Anda di halaman 1dari 45

RINGKASAN BUKU

DASAR-DASAR METODELOGI PENELITIAN KLINIS


EDISI KE- 4 (2011)
(hal 245-496)

DIRINGKAS

Oleh:

Stella Natasya

NIM: 1710312003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
Bab 12 Analisis kesintasan (Survival Analysis)

Analisis kesintasan diperlukan guna merangkum data follow-up dengan masa


pengamatan yang tidak seragam.Data seperti ini sering kali ditemukan dalam
penelitian klinis maupun epidemiologis.Di dalam tatalaksana pasien,saat timbulnya
kejadian klinis sangat penting di samping kejadian itu sendiri.

Berikut init beberapa kemungkinan rangkuman data:


1 Menghitung Rerata Lama Hidup
Kita dapat menghitungreratalama pengamatan hanya pada pasien yang telah
mengalami efek dibagi dengan jumlah pasien yang mengalami efek.
2 Menghitung Median Lama Hidup
Median adalah nilai pengamatan yang terletak di tengah, setelah semua nilai
pengamatan disusun dari nilai yang terkecil sampai terbesar.Nilai median ini hanya
dapat dihitung apabila sekurangnya 50% pasien yang diamati telah mengalami efek;
bila tidak maka pasien yang tepat terletak di tengah belum mengalami efek. Jadi
metode median tidak laik untuk merangkum data kesintasan.
3 Menghitung Rate Of Survival
Pada metode ini sebagai pembilang (numerator) dijumlahkan masa pengamatan
semua subyek.
4 Menentukan Kesintasan Pada Saat Tertentu
Pada cara ini dihitung proporsi atau persentase subyek yang masih hidup pada saat-
saat tertentu
5 Menghitung Subyek Yang Mengalami Efek Per Unit Waktu
Pada teknik ini dihitung subyek-waktu pengamatan, misalnya n-bulan atau n-tahun.

Dua metode analisis kesintasan yang sering digunakan dalam pusaka kedokteran
yakni metode aktuarial dan metode product limit .Metode aktuarial ini dikenal dengan
nama metode Cutler-Ederer. Pada metode ini ditentukan interval waktu yang
dikehendaki,pemilihan interval dilakukan dengan memperhitungkan karakteristik
penyakit atau efek yang dipelajari (dapat dalam hari, minggu, bulan, tahun).
sedangkan metode product limit yang biasa disebut dengan Kaplan-Meier ini tidak
dibuat interval tertentu, dan efek atau outcome diperhitungkan tepat pada saat ia
terjadi. Lama pengamatan masing-masing subyek disusun dari yang terpendek sampai
yang terpanjang dengan catatan subyek yang tersensor diikutsertakan.Pada metode
Kaplan-Meier, data pengamatan antara 2 efek
yang berurutan diabaikary dengan kata lain subyek tersensor hanya bertindak sebagai
subyek at risk sampai saat ia tersensor, namun subyek itu sendiri diabaikan dalam
kalkulasi kesintasan. Metode Kaplan-Meier dapat digunakan pada data dengan jumlah
subyek yang sedikit, oleh karena efek tidak dikelompokkan dalam interval, melainkan
diperhitungkan sesuai dengan saat terjadinya efek pada tiap subyek.

Pada kedua metode terdapat beberapa syarat dan asumsi.Kalkulasi dapat dilakukan
penghitungan secara manual,namun dalam praktik baik tabel maupun kurve dapat
dikerjakan dengan bantuan perangkat lunak komputer.

Beriukut syarat dan asumsi dari analisis aktuarial:


1) Saat awal pengamatan harus jelas. Bergantung dari jenis penyakit awal pengamatan
dapat saat mula timbulnya keluhan, saat diagnosis
atau mulainya terapi.
2) Efek yang diteliti harus jelas. Efek yang diteliti harus berskala dikotom, hanya
mempunyai dua nilai, misal normal- abnormal,atau meninggal-hidup.
3) Kejadian withdrawal atau loss follow-up harus independen terhadap efek.
4) Resiko untuk terjadinya efek tidak tergantung pada tahun kalender.
5) Resiko untuk terjadinya efek pada interval waktu yang dipilih dianggap sama
6) Pasien yang tersensor (tidak diketahui nasibnya) dianggap mengalami 1/2 efek.

Meskipun namanya kesintasan (survival),namun metode ini dapat diterapkan untuk


fenomena klinis lain seperti remisi,kekambuhan,hilangnya gejala klinis
tertentu,berkurangnya ukuran tumor dan sebagainya.

Hasil kalkulasi kesintasan lebih sering disajikan dalam bentuk kurva,dan seyogyanya
disertakan nilai interval kepercayaan.Uji hipotesis antara dua tabel kehidupan dapat
dilakukan dengan beberapa cara.masing-masing dengan kelebihan dan
kekurangannya. Dua cara yang paling banyak dipakai adalah log-rank test, salah satu
aplikasi dari statistik Mantel-Haenszel (karenanya disebut sebagai uji Mantel-
Haenszel), dan cara Kaplan-Meier. Teknik penghitungan uji tersebut tidak diuraikan
disini; pembaca dapat memeriksanya pada buku-buku daftar pustaka pada akhir bab
ini, sedang untuk pengerjaannya dapat digunakan pelbagai perangkat lunak program
komputer (misalnya Epistaf Stata SPSS).
Bab 13 Meta-Analisis

Meta-analisis adalah suatu teknik statistika untuk menggabungkan secara kuantitatif


dua atau lebih penelitian orisinal. Meta-analisis saat ini telah menjadi teknik yang
penting dalam epidemiologi klinik, meskipun masih menyisakan banyak masalah
yang terselesaikan. Termasuk dalam masalah ini adalah, kontroversi tentang perlu
atau tidaknya disertakan data yang tidak dipublikasi, terutama bila menyangkut pihak
yang mempunyai kepentingan tertentu.
Meta-analisis secara metodologi dianggap sebagai studi observasional retrospektif
dalam arti peneliti melaksanakan rekapitulasi data tanpa manipulasi eksperimental.

Secara ringkas pembuatan meta-analisis terdiri dari 4langkah yakni:


(1) identifikasi makalah yang akan disertakan dalam meta-analisis;
(2) seleksi, yakni penilaian kualitas laporan penelitian,
(3) abstraksi, berupa kuantifikasi hasil masingmasing penelitian untuk digabungkan;
(4) analisis, yakni penggabungan dan pelaporan hasil meta-analisis.

Langkah langkah menyusun Meta-Analisis


Merujuk pada format usulan penelitian seperti yang telah diurakan pada Bab 3,maka
usulan penelitian Meta-Analisis mencakup:

1Pendahuluan
1.Latar belakang pernyataan yang yang jelas mengapa perlu dilakukan meta-analisis
2.Pertanyaan penelitian
3.Hipotesis yang akan diuji
4.Tujuan dan manfaat penelitian

2.Metodologi
1. Kriteria pemilihan (kriteria inklusi dan eksklusi) untuk artikel penelitian yang akan
disertakan dalam meta-analisis.
2 Metode untuk menentukan atau menelusur penelitiary dan siapa yang akan
melakukan penelusuran pustaka
3 Kriteria yang jelas untuk penilaian kualitas artikel penelitian yang mencakup aspek
desairy pelaksanaary serta analisis
4 Klasifikasi dan kodifikasi unit penelitian untuk digabungkan
5 Abstraksi kuantitatif hasil masing-masing penelitian
6 Rencana penggunaan statistika yang sesuai untuk penggabungan hasil
7 Rencana interpretasi hasil dan program komputer yang digunakan
8 Rencana pelaporan hasil

-Kriteria Pemilihan

Studi yang akan disertakan dalam meta-analisis bergantung pada maksud meta-
analisis. Karena itulah hipotesis pada proposal studi meta-analisis amat membantu
menentukan kriteria inklusi dan eksklusi yang harus digunakan untuk
mengidentifikasi studi yang relevan yang akan digabungkan

-Strategi Penelusuran Laporan Penelitian


Untuk penelusuran (searching) bahan studi harus ditentukan kualifikasi penelusur
(misalnya petugas perpustakaan dan peneliti). Ini perlu ditekankan, karena kualitas
penelusur sangat memengaruhi jumlah dan jenis pustaka yang diperlukan..disarankan
untuk melengkapinya dengan pencarian manual, misalnya melalui Index Medicus,
daftar pustaka buku ajar, tinjauan pustaka, publikasi lain. Untuk uji klinis, database
Cochrane Collaboration merupakan sumber rujukan yang amat membantu.Harus
dijelaskan spesifikasi database yang dipakai, strategi pencarian, periode waktu yang
disertakan dan kata kunci yang digunakan.

-Penilaian Kualitas Artikel


Artikel yang telah terkumpul harus diteliti satu demi satu. Pada tahapan pertama harus
dipastikan apakah semua artikel sesuai dengan kriteria
pemilihan yang telah ditetapkan.Penyaringan artikel dapat dilakuakan dengan 3 cara
yaitu:
1 Menilai judul makalah
2 Meneliti abstrak masing masing artikal
3 Menilai kualitas makalah oleh peneliti.Pada umumnya penilaian dilakukan oleh dua
orang penilai (reaiewer) secara terpisah (independen), bila diperlukan dengan
menggunakan system score. Bila terdapat ketidaksesuaian dilakukan diskusi untuk
mencapai kesepakatan.

-Penggabungan Hasil Studi


Penggabungan hasil berbagai studi secara kuantitatif merupakan langkah yang paling
menentukan dalam meta-analisis.Dalam penggabungan ini diperlukan teknik statistika
tertentu yang amat mengundang beda pendapat. Berikut diuraikan beberapa prinsip
yang perlu untuk diketahui dalam penggabungan hasil banyak penelitian. Penelitian
asli yang digabungkan dapat memberi hasil akhir (outcome) berupa data nominal,
numerik, atau ordinal. Dalam meta-analisis penggabungan hasil banyak penelitian
tersebut dilakukan sesuai dengan data pada penelitian aslinya.

-Penyajian Laporan Meta-Analisis


Seperti pada laporan penelitian lain, penyajian laporan metaanalisis
mencakup Pendahuluan, Metode, Hasil, dan Diskusi.

-Analisis Sensitivitas
Untuk menilai apakah suatu hasil meta-analisis 'robust'(relatif stabil terhadap
perubahan) maka perlu dilakukan uji sensitivitas, antara lain dengan:
1.Diidentifikasi terdapatnya publication bias. Semua penelitian dinilai bila memang
ada publication bias, penelitian dengan subyek paling banyak akan memberikan effect
size yang paling kecil.
2.Dilakukan uji terhadap keadaan khusus. Misalnya ada penelitian yang tidak
sepenuhnya memenuhi kriteria inklusi, yakni studi yang dihentikan sebelum seluruh
subyek masuk (interim analysis)

Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis
analitik lainnya, yaitu:
1) Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya
perbedaan antar-variabel.
2) Melakukaninferensi dari data sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai
p) maupun estimasi (interval kepercayaan).
3)Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu
(confounding) agar tidak menganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau
perbedaan

Meta-analisis yang dilakukan dengan baik dapat memberi informasi yang lebih
definitif tentang hal-hal yang dilaporkan dalam penelitian aslinya, termasuk effect
size yang lebih pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit, serta analisis terhadap
sub-grup. Sebaliknya meta-analisis yang dilakukan kurang cermat dapat memberikan
informasi yang menyesatkan.

Penggabungan analisis statistika juga masih merupakan bahan diskusi yang hangat.
Seringkali data yang diperlukan untuk menilai kualitas penelitian tidak lengkap dalam
laporan penelitian yang disertakan dalam meta-analisis. Untuk mengatasi hal ini
sebagian jurnal mensyaratkan peneliti untuk menyertakan data dasar hasil
penelitiannya. Apakah kecenderungan baru ini -yakni setiap pengirim artikel
penelitian harus menyertakan data aslinya- akan berkembang, masih memerlukan
waktu untuk menilainya.

Akhirnya harus diakui bahwa meta-analisis masih kurang diapresiasi oleh para
klinikus. Pada umumnya klinikus lebih menghargai satu uji klinis yang besar daripada
penggabungan data dari banyak uji klinis kecil yang dilakukan dengan meta-analisis.

Salah satu keuntungan Meta-Analisis adalah diperoleh ‘studi baru’ dengan jumlah
subyek yang besar sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih
definitif.Kelemahannya adalah terletak pada masalah teknis yakni penggunaan
statistika yang tepat untuk penggabungan data.
Bab 14 Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif


berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Definisi lain menyatakan bahwa penelitian yang mengkaji kualitas hubungan,
Kegiatan, situasi, atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan yang
kuat pada deskripsi yamg menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu
yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu.

Konsep Dasar Dalam Penelitian Kualitatif


studi kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif’
Berikut adalah ciri-ciri pokok penelitian kualitatif
1 Investigasi secara natural (naturalistic inquiry), yaitu mempelajari situasi dunia
nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
2 Analisis secara induktif (inductiae analysis), yaitu mendalami rincian dan kekhasan
data guna menemukan kategori, dimensi, dan saling keterkaitan.
3 Perspektif holistik (holistic perspective) artinya seluruh gejala yang dipelajari
dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penggabungan dari bagian-
bagiannya.
4 Data bersifat kualitatif (qualitative data) yaitu data disajikan secara deskriptif
terinci, kajian/investigasi dilakukan secara mendalam.
5 Kontak personal (personal contact). Peneliti berhubungan langsung dan bergaul erat
dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6 Sistem yang dinamis (dynamic systems). Peneliti memperhatikan proses serta
menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu
maupun budaya.
7 Orientasi kasus bersifat unik (unique case orientation). Peneliti studi kualitatif
menganggap setiap kasus bersifat khusus dan unik.'
8 Sensitivitas konteks (context sensitivity), yaitu menempatkan temuan dalam
konteks sosial, historis dan waktu
9 Netralitas empati (emphatic neutrality). Penelitian dilakukan secara netral agar
obyektif tapi bersifat empati
10 Fleksibilitas disain (design flexibility). Desain penelitian bersifat fleksibel,
terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)

Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian kualitatif


Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan
adalah wawancara.penelitian kualitatif adalah komunikasi dengan mengedepankan
kerahasiaan. Responden survei dan wawancara mendalam dan fokus grup sering
diminta unfuk memberikan informasi secara terbuka jujur dan pribadi tanggapan
tentang isu-isu sensitif, kekhawatiran, persepsi dan pendapat tentang berbagai topik.

Ada banyak macam teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif, namun secara
garis besar terdapat 3 metode utama, yaitu:

1 Diskusi kelompok terarah (focus group discussion)


Pada metode ini peneliti membentuk kelompok kecil yang terdiri atas beberapa
responden untuk mendiskusikan suatu topik.Panduan topik diskusi biasanya telah
disiapkan oleh peneliti yang biasanya sekaligus menjadi pemimpin kelompok agar
dapat memastikan bahwa seluruh aspek yang berkaitan dengan topik sudah
didiskusikan.Jalannya diskusi seringkali direkam untuk kemudian dibuat transkripnya
untuk kemudian dianalisis.
2 Observasi langsung (direct observation)
Pada metode ini peneliti berusaha untuk tidak terlihat sebagai seorang pengamat tetapi
justru menjadi bagian dari populasi yang diteliti.Pada proses ini peneliti kadang
menyiapkan daftar apa yang ingin diobservasi sebelumya, namun bisa.juga peneliti
membuat catatan-catatan hasil pengamatan setelah selesai dilakukan observasi.

3 Wawancara mendalam (indepth-interviews)


Pada jenis wawancara ini peneliti menggali data seperti halnya pada diskusi terarah,
namun subyek diwawancara secara individual. Wawancara ini biasanya mencakup
data secara luas namun mengarah pada masalah tertetentu secara detail.Teknik ini
memberikan gambaran lebih dalam tentang kepercayaan, sikap dan perilaku subyek.
Metode lainnya yang juga sering digunakan adalah metode catatan harian (diary
methods), role-play and stimulation, serta studi kasus (case study).

Analisis Data
Secara ringkas terdapat lima langkah dalam analisis data kualitatif, meliputi:

1 Familiarisation.Menggabungkan data dasar denganmendengar rekaman, membaca


transkrip, mempelajari catatan yang untuk kemudian bertujuan membuat daftar ide
dan tema yang diperoleh
2 ldentifying a thematic framework. Mengidentifikasi semua masalah penting,
konsep, dan tema dari data yang diperoleh. Hasil akhir dari tahap ini adalah indeks
data secara detil data-data sudah dilabel sesuai dengan sub-kelompok.
3 lndexing.Mengaplikasikan kerangka tematik atau indeks secara sistematik terhadap
seluruh data dalam bentuk tekstular menjadi kode-kode
4 Charting. Mengatur kembali data sesuai dengan kerangka tematik dan membuat
diagram
5. Mapping and interpretation. Menggunakan diagram (chart) untuk mendefinisikan
konsep, memetakan fenomena alamiah, dan menemukan asosiasi antara tema dengan
pandangan yang dapat menjelaskan hasil temuan.

Penulisan Laporan Studi Kualitatif


Urutan pelaporan penelitian kualitatif tidak berbeda dengan laporan penelitian
kuantitatif yaitu:

1.Introduksi:berisi pandangan singkat tentang naskah,termasuk pertanyaan penelitian


serta latar belakang mengapa memilih metode kualitatif
2.Metode:berisi pernyataan dan alasan yang jelas tentang teknik pengumpulan data,
misalnya mengapa memilih cara wawancara terstruktur, bagaimana merekrut subyek,
termasuk persetujuan komite etik.
3.Sampling:jumlah subyek pada penelitian kualitatif biasanya hanya sedikit dan
subyek dipilih sesuai dengan keinginan peneliti (purposiae sampling).
4.Analisis Data:Menerangkan bagaimana data dianalisis
5.Diskusi:bagian diskusi harus dipaparkan temuan serupa penelitian-penelitian lain
serta mengemukakan kemungkinan terjadinya bias yang memengaruhi hasil
penelitian.
6.Simpulan:berisi ringkasan temuan utama penelitian yang menjawab pertanyaan
penelitian.
Penelitian Campuran Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian campuran (mixed methods research) adalah penelitian yang didesain untuk
mengeksplorasi permasalahan secara filosofis maupun metodologis, sehingga
pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif secara bersamaan. Studi ini biasanya dilakukan untuk mengeksplorasi
masalah yang kompleks, misalnya evaluasi terhadap pelayanan kesehatan di ruang
gawat darurat.

Kelebihan utama studi kualitatif adalah permasalahan dapat diteliti secara lebih
mendalam dan rinci.Keterbatasan utamanya adalah ketergantungan yang kuat pada
kompetensi peneliti untuk mengumpulkan,menganalisis,dan menyimpulkan data.
Bab 15 Variabel dan antar hubungan Variabel

Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke
subyek lain.yang dimaksud dengan variabel adalah karakteristik suatu subyek, bukan
subyek atau bendanya sendiri. Misalnya, badan, kelamin, darah, atau hemoglobin
bukan merupakan variabel) yang merupakan variabel adalah tinggi atau berat badan,
jenis kelamiry tekanan darah, atau kadar hemoglobin.Misalnya, di sekolah dasar, jenis
kelamin adalah merupakan variabel, karena ia berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya; tetapi di asrama perawat putri, jenis kelamin bukanlah merupakan variabel,
karena tidak berubah dari subyek ke subyek lain, semua perempuan.

Skala Variabel
variabel dapat berskala kategorikal (yang dibagi menjadi skala nominal dan ordinal),
dan skala numerik (yang dapat dibedakan menjadi skala interval dan rasio). Juga telah
dijelaskan bahwa pembagian jenis variabel ini tidak hanya penting dalam proses
pengukuran, tetapi juga dalam analisis data.

Dimensi Variabel Dalam Penelitian


Menurut fungsinya dalam konteks penelitian, khususnya dalam hubungan antar-
variabel, terdapat beberapa jenis variabel yaitu:

1. Variabel bebas dan variabel tergantung


variabel bebas adalah variabel yang apabila ia berubah akan mengakibatkan
perubahan pada variabel lain sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang
berubah akibat perubahan variabel bebas.Variabel bebas sering disebut dengan
banyak nama lain seperti variabel independen, ptedictor, risiko, determinan, atau
kausa. Sinonim variabel tergantung adalah variabel dependery efek, hasil,
outcomce, respons,atau event.
Contoh
1 Pemberian obat A menyebabkan penurunan tekanan darah.
2 Perbedaan kadar kolesterol pada siswa lelaki dan perempuan.
Pada contoh pertama pemakaian obat A merupakan variabel bebas, sedangkan
tekanan darah adalah varibel tergantung. Pada contoh kedua, kadnr kolesterol serum
adalah variabel tergantung, sedang jenis kelamin merupakan variabel bebas

2. Variabel Perancu
Variabel perancu (confounding variable) adalah jenis variabel yang berhubungan
dengan variabel bebas dan variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel
antara.Variabel ini harus diwaspadai karena dapat membuat simpulan yang salah
dan mempengaruhi validitas penelitian.
Variabel perancu bukanlah variabel yang diteliti, namun dapat memengaruhi hasil
penelitian karena berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, dan
bukan merupakan variabel antara. Variabel lain yang tidak ditelifl yang hanya
berhubungan dengan variabel bebas saja (A) atau variabel tergantung saja (D) atau
yang tidak berhubungan dengan variabel bebas maupun tergantung (B, C, E) disebut
sebagai variabel luar.

Contoh:
Suatu penelitian berupaya mencari hubungan antara kebiasaan makan permen dengan
kejadian karies dentis. Bila anak pemakan permen lebih rajin menggosok gigi
daripada anak jarang makan permen/ mungkin data yang terkumpul tidak
memperlihatkan hubungan antara kebiasaan makan permen dengan karies dentis,
padahal hubungan tersebut sebenarnya ada. Dalam hal ini rajin menggosok gigi
adalah merupakan variabel perancu yang berhubungan negatif dengan kejadian karies
dentis, yang'menyembunyikan' hubungan antara makan permen dengan karies dentis.
Lihat Gambar 15-4.

Contoh tersebut menunjukkan pentingnya penelusuran pustaka yang komprehensif


serta penggunaan akal sehat (common sense), agar dapat dikenali kemungkinan
adanya variabel perancu dalam konteks penelitian yang direncanakan.Dua cara
mengontrol perancu yaitu:
1) Mengidentifikasi setiap variabel perancu
Caranya adalah dengan studi literatur komprehensif selain faktor pengalaman dan
logika. Di sini berperan penyusunan kerangka konsep penelitian dengan
mengidentifikasi semua variabel baik yang diteliti maupun yang tidak,
menggolongkannya, kemudian membuat diagram hubungan antar-variabel dalam
diagram yang jelas.

2) Menyingkirkan variabel perancu


Terdapat dua cara untuk menyingkirkan variabel perancu, yakni dalam desain
penelitian (yakni dengan cara restriksi, matching, atau randomisasi), dan dalam
analisis hasil penelitian (dengan cara stratifikasi atau metode analisis multivariat).

-Menyingkirkan variabel perancu dalam desain


A) Restriksi adalah menyingkirkan variabel perancu dari setiap subyek penelitian.
Misalnya, pada penelitian observasional tentang hubungan antara kebiasaan kebiasaan
minum kopi dengan kejadian penyakit jantung koroner; karena kebiasaan merokok
merupakan variabel perancu, maka subyek yang dipilih (baik pada kelompok
peminum kopi atau kelompok kontrol) adalah mereka yang bukan perokok.Jadi
kebiasaan merokok merupakan salah satu kriteria eksklusibaikuntuk kelompokyang
diteliti mauPun kelompok kontrol.
B) Matching adalah proses menyamakan variabel perancu pada kedua kelompok.
Dikenal dua jenis matching yakni frequency matching dan indiaidual matching. Pada
ftequency matching pemilihan subyek dan kontrol dibatasi oleh faktor yang diduga
merupakan Perancu yang nyata.Yang dapat menyingkirkan peran perancu dengan
efektif adalah indiVidual matching. Misalnya, bila subyek dalam kelompok yang
diteliti (peminum kopi) adalah perokok, maka untuk kontrol dicari pasangan subyek
yang tidak minum kopi tetapi perokok,demikian pula bila subyek bukan perokok,
dicari pasangannyayang bukan perokok.
C) Randomasi.Dengan randomisasi (Bab 10), maka variabel perancu terbagi
seimbang di antara 2 kelompok. Kelebihan lain adalah variabel perancu yang terbagi
rata tersebut meliputi baik variabel perancu yang pada saat penelitian sudah diketahui
maupun yang belum diketahui.

-Menyingkirkan faktor perancu dalam analisis


Dua teknik yang paling sering dipergunakan dalam analisis data, adalah (1)
stratifikasi, dan (2) analisis multivariat.

1)Stratifikasi merupakan cara yang lazim untuk meniadakan variabel perancu, bila
hanya ada 1 perancu. Bila lebih dari 1 maka stratifikasi menjadi kompleks dan sulit
diinterpretasi. Teknik yang lazim digunakan adalah statistika Mantel-Haenszel, baik
untuk studi cross sectional, kasus-kontrol, kohort, atau uji klinis.

2)Analisis multivariat bagi sebagian ahli statistika berarti teknik statistika untuk set
data variabel tergantung multipel (lebih dari satu).Dalam penelitian klinis yang sering
dipakai adalah teknik analisis regresi multipel dan model regresi logistik.

