Weil’s Disease
Disusun Oleh :
1. Reza Yuneri Putri 2240312206
2. Suci Berlian Hemilton 2240312151
3. Putri Nurul Syafirah Azis2240312081
4. Zufar Ash Shiddiq 2240312085
01 02
Latar Belakang Tinjauan Pustaka
03 04
Laporan Kasus Diskusi
01
Pendahuluan
Latar belakang
Indonesia Negara variasi penyakit
berkembang infeksi Leptospira
interrogans
Mirip flu biasa Leptospirosis
Urin hewan
Weil’s disease lebih berat Zoonosis
Tanah & air
terkontaminasi
Purwanto B. Masalah dan Tantangan Kesehatan Indonesia Saat Ini. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2022 [cited 2023 Oct 23].
Brito T, da Silva AMG, Abreu PAE. Pathology and pathogenesis of human leptospirosis: A commented review. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. 2018;60(April):1–10.
g S, Gallagher MAS, Dunn N. Leptospirosis Pathophysiology. 2022;1–5.
Latar belakang
Tropis Iklim sedang
laporan laporan
kasus kasus
dari dari
Metode Penulisan
Batasan Masalah
Tujuan Penulisan
Weil’s Weil’s
Diseas Diseas
e. e.
02
Tinjauan Pustaka
Leptospirosis
• Penyakit infeksi menular disebabkan oleh spesies patogen dari
genus Leptospira, dapat memengaruhi hewan domestik, satwa Definisi
liar, dan manusia. Manusia terinfeksi melalui kontak dengan
urine pembawa atau lingkungan yang terkontaminasi urine.
• Presentasi klinis bervariasi berupa penyakit mirip flu ringan
hingga penyakit berat dengan potensi hasil fatal.
Weil’s Disease
• Leptospirosis berat dengan tingkat kematian yang tinggi ditandai
oleh disfungsi hati yang terkait dengan gagal ginjal dan perdarahan.
Angela S Barbosa, Kanitha Patarakul LI. Editorial : Leptospirosis: Pathogenesis, Clinical and Epidemiological Aspects. Front Cell Infect Microbiol. 2023;13.
Costa F, Hagan JE, Calcagno J, Kane M, Torgerson P, Martinez-Silveira MS, et al. Global Morbidity and Mortality of Leptospirosis: A Systematic Review. PLoS Negl Trop Dis. 2015;9(9):0–1.
Report S. Leptospirosis Annual Epidemiological Report for 2020. Stockholm. 2022;(January 2020).
Epidemiologi
21 negara yang
tercatat melaporkan
907 kasus: (2020)
Indonesia : 920
kasus dengan 112
kematian (2019)
Endemik di daerah
tropis dan subtropis
Laporan dari dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Utara
Report S. Leptospirosis Annual Epidemiological Report for 2020. Stockholm. 2022
World Health Organization W. Leptospirosis prevention and control in Indonesia. 2020 [cited 2023 Oct 23].
Leptospirosis/Weil’s Disease
• Genus Leptospira
Etiologi
• Famili treponemataceae
• Weil’s Disease L. interrogans serovar L.
Icterohaemorrhagie dan Copengahageni
Leptospira
• Aerobik
• Berbentuk heliks, ujung berbentuk kait
• Sangat Motil
• Lebar 0,1-0,2 μm, panjang 6-20 μm
Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens.
Leptospira Species (Leptospirosis). In: Mandell, Douglass, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. New York: Elsevier Inc.; 2015.
Klasifikasi Leptospira
Leptospira diklasifikasikan ke berbagai serovar berdasarkan epitope yang
diekspresikan di permukaan antigen LPS
Berdasarkan kemampuan menyebabkan penyakit saprophytic, biochemical
intermediate, dan pathogenic
Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens.
Kelompok Berisiko
Kelompok Pekerjaan Kelompok Kelompok
Aktivitas Lingkungan
Petani dan peternak Berenang di
Anjing piaraan
Sungai
Penangkap/penjerat hewan
Bersampan Ternak
Dokter/Mantri Hewan
Berkemah Genangan air hujan
Penebang kayu Berburu Lingkungan tikus
Pekerja selokan
Pekerja perkebunan
Tukang potong hewan Kegiatan di hutan Banjir
Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Patogenesis
Menginfeksi manusia Masa inkubasi 5-14 hari Bertahan dari sistem imun Berproliferasi di aliran
(Rentang 2-30 hari) bawaan / non-spesifik darah
Fase akut (Leptospiraemic / anicetric/ Menyebar secara Terbentuknya antibodi spesifik, (Fase Tidak ditatalaksana dengan tepat
bactraemic phase) hematogen ke seluruh Imun) Leptospira hilang dalam leptospirosis berat diserai
Dapat diisolasi melalui darah (3-10 organ darah bertahan di berbagai organ kerusakan organ (Weil’s disease)
hari pertama setelah gejala klinis) diisolasi melalui urine
Samrot A V., Sean TC, Bhavya KS, Sahithya CS, Chandrasekaran S, Palanisamy R, et al. Leptospiral infection, pathogenesis and its diagnosis—a review. Pathogens
M.Vinetz J. Leptospirosis. In: Harrsion’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hil; 2012. p. 1392–6
Pertahanan Leptospira terhadap Sistem Imun
Non-Spesifik
Leptospirosis melalui Microbial
Penelitian Que-Gewirth dkk
Pathogens-Associated Molecullar
perbedaan residu fosfat termetilisasi
Patterns (PAMPs) dikenali oleh TLR 4 diaktifkan oleh
pada Lipid A LPS Leptospira Less
Pattern Recognition Receptors (PRRs) lipopolisakarida (LPS) pada bakteri
endotoxic tidak mengaktifkan TLR 4
terutatama Toll-like reseptors (TLRs) gram negatif respons pro-inflamasi.
memungkinkan kamuflase dari
pada permukaan sel imunitas bawaan
sistem imunitas bawaan
(makrofag dan sel dendritic)
Petakh P, Isevych V, Kamyshnyi A, Oksenych V. Weil’s Disease—Immunopathogenesis, Multiple Organ Failure, and Potential Role of Gut Microbiota. Biomolecules.
Que-Gewirth NLS, Ribeiro AA, Kalb SR, Cotter RJ, Bulach DM, Adler B, et al. A Methylated Phosphate Group and Four Amide-linked Acyl Chains in Leptospira interrogans
Lipid A. The Membrane Anchor of an Unusual Lipopolysaccharide that Activates TLR2. J Biochem Chem. 2004;24(279).
Ginjal • Nefritis interstisial, tubular nekrosis akut, AKI
Hepar
Kelainan Organ Spesifik
• Nekrosis sentrilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit lokal, proliferasi sel
kupfer kolestasis
• Nekrosis lokal, vakuolisasi, dan kehilangan striata, nyeri otot (invasi langsung
Otot rangka
leptospira)
SSP • meningitis
Leptospirosis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
Sindrom Anikterik
Manifestasi Klinis Infeksi Leptospira
• 90 % dari semua kasus
• Gejala seperti penyakit flu yang tidak spesifik.
• Onset penyakit terjadi secara tiba-tiba
• Disertai dengan sakit kepala, batuk, ruam non-pruritus, demam, kekakuan, nyeri
otot, anoreksia, dan diare.
Sindrom Ikterik
• Penyakit infeksi berat
• Demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
• Dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-1848
Fase Leptospiremic
•
Fase Penyakit Leptospira
Demam akut berlangsung selama 3-10 hari.
• Berlangsung tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala Frontal
• Rasa sakit hebat di otot paha, betis, pinggang
• Mual muntah, serta mencret
Fase Imun
• Demam mencapai 40 derajat, disertai menggigil dan kelemahan umum
• Perdarahan epistaksis
• Gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremic, ikterik.
• Injeksi konjungtiva, konjuntiva suffusi, ikterik patognomonik
Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-184
Haake DA, Levett PN. Leptospirosis in Humans. Vol 387.; 2015.
Fase Bifasik Infeksi Leptospira
Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson L. HARRISON’S. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
Diagnosis
Diagnosis awal sulit ditegakkan
Meningitis, Nefritis, Hepatitis, Pneumonia,
Influenza, Demam yang tidak diketahui asalnya,
Diatesis Hemoragik
10 poin anamnesis
Lebih rinci dalam menggali
riwayat pekerjaan pasien
kelompok risiko tinggi atau tidak
U Z. Leptospirosis. In: In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:1845-1848.
Diagnosis Leptospirosis
Anamnesis • Demam yang muncul mendadak, nyeri kepala terutama di
daerah frontal, mata merah, fotofobia, mual dan muntah.
Pemeriksaan Fisik • Suhu 38-40, , nyeri tekan otot, hepatomegali
Gasem MH, Hadi U, Alisjahbana B, et al. Leptospirosis in Indonesia: Diagnostic challenges associated with atypical clinical
manifestations and limited laboratory capacity. BMC Infect Dis. 2020;20(1):1-11.
Roumpou A, Papaioannou I, Lampropoulos C. Weil’s disease with haemoptysis and acute respiratory distress syndrome. BMJ
Case Rep. 2019;12(5):1-5.
Diagnosis Leptospirosis
Diagnosis pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi
Kultur urin • Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit.
Gasem MH, Hadi U, Alisjahbana B, et al. Leptospirosis in Indonesia: Diagnostic challenges associated with atypical clinical
manifestations and limited laboratory capacity. BMC Infect Dis. 2020;20(1):1-11.
Roumpou A, Papaioannou I, Lampropoulos C. Weil’s disease with haemoptysis and acute respiratory distress syndrome. BMJ
Case Rep. 2019;12(5):1-5.
koring untuk Menegakkan Diagnosis Leptospirosis :
Kriteria Faine
perkembangan penyakit ke bentuk yang lebih berat dapat dicegah dengan inisiasi awal
pengobatan antibiotik.
Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Penisilin G berair (Pfizerpen-G)
Antibiotik
• Terapi antibiotik lini pertama untuk leptospirosis berat. Penisilin mengganggu sintesis mukopeptida dinding
sel selama multiplikasi aktif, sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida terhadap mikroorganisme yang
rentan.
Ampisilin
• Ampisilin adalah obat lini kedua atau untuk pasien berusia kurang dari 8 tahun yang dikontraindikasikan
dengan doksisiklin. Agen ini mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama penggandaan aktif,
sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida.
Amoksisilin (Moxatag)
• Amoksisilin adalah obat lini kedua atau untuk pasien berusia kurang dari 8 tahun yang dikontraindikasikan
dengan doksisiklin. Agen ini mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama multiplikasi aktif,
sehingga menghasilkan aktivitas bakterisida terhadap bakteri yang rentan.
Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Eritromisin Antibiotik
• Eritromisin menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan dengan menghalangi
disosiasi peptidil tRNA dari ribosom, menyebabkan terhentinya sintesis protein yang
bergantung pada RNA.
Sefotaksim (Claforan)
• Agen ini menghentikan sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih
protein pengikat penisilin, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan bakteri.
Ceftriaxone
• Dapat mengganggu sintesis peptidoglikan, komponen struktural utama dinding sel
bakteri. Bakteri akhirnya melisis karena aktivitas enzim autolitik dinding sel yang
sedang berlangsung sementara perakitan dinding sel terhenti.
Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Kortikosteroid
Pada pasien dengan leptospirosis, kortikosteroid diindikasikan untuk memperbaiki hasil gagal
ginjal. Salah satu kontikosteroid yang biasa digunakan adalah metilprednisolon.
Metilprednisolon dosis tinggi (30 mg/kg/hari, tidak melebihi 1500 mg) telah berhasil digunakan
untuk mengobati pasien dengan gagal ginjal leptospiral tanpa dialisis.
Chacko S, Lakhsmi S, Jayakumar A, et al. A Short Review on Leptospirosis: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Treatment. Clinical Epidemiology and Global Health. 2021.
Cedera Ginjal Akut (paling umum) -> Nekrosis tubular akut akibat kondisi seperti iskemia, sepsis, atau syok septik.
Komplikasi
Kondisi ini juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan menyebabkan disfungsi hati. Disfungsi hati pada leptospirosis berat
dapat dilihat dari kadar bilirubin serum terkojungasi (meningkat hingga diatas 80 mg/dl), disertai dengan peningkatan
kadar transaminase yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi 200 U/L)
Selain itu Weils disease juga dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti edema paru dan sindrom gangguan
pernapasan akut.
