Anda di halaman 1dari 22

EVIDENCE BASED

MEDICINE

KELOMOPK 7 :
• DINI WARISKA 1941012086
• MAGHFIRA PUTRI ILHAM 1941012094
• NURUL ATIKAH 1941012084
• SYIFA MAWADDAH 1941012060
• NASTY RANURA 1941012080
PENGERTIAN
• Pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan
untuk tatalaksana pasien.
• Mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh
dengan penelusuran informasi secara sistematis

Kemampuan
Bukti ilmiah EBM
Klinis
KETERAMPILAN DALAM EBM

Melakukan telaah kritis


Kemampuan untuk terhadap literatur
melakukan penelusuran tersebut menurut aturan-
literatur secara efisien aturan yang telah
ditentukan
LANGKAH PROSES EBM
• Membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut
• Memilih sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dari
literatur ilmiah
• Telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas (mendekati kebenaran),
pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan penerapannya pada pasien
• Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
• Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit
1. MEMFORMULASIKAN PERTANYAAN
ILMIAH
Secara umum terdapat 2 jenis pertanyaan klinik yang biasa diajukan oleh seorang praktisi medik atau klinisi
pada saat menghadapi pasien :
1. Background pasien : Pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit pasien
2. “foreground question” : pertanyaan-
pertanyaan spesifik yang berkaitan dengan
upaya penatalaksanaan.
2. PENELUSURAN INFORMASI ILMIAH
UNTUK MENCARI “EVIDENCE”
• Mencari dan mencoba menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Untuk ini diperlukan keterampilan penelusuran informasi ilmiah
(searching skill) serta kemudahan akses ke sumber-sumber informasi. Penelusuran
kepustakaan dapat dilakukan secara manual di perpustakaan- perpustakaan Fakultas
Kedokteran atau rumahsakit-rumahsakit pendidikan dengan mencari judul-judul artikel
yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam jurnal-jurnal.
3. PENELAAHAN TERHADAP BUKTI
ILMIAH (EVIDENCE) YANG ADA
• Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian
(appraisal) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari penelaahan kritis ini adalah
untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara klinis untuk
membantu proses pengambilan keputusan.
• Untuk mampu melakukan penilaian secara ilmiah, seorang klinisi atau praktisi harus
memahami metode yang disebut dengan “critical appraisal” atau “penilaian kritis” yang
dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris. Critical appraisal ini dilengkapi
dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menjaring apakah artikel-artikel yang kita
peroleh memenuhi kriteria sebagai artikel yang dapat digunakan untuk acuan.
PATOKAN PENELAAHAN KRITIS

Pada proses EBM, perlu dilakukan penelaahan kritis terhadap suatu literatur. Ada 3 hal penting
merupakan patokan telaah kritis :
• Validitas penelitian, yang dapat dinilai dari metodologi / bahan dan cara
• Pentingnya hasil penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil penelitian
• Aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang dapat dinilai dari bagian diskusi
artikel tersebut

(Tumberlaka, Alan R, 2002)


4. PENELAAHAN KE DALAM PRAKTEK

Tabel Levels of evidence


dipresentasikan derajat
evidence, yaitu
kategorisasi untuk
menempatkan evidence
berdasarkan
kekuatannya.
5. FOLLOW-UP DAN EVALUASI

• Untuk mengetahui apakah current best evidence yang digunakan untuk pengambilan keputusan
terapi bermanfaat secara optimal bagi pasien, dan memberikan resiko yang minimal.
• Untuk menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan betul-betul memberi manfaat yang
lebih besar dari resikonya (“do more good than harm”). Rekomendasi mengenai keputusan
terapi yang paling baik dibuat berdasarkan pengalaman klinik dari kelompok ahli yang menyusun
pedoman pengobatan.
TUJUAN EBM

Untuk mengetahui
tingkat kepercayaan dari bukti yang ada serta keuntungan
dan kerugian dari suatu tindakan (dan tanpa suatu
tindakan) dan diagnosa
CARA MENDAPATKAN INFO EBM

• Buku-buku EBM dalam bidang ilmu terkait.


Buku-buku panduan seperti ini kini sudah
tersedia yang dapat digunakan sebagai buku
panduan. Misalnya saja Evidence Based
Practice in Infant and Early Childhood
Psychology.
EVIDENCE BASED MEDICINE SEBAGAI
PENDEKATAN PRAKTEK FARMASI KLINIK
• Di bidang farmasi klinik Evidence Based Medicine berperan dalam mendukung
proses-proses penggunaan obat (drug uses proceses), antara lain keputusan
menggunakan terapi obat, pemilihan obat, penentuan regimen obat, labeling dan
dispensing, edukasi pasien, monitoring obat , tindak lanjut monitoring obat dan
evaluasi. Penggunaan EBM dibidang faramsi klinik diharapkan dapat memberikan
pengobatan yang rasional dan sesuai dengan outcome klinis yang diharapkan. Selain
itu, kebutuhan EBM menjadi sangat diperlukan untuk seorang farmasis klinik untuk
meyakinkan kepada dokter bahwa rekomendasi yang diberikan merupakan hal yang
perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan terapi.
Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam EBM :
(1) Evidence Based Diagnose, merupakan EBM yang biasa digunakan oleh dokter sebagai
komponen dalam menegakkan diagnosa
(2) Evidence Based Nursing, merupakan EBM yang biasa digunakan oleh perawat dalam
menjalankan Nursing Care
(3) Evidence Based Pharmacotherapy, merupakan EBM yang digunakan oleh farmasis dalam
terapi.
PEDOMAN PENGOBATAN BERBASIS
EBM
Diperlukan karena :
• Prinsip terapi harus selalu didasarkan pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah
• Setiap penyakit pasti mempunyai terapi utama/pilihan yang paling dianjurkan (drug of choice)
maupun terapi alternative
• Penentuan keputusan pengobatan yang hanya didasarkan pada pengalaman praktek sudah
harus ditinggalkan
• Pola peresepan terhadap satu kondisi penyakit tertentu juga sangat beragam, belum tentu
pasien dengan diagnosis yang sama akan memperoleh jenis pengobatan yang sama
TUJUAN PEDOMAN PENGOBATAN

dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal, yaitu dari segi :


• Mutu pelayanan pengobatan
• Standar profesi
• Logistik
• Pengamanan hukum
• Kebijakan obat
• Pengelolaan obat
MANFAAT PEDOMAN PENGOBATAN

• Untuk pasien :
• Hanya pengobatan yang paling bermanfaat, aman dan ekonomis yang diterima oleh pasien.
• Keanekaragaman pengobatan dapat dikurangi sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi
pasien. Hal ini secara tidak langsung juga akan meningkatkan ketaatan pasien.
• Pasien hanya akan menerima obat yang paling diperlukan, sehingga ketersediaan obat dapat
lebih terjamin dan biaya obat terjangkau.
• Pasien menerima pengobatan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan
Untuk pengelolaan suplai obat
• Suplai obat untuk setiap penyakit lebih terjamin.
• Perkiraan kebutuhan obat dapat lebih mendekati kebutuhan riil berdasarkan epidemiologi
penyakit, sehingga mengurangi risiko kekurangan obat di unit pelayanan kesehatan
Untuk pemegang kebijakan kesehatan
• Pedoman pengobatan bermanfaat untuk mengukur mutu pelayanan pengobatan.
• Pengendalian biaya, sehingga anggaran obat dapat dimanfaatkan secara lebih efektif.
• Memungkinkan untuk menjalankan program-program khusus, misalnya diare, ISPA, TBC, dan
malaria di unit-unit pelayanan kesehatan secara massal
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai