Anda di halaman 1dari 69

Case Report Session

Weil’s Disease
Disusun Oleh :
1. Reza Yuneri Putri 2240312206
2. Suci Berlian Hemilton 2240312151
3. Putri Nurul Syafirah Azis2240312081
4. Zufar Ash Shiddiq 2240312085

Preseptor : Prof. Dr. dr. Eva Decroli, Sp.PD-KEMD, FINASIM


Daftar isi

01 02
Latar Belakang Tinjauan Pustaka

03 04
Laporan Kasus Diskusi
01
Pendahuluan
Latar belakang
Indonesia Negara variasi penyakit
berkembang infeksi Leptospira
interrogans
Mirip flu biasa Leptospirosis
Urin hewan
Weil’s disease lebih berat Zoonosis
Tanah & air
terkontaminasi
Purwanto B. Masalah dan Tantangan Kesehatan Indonesia Saat Ini. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2022 [cited 2023 Oct 23].
Brito T, da Silva AMG, Abreu PAE. Pathology and pathogenesis of human leptospirosis: A commented review. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. 2018;60(April):1–10.
g S, Gallagher MAS, Dunn N. Leptospirosis Pathophysiology. 2022;1–5.
Latar belakang
Tropis Iklim sedang

Leptospirosis endemik Tempat dengan sosial


ekonomi yang buruk
permukiman kumuh
perkotaan dengan
kebersihan yang rendah
Kurangnya data epidemiologi dan
Data tersedia
kurangnya fasilitas diagnostik yang
sedikit
sesuai
Rahman MM, Islam MR, Dhar PS. Leptospirosis’s abrupt resurgence: types, bacteriology, molecular genetics, etiology, diagnostic testing, transmission, symptoms, and medications. Int J Surg.
2023;109(2):120–2.
Day N. Leptospirosis : Epidemiology , microbiology , clinical manifestations , and diagnosis. 2023;1–28.
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens. 2021;10(2):1–30.
definisi, definisi,
epidemi epidemi
ologi, ologi,
etiologi, etiologi,
penular penular
an, an,
pathog pathog • disusu
enesis, enesis, n
manifes manifes
tasi tasi
berdas
klinis, klinis, arkan
diagnos diagnos tinjaua
is, is, n
diagnos diagnos kepust
is is akaan
bandin bandin dan
g, g,
kasus
tatalaks tatalaks
ana, ana,
yang
penceg penceg ditemu
ahan, ahan, kan.
komplik komplik
asi, asi,
progno progno
sis, dan sis, dan
Latar belakang

laporan laporan
kasus kasus
dari dari

Metode Penulisan
Batasan Masalah

Tujuan Penulisan
Weil’s Weil’s
Diseas Diseas
e. e.
02
Tinjauan Pustaka
Leptospirosis
• Penyakit infeksi menular disebabkan oleh spesies patogen dari
genus Leptospira, dapat memengaruhi hewan domestik, satwa Definisi
liar, dan manusia. Manusia terinfeksi melalui kontak dengan
urine pembawa atau lingkungan yang terkontaminasi urine.
• Presentasi klinis bervariasi berupa penyakit mirip flu ringan
hingga penyakit berat dengan potensi hasil fatal.
Weil’s Disease
• Leptospirosis berat dengan tingkat kematian yang tinggi ditandai
oleh disfungsi hati yang terkait dengan gagal ginjal dan perdarahan.

Angela S Barbosa, Kanitha Patarakul LI. Editorial : Leptospirosis: Pathogenesis, Clinical and Epidemiological Aspects. Front Cell Infect Microbiol. 2023;13.
Costa F, Hagan JE, Calcagno J, Kane M, Torgerson P, Martinez-Silveira MS, et al. Global Morbidity and Mortality of Leptospirosis: A Systematic Review. PLoS Negl Trop Dis. 2015;9(9):0–1.
Report S. Leptospirosis Annual Epidemiological Report for 2020. Stockholm. 2022;(January 2020).
Epidemiologi
21 negara yang
tercatat melaporkan
907 kasus: (2020)

Indonesia : 920
kasus dengan 112
kematian (2019)

Endemik di daerah
tropis dan subtropis
Laporan dari dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Utara
Report S. Leptospirosis Annual Epidemiological Report for 2020. Stockholm. 2022
World Health Organization W. Leptospirosis prevention and control in Indonesia. 2020 [cited 2023 Oct 23].
Leptospirosis/Weil’s Disease
• Genus  Leptospira
Etiologi
• Famili  treponemataceae
• Weil’s Disease  L. interrogans  serovar L.
Icterohaemorrhagie dan Copengahageni

Leptospira
• Aerobik
• Berbentuk heliks, ujung berbentuk kait
• Sangat Motil
• Lebar 0,1-0,2 μm, panjang 6-20 μm

Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens.
Leptospira Species (Leptospirosis). In: Mandell, Douglass, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. New York: Elsevier Inc.; 2015.
Klasifikasi Leptospira
Leptospira  diklasifikasikan ke berbagai serovar  berdasarkan epitope yang
diekspresikan di permukaan antigen LPS
Berdasarkan kemampuan menyebabkan penyakit  saprophytic, biochemical
intermediate, dan pathogenic

Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens.
Kelompok Berisiko
Kelompok Pekerjaan Kelompok Kelompok
Aktivitas Lingkungan
Petani dan peternak Berenang di
Anjing piaraan
Sungai
Penangkap/penjerat hewan
Bersampan Ternak
Dokter/Mantri Hewan
Berkemah Genangan air hujan
Penebang kayu Berburu Lingkungan tikus
Pekerja selokan
Pekerja perkebunan
Tukang potong hewan Kegiatan di hutan Banjir

Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Patogenesis

Menginfeksi manusia Masa inkubasi 5-14 hari Bertahan dari sistem imun Berproliferasi di aliran
(Rentang 2-30 hari) bawaan / non-spesifik darah

Fase akut (Leptospiraemic / anicetric/ Menyebar secara Terbentuknya antibodi spesifik, (Fase Tidak ditatalaksana dengan tepat
bactraemic phase) hematogen ke seluruh Imun)  Leptospira hilang dalam  leptospirosis berat diserai
Dapat diisolasi melalui darah (3-10 organ darah  bertahan di berbagai organ kerusakan organ (Weil’s disease)
hari pertama setelah gejala klinis)  diisolasi melalui urine

Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens
M.Vinetz J. Leptospirosis. In: Harrsion’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hil; 2012. p. 1392–6
Pertahanan Leptospira terhadap Sistem Imun
Non-Spesifik
Leptospirosis  melalui Microbial
Penelitian Que-Gewirth dkk 
Pathogens-Associated Molecullar
perbedaan residu fosfat termetilisasi
Patterns (PAMPs)  dikenali oleh TLR 4  diaktifkan oleh
pada Lipid A LPS Leptospira  Less
Pattern Recognition Receptors (PRRs) lipopolisakarida (LPS) pada bakteri
endotoxic  tidak mengaktifkan TLR 4
terutatama Toll-like reseptors (TLRs) gram negatif  respons pro-inflamasi.
 memungkinkan kamuflase dari
pada permukaan sel imunitas bawaan
sistem imunitas bawaan
(makrofag dan sel dendritic)

Petakh P, Isevych V, Kamyshnyi A, Oksenych V. Weil’s Disease—Immunopathogenesis, Multiple Organ Failure, and Potential Role of Gut Microbiota. Biomolecules.
Que-Gewirth NLS, Ribeiro AA, Kalb SR, Cotter RJ, Bulach DM, Adler B, et al. A Methylated Phosphate Group and Four Amide-linked Acyl Chains in Leptospira interrogans
Lipid A. The Membrane Anchor of an Unusual Lipopolysaccharide that Activates TLR2. J Biochem Chem. 2004;24(279).
Ginjal • Nefritis interstisial, tubular nekrosis akut, AKI

Hepar
Kelainan Organ Spesifik
• Nekrosis sentrilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit lokal, proliferasi sel
kupfer kolestasis

• Interstisial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan plasma pada


Jantung
miokardium

• Nekrosis lokal, vakuolisasi, dan kehilangan striata, nyeri otot (invasi langsung
Otot rangka
leptospira)

Mata • Conjungtival suffusion, photophobia, dan uveitis

Perdarahan • Ptekie pada mukosa, serosa, dan viscera

SSP • meningitis

Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Sindrom Anikterik
Manifestasi Klinis Infeksi Leptospira
• 90 % dari semua kasus
• Gejala seperti penyakit flu yang tidak spesifik.
• Onset penyakit terjadi secara tiba-tiba
• Disertai dengan sakit kepala, batuk, ruam non-pruritus, demam, kekakuan, nyeri
otot, anoreksia, dan diare.

