Anda di halaman 1dari 5

Indikator Rekomendasi Respon Cepat

EXECUTIVE SUMMARY
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS
DI KELURAHAN X KECAMATAN Y
JAKARTA F PROVINSI DKI JAKARTA, XYZ 2022

A. Pendahuluan
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira
interogans tanpa memandang bentuk serotipenya dengan masa inkubasi rata-rata 7-10 hari.
Bakteri Leptospira dapat menginfeksi manusia melalui luka atau abrasi kulit dan melalui
membrane mukosa seperti selaput mata, hidung, tenggorokan, lewat kontak langsung maupun
tidak langsung dengan urin atau jaringan hewan yang telah terinfeksi.
Tikus merupakan reservoir utama Leptospira dan mempunyai peranan penting pada
kejadian leptospirosis pada manusia. Leptospira yang berada di dalam tubuh hewan dapat
bertahan selama hewan tersebut hidup tanpa menyebabkan sakit. Leptospira dapat dikeluarkan
dari tubuh hewan melalui urin dan kemudian dapat mencemari lingkungan. Lingkungan yang
tercemar oleh urin yang mengandung Leptospira merupakan titik sentral epidemiologi
leptospirosis. Leptospira mempunyai kemampuan hidup di tanah yang sesuai selama 43 hari
dan di dalam air sampai berminggu-minggu. Suhu hangat (25 ºC), tanah basah/lembab, dan pH
tanah 6,2-8 merupakan lingkungan yang cocok untuk perkembangan bakteri. Menurut World
Health Organization (WHO), leptospirosis merupakan salah satu Neglected Tropical Diaseases
(NTDs), namun dapat memberikan dampak kesehatan cukup signifikan di negara-negara tropis
seperti Asia dan Amerika. Kasus leptospirosis pada manusia di dunia setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 1 juta kasus dengan 60 ribu kematian. Kejadian leptospirosis juga
diperkirakan 1.000 kali lebih banyak di negara-negara tropis dibandingkan subtropis.
Pada tahun 2020 terdapat 8 provinsi yang melaporkan kasus leptopirosis, yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Utara, dan
Sulawesi Selatan. Secara nasional terdapat 906 kasus Leptospirosis yang dilaporkan di
Indonesia pada tahun 2020. Selama sepuluh tahun terakhir terdapat kecenderungan kenaikan
kasus leptospirosis, terutama pada tiga tahun terakhir. Walaupun demikian, terjadi penurunan
kematian selama periode tiga tahun tersebut.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat provinsi dengan peningkatan laporan
kasus yang tinggi pada tahun 2020 yaitu DKI Jakarta yang pada tahun 2019 melaporkan 37
kasus meningkat menjadi 209 kasus pada 2020. Begitu juga dengan Jawa Timur yang
meningkat dari 147 kasus pada 2019 menjadi 272 kasus pada 2020. Kasus leptospirosis
tertinggi dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah. Sementara data kasus leptospirosis di
Kota/Kabupaten X sejak … sampai… terdapat …kasus. Wilayah geografinya…
Menindaklanjuti informasi dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Y bahwa ada 1 kasus
probable Leptospirosis di Kelurahan J dengan RDT positif IgM anti-Leptospira. Terkait hal
tersebut, tanggal bulan 2022 Tim BBTKLPP Jakarta bersama Suku Dinas Kesehatan Jakarta B,
Puskesmas Kecamatan G, dan Puskesmas Kelurahan J melakukan penyelidikan epidemiologi,
pengambilan sampel.

B. Tujuan Penyelidikan KLB


Penyelidikan KLB ini bertujuan untuk memastikan kasus yang dilaporkan memenuhi
definisi probable leptospirosis dan mendapat pengobatan adekuat, menentukan luas wilayah
terjangkit melalui identifikasi kasus suspek leptospirosis tambahan, mendapatkan informasi
gambaran kasus leptospirosis di Kelurahan J, mendeteksi dini faktor risiko penularannya
sebagai upaya pencegahan dan pengendaliannya.

C. Metode Penyelidikan KLB


Penyelidikan KLB dilakukan melalui kunjungan rumah kasus di Kelurahan X, Kecamatan
Y, Kabupaten Z pada tanggal ….. Penyelidikan di tempat bekerja kasus juga dilakukan untuk
mencari faktor risiko penularan. Selain itu kunjungan ke Puskesmas X juga dilakukan untuk
melihat record data leptospirosis.
Diagnosis leptospirosis dapat ditegakkan dengan melakukan wawancara menggunakan
form leptospirosis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti dengan pengambilan sampel serum
kasus, sampel ginjal tikus untuk pemeriksaan PCR di laboratorium BBTKL PP Jakarta.
Pengumpulan data dalam kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan data primer dan
sekunder.

D. Hasil Penyelidikan KLB

1. Pemastian diagnosis leptospirosis


a. Identitas kasus suspek/ probable leptospirosis
Nama : Tn.Ny (laki-laki/perempuan)
Umur : …tahun
Alamat :
Pekerjaan : utama dan sampingan
Hobi :

b. Kronologis kejadian
Kasus mengeluh … sejak .. hari yang lalu (25 Juli 2021), 26 Juli 2021 kasus
diperiksakan ke Puskesmas Y dan dicurigai leptospirosis …….riwayat luka,
berenang
Sakit kepala, batuk, Keluhan lainnya ….batuk (+), hemoptisis (-)…perdarahan gusi,
dll
Tidak ada keluarga serumah yang mengeluh demam dll
Hasil RDT positif IgM anti-Leptospira
di rumah/sekitar ruma/ sekitar tempat kerja ada yang sakit seperti yang dialami
sekarang

Tempat tinggal/ tempat kerja kasus adalah daerah banjir


Riwayat pengobatan
Riwayat paparan lingkungan beresiko leptospirosis 2 minggu sebelumnya

c. Pemeriksaan fisik: keadaan umum, kesadaran , tekanan darah , nadi, nafas, suhu,
saturasi oksigen, BB, TB, status gizi,
Mata : Conjungtiva suffusion (+), ikterik (-)

Ektremitas: Nyeri betis +/+, ruam kulit (-/-)


BAK normal, warna

d. Diagnosis lapangan

e. Penatalaksanaan awal; doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari.

2. Pemastian adanya KLB leptospirosis

KLB Leptospirosis ditetapkan apabila memenuhi salah satu kriteria (sesuai


Permenkes1501 Tahun2010) sebagai berikut:

a. Terjadinya kasus baru di suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota yang


sebelumnya belum pernah ada/tidak dikenal kasus Leptospirosis, atau
b. Munculnya kesakitan Leptospirosis di suatu wilayah kecamatan yang selama1 tahun
terakhir tidak ada kasus;
c. Terjadinya peningkatan kejadian kesakitan/ kematian Leptospirosis dua kali atau
lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/ kematian yang biasa terjadi pada
kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu atau bulan) berturut- turut tergantung
jenis penyakitnya, atau
d. Terjadinya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus di suatu wilayah
kecamatan, kabupaten/kota selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari,minggu
atau bulan berturut-turut menurut jenis penyakitnya,atau
e. Terjadinya peningkatan angka kematian (case fatality rate) akibat kasus
Leptospirosis sebanyak 50% atau lebih dibandingkan angka kematian kasus
Leptospirosis pada periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (darah dan rontgen)


Pada Penyelidikan KLB telah diambil sejumlah ...... (jumlah spesimen) spesimen .........
(bahan spesimen yang diambil), dan diperiksa di laboratorium ........ (nama
laboratorium), dengan hasil ......... (jumlah spesimen yang positip) buah spesimen positip
......... (nama bahan atau kuman yang ditemukan oleh laboratorium).

4. Etiologi atau diagnosis banding etiologi, sepertinya ini ngak perlu lagi krn sudah ada lab
Berdasarkan gambaran klinis kasus-kasus, distribusi gejala, gambaran epidemiologi
serta hasil pemeriksaan laboratorium maka kemungkinan etiologi KLB
adalah ..................,dengan diagnsosis banding.............,...............,................

5. Timeline perjalanan penyakit leptosebagai berikut:

6. Kurva epidemi kl ada data dari PKM yaa


Dibuat berdasarkan tanggal mulai sakit atau tanggal berobat yang menggambarkan
tanggal mulai sakit dibuat kurva epidemi. Sejauh mungkin kurva epidemi dibuat sejak 2
bulan sebelum terjadinya KLB tergantung masa inkubasi penyakit penyebab KLB. Kurva
epidemi dapat dibuat berdasarkan data primer penyelidikan KLB dengan pengumpulan
data dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data sekunder penyelidikan KLB dari pos-
pos kesehatan, puskesmas dan rumah sakit. Apabila dilakukan penyelidikan KLB
berdasarkan data sekunder, dan kemudian pada daerah tertentu juga berdasarkan data
primer, maka dibuat dua kurva epidemi dengan menyebutkan sumber datanya.

7. Gambaran epidemiologi menurut orang (umur, jenis kelamin)

Gambaran epidemiologi KLB menurut umur dan jenis kelamin membutuhkan data
epidemiologi kasus, kematian dan populasi rentan menurut umur dan jenis kelamin.
Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer dari rumah ke rumah,
maka populasi rentan berdasarkan hasil kunjungan dari rumah ke rumah, tetapi apabila
tidak ada, maka populasi rentan berdasarkan data yang ada di lokasi kejadian, misalnya
data desa, data kecamatan dan sebagainya. Apabila dilakukan penyelidikan KLB
berdasarkan data primer, tetapi hanya terbatas pada daerah tertentu saja, maka kedua
gambaran epidemiologi KLB tersebut perlu disampaikan dalam laporan ini.
Buat AR. Attack Rate kelompok umur 10-14 Tahun di Desa Campur Asri adalah 1/215x
100 penduduk yaitu 0,46 per 100 penduduk.

