Anda di halaman 1dari 12

Referat kecil

SISTEM KAROTIS

Oleh:
Dwi Ambar Wati, S.Ked
NIM. 1908436681

Pembimbing:
dr. Riki Sukiandra, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
SISTEM KAROTIS

1. Peredaran darah arteri


Sistem peredaran darah menuju ke otak yang di pompa oleh jantung
mengalir melalui arkus aorta. Arkus aorta merupakan saluran pembuluh darah
arteri besar yang terletak dibelakang manubrium sterni. Arkus aorta mempunyai
tiga cabang, yaitu trunkus brakhiosefalika, arteri karotis komunis sinistra dan
arteri subklavia sinistra. Trunkus brakhiosefalika selanjutnya bercabang menjadi
arteri karotis komunis dekstra dan arteri subklavia dekstra. Masing-masing arteri
karotis komunis sinistra dan dekstra kemudian bercabang menjadi arteri karotis
interna dan eksterna. Arteri subklavia dekstra dan sinistra masing-masing
membentuk percabangan, yaitu trunkus thyroservikalis, trunkus kostoservikalis
dan arteri vertebralis.
Aliran darah ke otak yang melalui arteri karotis interna beserta cabang-
cabangnya disebut sistem karotis dan yang melalui arteri vertebralis berserta
cabang-cabangnya disebut sistem vertebrobasiler.1,2 Berikut gambar peredaran
darah arteri dari arkus aorta hingga ke arteri karotis dan arteri vertebralis. 3

Gambar 1. Cabang arkus aorta.3

1
2. Sistem karotis
Otak diperdarahi oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis,
empat arteri ini berada dalam ruang subaraknoid.4,5 Arteri karotis interna di kedua
sisi memberikan darah ke otak melalui cabang-cabang utamanya yaitu arteri
serebri media dan arteri serebri anterior. Arteri karotis interna disebut juga sebagai
sirkulasi anterior karena memperdarahi struktur pada bagian fossa kranial anterior
dan media.4 Sistem karotis terutama memperdarahi kedua hemisfer otak. Sistem
karotis juga memperdarahi mata, ganglia basalis, sebagian besar hipotalamus, dan
lobus frontalis, lobus parietalis, serta sebagian besar lobus temporal serebrum.6
Kedua arteri vertebralis bersatu di garis tengah pada perbatasan kaudal pons
untuk membentuk arteri basilar yang memberikan darah ke batang otak dan
serebellum serta bagian dari hemisfer serebri melalui arteri serebri posterior.
Karena arteri vertebralis memperdarahai fossa kranial posterior dan hemisfer
serebral posterior maka disebut sebagai sirkulasi posterior.5 Sirkulasi anterior dan
posterior berhubungan melalui sistem anastomosis yaitu sirkulus arteri Willisi.4
Arteri karotis interna mulai dari percabangan arteri karotis komunis. Arteri
ini naik di leher dan menembus dasar tengkorak melalui kanalis carotis os
temporal.4,5 Pada perjalanan menuju kanalis karotis, arteri ini memberikan cabang-
cabang kecil pada lantai telinga tengah, duramater dari klivus, ganglion semilunar
saraf trigeminus dan kelenjar hipofisis.4 Kemudian berjalan horizontal kedepan
melalui prosessus klinoideus anterior dengan menembus duramater dan masuk ke
ruang subaraknoid serta berputar ke belakang kearah substansia perforata otak
pada bagian ujung medial sulkus serebri lateralis. Disini bercabang menjadi arteri
serebri media dan arteri serebri anterior.5