Sindrom Ikterik
• Penyakit infeksi berat
• Demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
• Dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan

Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-1848
Fase Leptospiremic

Fase Penyakit Leptospira
Demam akut berlangsung selama 3-10 hari.
• Berlangsung tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala  Frontal
• Rasa sakit hebat di otot  paha, betis, pinggang
• Mual muntah, serta mencret

Fase Imun
• Demam mencapai 40 derajat, disertai menggigil dan kelemahan umum
• Perdarahan  epistaksis
• Gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremic, ikterik.
• Injeksi konjungtiva, konjuntiva suffusi, ikterik  patognomonik

Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-184
Haake DA, Levett PN. Leptospirosis in Humans. Vol 387.; 2015.
Fase Bifasik Infeksi Leptospira

Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
Diagnosis
Diagnosis awal sulit ditegakkan
 Meningitis, Nefritis, Hepatitis, Pneumonia,
Influenza, Demam yang tidak diketahui asalnya,
Diatesis Hemoragik

10 poin anamnesis
 Lebih rinci dalam menggali
riwayat pekerjaan pasien
 kelompok risiko tinggi atau tidak

U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-1848.
Diagnosis Leptospirosis
Anamnesis • Demam yang muncul mendadak, nyeri kepala terutama di
daerah frontal, mata merah, fotofobia, mual dan muntah.
Pemeriksaan Fisik • Suhu 38-40, , nyeri tekan otot, hepatomegali

Pemeriksaan Penunjang • Leukositosis, normal atau sedikit menurun disertai gambaran


: Labor Darah neutrofilia dan laju endap darah tinggi.
• Trombositopenia terdapat pada 50% kasus
• Bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase.
• BUN, ureum, dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi
komplikasi pada ginjal.

Pemeriksaan Penunjang • Protein urin, leukosituria, hematuria, atau silinder (cast).


: Urin • Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit.

Gasem MH, Hadi U, Alisjahbana B, et al. Leptospirosis in Indonesia: Diagnostic challenges associated with atypical clinical
manifestations and limited laboratory capacity. BMC Infect Dis. 2020;20(1):1-11.
Roumpou A, Papaioannou I, Lampropoulos C. Weil’s disease with haemoptysis and acute respiratory distress syndrome. BMJ
Case Rep. 2019;12(5):1-5.
Diagnosis Leptospirosis
Diagnosis pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi

Kultur darah • Dilakukan sebelum diberi antibiotik

Kultur urin • Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit.

Serologi • Mendeteksi adanya leptospira dengan cepat dengan


pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR), silver
stain, atau fluorescent antibody stain, dan mikroskop
lapangan gelap

Gasem MH, Hadi U, Alisjahbana B, et al. Leptospirosis in Indonesia: Diagnostic challenges associated with atypical clinical
manifestations and limited laboratory capacity. BMC Infect Dis. 2020;20(1):1-11.
Roumpou A, Papaioannou I, Lampropoulos C. Weil’s disease with haemoptysis and acute respiratory distress syndrome. BMJ
Case Rep. 2019;12(5):1-5.
koring untuk Menegakkan Diagnosis Leptospirosis :
Kriteria Faine

• Diagnosis presumtif leptospirosis  skor bagian A


atau bagian A + bagian B = 26 atau lebih; atau (ii)
skor bagian A + bagian B + bagian C = 25 atau
lebih.
• Skor antara 20 dan 25 menunjukkan kemungkinan
diagnosis leptospirosis, tetapi belum terkonfirmasi.

Bandara K, Weerasekera MM, Gunasekara C, Ranasinghe


N, Marasinghe C, Fernando N. Utility of modified Faine’s
criteria in diagnosis of leptospirosis. BMC Infect Dis.
2016;16(1):1-7.
Diagnosis Banding

Infeksi Daerah Endemik


Penyebab Infeksi Penyebab Non Infeksi
Leptospirosis

• Campak, rubela, • Malaria • Purpura


adenovirus, • Dengue dan trombotik
hantavirus, chikungunya trombositopenik
sindrom syok • Demam tifoid dan dan sindrom
toksik, dan paratifoid hemolitik-uremik
demam berbintik • Hantavirus dan (TTP/HUS)
rocky mountain. demam hemoragik • Sindrom
• Sepsis berat dan lainnya vaskulitis
syok septik • Hepatitis virus akut pulmoner renal

Day N. Leptospirosis : Epidemiology , microbiology , clinical manifestations , and diagnosis. 2023:1-28.