8. Gambaran epidemiologi menurut tempat (tabel dan peta)


Gambaran epidemiologi KLB menurut tempat membutuhkan data epidemiologi
kasus, kematian dan populasi rentan menurut tempat. Apabila dilakukan penyelidikan
KLB berdasarkan data primer dari rumah ke rumah, maka populasi rentan berdasarkan
hasil kunjungan dari rumah ke rumah, tetapi apabila tidak ada, maka populasi rentan
berdasarkan data yang ada di lokasi kejadian, misalnya data desa, data kecamatan dan
sebagainya. Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer, tetapi hanya
terbatas pada daerah tertentu saja, maka kedua gambaran epidemiologi KLB tersebut
perlu disampaikan dalamlaporanini.

9. Gambaran epidemiologi menurut faktor risiko

 Peta wilayah berdasarkan faktor risiko antara lain, daerah banjir, pasar, sanitasi
lingkungan, dan sebagainya.

10. Kasus tambahan

Nama/ pekerjaan alamat onset Gejala Faktor risiko


Umur
1.

11. Pembahasan tentang kondisi KLB saat penyelidikan KLB dilakukan serta kemungkinan
peningkatan, penyebaran KLB dan kemungkinan berakhirnya KLB

12. Kesimpulan
a. Telah terjadi KLB leptospirosis di…dengan gejala klinis…dan hasil pemeriksaan fisik
ditemukan…
b. Jumlah kasus. Attack rate? AR untuk memperkirakan derajat penularan penyakit
c. Indeks case dapat ditentukan atau tidak
d. Faktor risiko antara lain
e. Tidak ditemukan kasus tambahan saat dilakukan penyelidikan epidemiologi

13. Upaya yang dilakukan


1. Perangkap tikus dipasang di rumah-rumah sekitar lokasi kasus leptospirosis. Dua
buah perangkap tikus berupa live trap dipasang di dalam rumah dan dua buah
perangkap di sekitar rumah. Pe- nangkapan tikus dilakukan selama tiga hari. Total
jumlah perangkap tikus yang dipasang di setiap desa adalah 600 buah. Tikus yang
ter- tangkap setiap harinya diidentifikasi berdasar- kan kunci identifikasi . Tikus
diambil darahnya selanjutnya serumnya diuji menggunakan metode Microscopic
Agglutination Test (MAT) untuk mengetahui serovar Leptospira yang menginfeksi.
2. Penemuan dini serta pengobatan kasus suspek yang lain untuk mencegah kematian
3. Intervensi lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat
persembunyian tikus.
4. Intervensi factor risiko yang ada berupa memberikan penyuluhan, memberantas
tikus dengan ….. menutup luka dan lecet dengan pembalut kedap air
5. Melakukan penyelidikan kasus leptospirosis lain di sekitar tempat tiggal kasus,
tempat kerja, tempat jajan atau daerah banjir sekurang-kurnagnya 200 meter dari
lokasi banjir
6. Dilakukan pengambilan spesimen tikus, air dan tanah untuk dilakukan pemeriksaan
PCR dan MAT;
7. Upaya pencegahan
- Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki,
tangan dan bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah.
- Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang.
- Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi
pekerja beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan,
vaksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak.
- Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut
terhadapmasyarakat.
- Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus.
- Pemberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.

14. Rekomendasi,

berisi antara lain rekomendasi tentang perlunya penyelidikan KLB lebih lanjut dalam
bidang tertentu, rekomendasi perlunya bantuan tim penanggulangan KLB Provinsi dan
sebagainya.

- Tim puskesmas agar melakukan pemantauan wilayah setempat di daerah terjadinya


kasus untuk mencari kasus tambahan dan catat hasilnya dalam formulir dan apabila
ditemukan suspek Leptospirosis segera melaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk diambil spesimennya dan segera dilakukan pengobatan.
-

MINTA DATA LEPTOSPIROSIS KE PUSKESMAS


Masa inkubasi rata-rata= 7-10 hari. (2-30 hari)

Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan


Tabel 1. Frekuensi Gejala pada Kasus-Kasus Suspek Leptospirosis di “Desa …..”, Januari 2022

No Gejala Jumlah Persentase


(%)
Suspek 1. Demam akut
2. Sakit kepala/tidak
3. Nyeri otot
4. Malaise/tidak
5. Conj Suffusion
6. 2 minggu sebelumnya
terpapar ling
terkontaminasi/aktivitas
yg mrpkn faktor risiko
lepto
Probable 1. Nyeri betis
(suspek+ 2. Ruam kulit
2 dari 8) 3. Manifestasi
perdarahan
4. Batuk, hemoptisis/
tidak
5. Sesak
6. Aritmia
7. Ikterus
8. Oliguria/ anuria
Jumlah kasus N=

Anda mungkin juga menyukai