DIRINGKAS
Oleh:
Stella Natasya
NIM: 1710312003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
Bab 12 Analisis kesintasan (Survival Analysis)
Dua metode analisis kesintasan yang sering digunakan dalam pusaka kedokteran
yakni metode aktuarial dan metode product limit .Metode aktuarial ini dikenal dengan
nama metode Cutler-Ederer. Pada metode ini ditentukan interval waktu yang
dikehendaki,pemilihan interval dilakukan dengan memperhitungkan karakteristik
penyakit atau efek yang dipelajari (dapat dalam hari, minggu, bulan, tahun).
sedangkan metode product limit yang biasa disebut dengan Kaplan-Meier ini tidak
dibuat interval tertentu, dan efek atau outcome diperhitungkan tepat pada saat ia
terjadi. Lama pengamatan masing-masing subyek disusun dari yang terpendek sampai
yang terpanjang dengan catatan subyek yang tersensor diikutsertakan.Pada metode
Kaplan-Meier, data pengamatan antara 2 efek
yang berurutan diabaikary dengan kata lain subyek tersensor hanya bertindak sebagai
subyek at risk sampai saat ia tersensor, namun subyek itu sendiri diabaikan dalam
kalkulasi kesintasan. Metode Kaplan-Meier dapat digunakan pada data dengan jumlah
subyek yang sedikit, oleh karena efek tidak dikelompokkan dalam interval, melainkan
diperhitungkan sesuai dengan saat terjadinya efek pada tiap subyek.
Pada kedua metode terdapat beberapa syarat dan asumsi.Kalkulasi dapat dilakukan
penghitungan secara manual,namun dalam praktik baik tabel maupun kurve dapat
dikerjakan dengan bantuan perangkat lunak komputer.
Hasil kalkulasi kesintasan lebih sering disajikan dalam bentuk kurva,dan seyogyanya
disertakan nilai interval kepercayaan.Uji hipotesis antara dua tabel kehidupan dapat
dilakukan dengan beberapa cara.masing-masing dengan kelebihan dan
kekurangannya. Dua cara yang paling banyak dipakai adalah log-rank test, salah satu
aplikasi dari statistik Mantel-Haenszel (karenanya disebut sebagai uji Mantel-
Haenszel), dan cara Kaplan-Meier. Teknik penghitungan uji tersebut tidak diuraikan
disini; pembaca dapat memeriksanya pada buku-buku daftar pustaka pada akhir bab
ini, sedang untuk pengerjaannya dapat digunakan pelbagai perangkat lunak program
komputer (misalnya Epistaf Stata SPSS).
Bab 13 Meta-Analisis
1Pendahuluan
1.Latar belakang pernyataan yang yang jelas mengapa perlu dilakukan meta-analisis
2.Pertanyaan penelitian
3.Hipotesis yang akan diuji
4.Tujuan dan manfaat penelitian
2.Metodologi
1. Kriteria pemilihan (kriteria inklusi dan eksklusi) untuk artikel penelitian yang akan
disertakan dalam meta-analisis.
2 Metode untuk menentukan atau menelusur penelitiary dan siapa yang akan
melakukan penelusuran pustaka
3 Kriteria yang jelas untuk penilaian kualitas artikel penelitian yang mencakup aspek
desairy pelaksanaary serta analisis
4 Klasifikasi dan kodifikasi unit penelitian untuk digabungkan
5 Abstraksi kuantitatif hasil masing-masing penelitian
6 Rencana penggunaan statistika yang sesuai untuk penggabungan hasil
7 Rencana interpretasi hasil dan program komputer yang digunakan
8 Rencana pelaporan hasil
-Kriteria Pemilihan
Studi yang akan disertakan dalam meta-analisis bergantung pada maksud meta-
analisis. Karena itulah hipotesis pada proposal studi meta-analisis amat membantu
menentukan kriteria inklusi dan eksklusi yang harus digunakan untuk
mengidentifikasi studi yang relevan yang akan digabungkan
-Analisis Sensitivitas
Untuk menilai apakah suatu hasil meta-analisis 'robust'(relatif stabil terhadap
perubahan) maka perlu dilakukan uji sensitivitas, antara lain dengan:
1.Diidentifikasi terdapatnya publication bias. Semua penelitian dinilai bila memang
ada publication bias, penelitian dengan subyek paling banyak akan memberikan effect
size yang paling kecil.
2.Dilakukan uji terhadap keadaan khusus. Misalnya ada penelitian yang tidak
sepenuhnya memenuhi kriteria inklusi, yakni studi yang dihentikan sebelum seluruh
subyek masuk (interim analysis)
Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis
analitik lainnya, yaitu:
1) Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya
perbedaan antar-variabel.
2) Melakukaninferensi dari data sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai
p) maupun estimasi (interval kepercayaan).
3)Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu
(confounding) agar tidak menganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau
perbedaan
Meta-analisis yang dilakukan dengan baik dapat memberi informasi yang lebih
definitif tentang hal-hal yang dilaporkan dalam penelitian aslinya, termasuk effect
size yang lebih pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit, serta analisis terhadap
sub-grup. Sebaliknya meta-analisis yang dilakukan kurang cermat dapat memberikan
informasi yang menyesatkan.
Penggabungan analisis statistika juga masih merupakan bahan diskusi yang hangat.
Seringkali data yang diperlukan untuk menilai kualitas penelitian tidak lengkap dalam
laporan penelitian yang disertakan dalam meta-analisis. Untuk mengatasi hal ini
sebagian jurnal mensyaratkan peneliti untuk menyertakan data dasar hasil
penelitiannya. Apakah kecenderungan baru ini -yakni setiap pengirim artikel
penelitian harus menyertakan data aslinya- akan berkembang, masih memerlukan
waktu untuk menilainya.
Akhirnya harus diakui bahwa meta-analisis masih kurang diapresiasi oleh para
klinikus. Pada umumnya klinikus lebih menghargai satu uji klinis yang besar daripada
penggabungan data dari banyak uji klinis kecil yang dilakukan dengan meta-analisis.
Salah satu keuntungan Meta-Analisis adalah diperoleh ‘studi baru’ dengan jumlah
subyek yang besar sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih
definitif.Kelemahannya adalah terletak pada masalah teknis yakni penggunaan
statistika yang tepat untuk penggabungan data.
Bab 14 Penelitian Kualitatif
Ada banyak macam teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif, namun secara
garis besar terdapat 3 metode utama, yaitu:
Analisis Data
Secara ringkas terdapat lima langkah dalam analisis data kualitatif, meliputi:
Kelebihan utama studi kualitatif adalah permasalahan dapat diteliti secara lebih
mendalam dan rinci.Keterbatasan utamanya adalah ketergantungan yang kuat pada
kompetensi peneliti untuk mengumpulkan,menganalisis,dan menyimpulkan data.
Bab 15 Variabel dan antar hubungan Variabel
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke
subyek lain.yang dimaksud dengan variabel adalah karakteristik suatu subyek, bukan
subyek atau bendanya sendiri. Misalnya, badan, kelamin, darah, atau hemoglobin
bukan merupakan variabel) yang merupakan variabel adalah tinggi atau berat badan,
jenis kelamiry tekanan darah, atau kadar hemoglobin.Misalnya, di sekolah dasar, jenis
kelamin adalah merupakan variabel, karena ia berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya; tetapi di asrama perawat putri, jenis kelamin bukanlah merupakan variabel,
karena tidak berubah dari subyek ke subyek lain, semua perempuan.
Skala Variabel
variabel dapat berskala kategorikal (yang dibagi menjadi skala nominal dan ordinal),
dan skala numerik (yang dapat dibedakan menjadi skala interval dan rasio). Juga telah
dijelaskan bahwa pembagian jenis variabel ini tidak hanya penting dalam proses
pengukuran, tetapi juga dalam analisis data.
2. Variabel Perancu
Variabel perancu (confounding variable) adalah jenis variabel yang berhubungan
dengan variabel bebas dan variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel
antara.Variabel ini harus diwaspadai karena dapat membuat simpulan yang salah
dan mempengaruhi validitas penelitian.
Variabel perancu bukanlah variabel yang diteliti, namun dapat memengaruhi hasil
penelitian karena berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, dan
bukan merupakan variabel antara. Variabel lain yang tidak ditelifl yang hanya
berhubungan dengan variabel bebas saja (A) atau variabel tergantung saja (D) atau
yang tidak berhubungan dengan variabel bebas maupun tergantung (B, C, E) disebut
sebagai variabel luar.
Contoh:
Suatu penelitian berupaya mencari hubungan antara kebiasaan makan permen dengan
kejadian karies dentis. Bila anak pemakan permen lebih rajin menggosok gigi
daripada anak jarang makan permen/ mungkin data yang terkumpul tidak
memperlihatkan hubungan antara kebiasaan makan permen dengan karies dentis,
padahal hubungan tersebut sebenarnya ada. Dalam hal ini rajin menggosok gigi
adalah merupakan variabel perancu yang berhubungan negatif dengan kejadian karies
dentis, yang'menyembunyikan' hubungan antara makan permen dengan karies dentis.
Lihat Gambar 15-4.
1)Stratifikasi merupakan cara yang lazim untuk meniadakan variabel perancu, bila
hanya ada 1 perancu. Bila lebih dari 1 maka stratifikasi menjadi kompleks dan sulit
diinterpretasi. Teknik yang lazim digunakan adalah statistika Mantel-Haenszel, baik
untuk studi cross sectional, kasus-kontrol, kohort, atau uji klinis.
2)Analisis multivariat bagi sebagian ahli statistika berarti teknik statistika untuk set
data variabel tergantung multipel (lebih dari satu).Dalam penelitian klinis yang sering
dipakai adalah teknik analisis regresi multipel dan model regresi logistik.
Bila kita menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu penelitian
maka terdapat beberapa kemungkinan yang harus dipikirkan:
1. hubungan tersebut semata-mata akibat faktor peluang atau chance akibat pemilihan
subyek penelitian ataupun akibat pengukuran (variabilitas subyek, pemeriksa, atau
pemeriksaan).
2. hubungan tersebut disebabkan oleh bias, banyak jenis bias yang diketahui, yang
dikelompokkan dalam bias inklusi, bias Pengukuran dan bias perancu
3. hubungan sebab-akibat
hal-hal yang harus diperhatikan pada hubungan antara variabel adalah:
(1) peluang,
(2) bias,
(3) perancu
(4)hubungan kausal atau sebab-akibatSebelum dipastikan adanya hubungan.sebab-
akibat,harus ditelaah lebih dahulu apakah syarat-syarat yang mendukung hubungan
kausal dipenuhi, yakni: hubungan waktu,kekuatan hubungan,
konsistensi,koherensi,hubungan dosis,kesamaan dengan penelitian lain,dan biological
plausibility.
Bab 16 Pemilihan Uji Hipotesis
Uji hipotesis (sering disebut sebagai uji statistika) merupakan prosedur statistika
untuk menerjemahkan hasil penelitian pada sampel ke populasi yang diwakili oleh
sampel tersebut.Dengan uji hipotesis diperoleh hasil nilai p.
Hal serupa juga pada istilah analisis multivariat. Sebagian ahli menyebut analisis
multivariat bila menyangkut lebih dari 1 variabel tergantung, sebagian besar memberi
makna analisis multivariat juga untuk analisis yang melibatkan lebih dari 1 variabel
bebas, meski hanya ada 1 variabel tergantung, seperti pada studi tentang faktor risiko.
Tabel l6-2. Jenis data dan variabel bebas, uji hipotesis yang sesuai (satu variabel
bebas, Analisis univariat)
Tabel 16-3. Metode statistika untuk lebih dari satu variabel bebas (analisis
multivariat)
Dibedakan 2 jenis uji t, yaitu uji t untuk kelompok independen dan untuk kelompok
berpasangan. Pada kelompok independen cara pemilihan subyek pada kelompok yang
satu tidak tergantung kepada karakteristik subyek kelompok lain.Pada kelompok yang
berpasangan , subyek yang sama diperiksa pra- dan pasca-intervensi (desain “before
and after”),atau pemilihan subyek kelompok yang satu dilakukan matching dengan
subyek kelompok lainnya.
Uji-t independen dan berpasangan adalah jenis uji parametrik, sehingga memerlukan
beberapa syarat, di antaranya:
1 distribusi nilai adalah normal atau hampir normal
2 varians pada kedua kelompok sama, yang disebut sebagai homoscedasticity
3 pengukuran variabel harus bersifat independen, artinya nilai satu subyek tidak
mempengaruhi nilai subyek lainnya.
Uji hipotesis yang paling sering digunakan dalam penelitian klinis adalah uji x. uji t,
analisis varians, korelasi dan regresi,serta uji multivariat (regresi multipel dan regresi
logistik).Korelasi merupakan suatu metode untuk mencari hubungan antara 2 variabel
numerik, misalnya antara tinggi dan berat badan anak, atau antara tinggi badan
dengan kapasitas vital paru sedangkan Regresi multipel dan regresi logistik
merupakan statistika lanjut yang banyak menggunakan asumsi. Misalnya, pernyataan
bahwa variabel bebas pada regresi multipel harus berskala numerik, dianggap dapat
dipenuhi ole dummy variabel, yakni variable yang mempunyai dua buah nilai
(misalnya lelaki diberi nilai 0, perempuan nilai 1). Program komputer akan memberi
nllai p untuk koefisien regresi, yang menunjukkan apakah koefisien tersebut
bermakna atau tidak. Pelbagai persyaratan diperlukan dalam teknik-teknik ini, yang
dapat dikaji dalam buku Afifi dan Clark (1986). Pada saat ini sudah ada program
komputer yang memungkinkan penghitungan regresi logistik dengan variabel
dependen nominal lebih dari 2 nilai (regresi logistik polikotom).
Bab 17 Perkiraan Besar Sampel
Salah satu aspek penting dalam pembuatan rancangan penelitian adalah menentukan
besar sampel yaitu menetapkan berapa subyek diperlukan untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian dengan tingkat kesalahan yang ditetapkan
Kedua tipe kesalahan ini saling memengaruhi. Padabesar sampel yang sama, upaya
untuk mengurangi β akan memperbesar α, sebaliknya usaha mengurangi α akan
memperbesar β. Nilai α dan β hanya dapat dikurangi bersama-sama dengan cara
menambah subyek; dengan kata lain kesalahan tipe I dan tipe II akan berkurang
dengan bertambahnya besar sampel.
3. Power Penelitian
Power suatu penelitian,analog dengan nilai sensitivitas pada uji diagnostik, adalah
kemampuan suafu penelitian untuk mendapatkan beda yang secara statistika
bermakna, bila dalam populasi tersebut ada.
Artinya power adalah kekuatan untuk menolak hipotesis nol pada data penelitian
apabila dalam populasi terdapat perbedaan hasil klinis. Nilai power adalah sebesar (1-
β), bila β= 20%, maka berarti power = 80 % , artinya penelitian itu mempunyai
peluang atau kekuatan sebesar 80% untuk mendeteksi perbedaan hasil klinis (dalam
sampel penelitian) apabila perbedaan tersebut dalam populasi memang ada.
4. Simpang Baku
simpang baku data variabel berskala numerik merupakan statistik yang tidak dapat
dimanipulasi sesuai dengan keinginan kita, oleh karena nilai ini ymrg diperkirakan
akan ditemukan dalam penelitian. Nilai simpang baku yang diperlukan untuk
digunakan dalam formula besar sampel dapat diperoleh dari penelitian terdahulu (baik
data sendiri ataupun dari pustaka), atau dari pengalaman atau studi pendahuluan. Nilai
simpang baku ini sangat memengaruhi besar sampel; makin besar simpang baku
(berarti variabilitas nilai numerik lebih besar), maka akan makin banyak jumlah
subyek yang diperlukan. Dalam penghitungary besar sampel berbanding lurus dengan
varians (yakni kuadrat simpang baku atau s2).
