Anda di halaman 1dari 19

Referat

Konjungtivitis Alergi,
Konjungtivitis Bakteri,
Konjungtivitis Virus,
Episkleritis, & Novella Treskasyma
Skleritis Siti Fatimah
Jessica
Muhammad Abi Syaifullah
Ardina Kamilia
Oktriga Audina Sari
Permesa Anjela
Fiki Ferindra M.

Pembimbing:
dr. Yulia Wardany, Sp.M
EPISKLERITIS
No. ICD-10 : H15.2 Episcleritis
No. ICPC-2 : F99. Eye/ Adnexa disease, other
Tingkat Kompetensi : 4A
PENDAHULUAN

 Episkleritis:
 Inflamasi Episklera
 Mata merah dengan penglihatan normal
 Belum ada data insiden spesifik
 Sering pada usia 20-50 tahun, ♀ > ♂
 Self-limiting, tetapi bisa tanda penyakit sistemik
DEFINISI
 Episkleritis:

Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara


konjungtiva dan permukaan sklera.
ETIOLOGI
 Sebagian besar idiopatik
 Reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik
(26-36%) – SLE, RA
 Infeksi – sifilis, virus herpes
PETA KONSEP
FAKTOR RESIKO
 Perempuan
 Penyakit Sistemik – RA, SLE
 Infeksi
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
1. Mata merah
2. Gangguan dalam tajam penglihatan (-)
3. Keluhan penyerta: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.
4. Keluhan biasanya mengenai satu mata & berulang pada mata
yang sama atau bergantian
5. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat pula
berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan.
6. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar,
diantaranya: tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, alergi (misal:
eritema nodosum), atau dermatitis kontak.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK

Episkleritis difus (70%) Episkleritis nodular (30%)

Sumber: Riordan-Eva P, Augsburger JJ. Vaughan and Asbury’s general ophthalmology 19th Ed. mcGraw Hil Proffesional. 2018. p. 169.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kemerahan melibatkan satu bagian dari area episklera.
Penyinaran dengan senter  tampak warna pink seperti daging
salmon.
2. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal
3. Dapat ditemukan mata berair, dengan sekret jernih dan encer.
4. Pemeriksaan status generalis  tanda-tanda penyakit sistemik
yang mungkin mendasari.
5. Episkleritis nodular 
 Nodul kemerahan berbatas tegas di bawah konjungtiva.
 Nodul dapat digerakkkan.
 Bila nodul ditekan dengan kapas/ melalui kelopak mata
yang dipejamkan di atasnya  rasa sakit yang menjalar ke
sekitar mata.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Penetesan Fenilefrin 2,5% pada episkleritis akan mengecilkan
kongesti dan mengurangi kemerahan (bleaching).
 Pemeriksaan penunjang untuk penyakit yang mendasari
(underlying disease) seperti TB, SLE, reumatoid artritis jarang
diindikasikan kecuali pada kasus rekurensi multipel.
DIAGNOSIS BANDING
 Konjungtivitis
 Skleritis
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Komprehensif
1. Bila terdapat riwayat yang jelas mengenai paparan zat eksogen 
avoidance untuk mengurangi progresifitas gejala dan mencegah
rekurensi.
2. Bila terdapat gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan
kacamata hitam dapat membantu.
TATALAKSANA
Terapi Farmakologis
1. Episkleritis simpel  tidka membutuhkan pengobatan
khusus
2. Gejala ringan-sedang  tetes air mata buatan
3. Gejala berat  tetes mata kortikosteroid (Prednison 0,5%
atau Betametason 0,1%)
4. Rasa nyeri  NSAIDs
Ibuprofen 200-600 mg 3-4x/hari /
Naproxen 250-500 mg 2x/hari + Omeprazole 20 mg 1x/hari /
Ranitidine 150 mg 2x/hari
TATALAKSANA
Edukasi :
 Memberikan informasi mengenai penyakit yang diderita pasien
serta memberikan reassurance dan informasi yang relevan, di
antaranya seperti penyakit yang ringan, umumnya self-limited, dan
hal-hal yang pasien dapat lakukan untuk menyembuhkan
penyakitnya.
KRITERIA RUJUKAN
Pasien yang dirujuk adalah:
1. Pasien dengan episkleritis akut dan telah terdiagnosis dengan SLE.
2. Pasien dengan vaskulitis.
3. Pasien dengan peningkatan tekanan intraokular akibat penggunaan
steroid topikal pada pengobatan inflamasi okular yang tidak dapat
ditangani oleh dokter umum.
4. Pasien dengan katarak sub-kapsular akibat penggunaan steroid topikal
pada pengobatan inflamasi okular.
KOMPLIKASI
 Skleritis
PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : Dubia ad bonam
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai