Anda di halaman 1dari 9

PROBABILITY SAMPLING

thoughtco.com
Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random atau acak. Dengan cara
pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik, antara
lain:

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik penarikan sampel
menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian.

Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat pertama
menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki
prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan
pengembalian pada pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling sering
digunakan adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat mengetahui standard error penelitian.
Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang.
Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap
utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama. Langkah
tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis  (Systematic Random


Sampling) 

Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian.
Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah kelompok
intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil
secara acak tiap kelompok.

Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang datang
ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya maka itulah yang
dijadikan sampel penelitian.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya
penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer
tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini dilakukan
berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan  metode Cluster Random Sampling antara lain untuk
meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.

Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A
dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)

Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau
lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW – RT

NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE


netreset.in
1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan
kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi
kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden yang
memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya, calon responden
mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang mengalami
luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan ginjal,
gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi.


Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian
secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-
hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria,
penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

 
3. Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang
sampelnya sulit didapatkan.

Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu
penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut.
Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian
peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat umum, misalnya
seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang
kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang dia temui saat itu.

4. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil jumlah
sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu praktis karena
sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup
tinggi jika menggunakan metode ini.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah
sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu. Dalam suatu
area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah
yang disebut sebagai Total Quota Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh

Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi
sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.

Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat dikategorikan
sebagai berikut:

A. Menurut cara memperolehnya:

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian.

B. Menurut sumbernya

1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam
sebuah organisasi
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan
di luar sebuah organisasi
C. Menurut sifatnya

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti


2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

D. Menurut waktu pengumpulannya

1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/
kegiatan.

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri,
namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih.
Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan
teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu,
misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa
yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah
membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan
berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan


pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya
memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.
2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan


berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok
digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden
yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi
menjadi dua kategori, yakni:

a. Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan


sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

b. Non participant observation

Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan


observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang
sedang diamati.

3. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis,


yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner
yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu,
kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk
dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat
ini juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam
bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap
diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
4. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung
kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang
meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Dokumen primer

Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami
suatu peristiwa, misalnya: autobiografi

b. Dokumen sekunder

Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita
orang lain, misalnya: biografi.

Ada dua variabel kunci dalam setiap percobaan yaitu variabel


independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel
bebas ialah apa yang diubah peneliti atau apa yang berubah
dengan sendirinya, sedangkan variabel terikat ialah apa yang
dipelajari / diukur. Artikel ini akan secara khusus mengkaji
tentang variabel terikat, yang berkaitan dengan pengertian
variabel terikat, ciri, cara membuat, dan contohnya.

Variabel bebas (kadang-kadang dikenal sebagai variabel yang dimanipulasi) adalah


variabel yang perubahannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam percobaan.
Entah peneliti harus mengubah variabel bebas atau variabel tersebut berubah sendiri;
tidak ada hal lain dalam percobaan yang memengaruhi atau mengubahnya.
Dua contoh variabel independen yang umum adalah usia dan waktu. Tidak ada yang
Anda atau apa pun dapat lakukan untuk mempercepat atau memperlambat waktu atau
menambah atau mengurangi usia. Mereka terlepas dari segala sesuatu yang lain.
Variabel terikat (kadang-kadang dikenal sebagai variabel yang merespons) adalah apa
yang sedang dipelajari dan diukur dalam percobaan. Itu yang berubah sebagai akibat
dari perubahan ke variabel independen. Contoh variabel terikat adalah seberapa tinggi
Anda pada usia yang berbeda. Variabel dependen (tinggi) tergantung pada variabel
independen (usia).
Cara mudah untuk memikirkan variabel bebas dan terikat adalah, ketika Anda
melakukan percobaan, variabel bebas adalah apa yang Anda ubah, dan variabel terikat
adalah apa yang berubah karena itu. Anda juga dapat menganggap variabel bebas
sebagai penyebab dan variabel terikat sebagai efeknya.
Ciri Variabel Terikat
Beberapa hal yang perlu diingat terkait variabel terikat, yaitu sebagai
berikut;

1. Variabel terikat merujuk pada jenis variabel yang mengukur


pengaruh variabel bebas pada unit uji. Kita juga dapat mengatakan
bahwa variabel dependen adalah jenis variabel yang sepenuhnya
bergantung pada variabel independen.
2. Nama lain untuk variabel dependen adalah variabel prediktif.
Variabel dependen dinamai demikian karena mereka adalah nilai-
nilai yang diprediksi atau diasumsikan oleh variabel prediktor /
independen.
3. Selain variabel predictor, variabel terikat juga disebut “variabel
respons,” “regresi,” “variabel terukur,” “variabel yang diamati,”
“variabel yang merespons,” “variabel yang dijelaskan,” “variabel
hasil,” “variabel eksperimental,” dan / atau “variabel output “
4. Dalam kasus model linier, pada persamaan umum matematika X
dan Y, Y adalah variabel yang bergantung pada X. Oleh karena itu,
X adalah variabel independen.

data yang digunakan dalam penelitian menurut sumbernya


digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Perbedaan kedua data tersebut terletak pada cara memperolehnya.
Data primer diperoleh secara langsung ke objek penelitian,
sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak lain.

Data sekunder biasanya diperoleh melalui sensus dan survei.


Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara menghubungi
pihak yang memiliki data tersebut, misalnya Badan Pusat Statistik
(BPS), kantor pemerintah, perusahaan dan lain-lain.
Baca: Sensus dan Survei
Untuk memperoleh data primer, maka peneliti harus melakukan
sensus atau survei terlebih dahulu pada objek penelitian karena data
tersebut belum tersedia sebelumnya. Sedangkan data sekunder telah
tersedia sebelumnya, sehingga peneliti hanya perlu menghubungi
pemilik datanya saja untuk memperolehnya.

Data primer dan data sekunder masing-masing memiliki kelebihan


dan juga kekurangan.
Kelebihan data primer adalah kelengkapan dari data tersebut dapat
diperoleh sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti sehingga
cocok dengan tujuan penelitiannya, sedangkan kelemahannya adalah
untuk memperoleh data tersebut diperlukan waktu yang lebih lama,
serta biaya dan tenaga yang lebih besar.

Kelebihan data sekunder adalah data tersebut lebih mudah dan lebih
cepat diperoleh, sedangkan kelemahannya adalah data tersebut
sering kali terbatas dan kurang cocok dengan tujuan penelitian.

Dalam penerapannya, jika peneliti menggunakan data primer sebagai


data utama, maka biasanya ia juga menggunakan data sekunder
sebagai pendukung data utamanya tersebut. Sedangkan jika peneliti
menggunakan data sekunder sebagai data utama, maka ia jarang
menggunakan data primer sebagai data pendukung.

Oleh karena itu, jika data primer dan data sekunder digunakan secara
bersamaan, maka data primer cenderung lebih sering digunakan
sebagai data utama dan data sekunder cenderung digunakan sebagai
data pendukung.

Anda mungkin juga menyukai