6. Interval Kepercayaan
Berikut diulas secara ringkas kaitan antara interval kepercayaan dengan besar sampel
dan parameter statistika lainnya. Lebar interval kepercayaan bergantung pada 3
faktor:
-Besar sampel
-Karakterstik data (simpang baku atau proporsi)
-Derajat interval kepercayaan yang diinginkan
Perlu dihindari kesalahan yang sering terjadi yakni memilih effect size dari pustaka
seharusnya adalah clinic judgment effect size berupa yang bermakna secara klinis
1 Memilih variabel yang berskala numerik, bukan nominal atau ordinal, baik untuk
penelitian deskriptif mauPun analitik. Karena ketepatan pengukuran, maka besar
sampel untuk variabel numerik lebih kecil daripada untuk variabel dengan skala
nominal ataupun ordinal.
2 Melakukan matching individual. Pemilihan kontrol secara matching akan
memperkecil jumlah subyek yang diperlukan, meskipun juga akan menimbulkan
masalah tersendiri, yakni: (a) pemilihan subyek menjadi jauh lebih sulit; (b) tidak
dapat digunakan untuk uji klinis acak tersamar.
3 Melakukan pengukuran yang variabilitasnya kurang sehingga simpang bakunya
kecil.
4 Memilih efek yang lebih sering terjadi; misalnya alih-alih kematian sebagai efek
yang dibandingkary dapat dipilih variabel lain yang lebih sering terjadi, misalnya
renjatan atau gagal napas; ini disebut sebagai surrogate outcome
5 Penggunaan kelompok studi dan kelompok kontrol yang tidak sama besar mungkin
dapat menolong bila jumlah kasus sedikit namun mudah mencari kontrolnya.
Tujuan utama telaah etika adalah memberikan perlindunganya yang memadai kepada
subyej penelitian.Selain menelaah aspek etika murni,komite etika juga wajib
meninjau aspek ilmiah dan metodelogi.Hal ini didasari oleh pemahaman bahwa
penelitian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah juga auotomatis
tidak etis.Komunikasi yang memadai antara komite etika dengan peneliti dapat
menjembatani perbedaan presepsi yang mungkin ada.
Terdapat tiga kategori besar kepada siapa laporan penelitian ditujukan, yaitu
(1) untuk masyarakat akademik,
(2) untuk pihak sponsor penelitian, dan
(3) untuk masyarakat umum.
dalam laporan hasil penelitian dituliskan hal yang telah dilakukan. Pembahasanyang
rinci dapat dibaca pada berbagai monogram, misalnya monogram Sastroasmoro
(2008). Meski terdapat perbedaan format antara jurnal ilmiah kedokteran yang satu
dengan yang lain, pada umumnya komponen-komponen laporan penelitian untuk
jurnal (disebut sebagai artikel asli atau original article) mencakup hal-hal berikut:
o Judul penelitian
o Nama pengarang serta institusi
o Abstrak dan kata kunci
o Isi laporan: Pendahuluan, Metode, Hasil, dan Diskusi
o Ucapan terima kasih
o Daftar pustaka
o Conflict of interest, Peran penulis, Lampiran
4 Pendahuluan
Pendahuluan hendaklah ditulis secara ringkas namun jelas, biasanya terdiri atas
2paragraf atau 1 paragraf dengan 2 bagian. Isi bagian ini adalah alasan atau
pembenaran mengaPa penelitian perlu dilakukan, dan hipotesis atau pertanyaan
Penelitian yang akan dijawab beserta desain yang dipakai.Pendahuluan harus
didukung oleh rujukan yang kuat, namun uraian yang rinci tidak dibenarkan, sehingga
seluruhnya tidak lebih dari satu halaman. Hal-hal penting dari pustaka yang harus
dikemukakan dapat ditulis dalam bab pembahasan, tidak dalam Pendahuluan.
5 Metode
Metode tidak jarang merupakan bagian yang terpanjang dalam laporan jurnal, kadang
juga ditulis dengan ukuran huruf yang lebih kecil ketimbang ukuran huruf pada badan
laporan. Persyaratan yang tampaknya sederhana ini (menulis Metode dengan lengkap
dan rinci) dalam praktik mungkin tidak terpenuhi, apabila penulis tidak berhati-hati
melakukannya.ebagian jurnal masih menggunakan istilah Materials and Methods atau
Bahan dan Cara Kerja. Hal ini dianggap kurang manusiawi, kecuali bila hat yang
diteliti adalah bahan kimia, alat, atau mesin. Oleh karena penelitian klinis memakai
manusia sebagai subyek, maka dianjurkan untuk menggunakan istilah Subjects and
Methods (Subyek dan Cara Kerja), Patients and Methods (Pasien dan Cara Kerja) atau
cukup Methods (Cara Keria) saja. Pada umumnya Cara Kerja mencakup uraian
sebagai berikut:
o Desain penelitian
o Tempat dan waktu penelitian
o Sumber data: primer atau sekunder
o Populasi target dan terjangkau, sampel, cara pemilihan sampel (sampling method),
besar sampel
o Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
o Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
o Teknik pengukuran (pemeriksaan), termasuk pemeriksa, apakah pengukuran
dilakukan tersamar, apakah dilakukan penilaian kesahihan dan keandalan
pengukuran, apakah sebelumnya telah diuji.
o Analisis yang dilakukan (uji hipotesis, batas kemaknaan, power statistika, interval
kepercayaan).
6 Hasil
A.Teknik penulisan
Hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian, namun tidak jarang
merupakan bagian yang paling pendek biasanya disajikan dalam bentuk narasi yang
diperjelas dengan tabel atau gambar.Hal hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Dalam Hasil tidak perlu diberi ulasan atau komentar, kecuali untuk makalah
pendek yang menggabungkan bagian hasil dan pembahasan dengan judul Hasil dan
Pembahasan.
2. Perlu ditekankan untuk tidak mengulang dalam nas hal-hal yang telah disajikan
dalam tabel atau gambar, kbcuali menyebut sebagian untuk memberi garis bawah atau
penekanary misalnya yang paling mencolok, kontroversial, dan lain-lain.
B. Bagian deskriptif
Meski yang dilaporkan merupakan penelitian analitik, namun laporan tentang hasil
penelitian selalu didahului dengan penyajian deskriptif tentang pasien yang diteliti.
Karena itu Tabel 1 pada makalah biasanya berisi deskripsi pasien serta
karakteristiknya. Variabel yang diteliti dijelaskan paling rinci. Deskripsi data klinis
biasanya mencakup jenis kelamin, umur, variabel lainnya yang relevan. Rincian dapat
diperjelas dengan tabel, graflk, ataupun gambar.
C. Bagian analitik
Bagian analitik hasil juga harus dikemukakan dengan sekuens yang logis. Analisis
yang bersifat lebih umum dikemukakan lebih dahulu, disusul dengan analisis yang
lebih rinci.
E. Statistika
1) Ketepatan Numerik
2) Nilai P
3) Penulisan SD (Standard Deviation) dan SE (Standar Error)
4) Penulisan interval kepercayaan (confidence intervals)
5) Tabel
Teknik penulisan tabel
o Judul tabel dapat ditulis dengan huruf kecil, atau seluruhnya huruf besar bergantung
kepada gaya selingkung jurnal
o judul tabel tidak diakhiri dengan titik
oHilangkan garis vertikal dan garis horisontal-dalam (aertical and inner horizontal
lines). Lihat Contoh.
o Catatan-kaki dituliskan segera di bawah tabel, dengan tanda seperlunya. Bila
terdapat singkatan dalam tabel, maka kepanjangan singkatan harus disertakan dalam
catatan kaki.
Ilustrasi
Pada umumnya editor menghendaki agar ilustrasi yang dikirim sudah digambar secara
profesional dan siap untuk dicetak; sungguh tidak layak unfuk'menyuruh' atau
mengharapkan editor menggambar ulang. Cropping, tanda-tanda, };ruruf, singkatan,
dan legenda harus diperhatikan dengan cermat. Jangan sampai terdapat
ketidaksesuaian data atau pengertian antara apa yang tertulis dalam nas dengan
yangada di gambar, sehingga ilustrasi yang seharusnya memperjelas makalah bahkan
membuat pembaca menjadi bingung. Legenda gambar harus ringkas namun
informatif.
7 Diskusi
Dalam Diskusi perlu dikemukakan keterbatasan penelitian, baik dalam desain maupun
dalam eksekusinya.Diskusi hendaknya penulis secara wajar menunjukkan makna hasil
penelitiannya, dalam penelitian klinis harus dikaitkan dengan manfaat dalam praktik.
Perlu dihiridarkan penggunaan kalimat-kalimat yang menunjukkan seolah penemuan
penelitian sangat luar biasa dengan berulang-ulang.
9 Conflict Of Interest
Akhir-akhir ini makin banyak jurnal yang mensyaratkan adanya pernyataan conflict'of
interest baik secara individual (penulis artikel) maupun institusional (institusi afiliasi
para peneliti)Bila para peneliti yakin tidak memiliki conflict of interest, dapat
dituliskan tidak ada.
12 Lampiran
Penyertaan lampiran jarang diperlukan dalam jurnal. Bila diperlukan (dan
diperkenankan oleh editor), rumus statistika, tabel prosedur, dan lain-lain yang
relevan dapat disertakan. Daftar nama subyek penelitian, baik inisial maupun nomor
rekam medis tidak boleh dipublikasikan.
Rujukan yang dicantumkan harus yang relevan dan yang benarbenar penting saja.
Penulisan rujukan juga jangan dengan cara menyalin atau clipping seluruh paragraf,
melainkan harus dirangkum dalam suatu kalimat dengan kata-kata sendiri, kecuali
apabila hal tersebut memang tidak dapat diartikan lain misalnya kalimat-kalimat
dalam Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara, suatu
pernyataan dari pakar, pejabat atau instansi resmi, dan lain sebagainya
Rujukan untuk makalah ilmiah sebaiknya dari publikasi resmi, dari majalah-majalah
ilmiah dan buku-buku ilmiah jangan berasal dari majalah popular, surat kabar, poster,
pamflef dan sebagainya. Dianjurkan agar rujukan cukup mutakhir, misalnya yang
dipublikasi dalam kurun waktu 5-7 tahun terakhir. Namun demikian tidak berarti
bahwa rujukan yang ditulis sebelum 5 tahun tidak boleh dilakukan. Sumber yang
sangat lama mungkin masih diperlukan terutama untuk penyakit-penyakit kronik.
rujukan yang lengkap minimal harus terdiri dari 3 unsur ialah nama atau nama-nama
penulis, judul tulisan, dan informasi penerbitan. Nama penulis suatu makalah atau
sumber informasi tidak selalu berupa nama orang melainkan dapat pula merupakan
nama instansi, organisasi, atau badan internasional, misalnya Departemen Kesehatan,
BKKBN,LIPI, WHO, UNICEF, USAID, FAO, dan sebagainya. Penulisan nama
penulis ini mempunyai aturan sendiri. Nama penulis harus ditulis mulai dengan nama
keluarga atau yang disamakan dengan nama keluarga misalnya nama tua (pada orang
Jawa), nama marga (orang Tapanuli), nama suami, dan sebagainya. Di bawah ini
diberikan contoh penulisan beberapa nama tertentu:
Nama Jawa : Sudjono Djuned Pusponegoro ditulis Pusponegoro SD
Aryatmo Tjokronegoro ditulis Tjokronegoro A
Nama marga : Andi Hakim Nasution ditulis Nasution AH
Lebrien Agustin Tamaela ditulis Tamaela LA
Nama suami : Aswitha Damayanti Budiarso ditulis Budiarso AD
Judul makalah, mencakup judul dan subjudul di dalam suatu majalah, buku atau
bagian atau bab dari suatu buku, ditulis selengkapnya yang mencakup nama majalah,
volume, halaman pertama dan terakhir, dan tahun penerbitan. Apabila kutipan berasal
dari buku harus ditulis nama buku, penulis, edisi (kecuali yang pertama), halaman
pertama dan terakhir, penerbit, kota tempat penerbitan, serta tahun penerbitan.
Penulisan singkatan nama majalah dan penerbit harus ditulis menurut aturan yang
telah dibakukan (Index Medikus atau Internasional List of Publication, UNESCO
Paris 1970).
Contoh yang benar
Cooke RE. The pathophysiology of body fluids. In: Nelson's texbook of Pediatrics.
13th ed. Philadephia/Sydney: WB Saunders; 1-990. p. 567-99.
1. Sistem nomor
Pada sistem nomor ini setiap rujukan diberi bernomor sesuai dengan urutan
penunjukannya di dalam makalah, yang diletakkan di antara tanda kurung, baik di
belakang nama penulis, akhir pernyataan atau akhir kalimat. Untuk penunjukan lebih
dari satu gunakan nomor-nomor yang bersangkutan, yang dipisahkan dengan koma.
Abnormalities of the male tract have only recently been defined in autopsy material
(Kapten et al., 1968; Oppenheimer and Esterly, 1959).
4. Sistem Vancouver
Cara ini disepakati oleh para editor majalah ilmiahberbahasa Inggris yang terkenal
dalam pertemuan di Vancouver, British Columbia, USA, Januari 1978. Tujuannya
menyeragamkan atau membakukan tata cara penulisan makalah ilmiah di seluruh
dunia. Cara ini telah mengalami revisi beberapa kali, dan yang terakhir adalah revisi
bulan Oktober 2010, yang diterbitkan oleh International Committee of Medical
Journal Editors dengan judul "Uniform requirements for manuscript submitted to
biomeidical journal" . Di bawah ini diberikan beberapa contoh penulisan dengan
menggunakan cara Vancouver tersebut.
Majalah
untuk makalah dengan jumlah pengarang kurang atau sama dengan 6 orang, nama
pengarang ditulis semuanya.
Bila jumlah pengarang lebih dari 6 orang, nama-nama pengarang hanya ditulis 6
orang, sedang sisanya ditulis dengan dkk. atau et al.
Colditz GA, Brewer TF, Berkey CS, Wilson ME, Burdick E, Fineberg HV, et al.
Efficacy of BCG vaccine in the prevention of tuberculosis. Meta analysis or the
published literature. JAMA. 199 4;271:698-7 02.
Akhir-akhir ini makin banyak jumal ilmiah yang menggunakan sistem Vancouver
dalam penulisan rujukannya. Program s3 Fakultas Kedokteran UI, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI serta Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menetapkan
penggunaan sistem Vancouver. Keuntungan sistem ini adalah cara penulisannya
menjadi lebih ringkas, karena:
-nama penulis dan tahun tulisan tidak disertakan dalam nas (teks), kecuali yang
dianggap amat penting
-penggunaan titik di belakang inisial nama penulis, titikkoma di belakang titik setelah
pengarang terakhir, titik dua setelah semua nama pengarang, titik setelah singkatan
nama jumal ditiadakan
-pembaca lebih mudah menelusur sumber rujukan dari kutipan dalam nas
bab ini membahas tentang sistematika penilaian makalah penelitian dalam jurnal
ilmiah. Kendatipun yang terutama dibahas adalah isi makalah khususnya dalam
penilaian hubungan sebab-akibat namun pembicaraan akan diawali dengan penilaian
teknis penulisan. Hal ini dianggap perlu, terutama bagi peneliti pemula yang
bermaksud mengirimkan makalahnya ke jurnal kedokteran, sebagai semacam check-
Iist.Dalam check list berikut (Tabel 22-1') secara berurutan dirinci hal-hal yang
diperlukan dalam makalah kedokteran, mulai dari judul, pengarang dan institusi,
abstrak, isi laporan yang terdiri dari pendahuluan, cara kerja, hasil, diskusi, serta
ucapan terima kasih dan daftar pustaka. Pada makalah yang baik semua butir harus
dijawab dengan YA, kecuali bila tidak relevan dengan penelitian (misalnya
disebutkan apakah dilakukan randomisasi, padahal studi yang ditelaah bukan uji
klinis).
Langkah yang pertama adalah menelaah deskripsi umum laporan penelitian. Langkah
berikutnya adalah melakukan telaah tentang validitas interna penelitiary hubungan
sebab-akibat, dan diakhiri dengan telaah validitas eksterna, yakni generalisasi hasil
studi terhadap populasi terjangkau dan kemudian ke populasi target yang lebih luas.
Bentuk umum panduan telaah kritis dapat dilihat pada Tabel 22-2.
