Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS

PENCEMARAN LAUT
KM. GULF DAOUD
PT. PELAYARAN NIAGASAMUDERA INTI
PERKASA
SURABAYA

TANGGAL 13 OKTOBER 2019 – 19 OKTOBER 2020


Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian CRB dan
Ujian Keahlian Pelaut Pasca Prala di PUKP 05 Semarang.

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD RIBUT ISLAMMUDIN


NIT. 241645068

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA


KOMPETENSI KEAHLIAN : NAUTIKA KAPAL NIAGA
Jl. Kokrosono No.70 Semarang 50179 Telp./fax (024) 3559552,3515511
Email: smkpelayaranwirasamudera@gmail.com

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 1


LEMBAR PENGESAHAN
“PENCEMARAN LAUT”
KM. GULF DAOUD
PT. PELAYARAN NIAGA SAMUDERA INTI PERKASA
SURSBAYA

Tanggal 13 OKTOBER 2019 – 19 OKTOBER 2020


Laporan hasil kerja Praktek Laut ini telah diperiksa dan disahkan :
Tempat : Di Semarang
Tanggal :

Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Rikhanah, S.Pd Dwi Santi Aprilia Sari, S.Pd

Penguji I Penguji II

Capt. Sutanto, ANT II, S.SOS, M.A Raden Roro A W M, A.Md., ANT III
Mengetahui,
Kepala Kepala Kompetensi Keahlian
SMK PelayaranWiraSamudera Nautika Kapal Niaga

Indri Desiyanti, Gr., M.Pd Septiana Santika Sari, A.Md., ANT II

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 2


KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan
rahmat dan hidayahNya penulis dapat melaksanakan prala dan menyusun karya
ilmiah (makalah) ini.Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Keahlian
Pelaut, Kejuruan Nautika Kapal Niaga,sesuai dengan Program yang sudah
diterapkan di SMK Pelayaran Wira Samudera. Laporan ini kami susun
berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh selama melaksanakan
PRAKTEK LAUT (PRALA) di PT. Niaga Sukses Bersama.
Atas bimbingan bapak dan ibu guru maka disusunlah laporan ini,semoga
dengan tersusunya laporan ini dapat berguna bagi kami semua dan menjadi
ulasan bagi adik adik tingkat yang nantinya juga akan malaksanakan proses PraLa
dan menyusun laporan.
Dalam penyusuna laporan ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan kami, sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Demi kemampuan laporan ini kami mengharap kritik dan saran,
kritikan dan saran-saran bapak ibu guru kami butuhkan agar laporan ini menjadi
lebih baik dan digunakan sebagai mana fungsinya dan semoga laporan ini bisa
dimengerti dan diterima oleh pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan dari
berbagai pihak,Rasa dan ucapan terimakasih patut kami sampaikan kepada pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk itu
izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Indri Desiyanti, Gr, M.Pd selaku Kepala SMK Pelayaran Wira


samudera
2. Hentje Sajow, ANT II selaku Nakhoda KM. Gulf Daoud
3. Rikhanah, S.Pd selaku Pembimbing I
4. Dwi Santi Aprilia Sari, S.Pd selaku Pembimbing II
5. Capt. Sutanto, ANT II, S.SOS, M.A selaku Penguji I
6. Raden Roro Ayu W M, A.Md, ANT III selaku Penguji II
7. Septiana Santika Sari, A.Md, ANT III selaku Kepala Kompetensi
Keahlian Nautika Kapal Niaga
8. Bapak dan Ibu guru serta karyawan SMK Pelayaran Wira Samudera
9. Orangtua yang selalu mendukung kami dalam hal fisik maupun materi
10. Seluruh ABK KM. Gulf Daoud
11. Pimpinan PT. Pelayaran Niaga Sukses Bersama
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
walaupun kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin dan daya upaya yang
ada pada kami.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 3


Semoga laporan ini dapat memberi manfaatbagi semua pihak,penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 24 Juli 2020


Penyusun,

Muhammad Ribut Islammudin

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 4


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan ......................................................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran Laut ............................................................... 10
B. Peraturan Pencemaran Laut ................................................................. 10
1. Annex I: Prevention of pollution by oil ......................................... 11
2. Annex II: Control of pollution by noxiuos liquid substances ........ 11
3. Annex III: Prevebtion of pollution by harmful substances in
packaged......................................................................................... 11
4. Annex IV: Prevention of pollutin by sewage from ships............... 11
5. Annex V: Prevention of pollution by garbage from ships ............. 11
6. Annex VI: Prevention of air pollution ........................................... 12
C. Penyebab Pencemaran Laut ................................................................. 13
1. Pencemaran oleh minyak ............................................................... 13
2. Pencemaran oleh pestisida ............................................................. 14
3. Pencegahan pencemaran dalam bentuk kemasan .......................... 15
4. Pencemaran oleh sewage ............................................................... 17
5. Pencemaran oleh sampah ............................................................... 18
6. Pencemaran oleh air pollution ....................................................... 19
D. Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran air laut ....... 21
1. Pencegahan terjadinya pencemaran laut ........................................ 21
2. Penanggulangan pencemaran laut .................................................. 22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................... 27
a. Saran Umum .................................................................................. 27
b. Saran Pelaut ................................................................................... 27
c. Saran Taruna/ Junior ...................................................................... 28

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 5


BAB IV LAMPIRAN ..................................................................................... 29
A. FC Training Record Book ................................................................... 30
B. Ship Particular ...................................................................................... 31
C. Daftar Awak Kapal .............................................................................. 32
D. FC Buku Pelaut .................................................................................... 33
E. FC Sign On & Off ................................................................................ 34
F. FC Buku Saku ...................................................................................... 35
G. FC Surat Ijin Berlayar........................................................................... 36
H. FC Coundite Cadet ............................................................................... 37
I. Gambar Kapal ...................................................................................... 38

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa
menimbulkan suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk
ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-
lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya.
Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin
meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan
yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat
dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain
itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh
dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke
dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke
dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang,
cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh
fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama
dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton.
Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam
tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-
banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores
dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 7


level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level
tertinggi.

Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi


polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang
juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan
menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-
menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton
sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini
berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang
tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar
kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood)
yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan
polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah
logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan
Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan
Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood)
yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu
elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki
kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit
yang menyebabkan kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus
ditangani secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu
pencemaran laut, bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi
yang tepat untuk menangani pencemaran laut tersebut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 8


1.2 Rumusan Masalah
a)  Apa yang dimaksud dengan pencemaran laut?
b)  Apa yang menjadi sumber dan bahan pencemaran laut?
c)  Apa saja dampak dari pencemaran laut?
d) Apa saja kasus Pencemaran Laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di
dunia?
e)  Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran laut
dan kebijakan untuk menangani perihal tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, untuk mengetahui
semua informasi tentang pencemaran laut mulai dari definisinya, sumber, serta
bahan-bahan yang mencemari laut, dampak pencemaran laut , cara
penanggulangan dan kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi perihal
pencemaran laut dan kasus-kasus pencemaran laut yang pernah terjadi di
Indonesia.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA Page 9


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENCEMARAN LAUT


Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel
kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek
berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang
berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan
binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder
(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk
ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi,
kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak
kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen,
menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar sumber pencemaran
laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan.

B. PERATURAN PENCEMARAN LAUT


International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973
(Marine Pollution)
International Convention for the Prevention of Pollution from Ships
1973 yang kemudian disempurnakan dengan Protocol pada tahun 1978 dan
konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL 1973/1978. MARPOL 1973/1978
memuat 6 (enam) Annexes yang berisi regulasi-regulasi mengenai pencegahan
polusi dari kapal terhadap :

1. Annex I : Prevention of pollution by oil ( 2 october 1983 )

Total hydrocarbons (oily waters, crude, bilge water, used oils, dll)
yang diizinkan untuk dibuang ke laut oleh sebuah kapal adalah tidak boleh

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 10


melebihi 1/15000 dari total muatan kapal. Sebagai tambahan, pembuangan
limbah tidak boleh melebihi 60 liter setiap mil perjalanan kapal dan dihitung
setelah kapal berjarak lebih 50 mil dari tepi pantai terdekat. Register Kapal
harus memuat daftar jenis sampah yang dibawa/dihasilkan dan jumlah
limbah minyak yang ada. Register Kapal harus dilaporkan ke pejabat
pelabuhan.

