Anda di halaman 1dari 21

REKONSILASI FISKAL

NAMA : ADINDA NOVIA SARI


NIM : 1801103010023
MK : PERPAJAKAN
DOSEN : ADNAN, S.E.,M.Si

PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS


SYIAH KUALA
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata Perpajakan
dengan judul “Rekonsilasi Fiskal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banda Aceh, 4 Juni 2020

Adinda Novia Sari

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................1
1.2 Latar Belakang ..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................................................3
REKONSILASI FISKAL..................................................................................................................3
2.1 Pengertian Rekonsilasi Fiskal.....................................................................................................3
2.2 Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal .....................4
2.3 Laporan Keuangan Fiskal...........................................................................................................7
2.4 Koreksi Fiskal............................................................................................................................8
2.5 Jenis-Jenis Koreksi Fiskal ..........................................................................................................8
2.6 Teknik Rekonsiliasi Fiskal ........................................................................................................ 12
2.7 Format Rekonsiliasi Fiskal ....................................................................................................... 12
BAB III........................................................................................................................................... 13
PERHITUNGAN REKONSILASI FISKAL ................................................................................... 13
3.1 Perhitungan Rekonsilasi Fiskal ................................................................................................ 14
BAB IV........................................................................................................................................... 17
PENUTUP ...................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Wajib Pajak dengan pemerintah memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal
pembayaran pajak. Wajib Pajak berusaha membayar pajak sekecil mungkin karena dengan
membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak,
pemerintah memerlukan dana sebanyak-banyaknya dari penerimaan pajak untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Karena adanya perbedaan kepentingan, maka dengan self assesment
system Wajib Pajak cenderung berusaha meminimalisasi jumlah pembayaran pajak.

Upaya untuk meminimalisasi pembayaran pajak ini disebut dengan perencanaan pajak.
Perencanaan pajak yang baik adalah perencanaan yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.Untuk memenuhi kewajiban tersebut, Wajib Pajak harus melakukan perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Perusahaan
harus menyusun laporan keuangan fiskal untuk kepentingan pembayaran pajak.Tujuan utama
dari laporan keuangan fiskal adalah untuk menghitung penghasilan kena pajak.

Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara prinsip akuntansi komersial dengan
prinsip akuntansi pajak, terutama dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Laporan
keuangan komersial yang telah disusun oleh perusahaan dapat diubah menjadi laporan keuangan
fiskal dengan cara melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan perpajakan
melalui proses rekonsiliasi fiskal (Iswahyudi, 2005). Sesuai dengan self assessment system yang
dianut oleh Undang-undang Pajak Penghasilan, maka koreksi fiskal harus dilakukan sendiri oleh
Wajib Pajak.

Untuk memperhitungkan besarnya jumlah pajak yang harus disetor, perusahaan harus
melakukan penyesuaian antara laba komersial (laba berdasarkan perhitungan akuntansi) dengan
laba fiskal (laba berdasarkan peraturan perpajakan) dengan menambahkan atau mengurangkan,
baik perbedaan tetap maupun perbedaan waktu/temporer. Oleh karena itu, perusahaan harus

1
melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersialmenurut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dengan laporan laba rugi menurut Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan perhitungan,
khususnya laba mennurut akuntansi dengan laba menurut perpajakan. Laporan keuangan
komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor
swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.
Untuk kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan SAK,
sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan
perpajakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Rekonsilasi Fiskal

2. Bagaimana Perhitungan Rekonsilasi Fiskal?

1.3 Tujuan
1. Dapat Memahami Rekonsilasi Fiskal

2. Dapat Memahami Perhitungan Rekonsilasi Fiskal

2
BAB II

REKONSILASI FISKAL

2.1 Pengertian Rekonsilasi Fiskal


Rekonsiliasi fiskal adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan wajib pajak
badan menurut ketentuan komersial diubah menjadi menurut ketentuan perpajakan atau
fiskal. Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk mendapatkan angka
laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba
komersial atau laporan laba rugi. Proses rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh Wajib
Pajak yang berbentuk perusahaan. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal
yang akan mempengaruhi besarnya laba kena pajak serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang.
Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya dan pos-pos penghasilan dalam Laporan
keuangan Komersial, antara lain :

1. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.


2. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
3. Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto
4. Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak
5. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan Objek Pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPh non Final

Rekonsiliasi fiskal memiliki tujuan utama yaitu untuk menyajikan informasi sebagai
bahan menghitung besarnya penghasilan kena pajak sesuai dengan self-assessment. Koreksi
fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan pengakuan
metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial atau dengan secara fiskal.
Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi menurut perhitungan
akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak

3
Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-
koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan
koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun
terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

2.2 Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal adalah karena terdapat
perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya.