Beberapa laporan kasus menyebutkan pankreatitis akut ditemukan pada WD dan risiko perdarahan yang lebih tinggi akibat
peradangan yang mengakibatkan perdarahan kulit dan visceral.
Weil's disease-immunopathogenesis, multiple organ failure, and potential role of gut microbiota. Petakh P, Isevych V, Kamyshnyi A, Oksenych
V. Biomolecules. 2022;12:1830
Angka Mortalitas pada leptospirosis berat rata-rata sekitar 10%
Prognosis
Secara keseluruhan, orang lanjut usia dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh mempunyai risiko kematian
tertinggi
Sebagian besar kematian terjadi akibat gagal ginjal, perdarahan masif, atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
Insiden keterlibatan paru telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, mempengaruhi hingga 70%
pasien. Keterlibatan paru telah menjadi penyebab kematian yang serius, dan menjadi penyebab utama kematian terkait
leptospirosis di beberapa negara.
Dolhnikoff M, Mauad T, Bethlem EP, Carvalho CR. Pathology and pathophysiology of pulmonary manifestations in leptospirosis. Braz J Infect Dis.
Mencegah hewan yang terinfeksi buang air kecil di perairan yang dekat dengan pemukiman
Pencegahan
menggunakan alat pelindung diri (APD) saat menangani hewan
Menggunakan Vaksin
1. Barrazone G, Teixera AF,Oliveira MP. Revisiting the Development of Vaccines Against Pathogenic Leptospira: Innovative Approaches, Present Challenges, and Future
Perspective.Frontiers Immunology.2022
2. Alikhani A, Salehifar E, Zameni F, Rafiei A, Yazdani-Charati J, Delavaryan L, et al. Comparison of azithromycin vs doxycycline prophylaxis in leptospirosis, A randomized double blind
placebo-controlled trial. J Infect Dev Ctries. 2018 Nov 30. 12(11):991-995
3. World Health Organization. Human leptospirosis: guidance for diagnosis, surveillance and control. Accessed: october 20, 2023.
03
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
● Nama : Tn. YJL
● Kelamin : Laki Laki
● Umur/Tanggal Lahir : 44 Tahun 3 Bulan/ 27-06-1979
● Pekerjaan : Pekebun
● Alamat : JR Bandar rabi Jonggor Gn. Tuleh Pasaman Barat
No. RM : 01192279
● Tanggal Masuk : 08 Oktober 2023
● Tanggal Pemeriksaan : 13 Oktober 2023
Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun. Demam
terjadi tiba tiba dan suhu pada saat demam tinggi. Suhu demam pada saat diukur sekitar
38,8oC. Demam tidak disertai dengan menggigil. Demam turun dengan minum parasetamol.
Batuk ada sejak 5 hari yang lalu, batuk hilang timbul, batuk berdahak berwarna putih
kekuningan sulit untuk dikeluarkan. Riwayat batuk darah sebelumnya ada 2 hari yang lalu.
Nyeri di kedua betis sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti berdenyut, terus menerus
dan bertambah saat betis ditekan. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar. Dari skor 1-10,
pasien merasakan nyeri di skor 5.
Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan terus menerut seperti ditekan atau diikat.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sesak baru dirasakan pertama kali. Sesak muncul secara tiba-
tiba dan dirasakan terus menerus. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi, makanan dan
cuaca. Sesak tidak menciut. Riwayat terbangun tengah malam karena sesak tidak ada. Riwayat
tidur dengan bantal ditinggikan tidak ada.
Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan di seluruh lapangan perut.
Mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. Frekuensi muntah 2-3 kali dalam sehari. Muntah berupa
cairan dan makanan yang dimakan dengan jumlah ½ gelas setiap kali muntah. Riwayat muntah
darah tidak ada.
Penurunan nafsu makan sejak 2 hari yang lalu. Pasien makan 1-2 kali dalam sehari dan hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirujuk dari RSUD Pasaman Barat dengan diagnosis hepatorenal syndrome dd
weils’ disease + trombositopenia. Pasien telah mendapatkan pengobatan IVFD
aminofusin hepar : triofusin : Nacl 0,9 %/ 8 jam, Inj Ceftriaxone 1x2 gram, Inj As.
Tranexamat 3x 500 mg, Inj Vitamin K 3X10 mg, Inj Omeprazole 1x 40 mg, UDCA 3x500,
Asam folat 1x5 mg, Curcuma 3x1, Bicnat 3x500 mg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit kuning tidak ada.