2. Annex II : Control of pollution by noxious liquid substances ( 6 april


1987)

Aturan ini memuat sekitar 250 jenis barang yang tidak boleh


dibuang ke laut, hanya dapat disimpan dan selanjutnya diolah ketika sampai
di pelabuhan. Pelarangan pembuangan limbah dalam jarak 12 mil laut dari
tepi pantai terdekat.

3. Annex III : Prevention of pollution by harmful substances in packaged


form (1 july 1992)

Aturan tambahan ini tidak dilaksanakan oleh semua negar yaitu


aturan standar pengemasan, pelabelan, metode penyimpanan dan
dokumentasi atas limbah berbahaya yang dihasilkan kapal ketika sedang
berlayar

4. Annex IV : Prevention of pollution by sewage from ships (27


september 2003)

Aturan ini khusus untuk faecal waters dan aturan kontaminasi


yang dapat diterima pada tingkatan (batasan) tertentu. Cairan pembunuh
kuman (disinfektan) dapat dibuang ke laut dengan jarak lebih dari 4 mil laut
dari pantai terdekat. Air buangan yang tidak diolah dapat dibuang ke laut
dengan jarak lebih 12 mil laut dari pantai terdekat dengan syarat kapal
berlayar dengan kecepatan 4 knot.

5. Annex V : Prevention of pollution by garbage from ships ( 31


december 1988)

Aturan yang melarang pembuangan sampah plastik ke laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 11


6. Annex VI : Prevention of air pollution by ships

Aturan ini tidak dapat efektif dilaksanakan karena tidak cukupnya


negara yang meratifiskasi (menandatangani persetujuan.)
MARPOL 1973/1978 memuat peraturan untuk mencegah
seminimum mungkin minyak yang mencemari laut. Tetapi, kemudian pada
tahun 1984 dilakukan beberapa modifikasi yang menitik-beratkan
pencegahan hanya pada kagiatan operasi kapal tangki pada Annex I dan
yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapai dengan Oily Water
Separating Equipment dan Oil Discharge Monitoring Systems.
Oleh karena itu, pada peraturan MARPOL 1973/1978 dapat
dibagi dalam 3 (tiga) katagori:

1. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran


2. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
3. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut.

Kewajiban umum Negara-negara tertuang dalam Pasal 1 yang


menyebutkan bahwa : The Parties to the Convention undertake to give
effect to the provisions of the present Convention and those Annexes thereto
by which they are bound, in order to prevent the pollution of the marine
environment by the discharge of harmful substances or effluents containing
such substances in contravention of the present Convention.
Hal ini berarti bahwa Negara-negara peserta konvensi memiliki
kewajiban untuk menerapkan preventive principle yaitu mencegah polusi
khususnya minyak yang dapat mencemari lingkungan laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 12


C. PENYEBAB PENCEMARAN LAUT
1. Pencemaran oleh minyak

https://riauone.com/global/Dampak--pencemaran-minyak-terhadap-
kehidupan-di-Laut-
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, yang
mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir tidak bias dielakkan.
Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. 
Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak
mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke
pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a)   Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung
mati
b)   Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c)   Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan
dan tumbuh tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung
berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan
air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 13


menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri
sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme
yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak,
sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah
bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.  
                             
2. Pencemaran oleh pestisida

http://imahkesling.blogspot.com/2015/12/pencemaran-air.html
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat
akumulatif. Sampah sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan
tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organism-organisme lain yang
tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang
tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki
tanpa merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa
membunuh biota air yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu
grup bahan kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini.
Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang
sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam
sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 14


berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus
akan membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu
tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang
hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh
mereka. Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk
bahan kimia didalam jaringan tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera
diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini
dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan
laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.

3. Pencegahan pencemaran dalam bentuk kemasan

A. Pemberlakuan
Annex III ini berlaku untuk semua kapal yang mana sedang
mengangkut bahan – bahan berbahaya dalam kemasan ( Reg. 1.(1) ) dan
mulai berlaku dengan resmi 1 July 1992.
1. Harmful substances ( bahan – bahan berbahaya ) adalah semua bahan
yang diidentifikasikan sebagai pollutant ( penyebab polisi ) di laut di
dalam IMDG – International Maritime Dangerous Good 
2. Packaged from adalah semua bentuk kemasan selain yang termasuk
bagian dari bagian kapal sebagaimana termaksud dalam IMDG Code
Annex III melarang semua bentuk pengangkutan bahan - bahan berbahaya
kecuali dengan mematuhi peraturan dalam IMDG Code Pengemasan,
pemberian tanda pemberian label, dokumentasi, pemadatan, pembatasan
jumlah dan pengecualan untuk mencegah atau mengurangi dampak
pencemaran yang mungkin ditimbulkan.

B. Kemasan (Reg. 2 )

Kemasan yang dipergunakan haruslah sesuai untuk mengurangi


bahaya terhadap lingkungan laut sehubungan dengan sifat bahan yang
dikemasnya.

C. Pemberian tanda dan label ( Reg. 3 )


1. Kemasan yang berisi bahan berbahaya haruslah ditandai dengan keras
dan tegas dengan nama teknis yang tepat ( nama merek saja tidak
boleh ) dan harus dengan tegas dinyatakan sebagai polutan laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 15


2. Cara – cara pemberian tanda dan nama teknis bahan tersebut secara
benar harus masih dapat diidentifikasi / diibaca dengan jelas hingga
kemasan tersebut berada di dalam air / tenggelam dalam waktu tiga
bulan. Untuk hal tersebut harus diingat ketahanan bahan pembuat
label dan permukaan kemasan tempat ditempelkannya label tersebut.
3. Kemasan yang berisi sedikit saja bahan polutan boleh dikecualikan
dari peraturan tersebut ( lihat IMDG Code )

D. Dokumentasi ( Reg. 4 )
1. Dalam semua dokumen yang berhubungan dengan pengangkutan
bahan berbahaya haruslah ditulis dengan jelas dan tegas dengan nama
teknis yang tepat ( nama merek saja tidak boleh ) dan harus dengan
tegas dinyatakan sebagai polutan laut.

2. Dokumen pengapalan / pengangkutan yang diberikan oleh pengirim


harus termasuk atau dilengkapi dengan keterangan bahwa
pengangkutan yang ditawarkan telah dikemas, diberi tanda dan label
dengan benar dan sesuai dengan peraturan untuk meminimalkan
bahaya terhadaplingkungan laut.

3. Kapal – kapal yang mengangkut bahan berbahaya harus memiliki


daftar khusus yang meliputi pengaturan dan pemadatan bahan
berbahaya di atas kapal, copy dokumen yang sama harus disimpan
oleh pemilik kapal di darat hingga muatan tersebut dibongkar.

E. Pemadatan ( Reg. 5 )
 
Pemadatan yang dilakukan haruslah sesuai untuk mengurangi
bahaya terhadap lingkungan laut tanpa mengecualikan keselamatan kapal
dan awak kapal.

F. Pembatasan Jumlah ( Reg. 6 )


 
Beberapa bahan berbahaya tertentu untuk alasan teknis dan
ilmiah tidak boleh diangkut atau dibatasi jumlah yang boleh diangkut oleh
satu kapal, dalam pembatasannya harus mempertimbangkan ukuran,
kontruksi dan peralatan suatu kapal pengangkut, sebagaimana pengemasan
dan sifat – sifat bahan berbahaya tersebut.

