Anda di halaman 1dari 116

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

M
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBUT
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
RIANI HIKMAH
NPM. 161540111029

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.3 KEBIDANAN
2018

1
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. A
DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KELURAHAN KELAYAN TIMUR
KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2018

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


pada Program Studi D.3 Kebidanan

Oleh:
YULIAWATI
NPM. 161540112252

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.3 KEBIDANAN
2018

2
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan
judul Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A di wilayah kerja Puskesmas
Kelayan Timur Kelurahan Kelayan Timur Kecematan Banjarmasin Selatan Provinsi
Kalimantan Selatan ini selesai tepat pada waktunya.

Penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.A dilaksanakan untuk


memenuhi persyaratan Laporan Tugas Akhir (LTA) Program Studi Diploma Tiga
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, penatalaksanaan asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. A berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yang
dimulai pada 26 November 2017 sampai 27 Februari 2018 di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan


komprehensif pada Ny. A ini banyak menghadapi kesulitan, namun berkat kemauan,
kerja keras, bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak maka laporan
ini dapat di selesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak M. Syafwani, M. Kep., sp. Kep. Jiwa selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Zaiyidah Fathony, M. Keb selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Ibu Mirawati, S.Si.T.,M.Kes sebagai pembimbing I dan penguji I dalam hal
metode penelitian, atas bimbingan dan sarannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA).

iii
5. Ibu Rida’Millati, S. Kep., Ns., M. Kep sebagai pembimbing II dan penguji II
dalam hal materi yang telah memberikan bimbingan dan sarannya.
6. Ibu Misnisanci, SST sebagai pembimbing III dan penguji III yang telah
memberikan bimbingan dan sarannya.
7. Petugas kesehatan Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin beserta seluruh staf dan
karyawan yang membantu proses pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif.
8. Ny. A yang telah bersedia menjadi responden selama menjalankan asuhan
kebidanan komprehensif dilaksanakan.
9. Seluruh dosen Program Studi Diploma Tiga Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin yang membimbing dan memberikan banyak bekal
selama kegiatan Laporan Tugas Akhir (LTA).
10. Seluruh staf kepegawaian Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang terkait
dalam penyusunanan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini.
11. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yudiarto dan Ibu Badariah, serta adik-adik saya
tersayang beserta keluarga dan pihak-pihak yang senantiasa memberikan doa,
nasihat dan motivasi, dukungan dan semangat sehingga Laporan Tugas Akhir
(LTA) ini dapat diselesaikan dengan lancar.
12. Teman-teman di Diploma Tiga Kebidanan angkatan 2015 dan sahabat-sahabat
terbaik yang selalu mendukung, memberikan saran, dan menginspirasi dengan
sumbangan pikiran serta bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar membantu penyusunan laporan ini menjadi lebih baik. Harapan
penulis semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak yang membacanya, Amin ya Robbal’Alamin.

Banjarmasin, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI............................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
GAMBARAN KASUS..................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang................................................................................ 2
1.2 Tujuan Umum................................................................................. 5
1.3 Tujuan Khusus................................................................................ 5
1.4 Manfaat........................................................................................... 6
1.5 Waktu dan Tempat.......................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN TEORITIS...................................................................... 8
BAB III. ASUHAN KEBIDANAN.................................................................. 38
BAB IV. PEMBAHASAN............................................................................... 81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 86
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 86
5.2 Saran............................................................................................... 88
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 92
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikasi melakukan tindakan atau rujukan segera pada kala I


Persalinan............................................................................................ 17
Tabel 1. Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah............................................. 21
Tabel 2. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Selama Masa Nifas............... 31
Tabel 3. Waktu dan Tujuan Kunjungan Masa Nifas........................................ 31
Tabel 4. Tindakan Yang Diberikan Selama Masa Nifas.................................. 32
Tabel 5. Asuhan Kehamilan Pada Ny. A di BPM Ibu N.................................. 49
Tabel 6. Asuhan Persalinan Pada Ny. A di BPM Ibu N................................... 58
Tabel 7. Asuhan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. A di BPM Ibu N................. 67
Tabel 8. Asuhan Nifas Pada Ny. A di BPM Ibu N........................................... 76
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin pengambilan data


Lampiran 2. Surat balasan dari tempat pengambilan data
Lampiran 3. Surat pembimbing I dan II
Lampiran 4. Lembar konsultasi
Lampiran 5. Asuhan kebidanan fisiologis
Lampiran 6. Partograf
Lampiran 7. Indikasi melakukan tindakan atau rujukan segera pada kala I persalinan
Lampiran 7. Time schedule
Lampiran 8. Imformed consent
Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup
Nama Institusi : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Nama Penulis : Yuliawati
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A di
Puskesmas Kelayan Timur Kelurahan Kelayan Timur
Kecamatan Banjarmasin Selatan Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2018.
Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB & 92 Halaman

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu upayanya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Kasus diambil di Puskesmas Kelayan Timur Kelurahan Kelayan Timur Kecamatan
Banjarmasin Selatan dari tanggal 26 November 2017 s/d 27 Februari 2018 pada Ny.
A G1 P0 A0 umur 21 tahun.
Tanggal 29 Januari 2018 jam 01.00 WITA Ny. A datang dengan keluhan mules-
mules dan ada keluar lendir bercampur darah, hasil pemeriksaan Ny. A G1 P0 A0 40
minggu, partus kala I fase aktif keadaan ibu dan janin baik.
Tanggal 29 Januari 2018 jam 05.00 WITA Ny. A G1 P0 A0 40 minggu partus kala II,
keadaan ibu dan janin baik. Jam 05.30 WITA bayi lahir spontan dengan letak
belakang kepala, berat badan 2.700 gram, panjang badan 48 cm, keadaan fisik
normal. Tanggal 29 Januari 2018 jam 05.40 WITA Ny. A P1, partus kala III, keadaan
ibu baik, plasenta lahir spontan selaput lengkap koteledon lengkap. Tanggal 29
Januari 2018 jam 06.10 WITA Ny. A P1 partus kala IV, keadaan ibu baik, kesadaran
compos mentis, TTV normal. Tanggal 29 Januari 2018 jam 12.00 WITA Ny. A P1, 6
jam nifas, keadaan ibu baik, kesadaran compos mentis, TTV normal, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal,
lochea rubra. Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan, umur satu jam, keadaan
bayi baik, kesadaran compos mentis, TTV normal, pemeriksaan fisik normal, refleks
primitif positif, umur 6 jam, keadaan bayi baik, kesadaran, compos mentis, TTV
normal, pemeriksaan fisik. Tanggal 05 Februari 2018 jam 16.00 WITA dilakukan
kunjungan rumah II, Ny. A P1 nifas hari ke-6 post partum, keadaan ibu baik,
kesadaran compos mentis, TTV normal, bayi umur 6 hari, keadaan bayi baik,
kesadaran compos mentis, TTV normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali
pusat. Tanggal 13 Februari 2018 jam 17.00 WITA dilakukan kunjungan rumah III,
Ny. A P1 nifas hari ke-2 minggu post partum, keadaan ibu baik, kesadaran compos
mentis, TTV normal, bayi umur 2 minggu, keadaan bayi baik, kesadaran compos
mentis, TTV normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat. Tanggal 27
Februari 2018 jam 17.00 WITA dilakukan kunjungan rumah IV, Ny. A P1 nifas hari
ke-4 minggu post partum, keadaan ibu baik, kesadaran compos mentis, TTV normal.

Pustaka: (2008-2017)

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes, 2010) menjelaskan


bahwa “Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan
kebidanan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan”. Kebijakan tersebut
dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan kematian bayi yang
merupakan masalah besar di setiap tahunnya. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh World Health Organization (WHO).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2014) menjelaskan


“kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera”. Sebab-sebab kematian ini
dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sebab-sebab
yang lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya.

Hasil pendataan yang telah dilakukan “Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asian

2
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand

3
4

44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunai 60 per 100.000 kelahiran hidup dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup” (WHO, 2014).

Berdasarkan data profil dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan


2015, AKI dan AKB yang terjadi 5 tahun terakhir pada tahun 2013 dengan 17
kasus, dan AKI pada tahun 2014 dan 2015 dengan 14 kasus AKI yang sama.
Pada tahun 2013 terjadi 84 kasus, kemudian pada tahun 2014 turun menjadi
73 kasus dan pada tahun 2015 turun lagi menjadi 55 kasus. Kasus kematian
ibu pada tahun 2016 tercatat ada 903 kasus kematian ibu, sementara ada 811
kasus kematian bayi. Sedangkan untuk tahun 2017 dari bulan Januari sampai
Agustus terjadi penurunan dengan 489 kasus kematian ibu.

Kecenderungan angka kematian bayi (AKB) diperoleh dari pelayanan


puskesmas dan jaringannya. Angka kematian bayi (AKB) di Kota
Banjarmasin masih fluktuatif, pada tahun 2013 sekitar 23,52% kasus
kemudian turun pada tahun 2014 menjadi 13,10%, pada tahun 2015 naik
kembali menjadi 55 kasus 24,66% dan pada tahun 2016 turun lagi menjadi 44
kasus 20,0%. Selama beberapa tahun terakhir kematian bayi yang terbanyak
disebabkan oleh Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, serta faktor lain
seperti infeksi, kelainan kongenital, hipotermi, dan aspirasi (Dinkes Prov.
Kalsel, 2016).

Kecenderungan angka kematian ibu (AKI) di Kota Banjarmasin dalam enam


tahun terakhir sangat fluktuatif. Enam kasus kematian ibu (50%) penyebab
kematian terebut merupakan kematian yang disebabkan oleh penyebab non
obstetri diantaranya seperti penyakit asma, penyakit jantung, radang empedu
yang dapat memperberat kehamilan dan meningkatkan resiko terjadinya
5

kesakitan dan kematian ibu. Tahun 2015 jumlah kematian ibu masih stagnan
pada jumlah 14 orang sama seperti tahun 2014, meskipun penyabab kematian
bergeser ke penyebab seperti jantung, edema pulmonal, diabetes melitus,
gagal ginjal dan lain-lain, sedangkan faktor dari kehamilan atau persalinan di
sebabkan oleh preeklamsia, eklamsia, perdarahan. Meningkatnya angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, selain faktor penuaan,
penyakit degeneratif juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya
hidup. Peningkatan akses dan pelayanan seiring proses akreditasi puskesmas
membawa hasil penurunan jumlah kematian ibu menjadi 8 orang pada tahun
2016 (Dinkes Prov. Kalsel, 2016).

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) di


wilayah kerja Puskesmas Kelayanan Timur pada tahun 2017 didapatkan data
kunjungan kehamilan K1 berjumlah 417 orang (105,8%), kunjungan
kehamilan K4 berjumlah 317 orang (80,5%), Angka Kematian Ibu (AKI)
dalam tahun 2017 tidak ada, Angka Kematian Bayi (AKB) ditahun 2017 tidak
ada, dan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan ditempat pelayanan
fasilitas kesehatan berjumlah 297 orang (77,6%), 295 orang (79,7%) yang
mendapat pelayanan nifas dari tenaga kesehatan (Rekapitulasi PWS KIA
Puskesmas Kelayan Timur 2017).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB
mulai tahun 2010 meluncurkan bantuan operasional kesehatan (BOK) pada
kegiatan preventif dan promotif dalam program kesehatan ibu dan anak antara
lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)
dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
6

Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif


selama 6 bulan serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Selain
itu upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan program
Jampersal (Jaminan Persalinan) (Depkes RI, 2016).

Upaya yang dilakukan Puskesmas Kelayan Timur untuk meningkatkan


kualitas pelayanan kesehatan diwilayah tersebut adalah dengan dilakukannya
PWS KIA, Posyandu, Puskesdes, Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil,
kunjungan ibu nifas, kunjungan neonatus), serta melakukan berbagai kelas
seperti kelas ibu hamil dan kelas balita untuk menyampaikan hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan latar belakang diatas
maka dilakukanlah Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A G1 P0 A0
diwilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.

1.2 Tujuan Asuhan Komprehensif


1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada Ny. A dari


hamil sampai nifas dan bayi baru lahir secara tepat sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan secara tepat pada ibu hamil mulai 32-34
minggu sampai 40 minggu usia kehamilan, menolong
persalinan, nifas 6 jam hingga 4 minggu masa nifas, KB, bayi
baru lahir dan neonatus.
7

1.2.2.2 Melaksanakan pendokumentasian manajemen kebidanan


dengan metode dokumentasi “SOAP”.
1.2.2.3 Dapat menganalisa kasus yang dihadapi berdasarkan teori yang
ada.
1.2.2.4 Dapat membuat laporan ilmiah tentang kasus yang dihadapi.
1.3 Manfaat Asuhan Kebidanan Komprehensif
1.3.1 Bagi Masyarakat/klien

Penulis berharap klien dapat merasa puas, aman, dan nyaman dengan
pelayanan bermutu dan berkualitas secara berkesinambungan.

1.3.2 Bagi Lahan praktik

Penulis berharap studi kasus ini dapat dijadikan bahan masukan dalam
pelayanan kebidanan untuk memberikan pelayanan yang komprehensif
sehingga komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
dapat terdeteksi sedini mungkin.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai reperensi bagi


mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan menjadi
data dasar untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif
selanjutnya.

1.3.4 Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar pada asuhan kebidanan komprehensif untuk


mengaplikasikan teori yang di peroleh selama perkuliahan dalam
8

rangka menambah wawasan khusus asuhan kebidanan, serta dapat


mempelajari kesenjangan yang terjadi di masyarakat.

1.4 Waktu dan Tempat Asuhan Kebidanan Komprehensi

1.4.1 Waktu
Adapun waktu studi kasus ini yaitu kontak pertama dengan pasien
mulai 26 November 2017 sampai dengan konseling KB pada tanggal
27 Februari 2018.

1.4.2 Tempat
Pelaksanaan studi kasus ini di lakukan di Bidan Praktik Swasta N. di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.
9

BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Antenatal Care


Antenatal care merupakan standar pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi
kesehatan ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. Oleh karena
itu pelayanan atau asuham antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Yeyeh & Yulianti, 2009).

Antenatal care adalah perawatan sebelum masa kehamilan atau


perawatan pada ibu hamil, perawatan yang ditujukan kepada ibu
hamil, yang bukan hanya apabila ibu sakit dan memerlukan perawata,
melainkan juga pengawasaan dan penjagaan wanita hamil agar tidak
terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat
(Kumalasari, 2015).

Dari beberapa referensi mengenai antenatal care dapat disimpulkan


bahwa antenatal care merupakan pengawasan, perawatan, pemantauan
dan persiapan baik secara fisik, mental maupun psikilogis secara
berkala sebelum ibu bersalin dan untuk mengetahui sedini mungkin
adanya kelainan atau komplikasi pada ibu hamil, agar dapat ditangani
atau diobati sedini mungkin karena ibu-ibu yang sehat akan
melahirkan bayi-bayi yang cerdas.
10

2.1.2 Pengertian Kehamilan


Kehamilan merupakan masa ketika seorang wanita membawa embrio
di dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur
perempuan lepas dan masuk kedalam saluran sel telur. Pada saat
persetubuhan berjuta-juta cairan sperma di pancarkan oleh laki-laki
dan masuk ke rongga rahim. Salah satu sperma akan berhasil
menenbus sel telur dan masuk ke rongga rahim. Salah satu sperma
akan berhasil menembus sel telur dan bersatu dengan sel telur tersebut.
Peristiwa ini yang disebut dengan fertilisasi atau konsepsi (Astuti,
2009).

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil


normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu) dihitung dari haid pertama haid terakhir
(HPHT) (Yeyeh & Yulianti, 2009).

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian kehamilan dapat


disimpulkan bahwa kehamilan merupakan penyatuan dari
spermatozoa dengan sel telur atau ovum yang kemudian dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai persalinan aterm, yaitu sekitar 280-300 hari atau 40 minggu/10
bulan lunar/9 bulan menurut kalender internasional yang dihitung dari
haid pertama haid terakhir (HPHT).

2.1.3 Tujuan Asuhan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil memiliki tujuan, diantaranya
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari pemeriksaan
kehamilan adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu
11

dan janin selama dalam masa kehamilan berlangsung, dengan


demikian maka didapatkan ibu dan janin yang sehat. Adapun tujuan
khusus dari pemeriksaan pada masa kehamilan menurut Mochtar
(2013) adalah:
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam masa kehamilan.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita ibu sedini mungkin.
c. Menurunkan angka kematian dan kesakitan pada ibu dan janin.
d. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari, dan
kebutuhan pada masa kehamilan berlangsung.

Menurut Saputra (2014) tujuan asuhan kehamilan adalah:


a. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu serta janin.
c. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dalam
kehamilan serta kemungkinan komplikasi yang terjadi selama
kehamilan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat (baik ibu maupun bayi), dengan trauma seminimal
mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berlangsung normal dan
pemberian ASI eksklusif dapat berjalan lancar.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga sehingga dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang
secara normal.
12

Dari beberapa referensi dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan


kehamilan, yaitu untuk mempersiapkan fisik, mental ataupun
psikologis ibu selama kehamilan dan untuk mengetahui atau
menangani serta mengobati sedini mungkin kelainan ataupun
komplikasi selama kehamilan agar ibu dan bayi lahir dalam keadaan
baik dan sehat.

2.1.4 Waktu Pemeriksaan Kehamilan


Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,
anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1
kali kunjungan diantar suami atau pasangan atau anggota keluarga.
Kunjungan pemeriksaan antenatal pada ibu hamil sebagai berikut
(Depkes RI, 2013):
a. Trimestar 1 minimal 1 kali sebelum minggu ke-16
b. Trimestar 2 minimal 1 kali antara minggu ke 24-28
c. Trimestar 3 minimal 2 kali antara minggu ke 30-32
dan minggu ke 36-38

2.1.5 Standar Pemeriksaan Kehamilan


Menurut Walyani, (2015) pemeriksaan kehamilan dengan standar
minimal asuhan 14T, yaitu: (1) timbang berat badan dan tinggi badan;
(2) tekanan darah; (3) pengukuran tinggi fundus uteri; (4) pemberian
tablet tambah darah (tablet FE); (5) pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) lengkap; (6) Pemeriksaan HB; (7) pemeriksaan protein
urine; (8) tes PMS; (9) pemeriksaan urine reduksi; (10) perawatan
payudara; (11) senam hamil; (12) terapi malaria (orang yang pernah
menderita malaria); (13) terapi yodium kapsul; (14) temu wicara atau
konseling.
13

2.1.6 Asuhan Kehamilan Trimester III


2.1.6.1 Fisiologis Kehamilan Trimester III
Pada saat trimester III ibu akan sering merasakan kontraksi
Braxton Hicks yaitu rasa kencang pada rahim namun tidak
disertai rasa nyeri, kemudian uterus akan membesar dan dapat
menggeser struktur pelvis dan intestinal sehingga terjadi
gangguan pencernaan, penonjolan umbilicus, sesak nafas serta
insomnia. Pusat gravitasi tubuh ibu hamil akan berubah,
sehingga ibu sering mengalami pegal pada punggung akibat
berjalan dengan postur tubuh yang miring kebelakang untuk
mengimbangi berat beban di bagian depan tubuhnya (Lockhart
& Saputra, 2014).

2.1.6.2 Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian Dengan


Penuh Kewaspadaan)
Sulistyawati (2012) menjelaskan perubahan psikologis yang
ibu alami pada trimester III seperti (1) rasa tidak nyaman,
merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik; (2) merasa tidak
menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu; (3) takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan dan khawatir akan keselamatannya; (4) khawatir
bayi dilahirkan dalam keadaan tidak normal; (5) merasa sedih
akan berpisah dari bayinya; (6) merasa kehilangan perhatian;
(7) perasaan mudah terluka; (8) libido menurun.

2.1.6.3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester III


Irianti dan Halida (2015) mengatakan bahwa trimester III
mencakup minggu ke-29 sampai ke 42 kehamilan. Trimester III
sering kali disebut “periode menunggu, penantian, dan
14

waspada” sebab pada saat itu, ibu tidak sabar menunggu


kelahiran bayinya. Trimester III merupakan masa persiapan
dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sehingga
sebagian besar perhatian tertuju pada kesiapan persalinan.
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan
cemas yang nyata. Hal yang mendasari ketidaknyamanan
trimester III adalah:
a. Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin
dan plasenta serta turunya kepala pada rongga panggul
menimbulkan pengaruh pada sistem organ maternal.
b. Kadar progesteron mengalami peningkatan dan stabil
hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.
c. Penantian dan persiapan akan persalinan mempengaruhi
psikologis ibu.

2.1.6.4 Ketidaknyamanan atau Keluhan Pada Trimester III


Lockhart dan Saputra (2014) menjelaskan bahwa dalam
kehamilan ketidaknyamanan sering kali menjadi kendala yang
cukup mengganggu. Ketidaknyamanan ini berubah-ubah
seiring dengan makin tuanya usia kehamilan. Adapun
ketidaknyamanan pada trimester III yaitu:
a. Konstipasi
Konstipasi disebabkan oleh konsumsi zat besi pada ibu
hamil, kemudian juga disebabkan oleh pergeseran
intestinum serta kelambatan usus akibat peningkatan kadar
progesteron dan metabolisme stroid. Hal ini dapat diatasi
dengan cara olahraga ringan setiap hari, memperbanyak
minum dan tidak mengabaikan rasa ingin buang air kecil.
15

b. Hemoroid
Hemoroid disebabkan oleh tekanan pada vena pelvis yang
disebabkan oleh pembesaran uterus sehingga mengganggu
sirkulasi darah vena. Ketidaknyamanan ini dapat diatasi
dengan tidak berdiri terlalu lama, tidak menggunakan
pakaian yang ketat, menggunakan salep wasir yang aman
bagi ibu hamil, mengompres, dan berbaring ke sisi kiri
dengan kedua kaki sedikit ditinggikan.
c. Nyeri Punggung
Nyeri punggung disebabkan oleh peningkatan lengkungan
lumbosakral dikarenakam pembesaran uterus.
Ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan cara
mempertahankan postur tubuh yang benar, tidak
menggunakan sepatu dengan tumit yang tinggi, tidur dengan
alas yang lebih keras, dan melakukan latihan gerakan
panggul atau latihan memiringkan panggul.
d. Kram Otot Tungkai
Kram dapat disebabkan oleh uterus yang semakin
membesar, sirkulasi yang buruk dan ke seimbangan rasio
kalsium-fosfor. Hal ini dapat diatasi dengan cara melakukan
diet yang mengandung kalsium dan fosfor, istirahat dengan
tungkai ditinggikan dan kompres air hangat.
e. Edema Pergelangan Kaki
Edema disebabkan oleh vena return yang buruk dari
ekstremitas bawah yang diperparah oleh duduk atau berdiri
yang terlalu lama serta retensi cairan. Ketidaknyamanan ini
dapat diatasi dengan cara menghindari pakaian yang ketat
dan menjepit, meninggikan kedua kaki pada saat istirahat
16

serta melakukan gerakan dorsifleksi kaki ketika duduk atau


berdiri yang terlalu lama.
f. Sesak Napas
Sesak napas dapat disebabkan oleh tekanan uterus pada
diafragma. Hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan
posisi semi-fowler ketika tidur dan memakai bantal
tambahan sebagai penyangga serta aktifitas dan istirahat
yang seimbang.

2.1.6.5 Tanda Bahaya Pada Trimester III


Elisabeth (2015) berpendapat bahwa pada trimester III terdapat
beberapa tanda bahaya seperti:
a. Penglihatan Kabur
Penyebab dari kaburnya pandangan ibu hamil adalah
pengaruh hormonal. Biasanya disertai dengan sakit kepala
yang berlebihan dan menjadi salah satu tanda preeklamsia.
b. Bengkak Pada Wajah Kaki dan Tangan
Penyebabnya karena penumpukan cairan yang berlebihan
dalam jaringan tubuh. Jika bengkak terjadi pada muka dan
tanggan, maka hal itu akan menjadi masalah serius. Hal itu
bisa disebabkan adanya pertanda anemia, gagal jantung, dan
preeklamsia serta gangguan fungsi ginjal. Bengkak pada ibu
hamil umumnya wajar terjadi pada kaki dan hilang jika
setelah beristirahat.
c. Gerakan Janin Tidak Terasa
Bayi akan bergerak sekitar 10 gerakan dalam 12 jam.
Gerakan bayi berkurang atau tidak terasa bisa terjadi karena
kematian janin atau kontraksi berlebihan pada uterus ibu
serta masuknya kepala kedalam panggul pada kehamilan
17

aterm. Untuk memastikan janin bergerak atau tidak anjurkan


ibu untuk berbarin, karena gerakan janin akan lebih terasa
saat ibu dengan posisi berbaring.
d. Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya air selama kehamilan merupakan hal patologis.
Karena penyebab terbesar persalinan premature adalah
ketuban pecah dini. Jika cairan ketuban keluar pada
kehamilan atrem, maka terminasi kehamilan harus
dilakukan.

Lockhart dan Saputra (2014) menambahkan tanda bahaya pada


trimester III adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
trimester III dapat merupakan salah satu terjadinya plasenta
letak rendah, plasenta previa, serta solusio plasenta.

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis
yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Jannah, 2015).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban


keluar dari uterus ibu. Persalinan dikatakan normal apabila prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
18

adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Johariyah &


Ningrum, 2012).

Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit.
Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan
meningkatkan risiko kemetian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.
Tetap waspada terhadap indikasi-indikasi dan segera lakukan tindakan
yang perlu dilakukan.

Tabel 2.1 Indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau Rujukan Segera Pada
Kala I Persalinan. Rujuk Ibu jika di dapati salah satu atau lebih penyulit
No Temuan-temuan anamnesis dan atau pemeriksaan Ya Tidak
.
1. Riwayat seksio sesaria
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan premature (usia gestasi <37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan premature (usia gestasi <37
minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Pre-eklamsia/Hipertensi Dalam Kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam kala I fase aktif dan kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gameli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

2.2.2 Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai
selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang
19

bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek asuhan sayang ibu dan
asuhan sayang bayi (Jannah, 2015).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegritas dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo, 2014).