2
Gambar 2. Perjalanan arteri karotis interna.4,5

Cabang – cabang bagian serebral arteri karotis interna:5


a. Arteri oftalmika

3
Arteri oftalmika merupakan cabang arteri karotis interna saat memasuki
rongga subaraknoid. Masuk ke rongga mata melalui kanalis optikus bawah
dan lateral terhadap nervus optikus. Arteri ini memperdarahi seluruh
struktur orbita seperti mukosa sinus sfenoid, sinus ethmoidalis dan dorsum
nasi. Cabang-cabangnya memperdarahi daerah frontal kulit kepala,
pangkal hidung, kelopak mata dan beranastomosis dengan arteri maksilaris
interna dan arteri fasialis (cabang dari arteri karotis interna).4,5
b. Arteri komunikan posterior
Pembuluh kecil yang berasal dari arteri karotis interna yang berdekatan
dengan cabang-cabang terakhir. Arteri komunikans posterior berjalan
posterior dari nervus okulomotorius. Arteri ini berhubungan dengan
segmen proksimal arteri serebri posterior membentuk kompenen sirkulus
Willisi yang menghubungkan arteri karotis interna dengan arteri
vertebralis.4,5 Arteri komunikan posterior memperdarahi tuber sinereum,
talamus, subtalamus dan kapsula interna.4
c. Arteri koroidalis anterior
Cabang kecil yang berasal dari arteri karotis interna yang berjalan ke
posterior berdekatan dengan traktus optikus masuk ke kornu inferior
ventrikulus lateral dan berakhir pada pleksus koroideus dan memperdarahi
pleksus koroideus. Arteri ini memberikan cabang-cabang kecil
mengelilingi susunan yang meliputi krus serebri, korpus genikulatum
lateral, traktus optikus dan kapsula interna.4,5
d. Arteri serebri anterior
Merupakan cabang akhir yang kecil dari arteri karotis interna. Arteri ini
berjalan ke depan mediosuperior nervus optikus dan masuk ke fissura
longitudinalis serebri. Arteri ini melengkung ke belakang mengikuti
korpus kallosum dan akhirnya beranastomosis dengan arteri serebri
posterior. Cabang arteri serebri anterior yaitu orbital (I), frontopolar (II),
perikallosal (III), lallosomarginal (IV) dan parietal internal (V). Arteri ini
memberikan cabang kecil yang memperdarahi basal ganglia, diensefalon,
kapsula interna, korpus kallosum, bagian medial hemisfer serebri untuk
motorik dan sensorik primer ekstremitas inferior.4

4
e. Arteri serebri media
Merupakan cabang besar arteri karotis interna berjalan ke lateral dalam
sulkus serebri lateral. Cabang sentral memperdarahi ganglia basalis dan
kapsula interna.4,5 Cabang utama arteri serebral medial adalah sebagai
berikut; orbitofrontal (I), prerolandik (II), rolandik (III), parietalis anterior
(IV), parietalis posterior (V) angularis (VI) temporalis posterior (VII) dan
temporal anterior (VIII). Arteri serebri media memperdarahi daerah
motorik ekstremitas superior dan sensorik primer, Broca dan Wernicke,
korteks pendengaran dan pengecapan primer. Jadi, arteri serebri media
memperdarahi daerah frontal, parietal dan temporal.4

Gambar 3. Cabang arteri serebri anterior.4

5
Gambar 4. Cabang arteri serebri media.4

Gambar 5. Arteri pada basis otak.7

6
Gambar 6. Aliran darah arteri pada bagian interior otak.
a.potongan koronal dan b. potongan horizontal.4

3. Sistem anastomose (sirkulus arteriosus Willisi)


7
Sirkulus arteriosus Willisi berasal dari karotis interna dan sistem arteri
vertebralis. Arteri karotis interna memberikan cabang arteri komunikans posterior,
yang bergabung dengan tunggul proksimal dari arteri serebri posterior dan
membentuk bersama dengan arteri ini dan arteri basilaris rostral, arkus posterior
dari sirkulus Willisi. Karotis interna juga memberi cabang arteri koroidalis
anterior sebelum karotis berakhir dan terbagi menjadi arteri serebri anterior dan
media. Tunggul dari arteri serebri anterior segera mencembung ke garis tengah
dan saling berhubungan melalui arteri komunikans anterior. Jadi, arkus anterior
dari sirkulus Willisi tertutup.4,5

Gambar 7. Sirkulus arteri Willisi.7

4. Gangguan yang ditimbulkan akibat insufisiensi arteri karotis interna


Berikut ini merupakan kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan akibat
sumbatan pada cabang-cabang arteri karotis interna :
a. Arteri oftalmika
Emboli kecil dapat melewati arteri oftalmika dan menyangkut di arteri

8
sentralis retina yang menyebabkan iskemia retina dan menimbulkan
amourosis fugax. Amaurosis fugax merupakan kondisi transien yang
disebabkan emboli yang mengalami lisis spontan.4
b. Arteri komunikans posterior
Emboli yang memasuki arteri komunikans posterior menyebabkan
iskemik pada tentori arteri serebri posterior atau talamus yang
bermanifestasi klinis berupa hemianopsia homonim kontralateral dan
defisit talamik.4
c. Arteri koroidalis anterior
Manifestasi klinis iskemia pada daerah yang diperdarahi oleh arteri
koroidea anterior adalah hemiparesis dan hemihipestesia kontralateral
serta hemianopsia homonim kontralateral. Iskemia bagian medial
lobus temporalis merupakan tanda pasti gangguan arteri koroidalis
anterior.4
d. Arteri serebri media
Emboli arteri serebri media merupakan penyebab tersering iskemik
serebri. Manifestasi klinik tergantung pada lokasi oklusi arteri. Di
dalam fissura sylvii, arteri serebri media terbagi menjadi cabang
utama yang menyuplai sebagian besar lobus frontal, parietal dan
temporalis. Oklusi cabang utama arteri serebri media menyebabkan
hemiparesis dan hemihipestesia kontralateral dan hemianopsia
homonim kontralateral dan gejala lain seperti afasia motorik dan
sensorik, agrafia dan apraksia motorik jika lesi terdapat pada hemisfer
dominan.4

e. Arteri serebri anterior


Infark unilateral arteri serebri anterior tidak menunjukkan gejala
klinis. Infark jarang terjadi di bagian ujung rostral tentori arteri ini
karena banyak hubungan anastomosis antara pembuluh darah di kedua
hemisfer. Namun, jauh ke arah belakang, tentori kedua serebri anterior
dipisahkan oleh falk serebri sehingga salah satu sisi tidak bisa
mendapatkan sirkulasi kolateral dari sisi lain. Manifestasi klinis

9
berupa hemiparesis yang terutama mengenai tungkai dan paraparesis
(jika infark bilateral). Namun defisit ini biasanya hanya sementara
karena terjadinya restitusi aliran darah melalui sirkulasi kolateral dari
arteri serebri posterior. Kerusakan unilateral aspek medial lobus
frontalis tidak menimbulkan defisit yang berat tetapi kerusakan
bilateral menyebabkan gangguan mental seperti apraksia, inkontinesia
dan refleks primitif.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Netter FH, Craig JA, Perkins J. Atlas of neuroanatomy and neurophysiology


special edition. USA: ComTan. 2002. 92p.

2. Rumantir CU. Pola Penderita Stroke. Bandung: Universitas Padjajaran; 1986.


hlm 22-45.

3. Rubin M, Joseph. Normal and anomalous origins of common carotid and


vertebral arteries – the netter collection of medical illustrations nervous pasrt
I-anatomy and physiology. 2014. [Cited at October 2020]. Available from:

10
https://www.netterimages.com/branches-of-the-aorta-labeled-runge-ardiology-
1e-cardiology-hypertension-frank-h-netter-13922.html.

4. Baehr, M. Frotscher,M. Duus topical diagnosis in neurology 4th completely


revised edition. New York: Thieme. 2005. p 418-66.

5. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1996. hlm 539-549.

6. Toole JF. Cerebrovascular disorder. 3th Edition. New York: Raven Press.
1984. p1-17, 57-75.

7. Felten DL. Shetty AN. Netter’s atlas of neuroscience. 2nd edition.


Philadelphia: Elsevier. 2012. p75-87.

11

Anda mungkin juga menyukai