Effect modifier adalah variabel yang mengubah derajat hubungan antar-variabel.Effect


modifier ini tidak harus disingkirkan bahkan harus dielaborasi.

Analisis Hubungan Antar Variabel

Bila kita menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu penelitian
maka terdapat beberapa kemungkinan yang harus dipikirkan:
1. hubungan tersebut semata-mata akibat faktor peluang atau chance akibat pemilihan
subyek penelitian ataupun akibat pengukuran (variabilitas subyek, pemeriksa, atau
pemeriksaan).
2. hubungan tersebut disebabkan oleh bias, banyak jenis bias yang diketahui, yang
dikelompokkan dalam bias inklusi, bias Pengukuran dan bias perancu
3. hubungan sebab-akibat
hal-hal yang harus diperhatikan pada hubungan antara variabel adalah:
(1) peluang,
(2) bias,
(3) perancu
(4)hubungan kausal atau sebab-akibatSebelum dipastikan adanya hubungan.sebab-
akibat,harus ditelaah lebih dahulu apakah syarat-syarat yang mendukung hubungan
kausal dipenuhi, yakni: hubungan waktu,kekuatan hubungan,
konsistensi,koherensi,hubungan dosis,kesamaan dengan penelitian lain,dan biological
plausibility.
Bab 16 Pemilihan Uji Hipotesis

Uji hipotesis (sering disebut sebagai uji statistika) merupakan prosedur statistika
untuk menerjemahkan hasil penelitian pada sampel ke populasi yang diwakili oleh
sampel tersebut.Dengan uji hipotesis diperoleh hasil nilai p.

Uji hipotesis yang sering dipakai dalam studi klinis

-Analisis Univariat,Bivariat,dan Multivariat

Beberapa buku menyebut analisis univariat untuk deskripsi data seperti


rerata, median, mode, proporsi, dan seterusnya, sedangkan analisis bivariat digunakan
untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yakni 1 variabel bebas dan 1 variabel
tergantung. Namun lebih banyak pakar yang menyebut analisis univariat adalah
sinonim analisis bivariaf ia dapat disebut analisis univariat karena hanya melibatkan 1
uariabel bebas, dapat pula disebut analisi bivariat karena melibatkan 2variabel, yakni
1. variabel bebas dan 1 variabel tergantung. Kami sepakat dengan pendapat yang
terakhir, mengingat istilah analisis univariat untuk data deskriptif memberi kesan
suatu contradictioin terminis, karena istilah deskriptif pada umumnya bermakna tidak
analitik, berlawanan dengan analisis atau analitik.

Hal serupa juga pada istilah analisis multivariat. Sebagian ahli menyebut analisis
multivariat bila menyangkut lebih dari 1 variabel tergantung, sebagian besar memberi
makna analisis multivariat juga untuk analisis yang melibatkan lebih dari 1 variabel
bebas, meski hanya ada 1 variabel tergantung, seperti pada studi tentang faktor risiko.

Tabel l6-2. Jenis data dan variabel bebas, uji hipotesis yang sesuai (satu variabel
bebas, Analisis univariat)

Tabel 16-3. Metode statistika untuk lebih dari satu variabel bebas (analisis
multivariat)
Dibedakan 2 jenis uji t, yaitu uji t untuk kelompok independen dan untuk kelompok
berpasangan. Pada kelompok independen cara pemilihan subyek pada kelompok yang
satu tidak tergantung kepada karakteristik subyek kelompok lain.Pada kelompok yang
berpasangan , subyek yang sama diperiksa pra- dan pasca-intervensi (desain “before
and after”),atau pemilihan subyek kelompok yang satu dilakukan matching dengan
subyek kelompok lainnya.

Uji-t independen dan berpasangan adalah jenis uji parametrik, sehingga memerlukan
beberapa syarat, di antaranya:
1 distribusi nilai adalah normal atau hampir normal
2 varians pada kedua kelompok sama, yang disebut sebagai homoscedasticity
3 pengukuran variabel harus bersifat independen, artinya nilai satu subyek tidak
mempengaruhi nilai subyek lainnya.

Uji hipotesis yang paling sering digunakan dalam penelitian klinis adalah uji x. uji t,
analisis varians, korelasi dan regresi,serta uji multivariat (regresi multipel dan regresi
logistik).Korelasi merupakan suatu metode untuk mencari hubungan antara 2 variabel
numerik, misalnya antara tinggi dan berat badan anak, atau antara tinggi badan
dengan kapasitas vital paru sedangkan Regresi multipel dan regresi logistik
merupakan statistika lanjut yang banyak menggunakan asumsi. Misalnya, pernyataan
bahwa variabel bebas pada regresi multipel harus berskala numerik, dianggap dapat
dipenuhi ole dummy variabel, yakni variable yang mempunyai dua buah nilai
(misalnya lelaki diberi nilai 0, perempuan nilai 1). Program komputer akan memberi
nllai p untuk koefisien regresi, yang menunjukkan apakah koefisien tersebut
bermakna atau tidak. Pelbagai persyaratan diperlukan dalam teknik-teknik ini, yang
dapat dikaji dalam buku Afifi dan Clark (1986). Pada saat ini sudah ada program
komputer yang memungkinkan penghitungan regresi logistik dengan variabel
dependen nominal lebih dari 2 nilai (regresi logistik polikotom).
Bab 17 Perkiraan Besar Sampel

Salah satu aspek penting dalam pembuatan rancangan penelitian adalah menentukan
besar sampel yaitu menetapkan berapa subyek diperlukan untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian dengan tingkat kesalahan yang ditetapkan

Faktor faktor yang diperlukan dalam estimasi besar sampel


Di dalam setiap penelitian klinis, setelah terbebas dari berbagai jenis bias, terdapat
5data statistik yang saling memengaruhi, yaitu:
1. Perbedaan hasil klinis atau effect size (d)
2. Besarnya kesalahan tipe I (α) atau hasil positif semu
3. Power yang diperlukan (1-β); β = kesalahan tipe II, atau hasil negatif semu
4. Karakteristik data (simpang baku atau proporsi)
5. Besar sampel
Perubahan salah satu faktor tersebut akan memengaruhi 4 faktor lainnya.

1. Perbedaan Hasil Klinis


Besar sampel paling dipengaruhi oleh perkiraan perbedaan hasil klinis atau effect size
atau delta; makin kecil perbedaan hasil yang diinginkan, makin banyak subyek yang
dibutuhkan. Besar sampel berbanding terbalik dengan kuadrat perbedaan hasil klinis;
jadi perbedaan yang hanya berkurangS0% memerlukan subyek 4 kali lebih
banyak.Untuk studi klinis, perbedaan hasil sebesar 10-20% merupakan angka yang
rasional bagi peneliti untuk masih mempertanyakan efek obat dan menelitinya.
Angka-angka tersebut memang paling sering dipergunakan, khususnya untuk
pertanyaan penelitian utama.

2. Kesalahan Dalam Uji Hipotesis


Dalam uji hipotesis tidak dapat dihindarkan terjadinya 2 kesalahan, yang disebut
sebaagai kesalahan tipe I dan kesalahan tipe lI.Untuk pemahaman konsep ini perlu
diingat istilah hipotesis nol (Ho), yakni hipotesis yang menyatakan tidak ada
perbedaan.kesalahan tipe I (α) adalah besarnya peluang untuk menolak Ho pada
sampel, padahal dalam populasi Ho benar (positif semu)Kesalahan tipe II (β) adalah
besarnya peluang untuk tidak menemukan perbedaan yang bermakna dalam sampel,
padahal dalam populasi perbedaan itu ada, jadi β adalah besarnya peluang untuk tidak
menolak Ho yang sebenarnya harus ditolak (negatif semu).

Kedua tipe kesalahan ini saling memengaruhi. Padabesar sampel yang sama, upaya
untuk mengurangi β akan memperbesar α, sebaliknya usaha mengurangi α akan
memperbesar β. Nilai α dan β hanya dapat dikurangi bersama-sama dengan cara
menambah subyek; dengan kata lain kesalahan tipe I dan tipe II akan berkurang
dengan bertambahnya besar sampel.
3. Power Penelitian
Power suatu penelitian,analog dengan nilai sensitivitas pada uji diagnostik, adalah
kemampuan suafu penelitian untuk mendapatkan beda yang secara statistika
bermakna, bila dalam populasi tersebut ada.

Artinya power adalah kekuatan untuk menolak hipotesis nol pada data penelitian
apabila dalam populasi terdapat perbedaan hasil klinis. Nilai power adalah sebesar (1-
β), bila β= 20%, maka berarti power = 80 % , artinya penelitian itu mempunyai
peluang atau kekuatan sebesar 80% untuk mendeteksi perbedaan hasil klinis (dalam
sampel penelitian) apabila perbedaan tersebut dalam populasi memang ada.

4. Simpang Baku
simpang baku data variabel berskala numerik merupakan statistik yang tidak dapat
dimanipulasi sesuai dengan keinginan kita, oleh karena nilai ini ymrg diperkirakan
akan ditemukan dalam penelitian. Nilai simpang baku yang diperlukan untuk
digunakan dalam formula besar sampel dapat diperoleh dari penelitian terdahulu (baik
data sendiri ataupun dari pustaka), atau dari pengalaman atau studi pendahuluan. Nilai
simpang baku ini sangat memengaruhi besar sampel; makin besar simpang baku
(berarti variabilitas nilai numerik lebih besar), maka akan makin banyak jumlah
subyek yang diperlukan. Dalam penghitungary besar sampel berbanding lurus dengan
varians (yakni kuadrat simpang baku atau s2).

5. Frekuensi atau Proporsi


Dalam studi deskriptif, proporsi variabel yang diteliti diperkirakan dari pustaka.
Dalam studi perbandingan (misalnya uji klinis yang membandingkan proporsi
kesembuhan subyek pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan), proporsi
kesembuhan kelompok kontrol diperoleh dari pustaka, pengalaman, atau tudi
pendahuluan,sedangkan perbedaan proporsi kesembuhan ditentukan berdasar
judgment klinis. Makin kecil beda proporsi antara kedua kelompok, makin besar
sampel diperlukan. Lihat kembali uraian tentang perbedaan hasil klinis.

6. Interval Kepercayaan
Berikut diulas secara ringkas kaitan antara interval kepercayaan dengan besar sampel
dan parameter statistika lainnya. Lebar interval kepercayaan bergantung pada 3
faktor:
-Besar sampel
-Karakterstik data (simpang baku atau proporsi)
-Derajat interval kepercayaan yang diinginkan
Perlu dihindari kesalahan yang sering terjadi yakni memilih effect size dari pustaka
seharusnya adalah clinic judgment effect size berupa yang bermakna secara klinis

Perkiraan Besar Sampel


Berikut diuraikan estimasi berdasarkan rumus yang sering digunakan pada penelitian
klinis, dengan tandaI di belakang informasi yang diperlukan:
-(ditetapkan) berarti dipilih nilai yang dikehendaki oleh peneliti
-(dari pusataka) berarti nilai diambil dari pustaka pengalaman, atau studi pendahuluan
-(clinical judgment) berarti nilai yang secara klinis penting

Upaya untuk memperkecil besar sampel

1 Memilih variabel yang berskala numerik, bukan nominal atau ordinal, baik untuk
penelitian deskriptif mauPun analitik. Karena ketepatan pengukuran, maka besar
sampel untuk variabel numerik lebih kecil daripada untuk variabel dengan skala
nominal ataupun ordinal.
2 Melakukan matching individual. Pemilihan kontrol secara matching akan
memperkecil jumlah subyek yang diperlukan, meskipun juga akan menimbulkan
masalah tersendiri, yakni: (a) pemilihan subyek menjadi jauh lebih sulit; (b) tidak
dapat digunakan untuk uji klinis acak tersamar.
3 Melakukan pengukuran yang variabilitasnya kurang sehingga simpang bakunya
kecil.
4 Memilih efek yang lebih sering terjadi; misalnya alih-alih kematian sebagai efek
yang dibandingkary dapat dipilih variabel lain yang lebih sering terjadi, misalnya
renjatan atau gagal napas; ini disebut sebagai surrogate outcome
5 Penggunaan kelompok studi dan kelompok kontrol yang tidak sama besar mungkin
dapat menolong bila jumlah kasus sedikit namun mudah mencari kontrolnya.

Dalam estimasi besar sampel hal-hal berikut perlu diperhatikan:


1 Be parsimonious. Peneliti harus berhemat.Subyek penelitian yang amatbanyak akan
membawa konsekuensi logistik, tenaga, waktu dan etika.
2 Be creative. Peneliti harus kreatif. Bila desain yang dipilih ternyata tidak tersedia
rumus untuk estimasi besar sampel, ubahlah variabel penelitian sehingga mendekati
keadaan yang mempunyai rumus.
3 Be logic. Peneliti harus berpikir logis. Jangan terlalu banyak merumuskan
pertanyaan penelitian yang membawa akibat kesulitan menentukan besar sampel (di
samping konsekuensi lain yang serius)
4 Be realistic. Peneliti harus realistik. Bila pertanyaan penelitian temyata tidak
mungkin terjawab karena ketiadaan subyek yang memadai, maka ia harus siap
mengambil alternatif, misalnya mengubah pertanyaan penelitiary atau bahkan yang
terburuk meninggalkan topik penelitian tersebut.
5 Be stupid. Peneliti kadang harus berani bertingkah'bodoh'. Bila memang tidak
tersedia rumus yang sesuai dapat dipergunakan rule of thumb yang disarankan oleh
para ahli, yang biasanya mendasarkan sarannya pada pengalaman dalam
menggunakan teknik analisis tersebut.

Bab 18 Penerapan Etika Penelitian Kedokteran


Etika Penelitian Kedokteran
Pada tahun 1964, World Medical Association dalam sidangnya ke-18 mengeluarkan
satu rangkaian aturan untuk penelitian pada manusia, yang kini dikenal sebagai
Deklarasi Helsinki I. Rangkaian aturan tersebut merupakan panduan untuk dokter
yang melakukan penelitian klinis, baik yang bersifat terapeutik mauPun non-
terapeutik. Para editor jurnal kedokteran dihimbau untuk tidak memuat artikel
penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tanpa informed consent
kecuali
(1) apabila subyek tidak dapat memberi persetujuan misalnya bayi, anak, atart pasien
yang tidak sadar; untuk ini seyogianya keluarga diminta persetujuannya;
(2) bita penelitian semata-mata menggunakan rekam medis;
(3) bila bahan penelitian berupa jaringan yang telah diawetkan dan tidak dapat dilacak
subyeknya. Namun pada semua keadaan tersebut harus diyakini bahwa hasil
penelitian akanberdampak positif bagi pasien lain atau bagi masyarakat luas.

Penerapan Etika Penelitan Kedokteran


pada sidang ke-20 World Health Assembly di Tokyo tahun 1975 Deklarasi Helsinki I
di revisi, disebut sebagai Deklarasi Helsinki II karena dalam deklarasi Helsinki I, para
peneliti hanya diimbau untuk memperhatikan serta mematuhi peraturan-peraturan.
Jadi kebijaksanaan diserahkan pada peneliti sendiri, tidak ada keharusan adanya pihak
lain yang mengawasi sehingga pengertian para peneliti tentang perbedaan suatu
tindakan sebagai pengobatan atau penelitian kadang tidak jelas.Perubahan penting
dalam Deklarasi Helsinki II adalah terdapatnya peraturan yang mengharuskan
protokol penelitian pada manusia ditinjau lebih dahulu oleh suatu panitia untuk
'pertimbangan, tuntunan,dan komentar'. Juga harus dicantumkan pada protokol bahwa
telah dilakukan pertimbangan etika dan hasil penelitian tidak boleh dipublikasi jikalau
tidak ada ethical clearence. Dengan demikian maka mulailah dibentuk Panitia-panitia
Etika Kedokteran di semua lembaga yang menyelenggarakan penelitian.

Panitia Etika Penelitian Kedokteran


Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah lama terbentuk Panitia Etika
Penelitian Kedokteran. Panitia ini kendati untuk periode pertama semua anggotanya
adalah dokter, namun sebagian dinilai sedikit banyak mengetahui hukum dan agama.
Saat ini panitia etika di FKUI bernama Komite Etika Penelitian, yang anggota selain
para dokter yang berminat dalam etika kedokteran juga para pakar dalam bidang
hukum kedokteran, metodologi penelitian, ahli statistika kedokteran, serta satu orang
awam. Dengan demikian diharapkan telaah yang dilakukan terhadap usulan penelitian
dapat dilakukan lebih komprehensif, termasuk dalam aspek metodologi dan desain
penelitian yang direncanakan.
Keberadaan komite etika memang telah disepakati di hampir semua negara. Namun
bukan berarti bukan tidak ada masalah. Kalangan penelitiary termasuk para peneliti,
institusi penyeienggara penelitian, penyandang dana, serta perusahaan farmasi sering
menyuarakan nada yang tidak puas dengan cara kerja komite etika ini. Beberapa
pihak memandang cara kerja komite etika kurang transparan. Tidak jarang telaah
ilmiah (scientific review) yang dilakukan oleh komite etika dianggap berlebihan,
melampaui wewenangnya. Dipertanyakan pula tanggung jawab komite etika terhadap
pasien bila terjadi pelanggaran etika dalam pelaksanaan penelitian, seperti yang
pemah terjadi di Amerika Serikat dan Inggris.
Kometi etika penelitian seharusnya ada di setiap institusi yang banyak melakukan
penelitian dan keanggotaannya menyertakan rohaniwan dan orang awam.

Tujuan utama telaah etika adalah memberikan perlindunganya yang memadai kepada
subyej penelitian.Selain menelaah aspek etika murni,komite etika juga wajib
meninjau aspek ilmiah dan metodelogi.Hal ini didasari oleh pemahaman bahwa
penelitian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah juga auotomatis
tidak etis.Komunikasi yang memadai antara komite etika dengan peneliti dapat
menjembatani perbedaan presepsi yang mungkin ada.

Bab 19 Penulisan Laporan Penelitian


Penulisan laporan penelitian merupakan hal yang tak terpisahkan dalam rangkaian
proses penelitian, yakni sebagai laporan kepada pemberi dana, untuk diajukan sebagai
disertai atau tesis, atau untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Terdapat tiga kategori besar kepada siapa laporan penelitian ditujukan, yaitu
(1) untuk masyarakat akademik,
(2) untuk pihak sponsor penelitian, dan
(3) untuk masyarakat umum.

Ketiga target pembaca tersebut mengharuskan pembuat laporan untuk membedakan


cara penyajian hasil, baik dalam hal format, rincian maupun kedalamannya. Tulisan
dengan sasaran pembaca yang berbeda tersebut masing-masing harus mempunyai
karakteristik tersendiri.

Penulisan Hasil Penelitian untuk Masyarakat Akademik


Laporan hasil penelitian untuk masyarakat akademik dapat berupa salah satu atau
lebih dari hal-hal berikut:
1.Skripsi (untuk prasarjana), tesis (untuk program magister atau sejenis), dan disertasi
(untuk program Doktor)
2.Makalah untuk jurnal kedokteran
3.Monogram atau buku tersendiri

Pada penulisan skripsi,tesis atau disertasi, karena tujuannya


mempertanggungjawabkan penelitian kepada tim penguji yang ditetapkan institut atau
universitas, maka target pembaca yang utama adalah tim penguji tersebut. Karena itu
format laporan dan berbagai segi lainnya harus disesuaikan dengan aturan yang
berlaku di institusi setempat, yang dapat sangatberbeda antara satu institusi dengan
yang lain. Pada umumnya format untuk tesis atau disertasi lebih rinci, lebih tebal,
seringkali dapat menjawab lebih banyak pertanyaan penelitian dan pembahasannya
lebih mendalam dan melebar dibandingkan format untuk jurnal.Bila hasil penelitian
akan dipublikasi di jurnal ilmiah, masalah yang dibahas hendaklah dibatasi, jangan
terlampau luas. Rincian prosedur perlu diuraikan rinci, namun dalam bentuk
seringkasringkasnya.

2 Penulisan Laporan untuk Sponsor Penelitian


Biasanya sponsor menginginkan hasil yang dapat dijadikan landasan untuk berbagai
aktivitas atau program, sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pembicaraan
pendahuluan dengan pihak sponsor perlu dilakukan sejak sebelum penelitian dimulai,
sehingga hasil yang diharapkan dapat dipenuhi seoptimal mungkin. Berbeda dengan
penulisan untuk masyarakat akademik, dalam laporan untuk pihak sponsor penelit'ian,
aspek administratif dan pertanggungjawaban keuangan dan fasilitas yang digunakan
menduduki tempat yang sangat penting.

3 Penulisan Hasil Penelitian untuk Masyarakat Umum


Hasil akhir penelitian adalah laporan ilmiah untuk memperkaya khazanah, yang
bermuara pada pemanfaan hasil penelitian untuk kesejahteraan manusia. Oleh karena
itu sebagian hasil penelitian yang dirasakan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
dapat dipublikasi dalam berbagai media umum, baik sebagai artikel dalam surat
kabar, majalah, atau buku.

Bentuk Umum Laporan Ilmiah

dalam laporan hasil penelitian dituliskan hal yang telah dilakukan. Pembahasanyang
rinci dapat dibaca pada berbagai monogram, misalnya monogram Sastroasmoro
(2008). Meski terdapat perbedaan format antara jurnal ilmiah kedokteran yang satu
dengan yang lain, pada umumnya komponen-komponen laporan penelitian untuk
jurnal (disebut sebagai artikel asli atau original article) mencakup hal-hal berikut:
o Judul penelitian
o Nama pengarang serta institusi
o Abstrak dan kata kunci
o Isi laporan: Pendahuluan, Metode, Hasil, dan Diskusi
o Ucapan terima kasih
o Daftar pustaka
o Conflict of interest, Peran penulis, Lampiran

1 Judul Laporan Penelitian


Judul laporan penelitian harus jelas, lugas, mewakili isi penelitian, dan tidak
mengandung singkatan kecuali yang baku sehingga dapat menarik minat pembaca
untuk membaca seluruh karangan.

2 Nama Pengarang dan Institusi


Nama pengarang dan institusi tempat peneliti melaksanakan penelitian seringkali
dipakai sebagai jaminan mutu isi laporan penelitian. International Committe of
Meilical lournal Editors (ICMIE) dalam Uniform Requirements for Submitting
Manuscripts of Biomedical Journals memberi batasan Sebagai berikut.Yang dapat
dimasukkan sebagai Pengarang laporan penelitian adalah mereka yang memenuhi
kriteria:
-memberikan kontribusi substantif dalam konsepsi desain atau pengumpulan data,
atau analisis dan interpretasi data;
-membuat draft manuskrip atau melakukan revisi secara kritis muatan ilmiahnya;
-memberi persetujuan final makalah yang akan diterbitkan.
Setiap penulis harus memenuhi ketiga kriteria tersebut

3 Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak merupakan bentuk mini karangan, dan harus mencakup komponen-komponen
yang tersusun sebagai IMRAD (lntroduction, Methods, Results,and Discussion).
Abstrak biasanya tidak lebih dari 200-250 kata, dan untuk laporan pendek diperas
menjadi 150 kata.Abstrak harus mencakup komponen komponen berikut:

Introduction :Alasan utama penelitian dilakukan


Methods :Bagaimana penelitian dilakukan
Results :Hasil utama yang diperoleh
Discussion :Simpulan utama penelitian
Saat ini dikenal 2 jenis abstrak,yakni abstrak satu-paragraf yaitu dituliskan secara
naratif alasan penelitian dilakukan,apa yang dikerjakan,hasil yang diperoleh,dan
simpulan utama penelitian,yang dituliskan dengan sekuens yang logis dan dengan
kalimat pengantar yang lancar dan yang kedua jenis abstrak terstruktur yang isi
abstraknya dituliskan dibawah subjudul seperti background,setting,methods,main
results,consclusion.Sebagian besar jurnal ilmiah kedokteran saat ini menggunakan
abstrak terstruktur karena menggunakan subjudul,mempermudah pembaca
memahami.Kekurangan dari abstrak ini yaitu lebih sulit membatasi jumlah kata,oleh
karena itu tidak jarang batasan paling banyak 250 kata dilanggar.

4 Pendahuluan
Pendahuluan hendaklah ditulis secara ringkas namun jelas, biasanya terdiri atas
2paragraf atau 1 paragraf dengan 2 bagian. Isi bagian ini adalah alasan atau
pembenaran mengaPa penelitian perlu dilakukan, dan hipotesis atau pertanyaan
Penelitian yang akan dijawab beserta desain yang dipakai.Pendahuluan harus
didukung oleh rujukan yang kuat, namun uraian yang rinci tidak dibenarkan, sehingga
seluruhnya tidak lebih dari satu halaman. Hal-hal penting dari pustaka yang harus
dikemukakan dapat ditulis dalam bab pembahasan, tidak dalam Pendahuluan.
5 Metode
Metode tidak jarang merupakan bagian yang terpanjang dalam laporan jurnal, kadang
juga ditulis dengan ukuran huruf yang lebih kecil ketimbang ukuran huruf pada badan
laporan. Persyaratan yang tampaknya sederhana ini (menulis Metode dengan lengkap
dan rinci) dalam praktik mungkin tidak terpenuhi, apabila penulis tidak berhati-hati
melakukannya.ebagian jurnal masih menggunakan istilah Materials and Methods atau
Bahan dan Cara Kerja. Hal ini dianggap kurang manusiawi, kecuali bila hat yang
diteliti adalah bahan kimia, alat, atau mesin. Oleh karena penelitian klinis memakai
manusia sebagai subyek, maka dianjurkan untuk menggunakan istilah Subjects and
Methods (Subyek dan Cara Kerja), Patients and Methods (Pasien dan Cara Kerja) atau
cukup Methods (Cara Keria) saja. Pada umumnya Cara Kerja mencakup uraian
sebagai berikut:
o Desain penelitian
o Tempat dan waktu penelitian
o Sumber data: primer atau sekunder
o Populasi target dan terjangkau, sampel, cara pemilihan sampel (sampling method),
besar sampel
o Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
o Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
o Teknik pengukuran (pemeriksaan), termasuk pemeriksa, apakah pengukuran
dilakukan tersamar, apakah dilakukan penilaian kesahihan dan keandalan
pengukuran, apakah sebelumnya telah diuji.
o Analisis yang dilakukan (uji hipotesis, batas kemaknaan, power statistika, interval
kepercayaan).

6 Hasil

A.Teknik penulisan
Hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian, namun tidak jarang
merupakan bagian yang paling pendek biasanya disajikan dalam bentuk narasi yang
diperjelas dengan tabel atau gambar.Hal hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Dalam Hasil tidak perlu diberi ulasan atau komentar, kecuali untuk makalah
pendek yang menggabungkan bagian hasil dan pembahasan dengan judul Hasil dan
Pembahasan.
2. Perlu ditekankan untuk tidak mengulang dalam nas hal-hal yang telah disajikan
dalam tabel atau gambar, kbcuali menyebut sebagian untuk memberi garis bawah atau
penekanary misalnya yang paling mencolok, kontroversial, dan lain-lain.

B. Bagian deskriptif
Meski yang dilaporkan merupakan penelitian analitik, namun laporan tentang hasil
penelitian selalu didahului dengan penyajian deskriptif tentang pasien yang diteliti.
Karena itu Tabel 1 pada makalah biasanya berisi deskripsi pasien serta
karakteristiknya. Variabel yang diteliti dijelaskan paling rinci. Deskripsi data klinis
biasanya mencakup jenis kelamin, umur, variabel lainnya yang relevan. Rincian dapat
diperjelas dengan tabel, graflk, ataupun gambar.

C. Bagian analitik
Bagian analitik hasil juga harus dikemukakan dengan sekuens yang logis. Analisis
yang bersifat lebih umum dikemukakan lebih dahulu, disusul dengan analisis yang
lebih rinci.

D. Cara penulisan bilangan


Penulisan bilangan perlu diperhatikan mengingat hasil penelitian tersebut dinyatakan
dalam bilangan. Beberaph patokan yang lazim adalah sebagai berikut:
o Bilangan yang terdiri atas satu digit (angka9 atau kurang) yang tidak diikuti oleh
satuan dapat ditulis dengan huruf'
Efek samping ruam kulit ditemukan pada tujuh pasien
o Bilangan satu digit yang diikuti dengan unit ditulis dengan angka.
Rerata kadar hemoglobin adalah 6 gldL.
o Bilangan yang terdiri atas dua digit atau lebih ditulis dengan angka.
Penelitian ini melibatkan 64 pasien meningitis bakterial.
o Bilangan pada awal kalimat tidak ditulis dengan angka, melainkan dengan huruf.
Tujuh persen penduduk berpenghasilan kurang dari 400 dolar per kapita per tahun.

E. Statistika
1) Ketepatan Numerik
2) Nilai P
3) Penulisan SD (Standard Deviation) dan SE (Standar Error)
4) Penulisan interval kepercayaan (confidence intervals)
5) Tabel
Teknik penulisan tabel
o Judul tabel dapat ditulis dengan huruf kecil, atau seluruhnya huruf besar bergantung
kepada gaya selingkung jurnal
o judul tabel tidak diakhiri dengan titik
oHilangkan garis vertikal dan garis horisontal-dalam (aertical and inner horizontal
lines). Lihat Contoh.
o Catatan-kaki dituliskan segera di bawah tabel, dengan tanda seperlunya. Bila
terdapat singkatan dalam tabel, maka kepanjangan singkatan harus disertakan dalam
catatan kaki.

Ilustrasi
Pada umumnya editor menghendaki agar ilustrasi yang dikirim sudah digambar secara
profesional dan siap untuk dicetak; sungguh tidak layak unfuk'menyuruh' atau
mengharapkan editor menggambar ulang. Cropping, tanda-tanda, };ruruf, singkatan,
dan legenda harus diperhatikan dengan cermat. Jangan sampai terdapat
ketidaksesuaian data atau pengertian antara apa yang tertulis dalam nas dengan
yangada di gambar, sehingga ilustrasi yang seharusnya memperjelas makalah bahkan
membuat pembaca menjadi bingung. Legenda gambar harus ringkas namun
informatif.

7 Diskusi

Dalam makalah hasil penelitian untuk dipublikasi di jumal, Diskusi biasanya


mencakup pula simpulan penelitian dan saran. Dalam bagian ini peneliti
mengemukakan atau menganalisis makna penemuan penelitian yang telah dinyatakan
dalam Hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian. Ini dilakukan
dengan:
(1) membandingkan hasil dengan pengetahuan saat ini, yakni dengan membandingkan
dengan hasil penelitian sebelumnya apakah memperkuaf membantah, atau memang
sama sekali baru, dan
(2) untuk penelitian klinis dihubungkan dengan praktik klinis

Dalam Diskusi perlu dikemukakan keterbatasan penelitian, baik dalam desain maupun
dalam eksekusinya.Diskusi hendaknya penulis secara wajar menunjukkan makna hasil
penelitiannya, dalam penelitian klinis harus dikaitkan dengan manfaat dalam praktik.
Perlu dihiridarkan penggunaan kalimat-kalimat yang menunjukkan seolah penemuan
penelitian sangat luar biasa dengan berulang-ulang.

Kesalahan-kesalahan berikut seringkali ditemukan dalam Diskusi:

1. Diskusi terlalu banyak mengulang-ulang apa yang telah dikemukakan dalam


Hasil.
2. Tidak dilakukan pembahasan yang adekuat terhadap apa yang ditemukan pada
Hasil.
3. Simpulan tidak mengacu pada pertanyaan penelitian.
4. Simpulan tidak didukung oleh data.
5. Penulis menyimpulkan sesuatu yang tidak dipertanyakan dalam Pendahuluan,
atau dengan kata lain menyimpulkan sesuatu yang tidak dirancang sebelumnya.

8 Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih perlu diberikan kepada orang atau institusi yang telah memberi
bantuan atau nasihat substansial kepada peneliti.Kalimat penghargaan harus dibuat
secara wajar, tidak berlebihan.

9 Conflict Of Interest
Akhir-akhir ini makin banyak jurnal yang mensyaratkan adanya pernyataan conflict'of
interest baik secara individual (penulis artikel) maupun institusional (institusi afiliasi
para peneliti)Bila para peneliti yakin tidak memiliki conflict of interest, dapat
dituliskan tidak ada.

10 Peran Tiap Penulis


11 Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan cermat, sesuai dengan sistem yang dianut;
untuk ini lihatlah sistem yang digunakan oleh jurnal yang kita tuju. Pada saat ini
sistem penulisan daftar pustaka yang paling banyak dianut adalah sistem Vancouver.

12 Lampiran
Penyertaan lampiran jarang diperlukan dalam jurnal. Bila diperlukan (dan
diperkenankan oleh editor), rumus statistika, tabel prosedur, dan lain-lain yang
relevan dapat disertakan. Daftar nama subyek penelitian, baik inisial maupun nomor
rekam medis tidak boleh dipublikasikan.

Antara Judul, Pendahuluan, Metode, Hasil, Diskusi harus memperlihatkan


kesinambungan yang jelas dan logis. Berikut ini adalah beberapa contoh buruk akibat
kurang cermatnya penulisan:
o Dalam Metode disebutkan desain deskriptif, namun dalam Hasil dilakukan uji
hipotesis, kadang sangat banyak
o Dilakukan banyak uji hipotesis yang tidak direncanakan yang sering disebut sebagai
fishing expedition atau data dredging
o Kadang data yang sudah susah payah dikumpulkan tidak dikemas dengan memadai,
sehingga data tersebut tinggal sebagai data.

Bab 20 Penulisan Rujukan


Daftar rujukan harus selalu disertakan dalam setiap makalah ilmiah.Sumber informasi
atau rujukan dapat berupa makalah ilmiah dalam majalah ilmiah, buku (baik secara
keseluruhan ataupun hanya sebagian atau bab dari buku tersebut), laporan atau
dokumen resmi dari suatu instansi pemerintah (misalnya Departemen Kesehatan,
BKKBN) atau dari suatu badan internasional (WHO, INOCEF). Laporan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan akan tetapi didokumentasi di perpustakaan
instansi yang bersangkutan kadang-kadang dapat pula dijadikan sumber informasi.

Rujukan yang dicantumkan harus yang relevan dan yang benarbenar penting saja.
Penulisan rujukan juga jangan dengan cara menyalin atau clipping seluruh paragraf,
melainkan harus dirangkum dalam suatu kalimat dengan kata-kata sendiri, kecuali
apabila hal tersebut memang tidak dapat diartikan lain misalnya kalimat-kalimat
dalam Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara, suatu
pernyataan dari pakar, pejabat atau instansi resmi, dan lain sebagainya

Rujukan untuk makalah ilmiah sebaiknya dari publikasi resmi, dari majalah-majalah
ilmiah dan buku-buku ilmiah jangan berasal dari majalah popular, surat kabar, poster,
pamflef dan sebagainya. Dianjurkan agar rujukan cukup mutakhir, misalnya yang
dipublikasi dalam kurun waktu 5-7 tahun terakhir. Namun demikian tidak berarti
bahwa rujukan yang ditulis sebelum 5 tahun tidak boleh dilakukan. Sumber yang
sangat lama mungkin masih diperlukan terutama untuk penyakit-penyakit kronik.

Bagian-Bagian dalam Penulisan Rujukan

rujukan yang lengkap minimal harus terdiri dari 3 unsur ialah nama atau nama-nama
penulis, judul tulisan, dan informasi penerbitan. Nama penulis suatu makalah atau
sumber informasi tidak selalu berupa nama orang melainkan dapat pula merupakan
nama instansi, organisasi, atau badan internasional, misalnya Departemen Kesehatan,
BKKBN,LIPI, WHO, UNICEF, USAID, FAO, dan sebagainya. Penulisan nama
penulis ini mempunyai aturan sendiri. Nama penulis harus ditulis mulai dengan nama
keluarga atau yang disamakan dengan nama keluarga misalnya nama tua (pada orang
Jawa), nama marga (orang Tapanuli), nama suami, dan sebagainya. Di bawah ini
diberikan contoh penulisan beberapa nama tertentu:
Nama Jawa : Sudjono Djuned Pusponegoro ditulis Pusponegoro SD
Aryatmo Tjokronegoro ditulis Tjokronegoro A
Nama marga : Andi Hakim Nasution ditulis Nasution AH
Lebrien Agustin Tamaela ditulis Tamaela LA
Nama suami : Aswitha Damayanti Budiarso ditulis Budiarso AD

Judul makalah, mencakup judul dan subjudul di dalam suatu majalah, buku atau
bagian atau bab dari suatu buku, ditulis selengkapnya yang mencakup nama majalah,
volume, halaman pertama dan terakhir, dan tahun penerbitan. Apabila kutipan berasal
dari buku harus ditulis nama buku, penulis, edisi (kecuali yang pertama), halaman
pertama dan terakhir, penerbit, kota tempat penerbitan, serta tahun penerbitan.
Penulisan singkatan nama majalah dan penerbit harus ditulis menurut aturan yang
telah dibakukan (Index Medikus atau Internasional List of Publication, UNESCO
Paris 1970).
Contoh yang benar
Cooke RE. The pathophysiology of body fluids. In: Nelson's texbook of Pediatrics.
13th ed. Philadephia/Sydney: WB Saunders; 1-990. p. 567-99.

Cara Penulisan Rujukan


Cara penulisan rujukan ada beberapa macam, yakni:
1. Sistem nomor
2. Sistem nama-dan-tahun (Havard)
3. Sistem kombinasi alfabet dan nomor
4. Sistem Vancouver

1. Sistem nomor
Pada sistem nomor ini setiap rujukan diberi bernomor sesuai dengan urutan
penunjukannya di dalam makalah, yang diletakkan di antara tanda kurung, baik di
belakang nama penulis, akhir pernyataan atau akhir kalimat. Untuk penunjukan lebih
dari satu gunakan nomor-nomor yang bersangkutan, yang dipisahkan dengan koma.

2. Sistem nama dan tahun


Pada sistem ini daftar rujukan disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis
(dengan nama keluarga di depan). Penunjukannya dalam makalah dengan
mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang nama penulis atau
mencantumkan nama keluarga penulis dan tahun di dalam tanda kurung dengan tanda
koma di antaranya. Bila nama penulis lebih dari satu orang, di belakang tahun
dibubuhkan tanda titik koma sebelum penulis berikutnya.

Abnormalities of the male tract have only recently been defined in autopsy material
(Kapten et al., 1968; Oppenheimer and Esterly, 1959).

3. Sistem kombinasi alfabet dan nomor


cara ini penunjukan di dalam makalah diberi bernomor seperti pada butir 2 dan pada
daftar rujukan nama penulis disusun secara alfabetik. Penulisan daftar publikasi dalam
daftar rujukan disusun menurut alfabet nama penulis. Di antara nama keluarga dan
nama diri diberikan tanda koma, antara nama-nama penulis diberi tanda titik koma,
dan pada akhir nama penulis diberikan tanda titik dua, kemudian diikuti dengan judul
makalah lengkapnya. Di belakang judul makalah ditulis nama majalahyang disingkat
menurut aturan yang baku, kemudian diberi tanda titik. Di belakang nama majalah
ditulis volume rnajalah kemudian titik dua, halaman pertama sampai terakhir,
akhirnya ditulis tahun penerbitan yang ditulis dalam tanda kurung.

4. Sistem Vancouver
Cara ini disepakati oleh para editor majalah ilmiahberbahasa Inggris yang terkenal
dalam pertemuan di Vancouver, British Columbia, USA, Januari 1978. Tujuannya
menyeragamkan atau membakukan tata cara penulisan makalah ilmiah di seluruh
dunia. Cara ini telah mengalami revisi beberapa kali, dan yang terakhir adalah revisi
bulan Oktober 2010, yang diterbitkan oleh International Committee of Medical
Journal Editors dengan judul "Uniform requirements for manuscript submitted to
biomeidical journal" . Di bawah ini diberikan beberapa contoh penulisan dengan
menggunakan cara Vancouver tersebut.
Majalah
untuk makalah dengan jumlah pengarang kurang atau sama dengan 6 orang, nama
pengarang ditulis semuanya.

Abudu N, MillerJJ, Attaelmannan M, Levinson SS. Vitamins in human


arteriosclerosis with emphasis on vitamin C and vitamin E. Clin Chim Acta.
2004;339:l1-25.

Bila jumlah pengarang lebih dari 6 orang, nama-nama pengarang hanya ditulis 6
orang, sedang sisanya ditulis dengan dkk. atau et al.

Colditz GA, Brewer TF, Berkey CS, Wilson ME, Burdick E, Fineberg HV, et al.
Efficacy of BCG vaccine in the prevention of tuberculosis. Meta analysis or the
published literature. JAMA. 199 4;271:698-7 02.

Akhir-akhir ini makin banyak jumal ilmiah yang menggunakan sistem Vancouver
dalam penulisan rujukannya. Program s3 Fakultas Kedokteran UI, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI serta Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menetapkan
penggunaan sistem Vancouver. Keuntungan sistem ini adalah cara penulisannya
menjadi lebih ringkas, karena:
-nama penulis dan tahun tulisan tidak disertakan dalam nas (teks), kecuali yang
dianggap amat penting
-penggunaan titik di belakang inisial nama penulis, titikkoma di belakang titik setelah
pengarang terakhir, titik dua setelah semua nama pengarang, titik setelah singkatan
nama jumal ditiadakan
-pembaca lebih mudah menelusur sumber rujukan dari kutipan dalam nas

Kekurangannya adalah penulis harus mencocokkan kembali nomor dan urutannya


apabila ia menyisipkan rujukan baru dalam proses penulisan makalahnya.

Bab 21 Kesalahan Metodelogis dalam Penelitian Kedokteran


Berikut diajukan contoh-contoh kesalahan metodologis dan statistika yang merupakan
ilustrasi hipotetis, agar dapat dibuat sederhana dan tidak merujuk pada artikel tertentu.

1) Uji x2 untuk Data Berpasangan


penggunaan uji statistika untuk data independen padahal datanya adalahberpasangan
merupakan'kerugran' bagi peneliti karena lebih sulit memperoleh nilai p yang kecil.
2) Uji-T Independen dan Uji-T Berpasangan
3) Uji-T dan Analisis Varians
Uji-t, baik yang dependen maupun yang independery hanya sahih untuk digunakan
dalam pengujian perbedaan rerata antara dua kelompok. Bila jumlah kelompok lebih
dari dua maka uji hipotesis yang sesuai adalah anova (analisis varians), dengan cara
sekaligus membandingkan rerata antara semua kelompok. Bila anova tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, maka pengujian selanjukrya tidak
diperlukan.
4) Kemaknaan Klinis dan Kemaknaan Statistika
5) Korelasi Antar 2 Pengukuran Variabel Yang Sama
Koefisien kolerasi (Pearson) digunakan untuk menunjukkan hubungan antara 2
variabel berskala numerik (misalnya hubungan antara kadar Hb dan feritin, atau
antara berat dan tinggi badan), dan tidak digunakan unfuk menyatakan kesesuaian
antara 2 cara pengukuran terhadap satu variabel numerik.
6) Uji Klinis Negatif
7) Hipitesis A Priori Vs Hipotesis Post Hoc
Dipandang dari sudut hipotesis, penelitian dalam ilmu alamiah dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni hypotesis testing research (penelitian untuk menguji suatu
hipotesis),
dan hypotesis generating researcft (penelitian untuk membangun hipotesis). Pada jenis
pertama, hipotesis harus dikemukakan sebelum studi dimulai (a priori) atas dasar
pustaka dan penalaran logis ilmiah; dan pengumpulan data dimaksudkan untuk
menguji hipotesis itu secara empiris. Pada jenis kedua, termasuk survai, penelitian
deskriptif atau data sekunder seperti rekam medig pengumpulan data merupakan
upaya untuk menyrsun hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan berdasar set data tertentu
tidak boleh diuji dengan data tersebuf karena terjadi rasionalisasi sirkulaq, yang tidak
reprodusibel. Hipotesis yang dibangun berdasar data tertentu harus diuji dengan set
data yang lain.
8) Hipotesis Bivariat Multipel
Ini adalah contoh hipotesis multipel, yakni uji yang dilakukan berulang kali pada 1 set
data. Bila ditetapkan batas kemaknaan untuk satu hipotesis (α), secara matematis
dapat dibuktikan bahwa dengan bertambahnya uji hipotbsis, makin besar nilai α
(kesalahan tipe I), atau kesalahan untuk menyatakan ada hubungan padahal
sebenarnya tidak ada. Apabila untuk satu hipotesis diteiapkin batas kemaknaan
sebesar α, maka untuk n hipotesis nilai α bertambah besar, sehingga peluang untuk
memperoleh hasil yang bermakna semata-mata karena peluang makin besar
9) Uji Diagnostik dengan Pengamatan Tidak Independen
Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam uji diagnostik adalah pengamatan harus
dilakukan secara independen (pengamatan yang diuji tidak bergantung kepada
pengamatan baku emas). Bila ini tidak dipenuhi, maka pengertiannya menjadi
sirkular.
10) Pengujian Variabel Numerik Berulang Menurut Waktu
Semangat tinggi peneliti ini tidak diimbangi dengan pemahaman metodologi dan
statistika yang cukup. Pengukuran berulang terhadap nilai numerik subyek menurut
perjalanan waktu dan membandingkan berulang nilai reratanya di antara 2 kelompok
adalah keliru. Tindakan ini menyalahi salah satu syarat uji numerik, yakni bahwa
pengukuran harus dilakukan kepada kelompok subyek yang independen. Istilah
independen di sini bukan berarti bahwa kedua kelompok dipilih tidak dengan
matching, tetapi berarti nilai pengukuran subyek pada satu kelompok tidak
bergantung pada nilai subyek kelompok lainnya
11) Masalah Pada Convenience Samplin
12) Interpretasi Keliru Tentang Nilai R

Untuk menghindari kesalahan tersebut peneliti harus berkonsultasi dengan ahli


metodelogi / statistika yang harus dimulai sejak perencanaan penelitian.Dalam jurnal
ilmiah sering ditemukan kesalahan sebagian besar berupa kesalahan minor namun
sebagian lainnya merupakan kesalahan metodelogis yang berdampak langsung
terhadap hasil penelitian.Kesalahan metodelogis yang terjadi dapat dalam
desain,dalam pelaksanaan,dalam analisis hasil,maupun dalam menarik simpulan.
Bab 22 Telaah Kritis Makalah Kedokteran (1)

bab ini membahas tentang sistematika penilaian makalah penelitian dalam jurnal
ilmiah. Kendatipun yang terutama dibahas adalah isi makalah khususnya dalam
penilaian hubungan sebab-akibat namun pembicaraan akan diawali dengan penilaian
teknis penulisan. Hal ini dianggap perlu, terutama bagi peneliti pemula yang
bermaksud mengirimkan makalahnya ke jurnal kedokteran, sebagai semacam check-
Iist.Dalam check list berikut (Tabel 22-1') secara berurutan dirinci hal-hal yang
diperlukan dalam makalah kedokteran, mulai dari judul, pengarang dan institusi,
abstrak, isi laporan yang terdiri dari pendahuluan, cara kerja, hasil, diskusi, serta
ucapan terima kasih dan daftar pustaka. Pada makalah yang baik semua butir harus
dijawab dengan YA, kecuali bila tidak relevan dengan penelitian (misalnya
disebutkan apakah dilakukan randomisasi, padahal studi yang ditelaah bukan uji
klinis).

Pembahasan Umum Telaah Kritis

Langkah yang pertama adalah menelaah deskripsi umum laporan penelitian. Langkah
berikutnya adalah melakukan telaah tentang validitas interna penelitiary hubungan
sebab-akibat, dan diakhiri dengan telaah validitas eksterna, yakni generalisasi hasil
studi terhadap populasi terjangkau dan kemudian ke populasi target yang lebih luas.
Bentuk umum panduan telaah kritis dapat dilihat pada Tabel 22-2.

A. Deskripsi Umum
1. Jenis desain yang digunakan
Hal pertama dalam telaah kritis adalah mengidentifikasi desain penelitian yang
digunakan, apakah studi cross-sectional, kasus kontrol, kohort, uji klinis, atau desain
khusus (uji diagnostik, analisis kesintasan, meta-analisis). Dalam makalah yang baik
jenis desain ini ditulis secara eksplisit pada akhir Pendahuluan atau pada bagian
Metode. Bahkan penyertaan jenis desain dalam judul sepanjang memadai, juga
dianjurkan. Tidak jarang satu laporan penelitian mengandung lebih dari satu jenis
desain; bila demikian halnya maka harus diidentifikasi tiap desain yang ada.

2. Manakah populasi target,populasi terjangkau,sampel


Populasi target adalah populasi yang dimaksudkan untuk penerapan hasil penelitian
yang dibatasi oleh karakteristik klinis dan demografis, misalnya manula dengan
obesitas. Kemudian harus diidentifikasi populasi sumber atau populasi terjangkau
penelitian, yakni bagian

3. Bagaimana cara pemilihan sampel


Subyek yang dipilih untuk diteliti sangat penting diuraikan secara eksplisit, karena
justru data dari subyek itulah yang dikumpulkan, untuk diolah dan dianalisis.kriteria
pemilihan subyek dibagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.Karakteristik subyek
penelitian memberitahukan kepada kita apakah hasilnya nanti yang diperoleh dapat
diterapkan pada pasien kita.

4. Manakah variabel bebas


Variabel bebas (independeru kausa, risiko) merupakan variabel yang berubah dan
diduga memengaruhi nilai variabel tergantung. Pada studi prevalens, kohort, dan
kasus-kontrol variabel bebas biasanya merupakan faktor risiko yang diteliti yang
berskala nominal dikotom. Pada uji klinis variabel bebas juga biasanya berupa
variabel nominal, misalnya pemberian obat eksperimental atau obat standar / plasebo.

5. Manakah variabel tergantung


Variabel tergantung (dependen, efek, hasil, outcome) merupakan variabel yang
nilainya akan berubah dengan perubahan variabel bebas. Variabel tergantung dapat
mempunyai skala numerik, ordinal, atau nominal; skala variabel ini akan sangat
menentukan jenis analisis yang dilakukan.

6. Apakah hasil utama penelitian


Variabel bebas dan hasil utama penelitian yang menunjuk hubungan antara variabel
bebas dan variabel tergantung perlu diidentifikasi; variabel-variabel tersebut
kemudian merupakan pokok pembahasan dalam bagian-bagian berikutnya

B Validitas Interna.

1. Apakah observasi dipengaruhi bias


Semua studi terancam oleh terdapatnya bias. Pelbagai jenis bias telah diidentifikasi,
yang dapat digolongkan menjadi bias yang terjadi pada proses seleksi subyek, dan
bias yang terjadi pada pengukuran atau observasi. Bias akibat perancu telah dibahas
tersendiri (lihat Bab 15).

Bias yang berhubungan dengan seleksi subyek

A) Bias prevalens atau insiden ( Neyman’s Bias)


Bias jenis ini terjadi apabila subyek penelitian mencakup pasien dengan penyakit
dengan kematian tinggi pada fase awal dan angka kematiannya menurun dengan
perjalanan waktu. Hal yang sama juga terjadi bila pasien yang pada waktu terjadi
penyakit atau kelainanfaktor risikonya tidak dapat atau sulit dideteksi.

B) Admission rate bias (Berkson's fallacy). Bias Berkson biasanya terjadi pada studi
yang menggunakan subyek yang dirawat di rumah sakit (terutama studi kasus-
kontrol). Bila indikasi rawat untuk kasus (subyek dengan efek) berbeda dengan
kontrol (subyek tanpa efek yang diteliti), hal ini memengaruhi kesetaraan antara kasus
dan kontrol yang dipilih.

C) Bias non-respons atau bias relawan. Bias ini terjadi bila subyek yang terpilih
sebagai sampel menolak untuk ikut dalam penelitiaN atau sebaliknya, bila studi
memperbolehkan relawan.

D) Membership bias.Bias ini terjadi bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih
hal yang berhubungan dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.

E) Procedure selection bias.Bias ini terjadi apabila pemilihan subyek berdasarkan


pada karakteristik tertentu yang membuat kedua kelompok menjadi tidak seimbang

Bias Pengukuran
A) Bias prosedur. Bias ini terjadi bila pengukuraN prosedur, terapi, dan lain-lain
dilakukan pada kelompok yang dibandingkan tidak sama.

B) Recall bias, Bias ini sangat terkenal, dan harus dipertimbangkan. Bias ini terutama
terjadi pada studi kasus-kontrol.

C) Bias akibat pengukuran yang kurang sensitif (insensitive measurement bias).


Apabila alat ukur yang digunakan untuk menentukan ada atau tidak adanya efek
kurang sensitif, maka lebih sedikit subyek yang digolongkan sebagai menderita efek.
Ini amat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.

D) Bias deteksi(detection bias). Berlawanan denganbias di atas, pada bias deteksi


terjadi perubahan kemampuan suatu alat ukur untuk mendeteksi penyakit.

E) Bias ketaatan (compliance bias). Bias ini terjadi karena ketaatan mengikuti
prosedur yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

2. Apakah observasi dipengaruhi oleh peluang


Bila bias maupun perancu dapat disingkirkan maka kemungkinan bahwa hasil tersebut
disebabkan peluang bila hipotesis nol benar dapat dilihat pada besarnya nilai p. Kita
juga dapat memperoleh kesan yang sama dari lebar interval kepercayaan berbagai
statistik yang banyak dianjurkan untuk disertakan dalam hasil.

3. Apakah observasi dipengaruhi oleh perancu


Perancu menjadi kurang berperan pada uji klinis bila dilakukan randomisasi dan
dengan jumlah subyek cukup banyak dan pada studi observasional yang pemilihan
subyeknya dilakukan dengan matching indiaidual. Sebaliknya kemungkinan terdapat
perancu perlu diwaspadai pada setiap studi observasional tanpa matching.

C Telaah Hubungan Kasual


Permasalahan ini telah dibahas dibahas di bab 15

D. Validitas Eksterna

1. Apakah hasil dapat diterapkan pada sampel terpilih


Dari uraian pada hasil (juga dalam diskusi) harus tergambar dengan jelas berapa
subyek yang seharusnya terpilih untuk diteliti, dan berapa di antara mereka yang drop
oaf sebelum penelitian selesai. Bila terlalu banyak subyek yang drop out, maka
subyek yang tersisa tidak lagi mewakili subyek yang harus diteliti, hal ini mengurangi
kesahihan data.

2. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau


Bila pemilihan subyek dilakukan dengan random sampling yang dikerjakan
dennganbaik, maka sampel yang terpilih dapat dianggap mewakili populasi
terjangkau. Cara non-rendom sampling y arrg dapat dianggap mewakili populasi
terjangkau adalah consecutiae sampling yang telah dijelaskan dalam Bab 5. Praktis
sebagian besar studi klinis menggunakan conse consecutive s amplin g dalam
rekrutmen subyeknya.

3. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi target?


Generalisasi atau inferensi kepada populasi target bukan sesuatu yang dapat dihitung,
namun dapat diperkirakan dengan logika atau common sense.Karakteristik subyek
sangat berperan dalam penilaian ini. Misalnya, uji klinis pada pasien pneumonia di
sebuah rumah sakit pendidikan di Jakarta pada umumnya dapat diterapkan untuk
pasien puskesmas. Namun profil trigliserida pada pasien di rumah sakit swasta di
Jakarta atau di Singapura mungkin tidak dapat diterapkan pada pasien puskesmas di
pedalaman.
Untuk studi analitik yang mencari hubungan sebab-akibat perlu ditinjau validitas
hubungan tersebut dengan menilai apakah terdapat
1) Hubungan waktu yang benar
2) Kekuatan hubungan yang cukup
3) Hubungan dosis
4) Konsistensi
5) Koherensi
6) Kesamaan dengan hasil studi lain
7) Biological plausibility

Hasil tinjauan umum tersebut digunakan untuk melakukan telaah yang lebih spesifik
terhadap berbagai jenis desain.
Bab 23 Telaah Kritis Makalah Kedokteran (2)

Seperti telah diuraikan dalam Bab 21, artikel yang dimuat dalam jurnal dapat
mengandung kesalahan metodologis, yang bermuara pada kesalahan penarikan
simpulan. Karenanya setiap artikel harus ditelaah secara kritis. Untuk menerapkan
hasil penelitian dalam tatalaksana pasien ada 3 hal yang perlu dinilai dalam setiap
artikel, yakni
(1) apakah studi yang dilaporkan itu sahih,
(2) apakah hasil yang diperoleh penting, dan
(3) apakah hasil studi yang sahih dan penting tersebut dapat diterapkan pada pasien
kita.
Ketiga aspek tersebut dalam bahasa Inggris dinamakan evaluasi terhadap Validitity,
lmportance, dan Applicability yang kami singkat dengan akronim VIA. Validitas
suatu penelitian terutama dinilai pada seksi Methods,hasil penelitian pada
Results,sedangkan peneraPannya pada pasien dalam Discussion dan kondisi lokal
praktik klinis yang sementara ini berlangsung.

Dalam bab ini diuraikan secara ringkas salah satu cara telaah kritis unfuk studi
diagnostik, uji klinis, penelitian prognosis, serta metaanalisis. Pembahasan yang
lengkap tentang hal ini dapat dilihat dalam buku-buku yang khusus membahas telaah
kritis seperti yang sebagian tercantum pada daftar pustaka bab ini.

Telaah Kritis Makalah Uji Diagnostik

1. Penilaian validitas uji diagnostik


Validitas suatu uji diagnostik harus dinilai secara menyeluruh; beberapa aspek
terpenting yang perlu dipertanyakan adalah:
1 Apakah penelitian uji diagnostik dilakukan secara tersamar dengan baku emas yang
benar?
2 Apakah uji diagnostik dilakukan terhadap pasien dengan spektrum penyakit atau
kelainan yang memadai sehingga dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari?
3 Apakah pemeriksaan dengan baku emas dilakukan tanpa memandang hasil
pemeriksaan uji diagnostik?

2. Penilaian pentingnya uji diagnostik


Uji diagnostik yang ideal diharapkan memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang
sangat baik, dan sekaligus memiliki nilai prediksi serta rasio kemungkinan yang baik.
Nilai-nilai tersebut dapat dihitung berdasarkan tabel 2x2 seperti yang telah diuraikan
dalam Bab 11, yang disajikan kembali dalam Gambar 23-1 berikut.
3. Kemamputeraan hasil studi pada pasien kita
Kemamputerapan hasil uji diagnostik pada pasien kita menyangkut apakah pasien kita
mirip dengan pasien pada penelitian" dan apakah uji diagnostik tersebut tersedia. Hal-
hal umum yang menggambarkan kemamputerapan hasil uji diagnostik pada pasien
kita adalah:
i. Apakah uji diagnostik tersebut tersedia, terjangkau, dan akurat?
ii. Apakah kita dapat memperkirakan prevalens penyakit pada pasien kita?
iii. Apakah post-test probability yang dihitung mengubah tata laksana?
iv. Apakah secara keseluruhan uii diagnostik tersebut berm anfaat bagi pasien?

Telaah Kritis Makalah Terapi (Uji Klinis)

Baku emas untuk uji klinis adalah randomized clinical trial (RCT). Segala persyaratan
yang rumit tentang uji klinis ini telah diuraikan dalam Bab 10. Seyogyanya seluruh
persyaratan tersebut diterapkan dalam perencanaan, pelaksanaan, serta analisis hasil
uji klinis.

1. Penilaian validitas uji klinis


Pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dijawab dalam telaah validitas uji klinis.
1 Apakah dilakukan randomisasi dan apakah daftar randomisasi disegel?
2 Apakah kelompok yang diperbandingkan setara pada awal percobaan?
3 Apakah dilakukan penyamaran (masking)?
4 Bila tidak dilakukan penyamaran apakah kelompok-kelompok diperlakukan sama
kecuali untuk terapi yang diteliti?
5 Apakah semua pasien yang sudah dirandomisasi diperhitungkan dalam simpulan
akhir dan dianalisis sesuai dengan alokasi awalnya?

2. Penilaian terhadap hasil uji klinis


hasil uji klinis dilakukan uji hipotesis yang menghasilkan nilai p. Namun seperti telah
diuraikan dalam Bab 2 nilai p saja tidak banyak memberi informasi tentang manfaat
terapi atau prosedur terapi. Yang lebih informatif adalah menghitung berapa persen
terapi yang diuji memberi perbaikan dibanding kontrol (dengan menghitung relative
risk reductlon, RRR), atau berapa beda proporsi kesembuhan atau kegagalan antara
terapi eksperimental dan kontrol (dengan menghitung absolute risk reduction, ARR).
Dari ARR dapat dihitung number needed to treat (NTT), yaitu jumlah pasien yang
harus diobati untuk mendapat tambahan 1 hasil yang baik atau menghindarkan 1
kegagalan.

3. Penilaian kemamputerapan uji klinis


Dalam penerapan hasil uji klinis untuk pasien, hal-hal ini perlu dijawab:
1 Apakah karak[eristik pasien kita mirip dengan subyek uji klinis?
2 Berapa NNT hasil uji klinis tersebut bila diterapkan pada pasien kita?
Ini dapat diestimasi dengan 2 cara:
a Cara pertama: Tetapkan f, yakni faktor yang menunjukkan beberapa berat pasien
kita (relatif terhadap prognosis), dibanding rerata pasien pada uji klinis? Bila pasien
kita kirakira sama dengan rerata pasien uji klinis maka f = 1. Bila lebih berat (lebih
sulit sembuh), nilai f kurang dari 1, bila kurang berat (lebih mudah sembuh) nilai f
lebih dari 1. Nilai NNT untuk pasien kita = NNT/f.
b Cara kedua: Tetapkan PEER (pntient expexted eaent rate) yakni dengan
mengandaikan pasien kita yang menjadi kontrol. Maka:
NNT untuk posien kita = l/(PEERxRRR)
3 Apakah terapi tersebut tersedia, terjangkau, dapat diterima pasien?

Telaah Kritis Makalah Prognosis

1. Kesahihan studi kohort


hal-hal spesifik dalam telaah validitas studi kohort adalah:
1. Apakah awal penelitian didefinisikan dengan jelas dan taat asas, misalnya saat
diagnosis ditegakkan?
2. Apakah follow-up dilakukan secara memadai?
3. Apakah outcome dinilai dengan kriteria obyektif, bila mungkin tersamar?
4. Apakah diidentifikasi kelompok dengan prognosis yang berbeda?
5. Apakah hasil sudah divalidasi pada kelompok subyek yang lain?

2. Penilaian pentingnya hasil studi kohort


1. Berapa besar kemungkinan terjadinya outcome dari wa&tu ke waktu?
2. Berapa tepatkah estimasi terjadinya outcome yang diteliti? Ini dapat dinilai dengan
penghitungan interval kepercayaan baik terhadap risiko relatif maupun proporsi
terjadinya outcome pada waktu-waktu tertentu yang relevan secara klinis.

3. Penilaian kemamputeraan hasil penelitian


1 Apakah pasien kita mirip dengan subyek penelitian?
2 Apakah simpulan kita tentang hasil studi berguna bagi pasien dalam tata laksana
secara keseluruhan?

Telaah Kritis Terhadap Meta-Analisis

1. Penilaian validitas meta-analisis


A) Apakah disebutkan dengan jelas dalam latar belakang mengapa diperlukan
kajian meta-analisis?
B) Apakah disebut kriteria inklusi studi yang disertakan dalam meta-analisis dan
cara penelusuran pustaka yang relevan?
C) Apakah dilakukan telaah validitas setiap studi yang disertakan?
D) Apakah hasil setiap studi lebih kurang konsisten satu dengan yang lain?

2. Penilaian pentingnya hasil meta-analisis


Apakah hasil total meta-analisis berarti atau penting secara klinis sehingga
mempengaruhi tata laksana pasien secara keseluruhan? Hal ini dapat dinilai dari rasio
odds gabungan atau beda proporsi kesembuhan gabungary masing-masing diisertai
dengan interval kepercayaan.

Catatan: NNT gabungan pada meta-analisis dapat dihitung dengan tabel tertentu
namun oleh sebagian ahli dianggap dapat menyebabkan kesalahan sehingga NNT
pada meta-analisis perlu diterapkan dengan hati-hati.

3. Kemamputeraan hasil meta-analisis


A) Apakah pasien kita mirip dengan karakteristik pasien studi yang dilakukan meta-
analisis?
B) Apakah terapi tersebut tersedia, terjangkau, dapat diterima pasien?
Bab 24 Dari Penelitian Ke Praktek Kedokteran

Dalam beberapa dua dasawarsa terakhir terjadi pergeseran dari apa yang disebut
opinion-based medicine ke arah evidence-based medicine (EBM).

Pengambilan keputusan yang diambil oleh dokter maupun pengelola fasilitas


kesehatan seringkali hanya berdasarkan pada dua aspek utama, yakni ketersediaan
sumber daya ( resources) dan nilai atau harapan konsumen ( values) Pendekatan ini
dikenal sebagai 'opinion-based decision making' .Sangat sedikit dokter atau manager
kesehatan yang memanfaatkan hasil studi penelitian deskriptif maupun analitik dari
dalam mauPun dari luar negeri. Akibatnya jerih payah, biaya, serta sumber daya lain
terutama pengorbanan pasien yang telah menjadi subyek penelitian menjadi mubazir.
Yang diharapkan terjadi pada proses pengambilan keputusan oleh pengelola maupun
pelaksana pelayanan kesehatan adalah posisi B yang secara sistematis
mengombinasikan ketiga faktor tersebut yang disebut sebagai evidence-based
decision making (EBDM).

Dalam abad ke-21 ini diharapkan pengambilan keputusan yang tepat dan baik akan
bergeser ke arah EBDM. Dapat diperkirakan bahwa hal ini cepat atau lambat akan
berlangsung, dan Prosesnya akan dipacu oleh beberapa faktor, di antaranya:
(1) perubahan pola demografi dan populasi,
(2) meningkatnya tekanan dan tuntutan konsumen akan pelayyanan kesehatan
yang efektit
(3) pesatnya perkembangan ilmu dan teknoiogi kedokteran,
(4) tuntutan akan profesionalisme kedokteran
(5) makin terbatasnya sumber daya yang tersedia untuk pelayanan kesehatan
(6) dampak globalisasi dan pasar bebas.

EBM memadukan pengalaman klinis dan bukti dari hasil penelitian yang sahih dan
mutakhir serta bermanfaat untuk pasien. Dari konsep EBM ini kemudian berkembang
pelbagai pendekatan klinis maupun kebijakan kesehatan, seperti evidence-based
nursing, evidence-based health policy, evidence-based healthcare,evidence-based
health technology assessment dan sebagainya.

Evidence-based medicine (EBM) dan evidence-based health care (EBHC) adalah cara
pendekatan untuk mengambil keputusan dalam tata laksana pasien (dan atau
penyelenggaraan pelayanan keseahtan) secara eksplisit dan sistematis berdasarkan
bukti penelitian terakhir yang sahih (Valid) dan bermanfaat. Harus dipahami bahwa
EBM dan EBHC bukan hanya satu perangkat teknik semata. EBM harus dipandang
sebagai suatu paradigma (model) baru dalam meninjau dunia kedokteran dengan cara
yang berbeda dalam praktek kedokteran sehari-hari selama ini. EBM berupaya secara
sistematis memadukan pengalaman klinis, bukti ilmiah yang eksplisit serta
menerapkan kaidah ilmu epidemiologi klinis, selain mempertimbangkan nilai etika
dan upaya memenuhi harapan pasien (patients expected values and preferences)
dalam tata laksana pasien dan / atau penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

secara umum terdapat lima langkah dalam EBM yakni:


(1) Memformulasikan pertanyaan klinis yang dapat dicari jawabannya
(2) Melakukan penelusuran pustaka untuk mencari bukti
(3) Melakukan telaah kritis terhadap makalah hasil penelusuran
(4) Menerapkan hasil telaah pada pasien
(5) Melakuan evaluasi terhadap proses dan hasil penerapan.

Kelima langkah di atas tersebut sama pentingnya dan saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.

ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan EBM yakni


1) mendapatkan evidence secepatnya (getting the evidence straight - that means
accesibility),
2) membuat kebijakan berdasarkan evidence (deoveloping policy from the evidence),
dan
3) menerapkan kebijakan tersebut pada waktu dan tempat yang sesuai (apply the
policy at the right time and place)
Ketiga hal tersebut di atas menyangkut dimensi'waktu', sedangkan penelitian yang
baik (misalnya uji klinis tersamar ganda) memakan waktu lama dan biaya yang tidak
sedikit.

Awalnya EBM mengacu pada tata laksana pasien secara individual, namun EBM
sebagai paradigma juga dikaitkan dengan clinical goVernance yang intinya adalah
uPaya untuk melaksanakan continuous quality improvement (CQI). Pendekatan ini
terdiri atas 4 aspek yang saling berkaitan yaitu kinerja profesional (professional
performance), pemanfaatan sumber daya secara efisien (resource use), risk
management, dan aspek kepuasan pasien (patient satisfaction).

Penerapan prinsip-prinsip EBM merupakan pemanfaatan hasil penelitian yang


bermanfaat untuk perbaikan pelayanan kesehatan, dan sekaligus merupakan sarana
untuk belajar mandiri seumur hidup.
Bab 25 Value Based Medicine -Sebuah Pengantar

Sebenarnya value atau nilai sudah implisit ada dalam EBM.namun terdapat
perkembangan baru yang menekankan pentingnya value based medicine.Bab ini
merupakan pengenalan bagi VBM,dan merupakan saripati dari satu satunya buku
tentang VBM yang sudah terbit sekarang “ Evidence-based to value-based medicine”
(Brown dkk,2005)

Dalam ekonomi kesehatan dipahami bahwa value (nilai) upaya kesehatan


berbanding lurus dengan kualitas dan berbanding terbalik dengan biaya.Pengobatan
yang menghasilkan kualitas yang sama baiknya namun menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit memiliki value yang lebih baik ketimbang pelayanan yang memberi
kualitas yang sama dengan menggunakan sumber daya yang lebih besar.
Tolak ukur kualitas mencakup hal-hal berikut:

1 Menurunnya morbiditas,mortalitas,atau meningkatnya kualitas hidup


2 Meningkatnya kepuasan pasien
3 Dampak positifnya terhadap kesehatan masyarakat

Bagaimana menilai kualitas hidup

Value dikaitkan dengan utility, yang akhir-akhir ini makin banyak digunakan dalam
penilaian kualitas hidup pasien.

Dalam pengukuran kualitas hidup dikenal 2 cara yakni:


1 Instrumen yang berdasarkan pada fungsi (function-based instrument),
2 Instrumen yang berdasarkan pada preferensi pasien (patient preference -based
instrument ).

Bagaimana kita mengukur kualitas hidup berdasarkan pada fungsinya? Sudah lama
para dokter melakukan penelitian dengan sejumlah besar kasus, untuk sampai pada
simpulan bahwa penilaian kualitas hidup pasien tidak ditentukan oleh anatominya
namun oleh fungsinya. Sebagai contoku anak dengan penyakit jantung bawaan
kompleks yang berhasil menjalani rangkaian operasi, akhimya yang semula sianosis
menjadi tidak sianosis, yang semula sesak menjadi normal sudah cukup memuaskan
ayah-bundanya meskipun mereka tahu anatomi jantung anaknya sangat tidak normal.

Oleh karena itulah banyak kelompok-kelompok ahli membuat klasifikasi pelbagai


jenis penyakit (terutama Penyakit kronik) berdasarkan fungsinya, yang kemudian
dikaitkan dengan kualitas hidupnya.kualitas hidup berdasarkan fungsi juga dikenal
luas dalam bidang reumatologi dan stroke. Panduan-panduan tersebut masih terus
dikembangkan, juga dalam bidang-bidang lain karena memang bermanafaat bagi
dokter dan petugas kesehatan dalam memberi pelayanan kepada pasien.

Namun seperti telah disebutkan di atas, tidak semua hal yang menyenangkan dokter
juga menyenangkan pasien. Untuk inilah maka dikembangkan pula beberapa metode
dan instrumen untuk menilai kualitas hidup pasien. Terdapat tiga cara pendekatan
untuk penilaian kualitas berdasarkan preferensi pasien (patient-based preference) ini,
yakni:
1. Standard gamble utility analysis
2 Willingness to pay utility analysis
3 Time trade-off utility analysis.

Standard gamble utility analysis

Pada cara ini seorang pasien dengan penyakit tertentu ditanya dengan pertanyaan
sebagai berikut: "Misalnya ada obat atau prosedur pengobatan yang dapat
menyembuhkan Anda sama sekali. Masalahnya obat tersebut belum tentu bekerja
untuk anda kalau tidak berhasil anda akan meninggal. Pertanyaannya adalah berapa
persen angka kegagalan yang tertinggi yang dapat Anda terima?" Bila pasien tersebut
menjawab 5%, maka pasien tersebut menilai kualitas hidupnya saat ini sebesar 95%.

Willingness to pay utility analysis

Pada cara ini pasien ditanya berapa persen dari penghasilannya yang rela ia korbankan
agar ia sembuh dari penyakitnya. Apabila pasien menjawab mau memberikan 20 %
dari penghasilannya, berarti ia menganggap kualitas hidupnya saat ditanya adalah
sebesar 80%

Time trade-off utility analysis

Pada cara ini pasien ditanya berapa lama lagi dia berharap akan hidup. Biia ada obat
yang dapat menyembuhkan penyakitnya sama sekali (memperbaiki kualitas hidup),
namun akan mengurangi lama hidupnya, berapa banyak ia mau mengurangi masa
hidupnya agar dapai nidup tanpa penyakit tersebut? Bila pasien mengatakan melihat
kondisinya ia berharap masih dapat hidup 10 tahun, dan menguranginya menjadi 9
tahun asal ia sehat, maka kualitas hidup subyek tersebut adalah 90%.

Pada saat ini cara terakhirlah (time trade-off utitity analysis) yang diangap terbaik
karena:
1 Dapat diterapkan pada semua kondisi kesehatan;
2 Memiliki reliabilitas yang baik, artinya apabila prosedur diulang akan memberikan
hasil yang sama atau ampir sama;
3 Dapat segera dimengerti oleh pasien;
4 Biayanya murah;
5 Pada umunya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor usia, jenis kelamin,pendidikan,
status sosial-ekonomi;
6 Memiliki construct aalidity yang baik, arlinya benar-benar mengukur apa Yang
harus diukur.

Cost Utility Analysis Sebagai Baku Emas

Pemilihan Pelayanan

Untuk menghitung biaya kesehatan,terdapat 4 cara yakni:

1. Costminimization analysis,yakni membandingkan 2 intervensi yang memberi hasil


yang sama,mana yang lebih murah
2. Cost benefit analysis, menilai berapa uang yang dapat dihemat dengan
membelanjakan uang untuk intervensi
3. Cost effectiveness analysis menilai biaya yang dikeluarkan untuk outcome tertentu:
kemampuan kerja, peglihatan, dihitung dalam setahun
4. Cost utility analysis: menilai biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh nilai
(kualitas hidup, perpanjangan masa hidup).Hasilnya dinyatakan dalam jumlah
rupiah yang diperlukan untuk memperoleh tambahan 1 QALY.

Dengan perhitungan cost-utility analysis ini maka para penentu kebijakan kesehatan
dan para dokter dapat memperoleh panduan intervensi apa yang sebaiknya dilakukan
pada pasien.Meskipun nilai yang digunakan adalah preference-based utility analysis
(pasien sendiri yang menentukannya),namun pada akhirnya pilihan untuk penerapan
intervensi (pengobatan) harus didiskusikan kembali dengan pasien dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai