Anda di halaman 1dari 70

TELAAH KRITIS

JURNAL ILMIAH,
SYSTEMATIC REVIEW DAN META ANALYSIS

DESI SCORPINASARI BR GINTING

2
PENDAHULUAN
• Telaah kritis adalah cara atau metode
untuk mengkritisi secara ilmiah suatu
penulisan ilmiah.
• Telaah kritis digunakan untuk menilai
validitas (kebenaran) dan kegunaan dari
suatu jurnal ilmiah.
• Untuk menentukan validitas diperlukan
“beberapa pertanyaan” dan dijawab oleh
pembaca jurnal ilmiah.
3
TELAAH KRITIS (CRITICAL APPRAISAL)

Critical appraisal merupakan bagian dari


kedokteran berbasis bukti (evidence-based
medicine) yang diartikan sebagai suatu
proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk
menentukan reabilitas, validitas, dan
kegunaannya dalam praktik klinis.

4
KOMPONEN YANG DINILAI

VALIDITY

IMPORTANCY

APPLICABILITY

5
5 STEP EVIDENCE- BASE PRACTICE

1. Asking Focused Question ( Patien’s problem).


• Prevention,diagnosis,prognosis,therapi, causation, et al
2. Finding the Evidence (Clinical article).
• Penemuan terbaru untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
3. Critical Appraisal
• Validity dan usefulness
4. Making a Decision.
• Integrasi kejadian klinik dengan pasien.
5. Evaluating Performance
• Efektifitas dan efisiensi untuk memperbaiki waktu yang
akan datang.

6
Telaah kritis meliputi semua komponen dari
suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi.

Masing-masing komponen memiliki kepentingan


yang sama besarnya dalam menentukan apakah
hasil penelitian tersebut layak atau tidak
digunakan sebagai referensi. Kemaknaan secara
statistik yang didapat hendaknya juga
dibandingkan dengan kemaknaan secara klinis.

7
TELAAH JURNAL TERAPI
Ada 3 hal pokok yang harus diketahui sebelum memilih terapi yang
terbaik yaitu
1. Menentukan tujuan terapi
2. Memilih terapi yang spesifik.
3. Menentukan target terapi.
Di Amerika serikat semua obat sebelum digunakan oleh seorang klinisi
harus dilakukan uji klinik tentang efeketifitas obat tersebut.
Contoh pemberian terapi captoril pada penderita hipertensi.
– Tujuan terapi : mencegah kerusakan target organ seperti otak,
jantung, mata, ginjal yang dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan permanen.
– Pilihan terapi spesifik: berdasarkan uji klinik tersamar ganda.
– Target terapi : tekanan sistolik 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg.

8
SYSTEMATIC REVIEW
Systematic review adalah suatu metode penelitian
terhadap semua hasil penelitian yang relevan terkait
pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau
fenomena yang menjadi perhatian .

Systematic review dapat juga disebut metode


penelitian yang merangkum (sintesis) dari berbagai
hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta yang
disajikan kepada menjadi lebih komprehensif dan
berimbang.
9
PEMBAGIAN SYSTEMATIC REVIEW

KUANTITATIF KUALITATTIF

• Systematic review • Systematic review


digunakan untuk digunakan untuk
mensintesis hasil-hasil mensintesis (merangkum)
penelitian dengan hasil-hasil penelitian yang
pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif
seperti Randomized kualitatif.
Control Trials (RCT),
Cohort Study , Case-
Control Study atau studi
prevalensi.

10
TUJUAN
Menjawab pertanyaan secara spesifik, relevan
dan terfokus.
Mencari hasil riset, menurunkan bias dari
review.
Mensintesis hasil .
Mengidentifikasi gab dari riset.
Penentuan agenda riset.
Sebagai bagian dari desertasi atau tesis.
Bagian yang melengkapi pengajuan hibah riset.
META ANALISIS
Meta analisis merupakan suatu teknik statistika
untuk menggabungkan hasil 2 atau lebih
penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan
data secara kuantitatif.
Dilihat dari prosesnya, meta analisis merupakan
suatu studi observasional retrospektif, dalam
arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa
melakukan manipulasi eksperimental.

12
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN META-
ANALYSIS
 Identifikasi pertanyaan penelitian (pertanyaan
penelitian meta-analysis)
 Mengembangkan protokol penelitian meta-
analysis
 Menetapkan lokasi data-basehasil penelitian
sebagai wilayah pencarian (misalnya
MEDLINE,PubMed)
 Seleksi hasil-hasil penelitian yang relevan
 Pilih hasil-hasil penelitian yang berkualitas
 Ekstraksi data dari studi individual
 Sintesis hasil-hasil penelitian dengan metode
meta-analysis (funnel plot dan forest plot)
 Penyajian hasil penelitian dalam laporan
penelitian hasil meta-analysis.

14
KESIMPULAN
Cara yang terbaik untuk mengkritisi jurnal
ilmiah adalah kita harus belajar tentang
Evidence-based Medicine (EBM).
Telaah kritis merupakan suatu keharusan bagi
seorang klinisi untuk menerapkan pengetahuan
baru dalam praktek sehari-hari.
Telaah kritis merupakan metode untuk berpikir
kritis terhadap artikel atau journal penelitian.
Pengetahuan telaah kritis merupakan bagian atau
tahapan dari evidence-base medicine.
KEPUSTAKAAN
Greenberg, et al, 2001 . Medical Epidemiology.
Edisi 3 Lange Medical Books/ MCGraw-
Hill.Toronto
Hawkins R. 2005. The Evidence Based Medicine
Approach to Diagnostic Testing : Practicalities
and limitations. Clin Biochem Rev:Vol 25.
http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based
_medicine
Soeparto ,dkk. 1998. Epidemiologi Klinis
Gramik FK UNAIR.
16
17
18
• Ketahui judulnya
• Cari tahu apa tujuan dari penelitian itu
• Desain penelitian yang di gunakan
• Populasi & Sampel yang di gunakan
• Teknik pengambilan sampel
• Metode pengumpulan data
• Instrumen yang di gunakan
• Metode statistik yang di gunakan
19
• Aspek yang diperhatikan dalam penelitan adalah
“Bagaimana menentukan” :
– Normalitas / abnormalitas.
– Diagnosis.
– Kekerapan.
– Risiko.
– Prognosis.
– Terapi atau pengobatan.
– Pencegahan.
– Kausa.
–  yang diterbitkan dalam tulisan ilmiah (Journal atau artikel).
• Cara yang terbaik untuk mengkritisi journal atau artikel
adalah kita harus belajar tentang Evidence-based
Medicine (EBM).

20
• Perbedaan standart diagnosis suatu penyakit
akan merubah prevalensi penyakit dan terapi
suatu penyakit.
• Perubahan kriteria diagnostik berhubungan
dengan peningkatan jumlah penyakit.
• Misal :
– Definisi AIDS yang dipakai sebagi dasar diagnosis
pada tahun 1987 selam 2 tahun hanya ditemukan
kasus sekitar 50 %.
– Tetapi sejak 1993 dengan dimasukannya kriteria
baru yaitu CD+ 4 maka penemuan penderita AIDS
meningkat secara nyata ( 85%).
21
5 step Evidence- base practice
• 1. Asking Focused Question ( Patien’s problem).
• Prevention,diagnosis,prognosis,therapi, causation,
et al
• 2. Finding the Evidence (Clinical article).
• Penemuan terbaru untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
• 3. Critical Appraisal
• Validity dan usefulness
• 4. Making a Decision.
• Integrasi kejadian klinik dengan pasien.
• 5. Evaluating Performance
• Efektifitas dan efisiensi dari step 1 s/d step 4 dan
untuk memperbaiki waktu yang akan datang.

22
Pertanyaan Klink “Clinical
question”dalam EBM meliputi :

• Bagaimana menilai atau assesment


– Diagnostik.
– Terapi.
• Bagaimana kegunaannya atau manfaat yang
dapat diterapkan di klinik.

23
Topik Criticals Appraisal
• 1. Telaah kritis Uji Diagnosis.
• 2. Telaah kritis Jurnal Terapi.

24
1. Telaah kritis Uji Diagnosis

25
Pendahuluan.

• Upaya menegakkan diagnosis suatu penyakit


adalah:
– Suatu proses yang tidak sempurna dan
menghasilkan hanya suatu probabilitas dari pada
suatu kepastian dan kebenaran.
• Seorang klinisi sering sulit untuk memperoleh
informasi tentang uji diagnosis terbaru bila tidak
mau belajar.
• Uji diagnosis berkembang sesuai dengan zamanya.
26
Pendahuluan…..

• Suatu uji diagnosis pada awalnya sangat bagus, tetapi


dengan perkembangan tehnologi akan menjadi
ketinggalan, karena telah ditemukan uji diagnosis
terbaru.
• Dalam menentukan uji diagnosis seorang klinisi harus
mempertimbangkan seberapa besar sensitifitas dan
spesifitas terhadap uji diagnosis baru dibandingkan uji
diagnosis lama.

27
Pedoman membaca artikel Uji Diagnosis.

1. Apakah terdapat ketersamaan antara uji diagnosis


yang sedang diteliti dengan baku emas [Gold
Standart] ?
2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi
spektrum penyakit dari yang ringan sampai
berat, penyakit yang terobati dan tidak dapat
terobati ?
3. Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan jelas
?
4. Apakah presisi uji diagnosis dan variasi
pengamat dijelaskan ? 28
5.Apakah istilah “ normal “ dijelaskan ?
6. Apakah uji diagnosis yang diteliti merupakan
bagian dari suatu kelompok uji diagnosis,
apakah kontribusinya pada kelompok uji
diagnosis tersebut dijelaskan ?
7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji
diagnosis yang sedang diteliti dijelaskan,
sehingga dapat direplikasi ?
8. Apakah kegunaan uji diagnosis yang sedang
diteliti disebutkan ?
29
1. Apakah terdapat ketersamaan antara uji
diagnosis yang sedang diteliti dengan baku
emas [Gold Standart] ?
• Uji diagnosis baru harus dilakukan pada
kelompok penyakit baik yang mempunyai baku
emas maupun yang tidak mempunyai baku
emas.
• Hasil uji diagnosis harus bisa digunakan oleh
seorang klinisi untuk menentukan bahwa
seseorang benar-benar sakit atau tidak.
• Uji diagnosis baru harus diabndingkan dengan
uji diagnosis baku emas.
30
Cara menentukan Uji diagnosis baru.

• Cara yang paling banyak dipakai untuk


membandingkan uji diagnosis baru dengan uji
diagnosis baku emas adalah dengan menggunakan
tabel 2x2.
• Dengan melihat tabel tersebut dapat dihitung:
– Sensitifitas.
– Spesifitas.
– Nilai prediksi.

31
Tabel 2x2 tentang perbandingan uji diagnosis baru
dengan uji diagnosis baku emas.
Baku emas
Pasien dengan Pasien tanpa
penyakit penyakit

Hasil Positif : Positif sejati Positif palsu a+ b


test Pasien dengan a b
penyakit
Negatif : False positif True negatif c+d
Pasien tanpa c d
penyakit
a+c b+d a+b+c+d

32
• Positif palsu diakibatkan karena kesalahan
dalam menginterpretasi alat diagnostik yang
sebenarnya penderita tersebut sehat.
• Bila hasil test makin rendah prosentase positif
palsu dikatakan spesifitasnya makin tinggi.
• Negatif palsu diakibatkan karena kesahan
dalam menginterpretasikan alat diagnostik
yang sebenarnya pendeita tersebut sakit.
• Jika hasil tes makin rendah prosentase negatif
palsu dikatakan sensitifitasnya makin tinggi

33
Menentukan nilai
• Sensitifitas = a
a+c
• Adalah indek prosentase yang menunjukkan kemampuan
uji diagnosis baru dalam mendeteksi adanya penyakit
kalau memang ada penyakitnya berdasarkan uji diagnosis
baku emas.

• Spesifitas = d
b+d
• Adalah indek yang menunjukkan kemampuan uji
diagnosis yang sedang diteliti dalam mendeteksi tidak
adanya penyakit bila memang tidak ada penyakit
berdasarkan uji diagnosis baku emas.

34
Uji diagnosis pada Sensitifitas Spesifitas
penyakit demam tiphoid (%) (%)
Multi-Test Dip-S Ticks 89 50
for Seotype Typhi

TyphiDot 79 89

TUBEX 78 94

Widal testing in the 64 76


hospital

Widal testing at the 61 100


Pasteur Institute

35
• Nilai prediksi positif = a
a+b
• Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosis yang
sedang diteliti dalam memprediksi benar-benar adanya
penyakit apabila hasil uji diagnosis tersebut positif.

• Nilai Prediksi negatif = d


c+d
• Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosis yang
sedang diteliti dalam memprediksi benar-benar tidak ada
penyakit apabila hasil uji diagnosis tersebut negatif

36
• Akurasi = a+d
a+b+c+d
• Adalah kesesuaian secara keseluruhan antara
uji diagnosis baru yang sedang diteliti dengan
uji diagnosis baku emas

• Prevalensi = a+c
a+b+c+d
• Nilai prevalensi dipengaruhi oleh nilai prediksi
dan relatif stabik terhadap sensitifitas dan
spesifitas.
37
Disagreements in chest roentgen interpretation

100 chest X ray 78 %:


false negatives

41% potentially
Significant
errors 22 % :
5 resident false positives
Senior
radiology

56 percent
Indeterminate
disagreements

Herman et al. Chest 1975;68;278-282 38


2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi
spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat,
penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ?

• Penyakit demam berdarah biasanya tidak sulit


untuk menentukan diagnosisnya.
• Arti klinis sesungguhnya dari suatu uji
diagnosis baru adalah terletak pada nilai
prediksinya dari kasus yang samar-samar.
• Jadi penulis harus menjelaskan spektrum
penyakit dari subyek yang diteliti.
39
3.Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan
jelas ?

• Nilai prediksi sangat dipengaruhi oleh prevalensi.


• Pasien yang datang ke puskesmas tentunya berbeda
dengan pasien yang datang ke rumah sakit tipe A.
• Dalam artikel harus di cantumkan lokasi penelitian dan
seleksi pasien, sehingga pembaca dapat menghitung nilai
prediksi bila ingin diterapkan di tempat kerjanya.
• Seleksi harus dicantumkan, sebab pembaca sepantasnya
menerima jaminan bahwa hasil uji diagnosis disebabkan
oleh mekanisme penyakit bukan oleh perbedaan sifat
seperti umur, jenis kelamin, diet dari subyek penelitian.

40
4.Apakah presisi uji diagnosis dan variasi
pengamat dijelaskan ?

• Validitas suatu uji diagnosis menuntut tidak


adanya bias dan adanya presisi.
• Deskripsi dari suatu uji diagnosis harus jelas
agar pembaca dapat mengulanginya dengan
cara yang sama.

41
5.Apakah istilah “ normal “ dijelaskan ?

• Dalam makalah penulis harus menjelaskan apa yang


dimaksud dengan “normal” dan pembaca harus puas
bahwa istilah yang dipakai oleh penulis memang
mempunyai arti klinis.
• Beberapa istilah yang dipakai sebagi standar normal
adalah :
– 1.Percentil.
– 2.Faktor resiko ( resiko terhadap kesakitan atau kematian)
– 3 Kriteria kultur ( lebih baik langsing dari pada gemuk)
– 4.Suatu rentang harga dimana suatu terapi memberikan hasil
yang bermanfaat diabnding kerugiannya
• Misal harga normal tekanan darah adalah 130/80 mmHg

42
6. Apakah uji diagnosis yang diteliti merupakan
bagian dari suatu kelompok uji diagnosis, apakah
kontribusinya pada kelompok uji diagnosis
tersebut dijelaskan ?

• Kebanyakan suatu uji diagnosis hanya


menguji satu dari beberapa manifestasi klinis
dari suatu penyakit.
• Apakah penulis menjelaskan kontribusi
manifestasi klinis yang diuji tersebut terhadap
manifestasi penyakit yang sesungguhnya.
43
7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji
diagnosis yang sedang diteliti dijelaskan,
sehingga dapat direplikasi ?
• Penulis harus menerangkan dengan jelas
mengenai bagaimana mengerjakan uji diagnosis
tersebut yang meliputi :
– Bagaimana melakukan dan bagaimana
mengisterpretasikan hasilnya,
– Apakah ada persyaratan khusus seperti diet atau
aktifitas fisik tertentu.
– Obat apa yang harus dihindari.
– Bagaimana tranports dari spesimen dan
penyimpanan untuk analisis lebih banyak.
44
8. Apakah kegunaan uji diagnosis yang sedang
diteliti disebutkan ?

• Kriteria utama dari uji diagnosis atau tindakan klinis


adalah apakah pasien menjadi lebih baiak atau tidak?
– Apakah kelainan dapat terdeteksi atau tidak.
– Apakah tindakan lebih lanjut dapat dikurangi atau tidak?
– Apak pasien atau dokter mendapat keuntungan dengan uji
diagnosis baru tersebut ?
• Bila tidak ada sebaiknya pembaca mencermati bagai
mana akurasi, presisi terhadap uji diagnosis baru tersebut.

45
Lembar kerja Uji diagnostik
1.Apakah terdapat ketersamaan dengan baku emas ? Ya Tidak Tidak
diketahui
2. Apakah sampel subyek penelitian meliputi spektrum penyakit
dari yang ringan sampai berat, penyakit yang terobati dan tidak
Ya Tidak Tidak
dapat diobati ? diketahui
3. Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan jelas ? Ya Tidak Tidak
diketahui
4.Apakah presisi uji diagnostik dan variasi pengamat Ya Tidak Tidak
dijelaskan ?
diketahui
5.Apakah istilah “normal” dijelaskan ? Ya Tidak Tidak
diketahui
6. Apabila uji diagnostik yang diteliti merupakan bagian dari Ya Tidak Tidak
suatu kelompok uji diagnostik, apakah kontribusinya pada
kelompok uji diagnostik tsb dijelaskan ? diketahui
7. Apakah cara dan tehnik melakukan uji diagnostik yang sedang Ya Tidak Tidak
diteliti dijelaskan, sehingga dapat direplikasi.
diketahui
8. Apakah kegunaan uji diagnostik yang sedang diteliti Ya Tidak Tidak
disebutkan ?
diketahui46
2. Telaah kritis Jurnal Terapi.

47
Pendahuluan

• Ada 3 hal pokok yang harus diketahui sebelum memilih terapi yang
terbaik yaitu
– 1. Menentukan tujuan terapi
– 2. Memilih terapi yang spesifik.
– 3. Menentukan target terapi.
• Di Amerika serikat semua obat sebelum digunakan oleh seorang klinisi
harus dilakukan uji klinik tentang efeketifitas obat tersebut.
• Contoh pemberian terapi captoril pada penderita hipertensi.
– Tujuan terapi : mencegah kerusakan target organ seperti otak,
jantung, mata, ginjal ayng dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan permanen.
– Pilihan terapi spesifik: berdasarkan uji klinik tersamar ganda.
– Target terapi : tekanan sistolik 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg.
48
• Ada 3 kemungkinan setelah memlilih terapi:
1. Berdasarkan pengalaman tanpa kontrol dari dokter
yang bersangkutan.
2. Berdasarkan rekomendasi dari guru /
senior/konsultan/ kolega dokter.
3. Berdasarkan berdasarkan suatu uji klinik tersamar
ganda yang formal.

• Mana yang terbaik dalam menentukan terapi ?


• Jawab : dalam memilih obat adalah berdasarkan
uji klinik tersamar ganda ( Randomized
controlled clinical trial/ RCT).
49
• Makna “ controlled” mempunyai arti bahwa
pasien (subyek penelitian) menerima obat
baru dibandingkan dengan pasien kontrol
(placebo) yang tidak menerima obat baru atau
tetap menerima obat sebelumnya.
• Makna “ randomized” subyek dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok subyek penelitian
dan placebo dengan dilakukan random alokasi.

50
Cara memilih terapi yang baik
• Klinisi harus membaca jurnal / artikel
kedokteran tentang terapi.
• Klinisi harus memilih jurnal yang baik dengan
cepat.
• Klinisi harus mengetahui pedoman telaah
kritis tentang terapi.

51
Pedoman telaah kritis tentang
terapi
1. Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok terapi
atau kontrol betul betul secara acak (random) atau
tidak ?
2. Apakah semua keluaran ( autcome) dilaporkan ?
3. Apakah studi menyerupai lokasi anda bekerja atau tidak ?
4. Apakah kemaknaan statistik maupun klinis
dipertimbangkan atau dilaporkan ?
5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat dilakukan
ditempat anda bekerja atau tidak ?
6. Apakah semua subyek penelitian diperhitungkan dalam
kesimpulan ?

52
1. Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok
terapi atau kontrol betul betul secara acak (random)
atau tidak ?
• Subyek penelitian harus mempunyai
probabilitas yang sama pada alokasi kelompok
terapi atau kontrol.
• Istilah ” randomized trial” atau “random
allocation” harus ada dalam abstrak pada jurnal
tersebut.
• Dengan “random allocation “(alokasi random)
bertujuan untuk menghilangkan bias pada hasil
penelitian.
53
Dua langkah dalam membaca artikel/ jurnal
tentang terapi yaitu

• 1. Telusuri artikel yang mencantumkan


“randomized clinical trial”
• 2.Bila tidak ditemukan artikel tentang
“randomized clinical trial” , maka klinisi
dianjurkan memilih artikel yang memuat
investigasi subeksperimental.

54
2. Apakah semua keluaran ( autcome)
dilaporkan ?
Hasil uji klinis secara random alokasi clofibrat pada penyakit
jantung koroner
plasebo clofibrat
Rerata perubahan pada kolesterol serum +1 -9

Infark miokard non fatal per 1000 subyek 7,2 5,3

Infark miokard fatal dan non fatal per 1000 8,9 7,4
subyek
Total kematian per 1000 subyek 5.2 6.2

55
Interpretasi hasil penelitian diatas
• Pemberian clofibrat akan menurunkan
kolesterol sebesar 9%.
• Infark miokard baik fatal dan non fatal menurun
lebih sedikit dari pada placebo ( 5,8: 7,2 dan
7,4: 8,9)
• Keluaran secara keseluruhan pada kematian
total terapi clofibrat lebih tinggi dari pada
placebo ( 6,2:5,2) sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terapi clofibrat lebih banyak
kerugiannya.
56
3. Apakah studi menyerupai lokasi anda
bekerja atau tidak ?