Riwayat transfusi darah tidak ada . Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi tidak ada.
RiwayatDM
Riwayat minum obat
tidak ada. rutin sebelumnya
tidak ada
Riwayat demam berdarah tidak ada
Riwayat Pengobatan
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kejiwaan dan kebiasaan
Pasien bekerja sebagai petani karet, dimana banyak terdapat genangan air, hanya menggunakan sandal
sebagai alas kaki
Pasien seorang duda, tinggal berdua bersama seorang anak laki-lakinya di rumah permanen dengan
ventilasi cukup dan 2 orang anak di rumah permanen dengan ventilasi cukup. Riwayat rumah terkena banjir
ridak ada. Rumah dan lingkungan sekitar terdapat banyak tikus.
Riwayat memiliki hobi memancing ikan di Sungai, tanpa memakai alas kaki saat masuk ke sungai.
Riwayat merokok ada sejak usia 13 tahun sebanyak 20 batang sehari. Pasien termasuk perokok berat
dengan IB 620.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kejiwaan dan kebiasaan
Riwayat minum alkohol tidak ada.
Tidak ada anggota keluarga maupun lingkungan disekitar rumah pasien dengan keluhan demam.
Tanda Vital Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran :komposmentis kooperatif
• Tekanan Darah : 135/70 mmHg
• Frekuensi Nadi : 100 kali/menit
• Frekuensi Napas : 26 kali/menit
• Suhu : 38,2◦C
• Saturasi : 97 % dengan NK 5 lpm
• BB : 62 kg
• TB : 160 cm
• IMT : 24,2 (Overweight)
• Anemia : tidak ada
• Ikterus : ada
• Edema : tidak ada
• Sianosis : tidak ada
Kulit Generalisata
• Warna sawo matang, efloresensi (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, ikterus (+), sianosis (-), spider nevi (-), ptekie (-), purpura
(-), ekimosis (-), pertumbuhan rambut normal, suhu raba hangat,
turgor kulit kembali cepat.
Mata
• Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+), pupil isokor, injeksi
konjungtiva (+), injeksi siliaris (+), pupil diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
Telinga
• Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), nyeri tekan processus
mastoideus (- pendengaran baik.
Hidung Generalisata
• Bagian luar tidak ada kelainan, septum tidak deviasi dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut
• Bibir tidak sianosis, pembesaran tonsil (-), pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-),
stomatitis (-), bau pernafasan khas (-).
Leher
• Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran KGB tidak ada, JVP (5+2) cmH2O, kaku
kuduk (-).
keadaan
I : statis
ictus cordis
dan dinamis,
Thoraks
I : Simetris kanan dan kiri dalam
tidak terlihat
spider nevi
(-)
Ekstremitas atas
• Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat
(-), jari tabuh (-), turgor baik, eritema palmaris (-), sianosis kuku (-).
Ekstremitas bawah
• Nyeri sendi (-), gerakan terbatas, pitting edem (-), jaringan parut (-), akral pucat (-), sianosis (-),
gerakan normoaktif, suhu raba hangat, atrofi otot (-)
• Data klinis : ini terdapat sakit kepala, demam dengan suhu tubuh
38.2oC, myalgia, ikterus dan dyspnea, perdarahan, dan nyeri
gastrocnemius.
• Faktor epidemiologis : tinggal di daerah dengan curah hujan
meningkat dan adanya kontak dengan lingkungan terkontaminasi.
• Temuan bakterologis dan laboratorium, pasien ini ditemukan
leptospira pada urin dan serologi IgM yang positif.
• Total skor 20 : suspek leptospirosis dapat ditegakkan
Bandara K, Weerasekera MM, Gunasekara C, Ranasinghe N, Marasinghe C, Fernando N. Utility of modified Faine’s criteria in diagnosis of leptospirosis. BMC Infect Dis.
2016;16(1):1–7
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang
Esen S, Sunbul M, Leblebicioglu H, Eroglu C, Turan D. Impact of clinical and laboratory findings on prognosis in leptospirosis. Swiss Med Wkly. 2004;134(23–24):347–52.
Alasan Klinis Pasien
• Hasil Pemeriksaan Penunjang