yang lambat sembuhnya adalah hal
yang wajar dan 5 lansia tidak setuju
Data Objektif :
1. Tersedianya layanan kesehatan
(puskesmas) tetapi tidak pernah di
manfaatkan
2. Tersedianya posyandu lansia tetapi
jarang di manfaatkan oleh lansia.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d Diabetes Melitus
2. Defisiensi Kesehatan Komunitas b.d Ketidakcukupan sumber daya (mis:
finansial, sosial, pengetahuan)
D. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Diagnosa
Tujuan Perencanaan/NIC Paraf
Keperawatan
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok
kadar glukosa tindakan keperawatan 1. Senam Diabetes ii
dalam darah b.d selama 5x24 jam dapat 2. Relaksasi
Diabetes melakukan kontrol 3. Spa Kaki
Melitus resiko (L.14128)
dengan kriteria hasil
1. Kemampuan
melakukan
strategi kontrol
resiko dari skala 1
menurun ke skala
5 meningkat
RENCANA
TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI TINDAK
LANJUT
23/01/21 2 Pendidikan Kesehatan S : Pasien Hentikan
Diabetes Melitus mengatakan sudah intervensi
faham tentang
penyakit Diabetes
Melitus
O : Pasien dapat
menjawab
beberapa
pertanyaan
berkaitan dengan
diabetes melitus
S : Pasien
mengatakan belum
hafal gerakan
senam kaki
O : Pasien tampak
perlu bimbingan
BAB IV
PEMBAHASAN