Roumpou A, Papaioannou I, Lampropoulos C. Weil’s disease with haemoptysis and acute respiratory distress syndrome. BMJ Case Rep. 2019;12(5):1-5.
Secara umum, terapi leptospirosis harus efektif melawan leptospirosis dan patogen lain yang
dipertimbangkan dalam diagnosis banding.
Tatalaksana
Kortikosteroid dapat dipertibangkan diberikan jika telah terjdi gagal ginjal.

Sebagian besar kasus leptospirosis sembuh secara spontan.

perkembangan penyakit ke bentuk yang lebih berat dapat dicegah dengan inisiasi awal
pengobatan antibiotik.

Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Penisilin G berair (Pfizerpen-G)
Antibiotik
• Terapi antibiotik lini pertama untuk leptospirosis berat. Penisilin mengganggu sintesis mukopeptida dinding
sel selama multiplikasi aktif, sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida terhadap mikroorganisme yang
rentan.

Doksisiklin (Vibramycin, Doryx, Adoxa, Morgidox, Mondoxyne NL)


• Doksisiklin menghambat sintesis protein, dan pertumbuhan bakteri, dengan mengikat subunit ribosom 30S
dan mungkin 50S dari bakteri yang rentan. Ekskresi bersifat hepatobilier dan ginjal.

Ampisilin
• Ampisilin adalah obat lini kedua atau untuk pasien berusia kurang dari 8 tahun yang dikontraindikasikan
dengan doksisiklin. Agen ini mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama penggandaan aktif,
sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida.

Amoksisilin (Moxatag)
• Amoksisilin adalah obat lini kedua atau untuk pasien berusia kurang dari 8 tahun yang dikontraindikasikan
dengan doksisiklin. Agen ini mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama multiplikasi aktif,
sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida terhadap bakteri yang rentan.

Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Eritromisin Antibiotik
• Eritromisin menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan dengan menghalangi
disosiasi peptidil tRNA dari ribosom, menyebabkan terhentinya sintesis protein yang
bergantung pada RNA.

Sefotaksim (Claforan)
• Agen ini menghentikan sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih
protein pengikat penisilin, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan bakteri.

Ceftriaxone
• Dapat mengganggu sintesis peptidoglikan, komponen struktural utama dinding sel
bakteri. Bakteri akhirnya melisis karena aktivitas enzim autolitik dinding sel yang
sedang berlangsung sementara perakitan dinding sel terhenti.

Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Kortikosteroid
Pada pasien dengan leptospirosis, kortikosteroid diindikasikan untuk memperbaiki hasil gagal
ginjal. Salah satu kontikosteroid yang biasa digunakan adalah metilprednisolon.

Methylprednisolone mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear


dan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Metilprednisolon dosis tinggi (30 mg/kg/hari, tidak melebihi 1500 mg) telah berhasil digunakan
untuk mengobati pasien dengan gagal ginjal leptospiral tanpa dialisis.

Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Cedera Ginjal Akut (paling umum) -> Nekrosis tubular akut akibat kondisi seperti iskemia, sepsis, atau syok septik.

Komplikasi
Kondisi ini juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan menyebabkan disfungsi hati. Disfungsi hati pada leptospirosis berat
dapat dilihat dari kadar bilirubin serum terkojungasi (meningkat hingga diatas 80 mg/dl), disertai dengan peningkatan
kadar transaminase yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi 200 U/L)

Selain itu Weils disease juga dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti edema paru dan sindrom gangguan
pernapasan akut.

Beberapa laporan kasus menyebutkan pankreatitis akut ditemukan pada WD dan risiko perdarahan yang lebih tinggi akibat
peradangan yang mengakibatkan perdarahan kulit dan visceral.

Weil's disease-immunopathogenesis, multiple organ failure, and potential role of gut microbiota. Petakh P, Isevych V, Kamyshnyi A, Oksenych
V. Biomolecules. 2022;12:1830
Angka Mortalitas pada leptospirosis berat rata-rata sekitar 10%

Prognosis
Secara keseluruhan, orang lanjut usia dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh mempunyai risiko kematian
tertinggi

Sebagian besar kematian terjadi akibat gagal ginjal, perdarahan masif, atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

Insiden keterlibatan paru telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, mempengaruhi hingga 70%
pasien. Keterlibatan paru telah menjadi penyebab kematian yang serius, dan menjadi penyebab utama kematian terkait
leptospirosis di beberapa negara.

Dolhnikoff M, Mauad T, Bethlem EP, Carvalho CR. Pathology and pathophysiology of pulmonary manifestations in leptospirosis. Braz J Infect Dis.
Mencegah hewan yang terinfeksi buang air kecil di perairan yang dekat dengan pemukiman

Pencegahan
menggunakan alat pelindung diri (APD) saat menangani hewan

Menggunakan Vaksin

Penggunakan doksisiklin (dosis 200 mg setiap minggu) sebagai profilaksis

1. Barrazone G, Teixera AF,Oliveira MP. Revisiting the Development of Vaccines Against Pathogenic Leptospira: Innovative Approaches, Present Challenges, and Future
Perspective.Frontiers Immunology.2022
2. Alikhani A, Salehifar E, Zameni F, Rafiei A, Yazdani-Charati J, Delavaryan L, et al. Comparison of azithromycin vs doxycycline prophylaxis in leptospirosis, A randomized double blind
placebo-controlled trial. J Infect Dev Ctries. 2018 Nov 30. 12(11):991-995
3. World Health Organization. Human leptospirosis: guidance for diagnosis, surveillance and control. Accessed: october 20, 2023.
03
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
● Nama : Tn. YJL
● Kelamin : Laki Laki
● Umur/Tanggal Lahir : 44 Tahun 3 Bulan/ 27-06-1979
● Pekerjaan : Pekebun
● Alamat : JR Bandar rabi Jonggor Gn. Tuleh Pasaman Barat
No. RM : 01192279
● Tanggal Masuk : 08 Oktober 2023
● Tanggal Pemeriksaan : 13 Oktober 2023
Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun. Demam
terjadi tiba tiba dan suhu pada saat demam tinggi. Suhu demam pada saat diukur sekitar
38,8oC. Demam tidak disertai dengan menggigil. Demam turun dengan minum parasetamol.
 Batuk ada sejak 5 hari yang lalu, batuk hilang timbul, batuk berdahak berwarna putih
kekuningan sulit untuk dikeluarkan. Riwayat batuk darah sebelumnya ada 2 hari yang lalu.
 Nyeri di kedua betis sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti berdenyut, terus menerus
dan bertambah saat betis ditekan. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar. Dari skor 1-10,
pasien merasakan nyeri di skor 5.
 Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan terus menerut seperti ditekan atau diikat.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sesak baru dirasakan pertama kali. Sesak muncul secara tiba-
tiba dan dirasakan terus menerus. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi, makanan dan
cuaca. Sesak tidak menciut. Riwayat terbangun tengah malam karena sesak tidak ada. Riwayat
tidur dengan bantal ditinggikan tidak ada.
 Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan di seluruh lapangan perut.
 Mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. Frekuensi muntah 2-3 kali dalam sehari. Muntah berupa
cairan dan makanan yang dimakan dengan jumlah ½ gelas setiap kali muntah. Riwayat muntah
darah tidak ada.
 Penurunan nafsu makan sejak 2 hari yang lalu. Pasien makan 1-2 kali dalam sehari dan hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Tampak kuning pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu.


 Buang air kecil seperti teh pekat sejak 2 hari yang lalu. Buang air kecil berkurang sejak 1 hari yang
lalu. Riwayat buang air kecil berdarah tidak ada. Riwayat buang air kecil berpasir tidak ada. Riwayat
nyeri saat buang air kecil tidak ada.
 Riwayat kejang tidak ada.
 Riwayat perdarahan gusi, mimisan, atau muntah hitam tidak ada.
 Berkeringat banyak saat malam hari tidak ada.
 BAB frekuensi, warna, dan konsitensi biasa. Riwayat BAB hitam tidak ada.
 Riwayat berpegian ke daerah endemis malaria tidak ada.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien dirujuk dari RSUD Pasaman Barat dengan diagnosis hepatorenal syndrome dd
weils’ disease + trombositopenia. Pasien telah mendapatkan pengobatan IVFD
aminofusin hepar : triofusin : Nacl 0,9 %/ 8 jam, Inj Ceftriaxone 1x2 gram, Inj As.
Tranexamat 3x 500 mg, Inj Vitamin K 3X10 mg, Inj Omeprazole 1x 40 mg, UDCA 3x500,
Asam folat 1x5 mg, Curcuma 3x1, Bicnat 3x500 mg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit kuning tidak ada.
Riwayat transfusi darah tidak ada . Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi tidak ada.

RiwayatDM
Riwayat minum obat
tidak ada. rutin sebelumnya
tidak ada
Riwayat demam berdarah tidak ada

Riwayat malaria tidak ada.

Riwayat Pengobatan
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kejiwaan dan kebiasaan
Pasien bekerja sebagai petani karet, dimana banyak terdapat genangan air, hanya menggunakan sandal
sebagai alas kaki

Pasien seorang duda, tinggal berdua bersama seorang anak laki-lakinya di rumah permanen dengan
ventilasi cukup dan 2 orang anak di rumah permanen dengan ventilasi cukup. Riwayat rumah terkena banjir
ridak ada. Rumah dan lingkungan sekitar terdapat banyak tikus.

Riwayat memiliki hobi memancing ikan di Sungai, tanpa memakai alas kaki saat masuk ke sungai.

Riwayat merokok ada sejak usia 13 tahun sebanyak 20 batang sehari. Pasien termasuk perokok berat
dengan IB 620.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kejiwaan dan kebiasaan
Riwayat minum alkohol tidak ada.

Riwayat pemakaian jarum suntik narkoba tidak ada.

Riwayat seks bebas tidak ada

Riwayat tattoo tidak ada.

Tidak ada anggota keluarga maupun lingkungan disekitar rumah pasien dengan keluhan demam.
Tanda Vital Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran :komposmentis kooperatif
• Tekanan Darah : 135/70 mmHg
• Frekuensi Nadi : 100 kali/menit
• Frekuensi Napas : 26 kali/menit
• Suhu : 38,2◦C
• Saturasi : 97 % dengan NK 5 lpm
• BB : 62 kg
• TB : 160 cm
• IMT : 24,2 (Overweight)
• Anemia : tidak ada
• Ikterus : ada
• Edema : tidak ada
• Sianosis : tidak ada
Kulit Generalisata
• Warna sawo matang, efloresensi (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, ikterus (+), sianosis (-), spider nevi (-), ptekie (-), purpura
(-), ekimosis (-), pertumbuhan rambut normal, suhu raba hangat,
turgor kulit kembali cepat.

Kelenjar Getah Bening


• Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher,
submandibula, supraklavikula, infraklavikula, aksila, dan inguinalis.
Kepala Generalisata
• Bentuk normochepali, simetris, deformitas (-), rambut beruban tidak mudah dicabut,
lurus, nyeri tekan saraf (-)

Mata
• Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+), pupil isokor, injeksi
konjungtiva (+), injeksi siliaris (+), pupil diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)

Telinga
• Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), nyeri tekan processus
mastoideus (- pendengaran baik.
Hidung Generalisata
• Bagian luar tidak ada kelainan, septum tidak deviasi dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-), sekret (-).

Mulut
• Bibir tidak sianosis, pembesaran tonsil (-), pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-),
stomatitis (-), bau pernafasan khas (-).

Leher
• Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran KGB tidak ada, JVP (5+2) cmH2O, kaku
kuduk (-).
keadaan
I : statis
ictus cordis
dan dinamis,
Thoraks
I : Simetris kanan dan kiri dalam
tidak terlihat
spider nevi
(-)

P : Fremitus kanan sama dengan kiri


P : ictus codis teraba 1 jari medial LMCS
namun meningkat setinggi RIC V
RIC V
kebawah
Paru-paru
Jantung

P : batas atas RIC II, batas kanan linea


P : Redup setinggi RIC V kebawah pada
parasternalis dextra, batas jantung kiri 1
kedua lapangan paru
jari medial LMCS RIC V

A: Suara napas bronkovesikuler, Rhonki


A : basah
Irama Jantung : S1-S2
halus nyaring reguler,
pada keduaM1 >
lapangan
M2, A2 > Pparu
2, murmur
dari RIC
(-),Vgallop
kebawah,
(-).
Wheezing -/-
Thoraks
I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus codis teraba 1 jari


medial LMCS RIC V
Jantung
P : Batas atas RIC II, batas
kanan linea parasternalis dextra,
batas jantung kiri 1 jari medial
LMCS RIC V

A : Irama Jantung : S1-S2


reguler, M1 > M2, A2 > P2, murmur
(-), gallop (-).
Abdomen
• I : Distensi (-), vena kolateral (-), venektasi (-)
• P: Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costarum,
permukaan rata, pinggir tajam, konsistensi kenyal, nyeri
tekan tidak ada, lien tidak teraba. Refleks hepatojugular(-)
• P: Timpani
• A: BU (+) normal
Punggung
• Deformitas (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-).

Ekstremitas atas
• Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat
(-), jari tabuh (-), turgor baik, eritema palmaris (-), sianosis kuku (-).

Ekstremitas bawah
• Nyeri sendi (-), gerakan terbatas, pitting edem (-), jaringan parut (-), akral pucat (-), sianosis (-),
gerakan normoaktif, suhu raba hangat, atrofi otot (-)

Refleks dan Sensibilitas


• Refleks fisiologis ++/++, Refleks patologis -/-, sensibilitas dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Interpretasi
 Trakea di tengah
 Mediastinum tidak melebar, aorta baik
 Jantung posisi normal. Ukuran tidak membesar
(CTR<50%)
 Kedua hilus tampak menebal
 Corakan bronkovaskular pada kedua lapangan
paru meningkat
 Infiltrat padat pada kedua lapangan paru
 Diafragma kanan dan kiri licin, sinus kostofrenikus
kanan dan kiri lancip
 Tulang kesan intak
Kesan : Pneumonia Bilateral
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja
Diagnosis Primer
 Probable Weil’s disease
Diagnosis Sekunder
 Community Acquired Pneumonia
 Acute Kidney Injury stage III ec Nefritis Akut
ec Weil’s disease
 Infeksi saluran kemih
 Trombositopenia ec Weil’s disease
 Ikterik obstruktif ec Weil’s disease
 Hipoalbuminemia
 Hiponatremia
Diagnosis Banding
 Malaria
 Hepatitis virus akut
 Tuberkulosis paru
 Acute on CKD
 Ikterik obstruksi ec Koledokolithiasis
Terapi
 Istirahat/ Diet makanan lunak
 Oksigen 5 lpm via Nasal Kanul
 IVFD NaCl 0,9% 6 jam/kolf
 Injeksi Ampicilin Sulbaktam 4x1,5 gram
IV
 Injeksi Levofloxacin 750 mg/48 jam IV
 Paracetamol 3x500 mg (po)
 N-Acetylcysteine 3x200 mg (po)
 UDCA 3x250 mg (po)
 Curcuma 3x1 tab (po)
 Natrium Bicarbonat 3x500 mg (po)
Pemeriksaan Anjuran
 Cek Leptospira Urine
 Cek IgM Anti Leptospira
 Cek Hepatitis Marker (IgM anti HAV, HbsAg,
Anti HCV)
 Cek Malaria
 Anti dengue IgM, anti dengue IgG
 Cek kultur sputum
 Cek Sputum BTA
 USG Abdomen
 USG Ginjal
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad
bonam
04
Diskusi
Penegakan Diagnosis
• Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang : weil’s
disease

• Pasien --> leptospirosis berat atau Weil’s disease --> ikterik


hemoragik dengan disfungsi multiorgan --> terdapat gangguan fungsi
hati, perdarahan saluran cerna yaitu melena dan adanya gagal ginjal
akut.

• Kriteria Faine dimodifikasi (2012) : Data klinis, faktor epidemiologis,


serta temuan bakteriologis dan laboratorium.
Bandara K, Weerasekera MM, Gunasekara C, Ranasinghe N, Marasinghe C, Fernando N. Utility of modified Faine’s criteria in diagnosis of leptospirosis. BMC Infect Dis.
2016;16(1):1–7
Penegakan Diagnosis
• Mengacu pada kriteria Faine :

• Data klinis : ini terdapat sakit kepala, demam dengan suhu tubuh
38.2oC, myalgia, ikterus dan dyspnea, perdarahan, dan nyeri
gastrocnemius.
• Faktor epidemiologis : tinggal di daerah dengan curah hujan
meningkat dan adanya kontak dengan lingkungan terkontaminasi.
• Temuan bakterologis dan laboratorium, pasien ini ditemukan
leptospira pada urin dan serologi IgM yang positif.
• Total skor 20 : suspek leptospirosis dapat ditegakkan
Bandara K, Weerasekera MM, Gunasekara C, Ranasinghe N, Marasinghe C, Fernando N. Utility of modified Faine’s criteria in diagnosis of leptospirosis. BMC Infect Dis.
2016;16(1):1–7
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang

Anemia, leukositosis, trombositopenia, peningkatan kadar


ureum, kreatinin, billirubin.

1) Adanya koagulasi intravaskular diseminata.


Trombositopenia 2) Keterlibatan sitotoksin.
3) Komplikasi langsung dari vaskulitis, yang
dipicu oleh Leptospira.
Ureum dan Kerusakan pada ginjal akibat leptospira :
kreatinin Nefritis tubulointersisial
meningkat
Esen S, Sunbul M, Leblebicioglu H, Eroglu C, Turan D. Impact of clinical and laboratory findings on prognosis in leptospirosis. Swiss Med Wkly. 2004;134(23–24):347–52.
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang

Anemia, leukositosis, trombositopenia, peningkatan kadar


ureum, kreatinin, billirubin.

Kerusakan hepatosit dan intercellular junction >


Bilirubin direct menyebabkan kebocoran empedu dari kanalikuli bilier
meningkat ke pembuluh darah sinusoidal > peningkatan kadar
bilirubin direk leptospirosis.(Penelitian invitro)

Esen S, Sunbul M, Leblebicioglu H, Eroglu C, Turan D. Impact of clinical and laboratory findings on prognosis in leptospirosis. Swiss Med Wkly. 2004;134(23–24):347–52.
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang

Hiponatremia : Na+ : 114 mg/dL

sel tubulointersisial LipL32 bersifat


Endotoksin
(kandungan : imunogenik
Leptospira
lipopolisakarida, dapat hasilkan
glikoprotein interleukin
transpotasi
sitotoksik (GLP) dan proinflamasi.
ion tubular GLP
Na/K lipoprotein (LipL)
terganggu
Chávez-Iñiguez JS, Cabrera-Aguilar JS, Garcia-Garcia G, Armendáriz-Borunda J. Acute Kidney Injury and Acute Liver Failure in Leptospira Infection and Weil’s Syndrome. J
Ren Hepatic Disord. 2020;4(2):21–8.
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang

Rongent Thoraks : Infiltrat pada


kedua paru

Infeksi leptospira Respon Kerusakan


Leptospira pembuluh
pada paru inflamasi
darah kecil

Perdarahan Ekstravasasi dan


paru-paru ARDS penumpukan
cairan
Gulati S, Gulati A. Pulmonary manifestations of leptospirosis. Lung India. 2012;29(4):347–53.
Alasan Pilihan Terapi Pasien
• Tatalaksana
Infeksi leptospirosis pada pasien
diberikan Ceftriakson.
• kasus ringan :doksisiklin. Obat alternatif adalah amoksisilin dan azitromisin
dihidrat.
• Kasus berat : dirawat inap, pilihan obat :penicillin G., Obat alternatif di
sefalosporin generasi ketiga (seftriakson, sefotaksim) dan azitromisin dihidrat
parenteral.
• Leptospirosis sedang berat perlu terapi suportif pada keseimbangan cairan
dan elektrolit serta fungsi paru dan jantung sangat penting.
• Pasien dengan gagal ginjal diterapi dengan hemodialisis atau hemodiafiltrasi
jika tersedia.
Holla R, Darshan B, Pandey L, Unnikrishnan B, Kumar N, Thapar R, et al. Leptospirosis in Coastal South India: A Facility Based Study. Biomed Res Int. 2018;2018:5–9.
Alasan Pilihan Terapi Pasien
• Tatalaksana Non Farmakologi
Edukasi mengenai pencegahan
leptospirosis

Tujuan : mencegah terjadinya rangkaian penularan, mencegah wabah akibat


leptospirosis, menurunkan angka kematiann akibat leptospirosis,
mengendalikan salah satu penyakit infeksi tropis.

Anda mungkin juga menyukai