2.2.3 Penyebab Persalinan


Persalinan dapat terjadi karena beberapa faktor. Penurunan fungsi
plasenta ditandai dengan penurunan kadar progesteron dan estrogen
secara mendadak sehingga nutrisi janin dari plasenta berkurang yang
dapat menimbulkan persalinan. Selain itu, tekanan pada ganglion
servikale dari pleksus frankenhauser, menjadi stimulator (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus yang semakin merangsang terjadinya
kontraksi. Peningkatan estrogen yang mengakibatkan peningkatan
aktivitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menajadi pencetus
rangsangan untuk terjadinya proses persalinan (Jannah, 2015).

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti,


sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya persalinan. Teori-teori tersebut adalah teori peregangan,
teori penurunan progesteron, teori oksitosin internal, teori
prostagladin dan teori hipothalamus-puitari (Johariyah& Ningrum,
2012).

2.2.4 Tahapan Persalinan


Persalinan yang sudah dekat ditandai dengan adanya lightening atau
settling atau dropping dan terjadinya his palsu. Persalinan itu sendiri
20

ditandai dengan his persalinan yang mempunyai ciri seperti (1)


pinggang terasa sakit menjalar hingga keperut; (2) his yang bersifat
teratur, interval semakin pendek dan kekuatan his betambah besar; (3)
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks; (4) semakin
beraktivitas (jalan), semakin bertambah kekuatan kontaksinya. Selain
his, persalinan ditandai juga dengan pengeluaran lendir dari kanalis
servikalis karena terjadi pembukaan dan pengeluaran darah
dikarenakan pembuluh dara kapiler yang pecah (Jannah, 2015).
2.2.4.1 Persalinan Kala I
Jannah (2015) mengatakan pada kala I atau kala pembukaan
berlangsung dari pembukaan satu (1 cm) sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Kala I untuk primigravida berlangsung
selama 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam.
Kala I pembukaan diabagi menjadi dua fase, yakni :
a. Fase laten dimana dalam fase ini pembukaan serviks
berlangsung lambat, pembukaan 1 cm sampai 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi tiga subfase.
1) Periode akselarasi
Berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady)
Selama 2 jam pembukaan menjadi cepat, yaitu 9 cm.
3) Periode deselarasi
Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap (Jannah, 2015).
21

2.2.4.2 Persalinan Kala II


Jannah (2015) menjelaskan bahwa pada kala II atau yang
disebut dengan kala “pengeluaran”, dimulai dari pembukaan
lengkap pada serviks (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran
bayi.

Lama kala II pada primigravida adalah dari 1,5 jam sampai


dengan 2 jam, sedangkan pada multigravida adalah 0,5 jam
sampai 1 jam. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai
dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan
sebagai berikut: (1) his semakin kuat, dengan interval 2-3
menit dengan durasi 50-100 detik; (2) menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak; (3) ibu merasa ingin meneran bersama terjadinya
kontraksi; (4) ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vagina; (5) perineum meninjol; (6)
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah; (7) Tanda
pasti kala II: pembukaan serviks telah lengkap atau terlihanya
bagian terendah janin di introitus vagina (Johariyah&
Ningrum, 2014).

2.2.4.3 Persalinan Kala III


Kala III atau kala pelepasan dan pengeluaran plasenta adalah
periode yang dimulai ketika bayi telah lahir dan berakhir saat
plasenta secara keseluruhan sudah dilahirkan. Lama kala III
22

pada primigravida dan multigravida hampir sama, berlangsung


± 10 menit (Jannah, 2015).

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus


teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.
Beberapa saaat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus
uteri. Seluruh froses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc (Sofian, 2013).

2.2.4.4 Persalinan Kala IV


Jannah (2015) menjelaskan pada kala IV atau dapat disebut
dengan kala pengawasan dimulai dari telah lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama postpartum untuk mengamati keadaan
ibu terutama pada perdarahan postparum. Kala IV pada
primigravida dan multigravida sama-sama berlangsung selama
dua jam adapun observasi yang dilakukan pada kala IV
meliputi (a) evaluasi uterus; (b) pemeriksaan dan evaluasi
serviks, vagina, dan perenium; (c) pemeriksaan dan evaluasi
plasenta, selaput ketuban dan tali pusat; (d) penjahitan kembali
episotomi dan laserasi (jika ada); (e) pemantaun dan evaluasi
lanjut tanda-tanda vital, kontraksi uterus, lochea, perdarahan
dan kandung kemih (Jannah, 2015).
23

2.2.5 Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah

Tabel 2.2 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


NO KEGIATAN
1. Mengenali gejala dan tanda kala II
a) Ibu mempunyai keinganan untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perenium menonjoll.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oxitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali di
dalam pertus set.
3. Memaki alat pelindung diri seperti memakai celemek plastik topi, masker, kacamata,
sepatu tertutup
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan menggunakan sarung tangan
DTT atau steril) dan meletakkan kembali dipartus set/wadah DTT atau steril tanpa
mengonntaminasi tanpa tabung suntik.
7. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-hati dari depan dan
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi cairan DTT
a. Jika mulut vagina, perineum, atau anus berkontraksi oleh kotoran ibu,
membersihkan dengan seksama dengan cara menyela dari depan ke belakang.
b. Membuang kapas dan atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar-
benar
c. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemerikasaan dalam untuk
memastikakn pembukaan serviks sudah lengkap (Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, mala lakukan amniotomi).
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masib
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian melepaskan dalam
keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0/5% selama 10 menit
Mencuci kedua tangan
10. Memerika DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (100-160 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
24

NO KEGIATAN
11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin baik. Membawa ibu
dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan pasisi ibu untuk meneran. (pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:
a. Bimbing, dukung dan beri semangat
b. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
c. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
d. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Rujuk jik belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2 jam meneran pada
primidravida dan 60 menit (1 Jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau untuk mengambil posisi yang nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
15. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih
diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat sepertiga bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set, perhatikan kembali perlengkapan dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. Lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangna yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali pusat
21. Menukearah bawah bdannggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Meanjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut manariknya kearah bawah dan
kearah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik kearah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada
dibagian bawah ke arah perineum, membeiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan)
26. Mengeringksn tubuh bayim, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangkan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handu/kain
yang kering. Letakkan bayi di atas perut ibu
25

NO KEGIATAN
27. Periksa kembali uterua untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, sutikkan oksitosin 10 menit IM (Intra Muskular)
diapaha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.melakukan urutan tali
pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(ke arah ibu).
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, yaitu
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindunngi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Lakukan pemotongan
tali pusat dalam waktu 2 menit, karena pada waktu itu masih proses auto tranfusi.
b. Mengikat tali pusat dengan klem plastik/benang DTT
c. Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
33. Penatalaksaan akti kala III
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Meltakkan satu tangan diatas kain pada perut ibuditepi atas simfisis untuk mendeteksi
perlekatan plasenta pada dinding uterus, sementara tangan yang lain menegangkan tali
pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial)secara hati-hati (untuk mencegah
invesio uteri) jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
tunggu hinggga timbul kontraksi berikutnya, kemudian ulangi prosedur diatas. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik minta ibu, suami, keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial) secara hati.
Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
mengikuti jalan lahir (sambil tetap melakukan tekanan dorso kranial)
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika terdapat selaput ketuban robek, pakai
sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan selaput kektuban lahir, lakukan masase uterus. Melakukan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakkan melingkar hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik tindakan masase.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta, baik bagian ibu maupun bayi, pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta kedalam tempat khusus
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami persarahan aktif
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pendarahan per vaginam.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%.
Membila kedua tangan yang masih bersarung tengan tersebut dengan air DTT dan
26

NO KEGIATAN
mengringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung kemih kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu kedaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit).
48. Menepatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5
49. Bung bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban lendir , dan
darah . batu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
51. Pastikan ibu meras nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga memberikan
ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam
keluar. Rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk pemmeriksaan fisik pada bayi.
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K 1 mg IM
dipaha kiri dibawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi, nadi dan
temperatur.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan
bawah lateral.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keaddan terbalik dan rendam didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk.
60. Dokumentasi (lengkap partograf)

Sumber:JNP-KR RI (2012)

2.2.6 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


Jannah (2015) menjelaskan tindakan pendukung dan penenang selama
persalinan sangatlah penting dalam kebidanan. Hal ini dapat
memberikan efek yang positif baik secara emosional maupun fisiologis
terhadap ibu dan janin serta menjadi kebutuhan bagi ibu bersalin.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain adalah:
2.2.6.1 Asuhan Tubuh dan Fisik
Asuhan tubuh dan fisik berorientasi pada tubuh ibu selama
proses persalinan dan dapat menghindarkan ibu dari infeksi,
27

yaitu dengan cara (a) menjaga keberihan diri; (b) berendam; (c)
perawatan mulut; (d) pengipasan.

2.2.6.2 Kehadiran Pendamping


Dukungan fisik dan emosional dapat membawa dampak positif
bagi ibu bersalin. Beberapa tindakan perawatan yang bersifat
suportif tersebut dapat berupa menggosok-gosok pinggang ibu
atau memegang tangannya, mempertahankan kontak mata,
ditemani oleh orang-orang yang ramah dan meyakinkan ibu
bersalin bahwa mereka tidak akan meninggalkannya sendiri.

2.2.6.3 Pengurangan Rasa Nyeri


Pengurangan rasa nyeri saat persalinan sangat dibutuhkan ibu
karena dapat memberi kenyamanan dan ketenangan ibu saat
proses persalinan akan berlangsung. Pengurangan rasa nyeri
dapat dilakukan seperti (a) pengaturan posisi; (b) relaksasi dan
latihan pernapasan; (c) usapan punggung atau abdominal; (d)
pengosongan kandung kemih; (d) penerimaan terhadap tingkah
laku.

2.2.7 Tanda Bahaya Persalinan


Tanda bahaya persalinan seperti kenaikan tekanan darah, perdarahan,
kadar gula darah yang tinggi, protein dalam air kemih, anemia,
masalah dengan janin, atau kontraksi persalinan yang prematur
(Jannah, 2015).

2.3 Bayi Baru Lahir (BBL)


2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
28

Rochman dan Vasra (2012) menjelaskan bahwa definisi bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat
badan lahir 2.500-4.000 gram.

Lockhart dan Saputra (2014) mengatakan bahwa bayi baru lahir


normal adalah bayi dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat.

2.3.2 Ciri-Ciri Umum Bayi Baru Lahir


Rochman (2012) menjelaskan ciri-ciri bayi baru lahir normal sebagai
berikut (a) berat badan berkisar dari 2.500-4.000 gram; (b) panjang
badan berkisar dari 48-52 cm; (c) lingkar kepala berkisar 33-35 cm; (d)
lingkar dada berkisar 30-38 cm; (e) masa kehamilan 37-42 minggu; (f)
suhu berkisar antara 36,5-37°C; (g) frekuensi jantung 180 denyut
permenit, kemudian menurun sampai menjadi 120-140 denyut/menit;
(h) pernapasan pada pada beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80
kali permenit, kemudian menurun setelah tenang menjadi 40 kali
permenit; (i) kulit berwarna kemerah-merahan dan licin karena
jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernikskaseosa; (j)
kuku agak panjang dan lemas; (k) genetalia: labia mayora telah
menutupi labia minora (pada perempuan), testis telah turun ke
skrotum (pada anak laki-laki); (l) bayi baru lahir memiliki refleks
mengisap dan menelaan, refleks moro, refleks menggenggam sudah
baik; jika dikagetkan bayi seolah olah memeluk (refleks moro); jika
diletakkan suatu benda ditelapak tangan bayi, bayi akan menggenggam
(refleks menggenggam) atau grasping refleks; (m) eliminasi baik urine
dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama, berwarna hitam
kecoklatan.
29

2.3.3 Penanganan Bayi Baru Lahir Normal


Prawihardjo (2014) menjelaskan penanganan pada bayi baru lahir
seperti: (1) resusitsi bayi; (2) inisiasi menyusu dini; (3) pengikatan dan
pemotongan tali pusat; (4) perawatan tali pusat; (5) pelabelan; (6)
profilaksis mata; (7) pemberian vitamin K1; (8) pengukuran berat dan
panjang lahir; (9) memandikan bayi.

Siswosuhadjo (2011) menjelaskan cara perawatan tali pusat pada bayi


dapat dilakukan setelah memandikannya. Gunakan kain kasa baru
yang sudah ditetesi alkohol 70% lalu lilitkan. Bungkus tali pusat
dengan kasa streril yang baru.

JNPK-KR (2012) menjelaskan salah satu asuhan bayi baru lahir yaitu
pengikatan tali pusat dengan benang steril, perawatan tali pusat dengan
tujuan tetap bersih dan kering, dengan cara jangan membungkus tali
pusat atau mengoleskan cairan apapun ke tali pusat, mengoleskan
cairan apapun ke tali pusat, mengoleskan alkohol 70% masih
diperbolehkan, tetapi tidak dikompres, lipat popok di bawah puntung
tali pusat, jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan air DTT

2.3.4 Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir Normal


Prawihardjo (2013) menjelaskan pemeriksaan fisik BBL (Bayi Baru
Lahir) bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sanagat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam peratama.
30

2.3.5 Tanda Bahaya Neonatus


Rochman dan Vesra (2012) menjelaskan tanda bahaya pada bayi baru
lahir perlu diwaspadai serta dideteksi lebih dini untuk segera diberi
penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda bahaya pada
bayi baru lahir tersebut antara lain sebagai berikut (a) gerakan tidak
aktif (bergerak apabila mendapat rangsangan); (b) tidak mau minum
atau banyak muntah; (c) kejang; (d) mengantuk berlebihan, lemas,
lunglai; (e) napas cepat (> 60 kali/menit); (f) napas lambat (<30
kali/menit); (g) tarikan dinding dada kedalam sangat kuat; (h)
merintih; (i) menangis terus menerus; (j) demam (suhu aksila >
37,5°C); (k) teraba dingin (suhu aksila > 36°C); (l) teraba banyak
nanah dimata; (m) pusar kemerahan, keluar cairan, berbau busuk, dan
berdarah; (n) diare; (o) telapak tangan dan kaki terlihat kuning; (p)
mekonium tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran atau feses
berwarna hijau, berlendir, atau bernanah; (q) urine tidak keluar dalam
24 jam pertama.

2.3.6 Kunjungan Neonatus


Zuliyanto dan Astrid (2013) menjelaskan mengenai kunjungan
neonatus yang terbagi menjadi 3 yaitu: (1) KN1 saat bayi berumur 6-
48 jam; (2) KN2 saat bayi berumur 3-7 hari; (3) KN3 saat bayi
berumur 8-28 hari.

2.4 Nifas
2.4.1 Pengertian Nifas
Prawihardjo (2014) menjelaskan bahwa masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi
31

upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan


penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarakan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi pada ibu.

Lockhart dan Saputra (2014) menjelaskan masa nifas adalah masa


pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum masa nifas. Lama masa nifas yaitu
6-8 minggu.

2.4.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Prawihardjo (2014) menjelaskan tujuan dari asuhan masa nifas adalah
mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode pasca persalinan,
mengenali komplikasi pasca persalinan pada ibu dan bayi, melakukan
upaya pencegahan infeksi yang diperlukan serta menjelaskan dan
melaksanakan ASI eksklusif, konseling HIV/AIDS, kontrasepsi dan
prosedur imunisasi.

Lockhart dan Saputra (2014) mengatakan tujuan dari masa nifas,


diantaranya:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologisnya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan, kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana (KB), menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan bagaimana merawat bayinya, serta
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB sedini mungkin dan memberikan
alternatif yang cocok untuk ibu gunakan setelah masa nifas.
32

2.4.3 Tahapan Dalam Masa Nifas


Lockhart dan Saputra (2014) mengemukakan pendapat bahwa tahapan
nifas terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Puerperium Dini (immediate puerperium)
0-24 jam postpartum. Masa kepulihan, yaitu masa ketika ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermediet (early puerperium)
1-7 hari postpartum. Masa kepulihan menyeluruh organ genetalia.
Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium (later peurperium)
1-6 minggu postpartum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau pada saat
persalinan mengalami komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan tergantung pada
kondisi kesehatan dan gangguan kesehatan lainnya.

2.4.4 Pemeriksaan Pascapersalinan


Pemeriksaan pasca persalinan meliputi beberapa pemeriksaan, diantar
beberapa pemeriksaannya adalah: (1) pemeriksaan umum; (2) keadaan
umum; (3) payudara; (4) abdomen; (5) lochea, flour dan albus; (6)
keadaan alat-alat kandungannya; (7) nasihat pasca persalinan; (8)
fisioterapi; (9) senam nifas (10) imunisasi bayi (11) personal hygene
(12) pemenuhan nutrisi.

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Selama Masa Nifas
No Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
1. Bayi lahir Setinggi pusat 1000 garam
2. Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 garam
3. 1 minggu Pertengah pusat syimpisis 500 garam
33

No Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


4. 2 minggu Tidak teraba diatas syimpisis 350 garam
5. 6 minggu Bertambah kecil 50 garam
6. 8 minggu Seukuran normal 30 garam

Sumber: Lockhart dan Saputra (2014).

2.4.5 Kunjungan Masa Nifas


Paling sedikit dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam masa nifas.
Dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.4 Waktu dan Tujuan Kunjungan Masa Nifas


No Kunjungan Waktu Tujuan
1 Pertama 6-8jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
pascapersalinan atonia uteri.
b. Mendetiksi dan merawat penyebab lain
perdaraahan.
c. Memberi konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermi.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan
ia harus tinggal dengan ibu dan bayinya
selama 2 jam, atau hingga kondisi ibu dan
bayi stabil.
2 Kedua 6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
persalinan uterus berkontraksi dengan baik, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup cairan,
makanaan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan bayi sehat, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
3 Ketiga 2 minggu setelah Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan
persalinan pada kunjungan kedua (6 hari setelah
34

persalinan).
4 Keempat 4 minggu sampai 6 a. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-
minggu setelah yang dialami atau bayinya.
persalinan b. Memberikan konseling KB.

Sumber: Prawihardjo (2013) dan Astuti (2015).

Tabel 2.5 Tindakan Yang Diberikan Selama Masa Nifas


No Tindakan Deskripsi dan keterangan

1 Kebersihan diri a. Anjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.


b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah disekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkannya seusai BAB dan BAK.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut/kain pembalut
setidaknya 2-3 kali sehari.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah
genetalianya
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
ibu untuk menghindari dari menyentuh daerah luka.
2 Istirahat a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebih.
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
yaitu :
1. Mengurangi jumlah produksi ASI.
2. Memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak
perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
3 Latihan Pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi sakit pungung.

Sumber: Prawihardjo (2013).

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian
Marni (2016) menjelaskan bahwa keluarga berancana mengatur jumlah
anak sesuai dengan keinginan dan menentukan kapan ingin hamil.
35

Jadi, KB adalah suatu usaha untuk merencanakan jumlah anak dan


jarak kelahira dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilnan setelah hubungan seksual


dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang
mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum dibuahi tertanam pada
endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus yang
tak cocok) (Sukandar, 2009).

2.5.2 Jenis KB (pelayanan keluarga berencana)


Sulistyawati (2014) menjelaskan bahwa KB terbagi dalam beberapa
metode, yaitu:
2.5.2.1 Metode Sederhana
a. Metode sederhana tanpa alat yaitu seperti: (1) kalender
(pantang berkala); (2) lendir serviks; (3) koitus interuptus;
(4) MAL.
b. Metode sederhana yaitu, seperti suhu basal dan kondom.

2.5.2.2 Metode Moderen


Metode moderen terbagi menjadi beberapa kontrasepsi yaitu:
a. Pil
1) Pil Kombinasa (terdapat 2 hormon progesteron dan
estrogen).
2) Mini Pil (pil progestin) yang dapat digunakan oleh ibu
menyusui.
b. Suntik
Marni (2016) menjelakan kontrasepsi berupa cairan yang
disuntikan kedalam tubuh wanita secara periodik dan
36

mengandung hormonal, kemudian masuk kedalam


pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh
yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan.
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntik ini di Indonesia
semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,
pemakaian yang praktis, harganya relative murah dan
aman.
c. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi hormonal yang efektif,
tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan
antara 5 tahun.
d. IUD/AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang berbentuk batang atau spiral yang
dipasangkan pada rahim dapat bertahan selama 10 tahun
sehingga dapat digunakan pada wanita yang ingin
kontrasepsi dengan jangka waktu lama tanpa hormon.
2.5.2.3 Metode Operasi
a. Tubektomi
Tubektomi adalah alat kontrasepsi yang dgunakan pada
wanita yang tidak ingin hamil lagi. Perlu prosedur bedah
untuk melakukannya, alat kontrasepsi ini sanagt efektif.
b. Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk laki-laki yang
tidak ingin mempunyai anak lagi keterbatasannya ialah
bersifat permanen.
37

2.5.2.4 Kontrasepsi Suntik Progestin (Suntik KB 3 Bulan)


Marni (2016) menjelaskan bahwa suntik KB 3 bulan adalah
suatu sintesis progestin yang mempunyai efek progestin asli
dari tubuh wanita dan merupakan suspense steril medroxy
progesteron asetat dalam air, yang mengandung progesterone
asetat 15 mg. Telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun.

2.5.2.5 Mekanisme Kerja


Mencegah ovulasi, lender serviks menjadi lebih kental dan
sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrsi
spermatozoa, membuat endrometrium tipis dan atrofi sehingga
kurang baik untuk implantasi ovum yang telah dibuahi,
mempengaruhi kecepatan transport ovum oleh tuba fallopi
(Saroha, 2014).

2.5.2.6 Keuntungan
Marni (2014) menjelaskan beberapa keuntungan dari suntik KB
3 bualan yaitu (a) sangat efektif; (b) pencegah kehamilan
jangka panjang; (c) tidak berpengaruh terhadap hubungan
suami istri; (d) tidak mengandung hormon estrogen; (e) tidak
berpengaruh terhadap ASI; (f) tidak perlu menyimpan pil; (g)
dapat digunakan oleh perempun >35 tahun-perimenopause; (h)
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik; (i) menurunkan kejadian penyakit jinak payudara; (j)
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul; (k)
menurunkan krisis anemia bulan sabit.

2.5.2.7 Keterbatasan
38

Saroha (2014) berpendapat bahwa suntik KB 3 bulan juga


meiliki keterbatasan seperti (a) sering ditemukan gangguan
haid; (b) pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapatkan
suntikan; (c) tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikutnya; (d) peningkatan berat badan; (e) tidak
menjamin perlindungan terhadap IMS, infeksi HIV, Hepatitis
B; (f) setelah pemakaian dihentikan kesuburan lambat kembali
karena pelepasan obat suntikan dari depannya belum habis.

2.5.2.8 Indikasi
Marni (2016) mengatakan bahwa terdapat beberapa indikasi
yang dapat menggunakan suntik KB 3 bulan yaitu: (1) usia
reproduksi; (2) setelah melahirkan; (3) menghendaki
kontrasepsi jangka panjang; (4) menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai; (5) perokok; (6) setelah abortus atau
keguguran; (7) telah banyak anak belum menghendaki
tubektomi; (8) sering lupa menggunakan pil; (9) tidak dapat
menggunakan kontrasepsi berestrogen; (10) anemia defisensi
besi; (11) tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah
pembekuan darah atau anemia bulan sabit; (12) menggunakan
obat epilepsi atau obat tuberculosis; (13) mendekati usia
menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kombinasi.

2.5.2.9 Kontraindikasi
Marni (2016) mengatakan nahwa terdapat kontraindikasi dari
penggunaan KB suntik 3 bulain yaitu: (1) hamil atau dicurigai
hamil; (2) perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya; (3) tidak dapat menerima terjadinya gangguan
39

haid terutama amenorea; (4) menderita kanker payudara atau


riwayat kanker payudara dan diabetes dengan komplikasi.

2.5.2.10 Efek Samping


Marni (2016) mengatakan bahwa terdapat beberapa efek
samping dari penggunaan suntik KB 3 bulan yaitu: (1)
meningkat atau menurunnya berat badan; (2) gangguan haid;
(3) sakit kepala; (4) keputihan; (5) glaktorea (pengeluaran
ASI yang berlebihan); (6) depresi; (7) pusing dan mual (8)
pada gangguan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido dan gangguan
emosi.

2.5.2.11 Cara Penggunaan


DMPA diberikan 3 bulan dengan cara disuntikan
intramuscular (IM) didaerah bokong. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapam kontrasepsi akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif (Marni, 2016).
40

BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN

3
3.1 IBUHAMIL (ANC)
Kunjungan ke : 6 (Enam)
Hari/Tanggal : Kamis, 07 Desember 2017
Jam : 17.00 wita

3.1.1 Data Subjektif


1.1.1.1 Identitas
Nama Isteri : Ny. A
Umur : 21 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Tembus Mantuil RT. 28

Nama Suami : Tn. R


Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Tembus Mantuil RT. 28

1.1.1.2 Keluhan Uama


41

Ibu mengatakan hamil 8 bulan, tidak mempunyai keluhan dan


ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
3.1.1.3 Status Perkawinan
a. Kawin : Ya
b. Usia kawin : 20 tahun
c. Lamanya : 1 tahun
d. Berapa kali menikah : 1 Kali
e. Dengan suami sekarang : Ya
f. Istri keberapa dari suami sekrang : Pertama

3.1.1.4 Riwayat Haid


Menarche : 13 tahun
Siklusnya : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Dismenorhea : Tidak ada
HPHT : 20 – 04 – 2017
TP : HPHT – Rumus
20 – 04 – 2017
(Taksiran Partus) +7 -3 +1
27 – 01 – 2018

UK : 07 – 12 – 2017
(Umur Kehamilan) 20 – 04 – 2017
(17hari + 7) x 4/3
2 mgg + 3 hari + 28 mgg + 2 mgg =
32 minggu + 3 hari.
42

3.1.1.5 Riwayat Obstetri dan Ginekologi

anak
Jenis Tempat
No Tahun UK Penolong Penyulit Nifas
partus partus
BB/
Sex Keadaan
PB
1. Ini

Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan alat kandungan seperti kanker rahim,
mioma, kista, dan ibu mengatakan tidak pernah menjalani
operasi pada alat kandungannya.

3.1.1.6 Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi dan
ingin menggunakan suntik KB 3 bulan setelah masa nifas
selesai agar tidak mengganggu ASI.

3.1.1.7 Riwayat Kehamilan sekarang


a. G1 P0 A0
b. ANC Trimester I
1) Frekuensi : 1 kali
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 8 minggu
4) Imunisasi : Tidak dilakukan
5) Pergerakan anak : Belum terasa
6) Keluhan : Mual pusing
7) Nasehat : Kurangi aktifitas gerak dan
43

makan sedikit tapi sering, dan


makanan yang mudah dicerna.
8) Pengobatan : Asam Folat dan B6
c. ANC trimester II
1) Frekuensi : 3 kali
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 14 mgg, 19 mgg, 24 mgg
4) Imunisasi : Tidak ada
5) Pergerakan anak : Mulai terasa
6) Keluhan : Pusing
7) Nasehat : Baca buku KIA.
8) Pengobatan : B12, Kalk dan Vitamin.
d. ANC trimester III
1) Frekuensi : 5 kali
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 28 mgg, 32 mgg, 35 mgg, 37
mgg dan 38 mgg.
4) Imunisasi : TT5
5) Pergerakan anak : Aktif
6) Keluhan : Sakit pinggang
7) Nasehat : Baca buku KIA, cukup
istirahat dan makan bergizi dan
kurangi aktifitas yang terlalu
berat.
8) Pengobatan : Kalk, SF, B Komplek.

3.1.1.8 Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Ibu
44

Ibu mengatakn tidak pernah menderita penyakit keturunan


seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit
stroke, kanker dan penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS yang dapat membahayakan kesehatan
ibu.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami, dan pihak
keluarga ibu sendiri tidak pernah menderita penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, asma dan keturunan
kembar, penyakit menahun seperti stroke, serangan
jantung, kanker dan penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS yang dapat membahayakan kesehatan
ibu.

3.1.1.9 Data Biologis


a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Porsi : 1 piring ukuran sedang
Jenis : Nasi, sayur dan lauk
Minum
Frekuensi : 7-8 gelas sehari
Porsi : 1 gelas
Jenis : air putih, air teh dan susu
Masalah : Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : Kuning kecoklatan
45

Konsentrasi : Agak keras


Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 6-7 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Amoniak
Masalah : Tidak ada
c. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 kali sehari
Frekuensi gosok gigi : 3 kali sehari
Kebersihan Vulva : Ibu selalu membersihkan vulva
Dengan air bersih setiap kali
habis mandi, dan ibu selalu
mengganti celana dalamnya
setelah BAB/BAK jika merasa
lembab.
Frekuensi ganti pakaian : 2-3 kali sehari, katun dan kaos.
d. Aktivitas
Selama hamil ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-
hari seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci
piring dan aktivitas lain yang ringan, dan ibu mengurangi
aktivitas berat.
e. Tidur/istirahat
Siang hari : 1 jam
Malam Hari : 6-7 jam
Masalah : Tidak ada
f. Data seksual
Frekuensi : 1-2 kali seminggu
Alasan : Tidak ada
46

Masalah : Tidak ada

3.1.1.10 Data Psikososial dan spiritual


a. Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilannya dan
ibu berharap janin di dalam kandungannya sehat.
b. Ibu menerima kehamilannya dengan rasa bahagia.
c. Ibu masih dapat melakukan ibadah disaat kehamilannya
sesuai kepercayaannya.
d. Pemecahan masalah dari ibu adalah suami dan keluarga.
e. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan.
f. Tidak ada budaya yang dipercayai selama masa kehamilan
g. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu tinggal bersama : Suami dan orang tua
Hewan peliharaan : Tidak ada
h. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua dan
keluarga terjalin baik.
i. Penentu keputusan dalam keluarga adalah ibu dan suami
bersama dalam mengambil keputusan.
j. Jumlah penghasilan keluarga mencukupi.
k. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan adalah
suami

3.1.2 Data Objektif (O)


3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tinggi badan : 149 cm
d. Berat badan sebelum hamil : 55 kg
e. Berat badan : 60 kg
47

f. Lila : 28 cm
g. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali permenit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24 kali permenit

3.1.2.2 Pemeriksaan Khusus


a. Inspeksi
1) Kepala : Rambut tidak tampak rontok
dan tidak tampak berketombe.
2) Muka :Tidak nampak pucat, tidak
nampak ada closmagravidarum
dan tidak nampak ada edema.
3) Mata : Mata tampak simetris,
konjungtiva tidak nampak
anemis, dan sclera tidak nampak
ikterik.
4) Telinga : Telinga tampak simetris,telinga
bersih tidak ada secret yang
keluar.
5) Hidung : Tidak tampak adanya polip,
tidak ada tanda-tanda cuping
hidung.
6) Mulut/gigi : Bibir tampak bersih, tidak
pucat, gigi tidak tampak
berlubang, lidah tampak bersih
dan berwarna merah muda.
7) Leher : Tidak tampak pembesaran
48

kelenjar limpae, venajugularis


dan kelenjar tyrod.
8) Dada/Payudara : Payudara tampak simetris,
puting susu tampak menonjol
dan keluar kolostrum.
9) Abdomen :Tidak nampak linea nigra,
tidak nampak streagravidarum.
10) Genetalia :Tidak dilakukan pemeriksaan.
11) Ekstremitas : Tidak nampak edema dan
varises.
b. Palpasi
1) Leher : Tidak teraba pembesaran
kelenjar tyroid, limpae dan
venajugulari.
2) Dada/Payudara : Tidak teraba adanya benjolan
yang abnormal
3) Abdomen
Leopold I : TFU teraba tiga jari diatas
pusat (27 cm) teraba lembek
dibagiang fundus (bokong).
Leopold II : Dibagian kanan teraba keras
memanjang seperti papan
(punggung kanan) dan bagian
kiri teraba bagian bagian kecil
janin (bagian ekstremitas).
Leopold III : Dibagian bawah teraba bulat
keras dan presentasi terbawah
kepala.
Leopold VI : Teraba bagian terbawah janin
49

belum masuk pintu atas panggul


(PAP).
TFU : 27 cm.
TBJ : (27 - 12) x 155= 2.325 gram.
4) Ekstremitas : Tidak teraba edema pada kaki
dan tangan.
c. Auskultasi
DJJ : Positif (+)
Kejelasan : Jelas
Keteraturan : Teratur
Frekuensi : 140 kali permenit
d. Perkusi
Refleks patella : Positif kiri dan kanan (+/+)
Cek ginjal : Negatif kiri dan kanan (-/-)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratarium
a) Hb : 11,6 gram %
b) Albumin : Negatif
c) Reduksi : Negatif

3.1.3 Analisisa
G1 P0 A0, 32 minggu janin tunggal hidup intra uterin, fisiologis.

3.1.4 Penatalaksanaan
3.1.4.1 Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti
lauk-pauk, buah-buahan, sayur-sayuran seperti bayam,
kangkung, minum air putih 6-8 gelas perhari.
Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi dan bersedia untuk
melakukan anjuran tertentu.
50

3.1.4.2 Memberitahu pada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan


pada trimester III yaitu, (a) pandangan kabur; (b) sakit kepala
yang hebat; (c) bengkak pada mata dan tidak hilang dengan
istirahat; (d) nyeri pada ulu hati dan perdarahan pada jalan
lahir; (e) nyeri pada bagian bawah perut; (f) air ketuban keluar
dari jalan lahir sebelum waktunya; (g) bayi kurang bergerak
atau tidak bergerak sama sekali.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

3.1.4.3 Menjelaskan pada ibu tentang program perencanaan persalinan


dan pencegahan komplikasi (P4K) yaitu (a) nama ibu: Ny. A;
(b) taksiran persalinan: 27 Januari 2018; (c) penolong
persalina: bidan; (d) pendamping persalinan: suami; (e)
transportasi: kendaraan; (f) golongan darah: B; (g) calon
pendonor darah: Keluarga.
Ibu mengerti tentang program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi.

3.1.4.4 Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu SF


1x1 tablet pehari dan B Kompleks1 x 1 tablet perhari.
Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur.

3.1.4.5 Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu


kemudin dan bila ada keluhan, istirahat yang cukup dan
tinggikan kaki saat tidur.
Ibu bersedia melakukan anjuran yang disarankan.
51

3.1.5 CATATAN PERKEMBANGAN


Tabel 3.1 Catatan Perkembangan Asuhan Kehamilan
No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan
1 Kunjungan ke-7 S Ibu mengatakan hamil 8 bulan, tidak mempunyak keluhan dan
Rabu, 27 Desember 2018 ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

O 1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 61kg
d. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/90 mmHg
2) Nadi : 81 kali permenit
3) Suhu : 36,6oC
4) Respirasi : 22 kali permenit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Dada/payudara : Payudara tampak simetris, puting
susu tampak menonjol dan keluar
kolostrum.
Abdomen : Tidak tampak linea nigra, tidak
tampak strea gravidarum.
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas : Tidak tampak edema dan varises.

b. Palpasi
Dada/payudara : Tidak teraba benjolan abnormal.
Abdomen
1) Leopold I : TFU teraba pertengahan pusat prx,
teraba bagian lembek di bagian fundus
(bokong).
2) Leopold II : Pada bagian perut ibu sebelah kanan
teraba keras memanjang seperti papan
(Pu-ka) dan bagian perut sebelah kiri
teraba bagian terkecil janin
(ekstremitas).
3) Leopold III : Presentasi terbawah janin teraba
keras, bulat dan melenting (presentasi
kepala).
4) Leopold IV : Presentasi terbawah janin belum
masuk pintu atas panggul (PAP).
5) TFU : 28 cm.
6) TBJ : 2.480 gram.
Ekstemitas : Tidak terabanya edema dan varises

c. Auskultasi
DJJ : Positif (+)
52

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


Kejelasan : Jelas
keteraturan : Teratur
Frekuensi : 139 kali permenit

A G1 P0 A0, 35 minggu janin tunggal hidup intra uterin,


fisiologis.

P 1. Menganjurkan ibu memenuhi nutrisinya dengan makan-


makanan yang bergizi seperti sayur untuk memenuhi
vitamin pada ibu yaitu bayam, katuk, labu dan lain-lain,
berbagai macam ikan, tahu tempe, dan telur. Ibu harus
memenuhu nutrisinya secara seimbang yaitu disetiap makan
harus ada karbohidrat berasal dari nasi, vitamin dari sayur
dan buah-buahan, protein dari telur, tahu dan tempe, dan
penuhi cairan dengan minum minimal 2 liter dalam sehari.
Ibu mengerti bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi yang
seimbang.

2. Mengajarkan ibu melakukan perawatan payudara untuk


persiapan ibu menyusui.
Ibu mengerti cara perawatan payudara.

3. Memberikan konseling pada ibu gerakan-gerakan senam


hamil yang mudah ibu lakukan di rumah.
Ibu mengerti cara melakukan senam hamil.

4. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu SF


1 x 1 tablet perhari dan B Kompleks 1x 1 tablet perhari.
Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur.

5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi


atau jika ibu ada keluhan.
Ibu mengerti kapan melakukan kunjungan kembali.

2 Kunjungan ke-8 S Ibu mengatakan hamil 9 bulan, tidak mempunyak keluhan dan
Senin, 08 Januari 2018 ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

O 1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 62 kg
d. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 80 kali permenit
3) Suhu : 36,3oC
4) Respirasi : 22 kali permenit

2. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
53

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


Dada/payudara : Tidak teraba benjolan abnormal.
Abdomen
1) Leopold I : TFU teraba tiga jari dibawah prx,
teraba bagian lembek di bagian fundus
(bokong).
2) Leopold II :Pada bagian perut ibu sebelah kanan
teraba keras memanjang seperti papan
(Pu-ka) dan bagian perut sebelah kiri
teraba bagian terkecil janin
(ekstremitas).
3) Leopold III : Presentasi terbawah janin teraba
keras, bulat (presentasi kepala).
4) Leopold IV : Presentasi terbawah janin
belum masuk pintu atas panggul
(PAP).
5) TFU : 29 cm.
6) TBJ : 2.635 gram.
Ekstemitas : Tidak terabanya edema dan varises

b. Auskultasi
DJJ : Positif (+)
Kejelasan : Jelas
keteraturan : Teratur
Frekuensi : 142 kali permenit

G1 P0 A0, 37 minggu janin tunggal hidup intra uterin,


A fisiologis.

1. Memberitahu pada ibu tanda-tanda persalina, yaitu nyeri


P (kontraksi) mules sampai kepinggang, mules semakin sering
dan semakin lama, pecahnya selaput ketuban dari jalan lahir
dan keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir.
Ibu mengerti tenteang tanda-tanda persalinan.

2. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu SF


1 x 1 tablet perhari dan B Kompleks 1x 1 tablet perhar.
Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur.

3. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi


atau jika ibu ada keluhan.
Ibu mengerti kapan melakukan kunjungan kembali

Ibu mengatakan hamil 9 bulan, mengeluh sakit dibagian


S pinggang.
3 Kunjungan ke-9
Senin, 17 Januari 2018 1. Pemeriksaan Umum
O a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 63 kg
d. Tanda-tanda vital
54

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


1) Tekanan darah : 110/90 mmHg
2) Nadi : 80 kali permenit
3) Suhu : 36,5oC
4) Respirasi : 22 kali permenit

2. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
Dada/payudara : Tidak teraba benjolan abnormal.
Abdomen
1) Leopold I : TFU teraba dua jari dibawah prx,
teraba bagian lembek di bagian fundus
(bokong).
2) Leopold II : Pada bagian perut ibu sebelah kanan
teraba keras memanjang seperti papan
(Pu-ka) dan bagian perut sebelah kiri
teraba bagian terkecil janin
(ekstremitas).
3) Leopold III : Presentasi terbawah janin teraba
keras, bulat (presentasi kepala).
4) Leopold IV : Presentasi terbawah janin
belum masuk pintu atas panggul
(PAP).
5) TFU : 30 cm.
6) TBJ : 2.790 gram.
Ekstemitas : Tidak terabanya edema dan varises

b. Auskultasi
DJJ : Positif (+)
Kejelasan : Jelas
Keteraturan : Teratur
Frekuensi : 141 kali permenit

G1 P0 A0, 38 minggu janin tunggal hidup intra uterin,


fisiologis.

A 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang dialaminya


kemungkinan disebabkan oleh perkembangan janin di dalam
uterus sehingga menekan saraf-saraf dan pembuluh darah
P atau ibu terlalu stress memikirkan persalinan yang akan di
hadapinya sehingga dapat merangsang stimulasi otot-otot
menjadi menegang dan perubahan hormon. Untuk
meminimalisir kemungkinan nyeri, ibu dianjurkan untuk
menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi jongkok
ataupun duduk, menganjurkan ibu menjaga posisi tubuhnya,
menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitasnya serta
menambah waktu istirahat.
Ibu mengerti penyebab keluhan yang dialaminya.

2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya


55

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


dengan tidak melakukan aktivitas berat dan memenuhi
kebutuhan tidur pada siang hari 1-2 jam dan malam hari 6-7
jam.
Ibu bersedia memenuhi kebutuhan istirahatnya.

3. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan diri baik fisik


maupun mental untuk menghadapi persalinan. Dengan
menjaga kesehatan agar tetap sehat hingga proses persalinan
berlangsung dan mempersiapkan mental yang kuat untuk
proses persalinan.
Ibu mengerti apa yang dipersiapkan untuk menghadapi
persalinan.

4. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu FE


1 x 1 tablet perhari dan B Kompleks 1x 1 tablet perhar.
Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur.

5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi


atau jika ibu ada keluhan.
Ibu mengerti kapan melakukan kunjungan kembali.

3.2 BAYI BARU LAHIR


Kunjungan Ke : 1 (Pertama)
Hari/ tanggal : Senin, 29 Januari 2018
Jam : 12:00 WITA

3.2.1 Data Subjektif


3.2.1.1 Identitas
Nama bayi : By. Ny. A
Umur / Tanggal lahir : 6 jam/29 Januari 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Pertama
3.2.1.2 Keluhan Utama
Bayi baru lahir 29 Januari 2018, jam 05:30 WITA secara SPT-
BK dengan sehat.
56

3.2.1.3 Riwayat Intranatal


a. Keadaan bayi saat dilahirkan : Bayi cukup bulan
b. Segera menangis/tidak : Menangis
c. BB/ PB lahir : 2.700 gram/48 cm

3.2.2 Data Objektif


3.2.2.1 Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Bayi menangis kuat dan kulit
kemerahan
c. Tanda-tanda vital
Nadi : 140 kali permenit
Suhu : 36,6ᵒC
Respirasi : 45 kali permenit
Apgar score :7,8,9

3.2.2.2 Antropometri
a. BB : 2.700 gram
b. PB : 48 cm
c. Lingkar kepala : 30 cm
d. Lingkar dada : 29 cm
e. Lila : 10 cm

3.2.2.3 Pemerikssaan Khusus


Kepala : Tampak simetris, tidak ada cepal hematoma,
lesi, serta benjolan abnormal. Ubun-ubun kecil
cekung, ubun-ubun besar datar, tidak ada caput
succedeneum.
Muka : Tidak tampak pucat, sianosis dan edema
57

Hidung : Tidak tampak pernapasan cuping hidung dan


tidak ada polip serta sumbatan.
Mulut : Tidak pucat, mukosa bibir lembab.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan
serumen.
Leher : Tidak tampak pembengkakan kelenjar tyroid,
linfe dan venajugularis.
Dada : Tampak rata, putting susu sudah terbentuk dan
tidak ada pembesaran mamae
Punggung : Tampak rata, tidak ada cekungan dan
Pembengkakan, tidak ada spina bipida.
Abdomen : Tampak rata, tali pusat belum putus dan tidak
ada perdarahan
Genetalia : Tampak skrotum sudah turun ke testis, lubang
uretra berada ditengah ujung garis testis
Anus : Anus tampak berlubang dan sudah BAB
Ekstermitas : Tidak tampak fraktur, tampak simetris dan
jari-jarisempurna.

3.2.2.4 Reflex primitif


Reflek Moro : (+) Reflek memeluk saat dikejutkan
Reflek rooting : (+)Menoleh saat pipi disentuh
Reflek sucking : (+) Reflek menghisap
Reflek tonick neck : (+) Saat kepala bayi diletakan kekanan
dan kekiri ekstensi dan sebaliknya
Reflek grasping : (+)Saat tangan disentuh jari
menggenggam
Reflek babnysky : (+)Saat telapak kaki disentuh jari
membuka
58

Reflek walking : (-)Bayi belum bisa berjalan

3.2.3 Analisa
By. Ny A umur 6 jam, fisiologis.

3.2.4 Penatalaksanaan
3.2.4.1 Memberitahu ibu cara menjaga kehangatan bayi dengan cara
yaitu (a) keringkan tubuh bayi; (b) selimuti atau bedong tubuh
bayi; (c) tutupi kepala bayi dengan topi.
Ibu mengerti cara menjaga kehangatan pada bayi.

3.2.4.2 Berikan bayi ASI sesering mungkin, minimal 2 jam sekali (on
demand).
Ibu mengerti kapan memberikan ASI kepada bayi.

3.2.4.3 Memberitahu ibu cara menyusui dengan benar yaitu dengan


kepala dan badan bayi dalam garis lurus, wajah bayi
menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ketubuhnya. Bibir
bawah bayi melengkung keluar, sebagian besar areola berada
di dalam mulut bayi. Bayi menghisap dalam dan pelan, kadang
disertai berhenti sesaat.
Ibu tau cara menyusui bayi yang benar.

3.2.4.4 Memberitahu ibu cara pencegah infeksi dengan cara (a)


mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi; (b)
pakai sarung tangan saat menangani bayi; (c) pastikan semua
peralatan yang digunakan untuk bayi kering dan bersih.
Ibu mengerti cara mencegah infeksi.
59

3.2.4.5 Menjaga personal hygiene bayi dengan memandikan bayi setiap


hari (akan dimandikan setelah 6 jam pasca persalinan) dan
mengganti popok apabila BAB/BAK.
Ibu mengerti cara menjaga personal hygiene pada bayi.

3.2.4.6 Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan apapun pada tali


pusat bayi dan selalu menganti kasa apabila sudah lembab atau
kotor dengan menggunakan kasa steril agar tidak mudah
terkena infeksi serta selalu menjaga kebersihan peralatan dan
pakaian bayi.
Ibu mengerti cara merawat tali pusat pada bayi.

3.2.4.7 Memberitahukan ibu tanda bahaya bayi yaitu (a) demam; (b)
tidak mau menyusu; (c) tali pusat kemerahan; (d) kejang; (e)
sianosis; (f) bayi terlihat kuning (ikterik); (g) sering muntah.
Ibu mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.

3.2.4.8 Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ketenaga kesehatan


jika terjadi salah satu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Ibu mengerti kapan harus membawa bayinya ke tenaga
kesehatan.

3.2.5 CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR


Tabel 3.3 Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir
No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan
1. Selasa, Kunjungan II
05 Februari 2018
S Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan dan menyusu kuat.

O 1. Pemeriksaan Umum
60

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


a. KU : Baik
b. Kesadaran : Bayi menangis kuat dan gerak aktif
c. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,7 oC
Heart Rate : 142 kali permenit
Respirasi : 41 kali permenit

2. Reflek Primitif
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Rooting : (+)
c. Reflek Sucking : (+)
d. Reflek Grashping : (+)
e. Reflek Tonick Neck : (+)
f. Reflek Babynski : (+)
g. Reflek Walking : (-)

A By. Ny. A umur 6 hari, fisiologis.

P 1. Menjaga kehangatan bayi dengan cara :


a. Keringkan tubuh bayi
b. Selimuti atau bedong tubu bayi.
c. Tutupi kepala bayi dengan topi.
Ibu mengerti cara menghangatkan tubuh bayi.
2. Berikan bayi ASI sesering mungkin, minimal 2 jam sekali.
Ibu tau kapan memberikan ASI.

3. Memberitahu ibu cara menyusui dengan benar yaitu dengan


kepala dan badan bayi dalam garis lurus, wajah bayi
menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya.
Bibir bawah bayi melengkung keluar, sebagian besar areola
berada di dalam mulut bayi. Bayi menghisap dalam dan pelan,
kadang disertai berhenti sesaat.
Ibu tau cara menyusui bayi yang benar.

4. Mencegah infeksi dengan cara


a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi.
b. Pakai sarung tangan saat menangani bayi.
c. Pastikan semua aperalatan yang digunakan untuk bayi
kering dan bersih.
Ibu mengerti cara mencegah infeksi pada bayi.

5. Menjaga personal hygine bayi dengan memandikan bayi


setiap hari dan mengganti popok apabila BAB/BAK.
Ibu mengerti cara menjaga personal hygiene pada bayi.

6. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi salah satu


diantaranya bayi terlihat kuning (ikterik), tidak menyusu
dengan kuat, sering muntah. Apabila terjadi salah satu
diantaranya ibu dimnta untuk ke fasilitas kesehatan.
Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi.
61

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan

7. Mengingatkan kembali ibu agar tidak memberikan apapun


pada tali pusat meskipun sudah putus agar tidak terjadi
infeksi.
Ibu mengerti cara perawatan tali pusat.

Kunjungan III

3 Selasa, S Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan dan menyusu kuat.
13 Februari 2018
O 1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Bayi menangis kuat dan gerak aktif
c. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,6 oC
Heart Rate : 141 kali permenit
Respirasi : 40 kali permenit

2. Reflek Primitif
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Rooting : (+)
c. Reflek Sucking : (+)
d. Reflek Grashping : (+)
e. Reflek Tonick Neck : (+)
f. Reflek Babynski : (+)
g. Reflek Walking : (-)

By. Ny. A umur 14 hari, fisiologis.

A 1. Berikan bayi ASI sesering mungkin, minimal 2 jam sekali.


Ibu tau kapan memberikan ASI.
P
2. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan peralatan
dan perlengkapan bayi dikarenakan kulit bayi masih sensitive
dan mudah iritasi.
Ibu mengerti cara menjaga kebersihan.

3. Menjaga personal hygiene bayi dengan memandikan bayi


setiap hari dan mengganti popok apabila BAB/BAK.
Ibu mengerti cara menjaga personal hygiene pada bayi.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan immunisasi BCG saat


umur bayi 1 bulan guna mencegah penyakit TBC pada bayi.
Ibu mengerti kapan melakukan imunisasi BCG.

5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi salah satu


diantaraanya bayi terlihat kuning (ikterik), tidak menyusu
dengan kuat, sering muntah. Apabila terjadi salah satu
diantaranya ibu dimnta untuk kefasilitas kesehatan.
62

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi.

3.3 IBU NIFAS


Kunjungan ke :1
Hari/Tanggal : 29 Januari 2018
Jam : 12:00 WITA

3.3.1 Data Subjektif


3.3.1.1 Keluhan Utama
Ibu mengatakan pertunya terasa kram disertai nyeri yang
ringan.

3.3.1.2 Data Biologis


a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : Nasi dan lauk pauk
Porsi : 1 piring
Pantangan : Tidak ada
Minum
Frekuensi : 7 – 8 kali sehari
Porsi : Kurang lebih 8 gelas
Jenis : Air putih dan susu
Pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi
BAB pertama setelah persalinan
63

Frekuensi : Belum ada


Warna :-
Konsistensi : -
Masalah :-
BAK pertama setelah persalinan
Frekuensi : 1 kali
Warna : Kuning jernih
Bau : Amoniak
Masalah : Tidak ada

c. Personal hygine
Frekuensi mandi : Ibu belum mandi
Frekuensi gosok gigi : 1 kali
Kebersiha vulva : Ibu sudah 1 kali ganti popok
dan Ibu selalu membersihkan
vulvanya dengan air bersih
setiap kali habis mandi, dan
ibu selalu mengganti celana
dalamnya setelah BAB/BAK
jika merasa lembab.
Frekuensi ganti pakaian : Ibu baru 1 kali ganti pakaian

3.3.1.3 Aktifitas
Ibu mengatakan saat ini sudah bisa duduk dan berjalan.

3.3.1.4 Tidur/Istirahat
Siang hari : Belum ada
Malam hari : 7 jam
Masalah : Tidak ada
64

3.3.1.5 Data Seksual


Ibu bersedia dan berani melakukan hubungan seksual
apabila telah lewat dari 40 hari setelah persalinannya atau
setelah masa nifas.

3.3.1.6 Pemberian ASI


Kapan mulai memberi ASI: Segera setelah lahir (IMD)
Frekuensi menyusui : 8-12 kali hari (on demand)
Masalah : Tidak ada

3.3.1.7 Data Psikososial dan Spiritual


a. Ibu mengatakan keluarga merasa senang dengan
kelahiran bayi.
b. Ibu merasa tidak ada masalah dengan perubahan
fisiknya.
c. Ibu mengatakan merasa lega sudah melewati proses
persalinannya.
d. Ibu mengetahui cara perawatan bayi dari orang tua dan
keluarga.
e. Ibu mengatakan hubungan sosialnya dengan orang tua,
mertua dan keluarga baik.
f. Ibu mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga
adalah suami.
g. Ibu mengatakan yang membantu ibu dalam perawatan
bayi adalah suami dan orang tua.
65

h. Ibu mengatakan ada kebiasaan atau tradisi yang


berkaitan dengan kelahiran bayi dan perawatan bayi
baru lahir terutama pada perawatan tali pusat.
i. Ibu mengatakan tidak ada ritual yang dilakukan ibu
selama nifas.

3.3.2 Data Objektif


3.3.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80 kali permenit
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 19 kali permenit

3.3.2.2 Pemeriksaan Khusus


a. Inspeksi
1) Muka : Tidak tampak pucat dan tidak tampak
edema
2) Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis dan
scleratidak ikterik serta tampak simstris
3) Payudara : Tampak simetris, tidak ada benjolan
abnormal, puting susu menonjol dan
ASI belum keluar.
4) Abdomen : Tidak tampak luka bekas SC dan
edema
5) Genetalia : Tampak pengeluaran pervaginam
lochea rubra
66

6) Ekstermitas: Tidak tampak edema dan varises

b. Palpasi
1) Dada/payudara : Tidak teraba benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri tekan.
2) Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
3) Ekstermitas : Tidak teraba edema pada kedua
ekstermitas
3.3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan.

3.3.3 Analisa
P1 A0 post partum 6 jam, fisiologis

3.3.4 Penatalaksanaan
3.3.4.1 Melakukan observasi perdarahan atau pengeluaran lochea
setelah melahirkan.
Ibu bersedia dilakukan observasi.

3.3.4.2 Mengajarkan pada ibu atau salah satu anggora keluarga untuk
masase fundus agar tidak terjadi perdarahan karena atonia
uteri.
Ibu dan keluarga cara massase uterus.

3.3.4.3 Membantu ibu dalam pemberian ASI.


Ibu mengerti cara pemberian ASI.
67

3.3.4.4 Menganjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih


sehigga uterus dapat berkontraksi dengan baik.
Ibu bersedia mengosongkan kandung kemih.

3.3.4.5 Menganjurkan ibu untuk ambulasi dini, dengan miring kanan


atau kiri dan duduk.
Ibu sudah bisa miring kanan kiri dan duduk.

3.3.4.6 Mengajarkan pada ibu untuk membersihkan daerah genetalia


yaitu selalu mencuci sehabis BAB/BAK dengan air bersih dari
daerah depan kebelakang, lalu keringkan dengan tisue baru
gunakan celana dalam dan mengganti pembalut setiap 4 jam
sekali atau dirasa sudah penuh.
Ibu mengerti cara membersihkan genetalia.

3.3.4.7 Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan memenuhi


kecukupan tidurnya, yaitu 1 hingga 2 jam untuk siang hari, 6-8
jam pada malam hari.
Ibu mengerti waktu istirahat.

3.3.4.8 Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dengan makan


makanan yang bergizi dan protein tinggi untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan, seperti telur, ikan dan daging.
Ibu mengerti cara pemenuhan nutrisi.

3.3.4.9 Memberitahu ibu tanda bahaya nifas yaitu (a) perdarahan; (b)
demam disertai pusing; (c) pandangan kabur; (d) sakit
berlebihan pada perut dan pinggang; (e) bengkak pada kaki,
68

wajah dan tangan; (f) depresi; (g) tidak nafsu makan; (h)
payudara memerah, bengkak, dan disertai demam; (i) cairan
dari jalan lahir berbau.
Ibu mengerti tanda bahaya masa nifas.

3.3.4.10 Menganjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan


apabila terdapat tanda bahaya nifas
Ibu bersedia ketenaga kesehatan bila tanda bahaya nifas
dialami.

3.3.4.11 Memberikan terapi yaitu (a) Asam Mefenamat 3x1 per hari;
(b) SF 2x1 per hari; (c) Vit A 1x2 per hari; (d) Amoxcilin
3x1 per hari
Ibu mengerti cara meminum obat.
3.3.5 CATATAN PERKEMBANGAN IBU NIFAS
Tabel 3.4 Catatan Perkembangan Ibu Nifas
No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan
1 Selasa, Kunjungan II
05 Februari 2018
S Ibu mengatakan pertunya kadang terasa sedikit kram.

1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 kali permenit
Suhu : 36,7 oC
Respirasi : 22 kali permenit
2. Pemeriksaan Khusus
Palpasi
a. Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri tekan.
b. Abdomen
TFU : Pertengahan pusat sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
69

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


A P1 A0, 6 hari post partum, fisiologis.

P 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus


berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal. Dengan cara mengecek TFU ibu,
menanyakan masalah loche yang keluar.
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

2. Mengajarkan ibu gerakan-gerakan senam nifas yang mudah


ibu lakukan di rumah.
Ibu mengerti cara melakukan senam nifas.

3. Memeriksa keadaan ibu degan mengukur suhu tubuh dan


tekanan darah untuk menilai apakah ibu kemungkinan
mengalami demam atau infeksi agar secepatnya dapat
diketahui.
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi


untuk memenuhi nutrisinya dan memenuhi kebutuhan ASI
dengan makanan yang bergizi seperti tahu, tempe serta
sayur-sayuran seperti katuk, bayam, labu dan sebagainya.
Ibu mengerti makanan yang mengandung nutrisi.

5. Mengajarkan ibu perawatan payudara agar ASI keluar


2 Selasa, dengan lancar.
13 Februari 2018
S 6. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi
sehat yaitu dengan memberitahu ibu ketika hendak
O menyentuh atau sesudah menyentuh bayi untuk selalu
mencuci tangan , merawat tali pusat bayi dengan menjaga
keberishan dan selalu tetap kering, menjaga bayi tetap
hangat dengan cara mengeringkan bayi setelah mandi dan
dibedong serta diberikan topi, dan merawat bayi sehari-hari.
Ibu mengerti perawatan bayi sehat.

Kunjungan III

Ibu mengatakan pertunya kadang terasa sedikit kram.

1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 80 kali permenit
A Suhu : 36,5 oC
Respirasi : 20 kali permenit
P 2. Pemeriksaan Khusus
Palpasi
70

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


1) Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal dan
tidak ada nyeri tekan.
2) Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kontraksi :-
Kandung kemih : Kosong

P1 A0, 14 hari post partum, fisiologis.

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus


berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal. Dengan cara mengecek TFU ibu,
menanyakan masalah loche yang keluar.
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

2. Memeriksa keadaan ibu degan mengukur suhu tubuh dan


tekanan darah untuk menilai apakah ibu kemungkinan
mengalami demam atau infeksi agar secepatnya dapat
diketahui.
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi


untuk memenuhi nutrisinya dan memenuhi kebutuhan ASI
dengan makanan yang bergizi seperti tahu, tempe serta
sayur-sayuran seperti katuk, bayam, labu dan sebagainya.
Ibu mengerti makanan yang mengandung nutrisi.

4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi


sehat yaitu dengan memberitahu ibu ketika hendak
menyentuh atau sesudah menyentuh bayi untuk selalu
mencuci tangan , merawat tali pusat bayi dengan menjaga
keberishan dan selalu tetap kering, menjaga bayi tetap
hangat dengan cara mengeringkan bayi setelah mandi dan
dibedong serta diberikan topi, dan merawat bayi sehari-hari.
Ibu mengerti perawatan bayi sehat

Kunjungan IV

3 Selasa, S Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


27 Februari 2018
O 1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 82 kali permenit
Suhu : 36,7 oC
Respirasi : 22 kali permenit
2. Pemeriksaan Khusus
71

No Hari/Tanggal Asuhan Kebidanan


Payudara : Tidak ada benjolan abnormal dan
ASI keluar lancar.
Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kontraksi :-
Kandung kemih : Kosong

A P1 A0, 30 hari post partum, fisiologis.

P 1. Memeriksa keadaan ibu degan mengukur suhu tubuh dan


tekanan darah untuk menilai apakah ibu kemungkinan
mengalami demam atau infeksi agar secepatnya dapat
diketahui.
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi


untuk memenuhi nutrisinya dan memenuhi kebutuhan ASI
dengan makanan yang bergizi seperti tahu, tempe serta
sayur-sayuran seperti katuk, bayam, labu dan sebagainya.
Ibu mengerti makanan yang mengandung nutrisi.

3. Memberikan konseing KB secara dini pada ibu yaitu


memberitahu ibu kontrasepsi apa saja yang dapat digunakan
oleh dirinya yang sesuai dengan keadaan, yaitu alat
kontrasepsi progesti dalam bentuk suntikan ataupun pil,
IUD/AKDR dan implant, serta memebritahu kontrasepsi
alami seperti senggama terputus, sistem kalender dan suhu
basal serta kondom.
Ibu menginginkan suntik KB 3 bulan.

4. Memberikan konseling efek samping KB suntik 3 bulan


dikarenakan ibu telah memilih kontrasepsi suntik 3 bulan
seperti (a) gangguan haid; (b) lambatnya kembali
kesuburan; (c) peningkatan berat badan; (d) menurunkan
libido; (e) sakit kepala; (f) berjerawat; (g) menurunkan
kepadatan tulang.
Ibu mengerti efek samping suntik KB 3 bulan.

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang


suntikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Ibu mengerti kapan melakukan suntikan ulang.
72

BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Asuhan Kehamilan (ANC)


Standar minimal asuhan kehamilan meliputi 14T yaitu, timbang berat badan
dan tinggi badan, tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian
tablet tambah darah, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap,
pemeriksaan HB, pemeriksaan protein urine, tes PMS, pemeriksaan urine
reduksi, perawatan payudara, senam hamil, terapi malaria (orang yang pernah
menderita malaria), terapi yodium kapsul, temu wicara atau konseling.
Asuhan kehamilan (ANC) yang diberikan pada Ny. A hanya dilakukan 11T,
standar yang tidak dilakukan diantaranya pemberian terapi yodium kapsul,
pemberian terapi malaria, pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS).
Antara asuhan yang diberikan pada Ny. A dengan teori maka di dapatkan
kesenjangan.

Kesenjangan yang pertama dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan Ny. A


yaitu tidak diberikannya terapi yodium kapsul. Tidak diberikannya terapi
yodium kapsul dikarenakan ibu tinggal bukan di daerah endemis penyakit
gondok selain itu pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan tidak
ditemukan adanya indikasi yang menunjukan bahwa ibu terkena penyakit
gondok. Padahal resiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang tidak
diberikan terapi yodium kapsul adalah keguguran, lahir mati, lahir cacat,
kelahiran dengan berat badan rendah, keratin, gangguan psikomotor, dan
kematian pada kanak-kanak sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Hasanu
(2008). Dengan mengetahui dampak yang sangat fatal maka seharusnya
petugas kesehatan harus tetap menyediakan dan memberikan kapsul yodium
karena tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa ibu hamil yang
73

berpindah domisili dari daerah asalnya yang mungkin memiliki tingkat


penderita gondok yang cukup tinggi.

Kesenjangan kedua yang dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan Ny. A


yaitu tidak di berikannya terapi malaria. Kesenjangan ini terjadi karena
mahasiswa tidak berinisiatif unuk memberitahu dan mengajak ibu hamil ke
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan terapi malaria. Sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh (Wijaya, 2011) komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
hamil yang tidak mendapatkan terapi malaria dapat berdampak pada ibu
seperti anemia, hipoglikemia, edema pulmonal, infeksi plasenta, puerperal
sepsis, dan perdarahan post partum, sedangkan pada janinseperti BBLR,
abortus spontan, lahir mati, kelahiran prematur, malaria kongenital, dan
anemia pada janin.

Kesenjangan ketiga yang dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan Ny. A


yaitu tidak dilakukannya tes PMS. Kesenjangan ini dikarenakan ibu tidak
mengeluh adanya ketidaknyamanan pada daerah genetalia. Helmina (2017)
menjelaskan pentingnya pemeriksaaan penyakit menular seksual (PMS) pada
ibu hamil dan resiko yang dapata terjadinyapada ibu hamil yaitu, kematian
janin, bayi berat lahir rendah, dan infeksi kongingital yang disebabkan karena
adanya infeksi menular seksual. Selain itu tes PMS perlu dilakukan agar
tenaga kesehatan dapat mengambil tindakan yang sesuai apabila
ditemukannya kehamilan disertai penyakit menular seksual. Dengan
mengetahui resiko yang sangat fatal pada ibu hamil seharusnya
mahasiswalebih berinisiatif untuk memotivasi atau mengajak ibu agar
melakukan tes PMS karena pemeriksaan tersebut dapat dilakukan di RS.
74

4.2 Asuhan Persalinan


Asuhan persalinan normal 60 langkah yang dilakukan pada Ny. A terdapat
beberapa langkah yang tidak dilakukan sesuai dengan standar 60 langkah
APN yang di jelaskan JNP-KR RI (2012), seperti, langka ke 3 yaitu
menggunkan alat perlindungan diri secara lengkap seperti memakai celemek,
handscoon steril, penutup kepala, sepatu tertutup, masker dan kaca mata, dan
langkah ke-42 mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%. Membilas kedua tangan yang masih
menggunakan sarung tangan tersebut kedalam air DTT. Asuhan persalinan
yang dilakukan pada Ny. A dengan teori yang ada terdapat beberapa
kesenjamgan.

Kesenjangan pertama yang dilakukan pada saat pertolongan persalinan Ny. A


yaitu petugas atau bidan tidak menggunakan APD dengan lengkap seperti
tidak menggunakan kaca mata dan penutup kepala walaupun telah
mengenakan kerudung. Tidak digunakannya kaca mata dan penutup kepala
dikarenakan mahasiswa sudah terbiasa tidak menggunakan kaca mata dan
penutup kepala saat menolong persalinan di BPM biasanya hanya
menggunakan handscoon steril, celemek, masker dan sepatu boot. Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2010) menjelaskan APD merupakan alat
yang mempunyai tujuan dan kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya
ditempat kerja. Dengan mengetahui akan pentingnya APD seharusnya tenaga
kesehatan atau bidan memperbaiki kebiasaan buruk tersebut dan
menggunakan APD dengan lengkap untuk melindungi diri dari kemungkinan
yang terjadi saat melakukan pertolongan persalinan karena tidak menutup
kemungkinan pasien yang kita tolong menderita berbagai penyakit yang dapat
menularkan ke tenaga kesehatan melalui cairan tubuh.
75

Kesenjangan terakhir yang dilakukan pada saat pertolongan persalinan Ny. A


yaitu tidak mendekontaminasi sarung tangan bekas pakai kedalam larutan
klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih menggunakan sarung tangan
tersebut kedalam air DTT. Tidak dilakukannya dekontaminasi sarung tangan
bekas pakai ke dalam larutan klorin dikarenakan sarung tangan adalah
peralatan sekali pakai yang langsung di buang ke tempat sampah medis dan di
proses sesuai prosedurnya. Depkes RI (2010) menjelaskan pentingnya
dekontaminasi yaitu untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme
pathogen dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya.
Dengan mengetahui akan pentingnya dekontaminasi tersebut diharapkan
mahasiswa tidak melakukan dan mengulangi hal tersebut saat menolong
persalinan selanjutnya.

4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir


JNPK-KR (2012) menjelaskan salah satu asuhan bayi baru lahir yaitu
pengikatan tali pusat dengan benang steril, perawatan tali pusat dengan tujuan
tetap bersih dan kering, dengan cara jangan membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan apapun ke tali pusat, mengoleskan cairan apapun ke tali
pusat, mengoleskan alkohol 70% masih diperbolehkan, tetapi tidak
dikompres, lipat popok di bawah puntung tali pusat, jika puntung tali pusat
kotor bersihkan dengan air DTT. Pada perawatan tali pusat bayi Ny. A tali
pusat bayi dilakukan pembungkusan dengan menggunakan kasa steril hal
tersebut tidak sesuai dengan teori.

Kesenjangan yang dilakukan pada bayi Ny. A yaitu tali pusat bayi dilakukan
pembungkusan dengan menggunakan kasa steril. Kesenjangan asuhan yang
dilakukan dengan teori yang ada dikarenakan menurut penulis apabila tidak
dibungkus dengan kasa steril akan mudah terkontaminasi dengan urine
ataupun tinja yang tidak dapat menjamin keseterilan tali pusat dan juga
76

penulis melihat dari data psikososial dan spiritual orang tua bayi yang takut
membersihkan dan mengganti pakaian bayi jika tali pusat tidak di bungkus
dengan kasa steril.

4.4 Asuhan Nifas


Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. A yang meliputi kunjungan 6 jam post
partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 4 minggu post partum.
Kunjungan rumah yang dilakukan sesuai standar yang di jelaskan Prawihardjo
(2013) dan Astuti (2015) yaitu, mencegah perdarahan, pemberian ASI awal,
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal,
memastikan kebutuhan biologis ibu terpenuhi, konseling asuhan bayi sehat,
konseling senam nifas, dan memberikan konseling KB secara dini.

4.5 Keluarga Berencana


Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. A, yang telah diberikan
sesuai dengan standar yaitu memberikan konseling mengenai jenis-jenis KB
yang dapat ibu gunakan sesuai dengan kondisi ibu saat ini seperti KB yang
tidak mengganggu ASI eksklusif yang ibu jalankan. Sulistyawati (2014)
menjelaskan kontrasepsi yang dapat digunakan bagi ibu menyusui yaitu
pantang berkala, lendir serviks, koitus interuotus, suhu basal, kondom, MAL,
mini pil, suntik progestin/suntik KB 3 bulan, Impland, dan IUD/AKDR. Ibu
mengerti KB yang cocok untuk ibu menyusui dan ibu mengatakan ingin
menggunakan KB suntik progestin yang dimana KB suntik progestin tidak
mempengaruhi produksi ASI dan cocok untuk ibu menyusui. Dari asuhan
yang diberikan pada Ny. A maka tidak didapatkan kesenjangan.
77

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, nifas
dan asuhan bayi baru lahir serta sampai ber-KB pada Ny. A yang dimulai pada
usia kehamilan 32 minggu sampai menggunakan KB. Penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian data subjektif dan data objektif telah dilakukan pada asuhan
kebidanan komprehensif dimulai dari kehamilan 32 minggu sampai 40
minggu usia kehamilan, menolong persalinan, melakukan asuhan nifas 6
jam post partum hingga 4 minggu masa nifas, melakukan asuhan bayi baru
lahir dan neonatus sampai ber-KB yang telah diberikan sesuai dengan
standar dan di dapatkan analisa fisiologis.

b. Asuhan kebidanan komprehensif telah dilakukan penatalaksanaan sesuai


dengan standar dan assessment serta melakukan pendokumentasian
manajemen kebidanan dengan metode “SOAP”.

c. Dari asuhan yang telah diberikan maka didapatkan analisa kesenjangan


antara teori dan asuhan. Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan mulai dari kehamilan sampai menggunakan KB, terdapat
beberapa asuhan yang tidak diberikan. Pada kehamilan standar kunjungan
14T, Ny. A hanya mendapatkan 11T, kesenjangan tersebut antara lain tidak
dilakukan tes PMS, pemberian yodium dan terapi anti malaria. Pada
persalinan standar asuhan yang harus diberikan 60 langkah tetapi tidak
dilakukan sesuai dengan teori. Langkah-langkah tersebut yaitu, tidak
menggunakan alat perlindungan diri dengan lengkap dan tidak
mendekontaminasikan sarung tangan kelarutan klorin.
78

d. Hasil asuhan kebidanan pada bayi Ny. A di dapatkan data keadaan umum
baik, keadaan fisik bayi baik, tidak ada kelainan ataupun kompliksi, dan
bayi di berikan tindakan IMD sesaat setelah dilahirkan, bayi diberikaan
salep mata, vitamin K untuk mencegah terjadinya infeksi dan terjadinya
perdarahan serta imunisasi HB0 untuk mencegah penyakit hepatitis. Dari
asuhan yang diberikan pada bayi Ny. A di dapatkan kesenjangan yaitu pada
pembungkusan tali pusat menggunakan kasa steril.

e. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. A sesuai dengan standar kunjungan
rumah pada ibu post partum, yang dinamakan kunjungan rumah meliputi
kunjungan 6 jam post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum
dan 4 minggu post partum. Dari hasil kunjungan rumah sebanyak 4 kali di
dapatkan hasil keadaan ibu baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.

f. Asuhan kebidanan yang diberikan pada akseptor KB Ny. A memilih


menggunakan KB suntik 3 bulan karena berdasarkan keterangan bidan alat
kontrasepsi ini efektif untuk ibu pasca bersalin karena tidak mengganggu
ASI.

g. Persalinan pada Ny. A pada umumnya berjalan dengan persalinan normal,


ibu dipantau menggunakan partograf yang merupakan alat bantu untuk
memantau kemajuan persalinan. Serta telah dilakukan simpulan dari hasil
asuhan kebidanan komprehensif meskipun ada beberapa kesenjangan
antara teori dengan asuhan yang diberikan, tetapi pada hasilnya tidak
ditemukan suatu masalah pada ibu dan bayi.

Dengan demikian dapat tersusunlah laporan ini sesuai dengan kasus yang
dihadapi yaitu asuhan komprehensif dari masa kehamilan sampai masa
nifas berakhir.
79

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang kehamilan,
persalinan, nifas, BBL dan KB serta pentingnya pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, terutama
apabila klien berencana ingin hamil lagi.

5.2.2 Bagi Penulis


Penulis terus menerus mencari dan mengupdate ilmu pengetahuan
yang terus mengalami perkembangan dan pembeharuan serta melatih
keterampilan dalam melakukan pelayanan kebidanan serta
kemampuan memberikan konseling mengenai penatalaksanaan kasus.

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan


Pengelola pendidikan secara konsisten harus selalu memperbaharui
koleksi buku-buku kebidanan dan menyesuaikan jumlah buku dengan
mahasiswa kebidanan serta melengkapi buku terkait dengan kebidanan
sebagai sumber referensi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.

5.2.4 Bagi Lahan Praktik


Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan dalam memberikan
pelayanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB yang
menggunakan pedoman atau standar yang telah ditetapkan dengan
teori. Hal ini bertujuan memperhatikan tindakan yang akan dilakukan
pada klien sesuai dengan asuhan persalinan normal atau teori.
Intervensi-intervensi yang diberikan pada klien adalah benar-benar di
butuhkan, sehingga asuhan yang diberikan lebih bersifat alami dan
aman.
80

DAFTAR RUJUKAN

Astuti, H.P. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu I. Yogyakarta: Rohima Press.

Astuti, M. (2011). Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC

Astiti, S., Judistiani, R.T.D., Rahmiati, L. & Susanti,A.I. (2015). Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui. Bandung: Erlangga.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2017). Profil Kesehatan Kota


Banjarmasin. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Hasanu, H., Hamam, H. & Toto, C. (2008). Manajemen Distribusi Kapsul Yodium
Pada Ibu Hamil di Daerah Endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), Vol 4, No 3 (Internet). Yogyakarta: UGM Tersedia dalam:
<https://jurnal.ugm.ac.id/article/view/17674.org>
(Diakses, 13 Februari 2018).

Helmina, W. (2017). Waspadai Penyakit Menular Pada Masa Kehamilan (Internet).


Tersedia dalam: <https://www.kamarbubidan.org/single-post/2017/05/11/
Waspadai-Penyakit-Menular-Pada-Masa-Kehamilan.org>
(Diakses, 13 Februari 2018).

Irianti, B., Halida, E.M., Duhita. F., Prabandari, F., Yulita, N., Yulianti, N.,
Hartiningtiyaswati, S. & Anggraini, Y. (2015). Asuhan Kebidanan Berbasis
Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Jannah, N. (2015). Askeb II (Persalinan Berbasis Kompetensi). Jakarta: EGC.

JNPK_KR Depkes RI. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik-Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Johariyah. Ningrum, E.W. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Trans Info Media.

Kementerian Kesehatan Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia (Internet).


Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia. Tersida dalam: <https://www.depkes.
go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
indonesia-2013.pdf.org>
(Diakses 27 Desember 2017).
81

Kementirian Kesehatan Indonesia. (2014). Pusat Data Dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI. (Internet). Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia Tersedia
dalam: <http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/info-datin-ibu.
pdf.org>
(Diakses 27 Desember 2017).

Kumalasari, I. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Posnatal, Bayi Baru Lahir


Dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Lockhart, A., Saputra, L. (2014). Kehamilan Fisiologis & Patologis. Tanggerang:


BinapuraAksara Publisher.

Lockhart, A., Saputra, L. (2014). Masa Nifas Fisiologis & Patologis. Tanggerang:
BinapuraAksara Publisher.

Marni & Kukuh. (2014). Asuhan neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Marni. (2016). Pelayanan KB. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhayati, S, A., Ratna, S., Noor, A, F. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan


Dengan Penggunaan Alat Perlindungan Diri Pada Bidan Saat Melakukan
Pertolongan Persalinan Normal Vol. 3 No. 1 (Internet). Banjarmasin: ULM
Tersedia dalam <http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JPKMI/article/
Download/2731/2380.org>
(Diakses 13 Februari 2018).

Rochman, K.M., Vesra, E., Dahliana. & Sumastri, H. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.

Sofian, A. (2013). Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi). Edidi 3


Jilid 1. Jakarta: EGC.

Piniem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info


Media.

Puskesmas Kelayan Timur. (2017). Rekapitulasi PWS KIA Puskesmas Kelayan


Timur. Banjarmasin: Puskesmas Kelayan Timur.

Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Walyani, E.S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Edisi 1. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.
82

Wijaya, A.M. (2011). Dampak Buruk Malaria Pada Kehamilan (Ibu Hamil)
(Internet). Tersedia dalam: <https://www.infodokterku.com/index.php/en/
Malaria-pada-kehamilan-ibu-hamil.org>
(Diakses 13 Februari 2018).

Yeyeh, A., Yulianti, L., Maemunah. & Susilawati, L. (2009). Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan). Jakarta: CV. Trans Info Media.
83

LAMPIRAN
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106

Anda mungkin juga menyukai