G. Pengecualian ( Reg. 7 )
1. Pembuangan ke laut ( jettisoning ) bahan berbahaya dalam kemasan
adalah dilarang, kecuali jika betul – betul diperlukan dalam rangka
mengamankan keselamatan kapal dan jiwa di laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 16


2. Berdasarkan pada aturan konvensi ini, ukuran yang tepat tentang
keadaan fisik, kimiawi dan biologis dari bahan – bahan berbahaya
tersebut harus di pertimbangkan untuk mengatur pembersihan atas
kebocoran di kapal, dan menyakinkan bahwa dengan pertimbangan –
pertimbangan tersebut tidak akan mempengaruhi keselamatan kapal dan
jiwa di laut

4. Pencemaran polusi oleh sewage

Kotoran adalah segala jenis  limbah yang berasal dari air limbah


toilet,tempat pembuangan air,buangan air besar,air buangan dari ruang
medis,tempat cuci tangan(westafel) atau bak cucian,air buangan dari kotoran
hewan hidup,dan air limbah yang bercampur dengan yang tersebut
diatas.pada saat kapal sedang melaju/berlayar,kotoran-kotoran ini ditampung
dalam sebuah tangki penampungan yang berada diatas kapal.bila kapal
berada dipelabuhan,kotoran dalam tangki penampungan ini dibuang ke
“receiption facility” atau fasilitas penampungan yang ada di pelabuhan.
Persyaratan membuang kotoran kelaut menurut Annex IV MARPOL 73/38:
1.kapal membuang kotoran yang telah dihancurkan dan bebas bakteri dengan
menggunakan suatu “system sewage treatment plan “yang diakui oleh
administrasi pemerintah,pada jarak  > 4 mil dari daratan terdekat
2.kotoran yang belum dibebas bakteri/bebas hama dibuang pada jarak lebih
dari 12 mil dari daratan terdekat.
3.kotoran yang telah ditampung dalam suatu tangki,tidak boleh dibuang
secara serentak,tetapi dengan aliran kapal yang sedang melaju pada
kecepatan tidak lebih dari 4 knot.
4.selama dipelabuhan,dibuang ke receiption facility
Ukuran Kapal-kapal  yang diberlakukan dalam Annex IV ini yaitu:
ü  Kapal baru, > 400 GT
ü  Kapal baru, < 400 GT yang disertifikasi untuk mengangkut  > 15 orang
ü  Kapal lama, > 400 GT : 5 tahun setelah diberlakukan Annex ini
ü  Kapal lama, < 400 GT yang disertifikasi untuk mengangkut  > 15 orang,5
tahun setelah tanggal diberlakukan Annex ini  yang terlibat dalam pelayaran
internasional.
Sertifikat yang harus dimiliki setiap kapal yang mengangkut kotoran
adalah:”International Sewage Pollution Prevention Certificate” disingkat
ISPPC.

Note :
Receiption Facility adalah fasilitas penampungan didarat yang tidak hanya
digunakan untuk menampung kotoran,tetapi digunakan juga untuk
menampung sisa-sisa minyak,zat cairan beracun,dan sampah yang berasal
dari kapal.negara peserta konvensi MARPOL 73/78 diwajibkan untuk
menyiapkan dan memelihara fasilitas penampungan yang cukup didarat.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 17


5. Pencemaran oleh sampah

https://www.mongabay.co.id/2018/11/07/lautan-dunia-dalam-ancaman-
bahan-kimia-beracun/
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang
dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari
sampah di laut adalah plastik,  sebuah komponen yang telah dengan cepat
terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II.  Massa plastik di lautan
diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut
berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat
terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau
hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala  sangat membahayakan
lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk
lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan
infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan
untuk bernapas.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 18


Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut
melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi.
Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan
memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah  yang tercemar
yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin
menipisnya kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal
tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim,
jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastis dan
dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen.
Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari golongan cacing
saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur
dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan
suatu masalah besar diperairan terbuka.

6. Pencemaran Udara (Air Pollution)


ANNEX VI Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang Cerobong
Kapal
peraturan Annex VI Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang
Cerobong Kapal Berlaku terhadap kapal yang memilki mesin diesel dengan
tenaga output lebih dari 130 kW. kadar emisi NOx yang diijinkan bagi
mesin yang memenuhi peraturan MARPOL 73/78 Annex VI tersebut ?
a. 17,0 g/kWh jika putaran mesin kurang 130 rpm
b. 45,0 X putaran mesin (-0,2) g/kWh jika putaran mesin antara 130-
2000 rpm
c. 9,8 g/kWh jika putaran mesin lebih dari 2000 rpm
PERSYARATAN –PERSYARATAN Sox:
A. Kandungan belerang dari setiap bahan bakar yang dipakai dikapal
tidak boleh lebih dari 4,5% m/m dan harus ada dolumun dikapal
sebagai pembuktian.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 19


B. Catatan Penyerahan Bahan Bakar (Bunker Delivery Note =BDN).
KKM harus memeriksa bahwa
C. BDN (dahulu disebut Bunker Delivery Receipt) yang sekurang-
kurangnya berisi informasi sbb:
1. Nama dan Nomor IMO kapal penerima
2. Pelabuhan
3. Tanggal penyerahan
4. Nama,alamat dan no telepon dari pemasok bahan bakar
(marine diesel oil supplier)
5. Nama produk
6. Kuantitas (metric tons)
7. Berat jenis pada suhu 15derajat C (kg/m3)
8. Kandungan belerang ( % m/m)
Pernyataan dengan membubuhkan tanda tangan dari pemasiok
bahwa BBM yang dipasok sesuai dengan Peraturan 14 Annex VI.Kapal
harus menyimpan BDN dengan item tsb diatas untuk pemeriksaan dan
harus disimpan dikapal 3 tahun semenjak tanggal pengisian,
D. Contoh Bahan Bakar (Bunker Sampling)

E. Sample bahan bakar untuk menunjukkan kandungan belerang harus


disimpan di kapal hingga bahan bakar secara substansial
dikomsumsi,tetapi dalam segala hal tidak kurang dari 12 bulan dari waktu
penyerahan yang akan dipakai sebagai pemenuhan dari Peraturan 18(6)
dari Annex VI (volume sample adalah 750 ml).

F. Suatu tabel diikat pada botol sampel dengan catatan khusus sbb:
1. Tempat dimana sple diambil dan prosedur sampling.
2. Tanggal pengisian bbm
3. Nama pemasok dan nama tongkang
4. Nama dan IMO Number kapal penerima
5. Tanda tangan dan nama pemasok dan wakil dari kapal
6. Keterangan dari Identificaion number atau tanda pada cap label
7. Derajat/tingkat dari baha bakar yang masuk (Grade of Bunker Fuel)

Persyaratan Sulphur Oxides (SOx)


Berdasarkan ANNEX VI Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang
Cerobong Kapal marpol 73/78 persyaratan tentang Sulphur Oxides (SOx) agar
dapat mengurangi dampak pencemaran udara dari kapal–kapal Kadar SOX yang
oleh setiap bahan bakar di atas kapal tidak boleh melebihi 4,5% mm.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 20


Persyaratan Incinerator di atas kapal
Berdasarkan ANNEX VI Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang
Cerobong Kapal marpol 73/78 mempunyai persyaratan untuk incinerator diatas
kapal agar tidak terjadi pencemaran udara
temperatur minimum setiap pengoperasian incinerator paling kurang 850 0C dan
mampu menghasilkan temperatur minimum 600 0C dalam waktu 5 menit saat
pertama kali dinyalakan
dilarang membakar bahan yang mengandung:
a. polychlonated bipehenyls (PCBS)
b. logam berat
c. campuran halogen
polyvinil chlorides (PVCS) kecuali incinerator yang telah disetujui oleh IMO
yang dibuktikan dengan sertifiat pengesahan dilarang mengoperasikan incenerator
selama dipelabuhan atau kawasan wisata/pantai
Sertifikat dan dokumen yang harus ada dikapal setelah Annex VI diberlakukan
a. Catatan penerimaan bahan bakar utk 3 tahun
b. Setifikat EIAPP,Technical fle dan Sertifikat IAPP
c. Record Book of Engine parameters
d. Operation Manual for inboard masurement and monitoring methods
e. Operation Manual forVapour collecting system
f. Operation Manual for Shipboard Incinerator
g. Buku Harian (log book)

D. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA


PENCEMARAN
LAUT
      Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah
diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut :
a.  Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pencemaran laut :
 Tidak membuang sampah ke laut
 Penggunaan pestisida secukupnya

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 21


 Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah
puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di
sekitar laut.
 Kurangi penggunaan plastik
 Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
 Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
 Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
 Pendaurulangan sampah organik
 Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air.
 Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah.

b. Penanggulangan pencemaran laut 


 Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu
menetralisir  pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
ledakan ladang minyak.
 Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut
adalah pohon api-api (Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki
kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
 Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat
pencemaran laut diantaranya adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi   
2. kehidupan.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 22


3. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan
melestarikan laut beserta isinya.
4. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
5. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun,
pukat harimau, dan lain-lain yang mengakibatkan rusaknya
ekosistem laut.
6. Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah
produksi pabrik yang akan mencemari laut.
Konvensi Internasional yang menangani regulasi mengenai
Pencemaran laut berdasarkan catatan Rusmana (2012) adalah :
a). United Nation Covention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS)                    
Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak karya dari
PBB tentang hukum laut, yang disetujui di montego Bay, Jamaica tanggal
10 Desember 1982.  Konvensi Hukum Laut 1982 secara lengkap mengatur
perlindungan dan pelestarian lingkungan laut (protection and preservation
of the marine environment) yang terdapat dalam Pasal 192-237.
Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara
mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan
laut. Pasal 193 menggariskan prinsip penting dalam pemanfaatan sumber
daya di lingkungan laut, yaitu prinsip yang berbunyi : bahwa setiap Negara
mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya
sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka dan sesuai dengan
kewajibannya untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut.
Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk
melakukan upaya-upaya guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce),
dan mengendalikan (control) pencemaran lingkungan laut dari setiap
sumber pencemaran, seperti pencemaran dari pembuangan limbah
berbahaya dan beracun yang berasal dari sumber daratan (land-based
sources), dumping, dari kapal, dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi.
Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan pengendalian
pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan kerja

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 23


sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur
oleh Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.
b). International Conventions on Civil Liability for Oil PollutionDamage 1969
(Civil Liability Convention).
Konvensi Internasional Mengenai Pertanggungjawaban Perdata
Terhadap Pencemaran Minyak di Laut (International Convention on Civil
Liability for Oil Pollution Damage). CLC 1969 merupakan konvensi yang
mengatur tentang ganti rugi pencemaran laut oleh minyak karena
kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini berlaku untuk pencemaran
lingkungan laut di laut territorial Negara peserta. Dalam hal
pertanggungjawaban ganti rugi pencemaran lingkungan laut maka prinsip
yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.
c). Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes
and Other Matter 1972 (London Dumping Convention)
London Dumping Convention merupakan Konvensi Internasional
untuk mencegah terjadinya Pembuangan (dumping),  yang dimaksud
adalah pembuangan limbah yang berbahaya baik itu dari kapal laut,
pesawat udara ataupun pabrik industri. Para Negara konvensi
berkewajiban untuk memperhatikan tindakan dumping tersebut. Dumping
dapat menyebabkan pencemaran laut yang mengakibatkan ancaman
kesehatan bagi manusia, merusak ekosistem dan mengganggu kenyamanan
lintasan di laut.
Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang
diatur dalam London Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan
sintetik, sisa residu minyak, bahan campuran radio aktif dan lain-lain.
Pengecualian dari tindakan dumping ini adalah apabila ada “foce
majeur”,  yaitu dimana pada suatu keadaan terdapat hal yang
membahayakan kehidupan manusia atau keadaan yang dapat
mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.
d). The International Covention on Oil Pollution Preparedness Response And
Cooperation 1990 (OPRC)

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 24


OPRC adalah sebuah konvensi kerjasama internasional
menanggulangi pencemaran laut dikarenakan tumpahan minyak dan bahan
beracun yang berbahaya. Dari pengertian yang ada, maka dapat kita
simpulkan bahwa Konvensi ini dengan cepat memberikan bantuan ataupun
pertolongan bagi korban pencemaran laut tersebut, pertolongan tersebut
dengan cara penyediaan peralatan bantuan agar upaya pemulihan dan
evakuasi korban dapat ditanggulangi dengan segera.
e). International Convention for the Prevention of Pollution from Ships
1973 (Marine Pollution)
Marpol 73/78 adalah konvensi internasional untuk pencegahan
pencemaran dari kapal,1973 sebagaimana diubah oleh protocol 1978.
Marpol 73/78 dirancang dengan tujuan untuk meminimalkan pencemaran
laut , dan melestarikan lingkungan laut melalui penghapusan pencemaran
lengkap oleh minyak dan zat berbahaya lainya dan meminimalkan
pembuangan zat-zat tersebut tanpa disengaja.

Kewajiban Negara
Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk
melakukan upaya-upaya guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce),
dan mengendalikan (control) pencemaran lingkungan laut dari setiap
sumber pencemaran, seperti pencemaran dari pembuangan limbah
berbahaya dan beracun yang berasal dari sumber daratan (land-based
sources), dumping, dari kapal, dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi.
Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan pengendalian
pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan kerja
sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur
oleh Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.
Negara peserta Konvensi Hukum Laut 1982 mempunyai
kewajiban untuk menaati semua ketentuan Konvensi tersebut berkenaan
dengan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, yaitu antara lain
sebagai berikut :

1. Kewajiban membuat peraturan perundang-undangan tentang


perlindungan dan pelestarian lingkungan laut yang mengatur secara

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 25


komprehensif termasuk penanggulangan pencemaran lingkungan laut
dari berbagai sumber pencemaran, seperti pencemaran dari darat, kapal,
dumping, dan lainnya. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut
termasuk penegakan hukumnya, yaitu proses pengadilannya
2. Kewajiban melakukan upaya-upaya mencegah, mengurangi, dan
mengendalikan pencemaran lingkungan laut,
3. Kewajiban melakukan kerja sama regional dan global, kalau kerja sama
regional berarti kerja sama ditingkat negara-negara anggota ASEAN,
dan kerja sama global berarti dengan negara lain yang melibatkan
negara-negara di luar ASEAN karena sekarang persoalan pencemaran
lingkungan laut adalah persoalan global, sehingga penanganannya harus
global juga.
4. Negara harus mempunyai peraturan dan peralatan sebagai bagian dari
contingency plan
5. Peraturan perundang-undangan tersebut disertai dengan proses
mekanisme pertanggungjawaban dan kewajiban ganti ruginya bagi
pihak yang dirugikan akibat terjadinya pencemaran laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 26


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
a)    Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek
berbahaya.
b)    Penyebab pencemaran laut yaitu :
-  Pencemaran oleh minyak
-  Pencemaran oleh logam berat
-  Pencemaran oleh sampah
-  Pencemaran oleh pestisida
-  Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
-  Pencemaran akibat peningkatan keasaman
-  Pencemaran akibat polusi kebisingan
c)    Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur
oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Laut.
2. Saran
a. Saran umum
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk
hidup ada. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon
agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang
untuk menyelematkan bumi dengan stop pencemaran laut akibat ulah
manusia.

b. Saran pelaut

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 27


Bagi siapa aja yang berprofesi atau mata pencaharian di lut khususnya
para pelaut maupun nelayan harus sadar akan kelestarian laut maka dari itu
mari kita mulai dari hal yang terkecil memulai dari diri sendiri dengan
membuang smpah pada tempatnya dan memperhatikan maupun
memahami peraturan tentang pencemaran lingkungan laut atau biasa
disebut MARPOL.

c. Saran untuk taruna/ junior


Bagi para taruna dimulai dari kesadaran pribadi membuang sampah
pada tempatnya dan peduli terhadap lingkungan sekitar supaya kelak
sudah menjadi pelaut sudah terbiasa akan hal itu dan membantu
mengurangi pencemaran lingkungan laut.

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 28


LAMPIRAN

SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERAPage 29

Anda mungkin juga menyukai