A. Deskripsi Umum
1. Jenis desain yang digunakan
Hal pertama dalam telaah kritis adalah mengidentifikasi desain penelitian yang
digunakan, apakah studi cross-sectional, kasus kontrol, kohort, uji klinis, atau desain
khusus (uji diagnostik, analisis kesintasan, meta-analisis). Dalam makalah yang baik
jenis desain ini ditulis secara eksplisit pada akhir Pendahuluan atau pada bagian
Metode. Bahkan penyertaan jenis desain dalam judul sepanjang memadai, juga
dianjurkan. Tidak jarang satu laporan penelitian mengandung lebih dari satu jenis
desain; bila demikian halnya maka harus diidentifikasi tiap desain yang ada.
B Validitas Interna.
B) Admission rate bias (Berkson's fallacy). Bias Berkson biasanya terjadi pada studi
yang menggunakan subyek yang dirawat di rumah sakit (terutama studi kasus-
kontrol). Bila indikasi rawat untuk kasus (subyek dengan efek) berbeda dengan
kontrol (subyek tanpa efek yang diteliti), hal ini memengaruhi kesetaraan antara kasus
dan kontrol yang dipilih.
C) Bias non-respons atau bias relawan. Bias ini terjadi bila subyek yang terpilih
sebagai sampel menolak untuk ikut dalam penelitiaN atau sebaliknya, bila studi
memperbolehkan relawan.
D) Membership bias.Bias ini terjadi bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih
hal yang berhubungan dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
Bias Pengukuran
A) Bias prosedur. Bias ini terjadi bila pengukuraN prosedur, terapi, dan lain-lain
dilakukan pada kelompok yang dibandingkan tidak sama.
B) Recall bias, Bias ini sangat terkenal, dan harus dipertimbangkan. Bias ini terutama
terjadi pada studi kasus-kontrol.
E) Bias ketaatan (compliance bias). Bias ini terjadi karena ketaatan mengikuti
prosedur yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
D. Validitas Eksterna
Hasil tinjauan umum tersebut digunakan untuk melakukan telaah yang lebih spesifik
terhadap berbagai jenis desain.
Bab 23 Telaah Kritis Makalah Kedokteran (2)
Seperti telah diuraikan dalam Bab 21, artikel yang dimuat dalam jurnal dapat
mengandung kesalahan metodologis, yang bermuara pada kesalahan penarikan
simpulan. Karenanya setiap artikel harus ditelaah secara kritis. Untuk menerapkan
hasil penelitian dalam tatalaksana pasien ada 3 hal yang perlu dinilai dalam setiap
artikel, yakni
(1) apakah studi yang dilaporkan itu sahih,
(2) apakah hasil yang diperoleh penting, dan
(3) apakah hasil studi yang sahih dan penting tersebut dapat diterapkan pada pasien
kita.
Ketiga aspek tersebut dalam bahasa Inggris dinamakan evaluasi terhadap Validitity,
lmportance, dan Applicability yang kami singkat dengan akronim VIA. Validitas
suatu penelitian terutama dinilai pada seksi Methods,hasil penelitian pada
Results,sedangkan peneraPannya pada pasien dalam Discussion dan kondisi lokal
praktik klinis yang sementara ini berlangsung.
Dalam bab ini diuraikan secara ringkas salah satu cara telaah kritis unfuk studi
diagnostik, uji klinis, penelitian prognosis, serta metaanalisis. Pembahasan yang
lengkap tentang hal ini dapat dilihat dalam buku-buku yang khusus membahas telaah
kritis seperti yang sebagian tercantum pada daftar pustaka bab ini.
Baku emas untuk uji klinis adalah randomized clinical trial (RCT). Segala persyaratan
yang rumit tentang uji klinis ini telah diuraikan dalam Bab 10. Seyogyanya seluruh
persyaratan tersebut diterapkan dalam perencanaan, pelaksanaan, serta analisis hasil
uji klinis.
Catatan: NNT gabungan pada meta-analisis dapat dihitung dengan tabel tertentu
namun oleh sebagian ahli dianggap dapat menyebabkan kesalahan sehingga NNT
pada meta-analisis perlu diterapkan dengan hati-hati.
Dalam beberapa dua dasawarsa terakhir terjadi pergeseran dari apa yang disebut
opinion-based medicine ke arah evidence-based medicine (EBM).
Dalam abad ke-21 ini diharapkan pengambilan keputusan yang tepat dan baik akan
bergeser ke arah EBDM. Dapat diperkirakan bahwa hal ini cepat atau lambat akan
berlangsung, dan Prosesnya akan dipacu oleh beberapa faktor, di antaranya:
(1) perubahan pola demografi dan populasi,
(2) meningkatnya tekanan dan tuntutan konsumen akan pelayyanan kesehatan
yang efektit
(3) pesatnya perkembangan ilmu dan teknoiogi kedokteran,
(4) tuntutan akan profesionalisme kedokteran
(5) makin terbatasnya sumber daya yang tersedia untuk pelayanan kesehatan
(6) dampak globalisasi dan pasar bebas.
EBM memadukan pengalaman klinis dan bukti dari hasil penelitian yang sahih dan
mutakhir serta bermanfaat untuk pasien. Dari konsep EBM ini kemudian berkembang
pelbagai pendekatan klinis maupun kebijakan kesehatan, seperti evidence-based
nursing, evidence-based health policy, evidence-based healthcare,evidence-based
health technology assessment dan sebagainya.
Evidence-based medicine (EBM) dan evidence-based health care (EBHC) adalah cara
pendekatan untuk mengambil keputusan dalam tata laksana pasien (dan atau
penyelenggaraan pelayanan keseahtan) secara eksplisit dan sistematis berdasarkan
bukti penelitian terakhir yang sahih (Valid) dan bermanfaat. Harus dipahami bahwa
EBM dan EBHC bukan hanya satu perangkat teknik semata. EBM harus dipandang
sebagai suatu paradigma (model) baru dalam meninjau dunia kedokteran dengan cara
yang berbeda dalam praktek kedokteran sehari-hari selama ini. EBM berupaya secara
sistematis memadukan pengalaman klinis, bukti ilmiah yang eksplisit serta
menerapkan kaidah ilmu epidemiologi klinis, selain mempertimbangkan nilai etika
dan upaya memenuhi harapan pasien (patients expected values and preferences)
dalam tata laksana pasien dan / atau penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Kelima langkah di atas tersebut sama pentingnya dan saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.
Awalnya EBM mengacu pada tata laksana pasien secara individual, namun EBM
sebagai paradigma juga dikaitkan dengan clinical goVernance yang intinya adalah
uPaya untuk melaksanakan continuous quality improvement (CQI). Pendekatan ini
terdiri atas 4 aspek yang saling berkaitan yaitu kinerja profesional (professional
performance), pemanfaatan sumber daya secara efisien (resource use), risk
management, dan aspek kepuasan pasien (patient satisfaction).
Sebenarnya value atau nilai sudah implisit ada dalam EBM.namun terdapat
perkembangan baru yang menekankan pentingnya value based medicine.Bab ini
merupakan pengenalan bagi VBM,dan merupakan saripati dari satu satunya buku
tentang VBM yang sudah terbit sekarang “ Evidence-based to value-based medicine”
(Brown dkk,2005)
Value dikaitkan dengan utility, yang akhir-akhir ini makin banyak digunakan dalam
penilaian kualitas hidup pasien.
Bagaimana kita mengukur kualitas hidup berdasarkan pada fungsinya? Sudah lama
para dokter melakukan penelitian dengan sejumlah besar kasus, untuk sampai pada
simpulan bahwa penilaian kualitas hidup pasien tidak ditentukan oleh anatominya
namun oleh fungsinya. Sebagai contoku anak dengan penyakit jantung bawaan
kompleks yang berhasil menjalani rangkaian operasi, akhimya yang semula sianosis
menjadi tidak sianosis, yang semula sesak menjadi normal sudah cukup memuaskan
ayah-bundanya meskipun mereka tahu anatomi jantung anaknya sangat tidak normal.
Namun seperti telah disebutkan di atas, tidak semua hal yang menyenangkan dokter
juga menyenangkan pasien. Untuk inilah maka dikembangkan pula beberapa metode
dan instrumen untuk menilai kualitas hidup pasien. Terdapat tiga cara pendekatan
untuk penilaian kualitas berdasarkan preferensi pasien (patient-based preference) ini,
yakni:
1. Standard gamble utility analysis
2 Willingness to pay utility analysis
3 Time trade-off utility analysis.
Pada cara ini seorang pasien dengan penyakit tertentu ditanya dengan pertanyaan
sebagai berikut: "Misalnya ada obat atau prosedur pengobatan yang dapat
menyembuhkan Anda sama sekali. Masalahnya obat tersebut belum tentu bekerja
untuk anda kalau tidak berhasil anda akan meninggal. Pertanyaannya adalah berapa
persen angka kegagalan yang tertinggi yang dapat Anda terima?" Bila pasien tersebut
menjawab 5%, maka pasien tersebut menilai kualitas hidupnya saat ini sebesar 95%.
Pada cara ini pasien ditanya berapa persen dari penghasilannya yang rela ia korbankan
agar ia sembuh dari penyakitnya. Apabila pasien menjawab mau memberikan 20 %
dari penghasilannya, berarti ia menganggap kualitas hidupnya saat ditanya adalah
sebesar 80%
Pada cara ini pasien ditanya berapa lama lagi dia berharap akan hidup. Biia ada obat
yang dapat menyembuhkan penyakitnya sama sekali (memperbaiki kualitas hidup),
namun akan mengurangi lama hidupnya, berapa banyak ia mau mengurangi masa
hidupnya agar dapai nidup tanpa penyakit tersebut? Bila pasien mengatakan melihat
kondisinya ia berharap masih dapat hidup 10 tahun, dan menguranginya menjadi 9
tahun asal ia sehat, maka kualitas hidup subyek tersebut adalah 90%.
Pada saat ini cara terakhirlah (time trade-off utitity analysis) yang diangap terbaik
karena:
1 Dapat diterapkan pada semua kondisi kesehatan;
2 Memiliki reliabilitas yang baik, artinya apabila prosedur diulang akan memberikan
hasil yang sama atau ampir sama;
3 Dapat segera dimengerti oleh pasien;
4 Biayanya murah;
5 Pada umunya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor usia, jenis kelamin,pendidikan,
status sosial-ekonomi;
6 Memiliki construct aalidity yang baik, arlinya benar-benar mengukur apa Yang
harus diukur.
Pemilihan Pelayanan
Dengan perhitungan cost-utility analysis ini maka para penentu kebijakan kesehatan
dan para dokter dapat memperoleh panduan intervensi apa yang sebaiknya dilakukan
pada pasien.Meskipun nilai yang digunakan adalah preference-based utility analysis
(pasien sendiri yang menentukannya),namun pada akhirnya pilihan untuk penerapan
intervensi (pengobatan) harus didiskusikan kembali dengan pasien dan keluarganya.