• Subyek penelitian harus diketahui secara


demografi sosial dan secara klinis, sehingga
klinisi dapat membandingka dengan situasi
tempat bekerja.
• Subyek penelitian harus mirip dengan tempat
bekerja klinisi.
• Kalau semua jawaban diatas ya, berati artikel
tersebut bisa digunakan untuk pedoman terapi.

57
4. Apakah kemaknaan statistik maupun klinis
dipertimbangkan atau dilaporkan ?

• Kemaknaan klinis berhubungan dengan


seberapa manfaat klinis terhadap terapi obat
tertentu.
• Kemaknaan statistik berhubungan dengan
hasil kesimpulan penelitian benar-bernar
bermakna secara statistik tanpa
memperitmbangkan kepentingan klinis.

58
Tabel 1 Hasil penelitian terapi captopril terhadap
komplikasi kematian, atau stroke

Rata kejadian Relative Risk


Reductin (RRR)

Jenis penelitian Placebo Tx captopril (P-A) =RRR


P A P

Hipertensi dng 2.2 0.8 2.2-0.8 = 64%


kerusakan target 22
organ
Hipertensi tanpa 1.0 0.4 1.0 - 0.4 = 60%
kerusakan target 10
organ
59
Tabel 2 Hasil penelitian terapi captopril terhadap
komplikasi kematian, atau stroke
Rata kejadian

Jenis penelitian Placebo Tx RRR Absolut Risk


captop Reduction
ril (ARR)
Kerusakan target 2.2 0.8 64% 2.2-0.8 = 0.14
organ

Tanpa kerusakan 1.0 0.4 60% 1.0-0.4 = 0.6


target organ

60
• Kemaknaan klinis dapat dilihat pada RRR atau ARR
• Tabel 2 dapat dilihat bahwa terapi captopril dapat
menurunkan komplikasi target organ sebesar 0,8
dibanding 2,2 dengan RRR sebesar 64.
• Sedangkan komplikasi tanpa kerusakan target organ 0,04
diabnding 1,0 dengan RRR sebesar 64%
• Bila RRR> 50% menunjukan bermakna secara klinis.
• Tabel 2 captopril dapat menurunkan komplikasi sebesar
0.14 dan 0.6.

61
5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat
dilakukan ditempat anda bekerja atau tidak ?

• Terdapat 4 pokok :

1. Perlakuan harus dijelaskan dengan terperinci agar


dapat direplikasi.
2. Perlakuan harus punya arti biologis dan klinis.
3. Perlakuan harus tersedia dan dapat diterima
penderita.
4. Peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana cara
menghindari kontaminasi atau co-intervensi.

62
6. Apakah semua subyek penelitian
diperhitungkan dalam kesimpulan ?

• Pembaca harus jeli mencatat berapa subyek penelitian


yang termasuk kelompok perlakuan (terapi) atau
kelompok kontrol.
• Tabel 3 dari hasil penelitian uji klinis acak( randomized
clinical trial) jumlah kasus sebesar 151 penderita dengan
rincian : pembedahan versus medikamentosa ( 79
dioperasi vs 72 medikamentosa ) setelah dihitung terdapat
penurunan reduction in risk sebesar 27 % (p=0,02), tetapi
• Setelah diteliti jumlah kasus sebesar 167, dan ada 16
kasus meninggal karena stroke atau meninggal waktu
masuk sehingga bila dihitung penurunan reduction in risk
hanya 16 % (p=0.09) berarti tidak bermakna. 63
Tabel 3. Hasil penelitian operasi jantung Vs
medikamentosa
TIA,sroke atau
kematian
terapi ya tidak Total pasien

Operasi jantung 43 36 79

medikamentosa 53 19 72

Redution risk dari operasi jantung adalah = (53/72 )- (43/79) = 27%


(53/72)
X 2 = 5,98 dan p=0,02 ( bermakna bila p< 0.05)
64
Tabel 3 Tetapi yang benar adalah

TIA,sroke atau
kematian
terapi ya tidak Total pasien
Operasi jantung 58 36 94

medikamentosa 54 19 73

Redution risk dari operasi jantung adalah = (54/73 )- (58/94) = 16%


(54/73)
X 2 = 2,80 dan p=0,09 ( tidak bermakna karena p>0.05) 65
Lembar kerja telaah kritis terapi
1. Apakah lokasi subyek penelitan ke kelompok terapi atau ya Tidak Tidak
kontrol betul betul secara acak (random) atau tidak ? diketahui

2.Apakah semua keluaran (outcome) dilaporkan ? ya Tidak Tidak


diketahui

3.Apakah lokasi penelitian menyerupai lokasi anda bekerja ya Tidak Tidak


atau tidak ? diketahui

4.Apakah kemaknaan statistik maupun klinis ya Tidak Tidak


dipertimbangkan atau dilaporkan ? diketahui

5.Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat dilakukan ya Tidak Tidak


ditempat anda bekerja atau tidak ? diketahui

6.Apakah semua subyek penelitian dipertimbangkan dalam ya Tidak Tidak


kesimpulan ? diketahui

66
NEW ENGLAND
The
JOURNAL of MEDICINE
ESTABLISHED IN 1812 JANUARI 30.2003 VOL.348 NO.5

Multifactorial Intervention andd cardiovascular


Disease in patients with Type 2 Diabetes
Peter Gaede.M.D., Pernile Vedel.M.D.Ph.D.,Nicolai Larsen.M.D.Ph.D.,Gunnar
V.H.,Jensen.M.D.,Ph.D., Hans-henrik Parving.M.D.D.M.Sc, and Oluf Pedersen.M.D.D.M.Sc .
ABSTRACT
• Background
– Cardiovascular morbidity is a major burden in patients with type 2 diabetes. In the Steno-2 Study,
we compared the effect of a targeted, intensified,multifactorial intervention with that of
conventional tretment on modifiabel risk factors for cardiovascular disease in patients with type 2
diabetes and microalbuminuria.
• Methods
– The primary end point of this open, paralled trial was acomposide of death fromcardiovascular
causes, nonfatal myocardial infartion, non stroke, revascularization. And amputation…..
• Results
– The mean age of the patients was 55.1 years, and the mean follow-up was 7.8 years…….
• Conclutions
– A target-driven, long-term,intensified intervention aimed at multiple risk factor in patients with type
2 diabetes and microalbuminuria reduces the risk of cardiovacular and microvascular evnts by
about 50 persent
67
Kesimpulan
• Telaah kritis merupakan suatu keharusan bagi seorang klinisi
untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-
hari.
• Telaah kritis merupakan metode untuk berpikir kritis terhadap
artikel atau journal penelitian.
• Pengetahuan telaah kritis merupakan bagian atau tahapan dari
evidence-base medicine.
• Dalam menentukan uji diagnosis seorang klinisi harus
mempertimbangkan seberapa besar sensitifitas dan spesifitas
terhadap uji diagnosis baru dibandingkan uji diagnosis lama
• Ada 3 hal pokok yang harus diketahui sebelum memilih terapi
yang terbaik yaitu bagaimana menentukan tujuan terapi,
memilih terapi yang spesifik dan menentukan target terapi.

68
Kepustakaan.

• Gaede P, et al. 2003. Multifactorial Intervention and


Cardiovascular Disease in Patient with type 2
Diabetes;348 :383-393
• Greenberg, et al, 2001 . Medical Epidemiology. Edisi 3
Lange Medical Books/ MCGraw-Hill.Toronto
• Hawkins R. 2005. The Evidence Based Medicine
Approach to Diagnostic Testing : Practicalities and
limitations. Clin Biochem Rev:Vol 25.
• http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based_medicine
• Soeparto ,dkk. 1998. Epidemiologi Klinis Gramik FK
UNAIR.
69
70

Anda mungkin juga menyukai