1. Perbedaan Prinsip Akuntansi


Beberapa prinsip SAK yang telah diakui secara umum tetapi tidak diakui dalam fiskal,
diantaranya adalah :

a. Prinsip konversatisme, penilaian persediaan akhir berdasarkan metode “terendah antara


harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai taksiran
realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakuidalam fiska.
b. Prinsip harga perolehan, dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk
barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja yang berupa
natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai
pengurangan/biaya.
c. Prinsip pemadanan (matching), akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan pada
saat aset tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum
menghasilkan.

4
2. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi
a. Metode penilaian persediaan. Akuntansi komersial meperbolehkan untuk memakai
berbagai metode yang ada. Namun apabila pada akuntansi fiskal hanya diperbolehkan
menggunakan metode Average dan FIFO.
b. Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi komersial membolehkan metode
penyusutan berbagai jenis, apabila dalam akuntansi fiskal hanya diperbolehkan garis
lurus dan saldo menurun. Selain itu apabila akuntansi komersial kita dapat
memperkirakan umur ekonomis aktiva tetap, namun pada fiskal yang memutuskan adalah
Menteri Keuangan. Demikian pula dengan nilai residu, akuntansi komersial
memperbolehkan menggunakan nilai residu, sedangkan fiskal tidak diperoleh
menggunakan nilai residu.
c. Metode penghapusan piutang. Dalam akuntansi komersial penghapusan piutang
ditentukan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan dalam fiskal, penghapusan piutang
dilakukan pada saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu
yang diiatur dalam peraturan perpajakan.

3. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya


a. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi bukan merupakan objek
pajak penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari
total PKP atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.
Contoh:
 Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dalam bantuk natura
 Bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal vantura dari badan pasangan
usaha.
 Hibah, bantuan, sumbangan
 Iuran dan penghasilan tertentu yang diterima dari dana pension
 Penghasilan dividen yang diterima oleh PT, koperasi, BUMN/ BUMD, sebagai
WPDN dengan persyaratan tertentu.
 Penghasilan lain yang termasuk dalam kelompok bukan objek pajak (pasal 4 ayat
(3) UU PPh)

5
b. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi pengenaan pajaknya bersifat
final. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total PKP
atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.Contoh:
 Penghasilan berupa deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate dan persewaan tanah dan atau bangunan
 Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan ketidakbenaran,
penghentian penyelidikan tindak pidana, dll)
 Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi.

c. Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan adalah:


 Kerugian suatu usaha di luar negeri
 Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya
 Imbalan dengan jumlah yang melebihi kewajaran

d. Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial sebagai biaya atau pengurang
penghasilan bruto, tetapi dalam fiskal pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Contoh:
 Imbalan atau penggantian yang diberikan dalam bentuk natura
 Pajak penghasilan
 Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenaikan dan sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan perundang-undangan perpajakan
 Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya, dll.

6
2.3 Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Rekonsiliasi fiskal dilakukan
oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi
(komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan fiskal disusun
berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Perpajakan.

Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan
pajak yaitu :
a. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan ini
laporan keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian dalam
melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut ketentuan
perpajakan dan menurut praktek pembukuan.
b. Ketentuan pajakuntuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar indepensi
dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.
c. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini laporan
keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada ketentuan
pajak apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.

Susunan laporan keuangan fiscal :


a. Input berupa dokumen dasar
b. Dicatat dalam buku harian jurnal
c. Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar
d. Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti
piutang, hutang dll
e. Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap fakta
pada akhir tahun dan catatan penutup.
f. Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial
g. Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan
perpajakan

7
h. Setelah laporan keuangan diatur dalam kketentuan perpajakan akan menghasilkan
laporan keuangan fiscal.

2.4 Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial atau dengan
secara fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi menurut
perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak
Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-
koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan
koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun
terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

2.5 Jenis-Jenis Koreksi Fiskal

Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis – jenis perbedaan antara akuntansi komersial
dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 dan UU Nomor 17 Tahun 2000).
Secara umum terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya koreksi fiskal,
yaitu:

1. Beda Tetap
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen artinya
koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun pajak
berikutnya. Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda tetap terjadi karena :

8
a. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen
berasal dari cadangan laba yang ditahan serta kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).

b. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-


undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
 Bunga Deposito dan Tabungan lainnya
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
 Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan
 Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
 dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)

Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena menurut
akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang PPh bukan
merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya:

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;


 yang bukan objek pajak
 yang pengenaan pajaknya bersifat final
 yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan
b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan
c. Pajak Penghasilan
d. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

9
e. biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9 ayat
1 UU PPh)

Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif atau koreksi
positif. Koreksi negatif artinya penghasilan yang diakui oleh akuntansi komersial namun secara
fiskal harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan objek pajak maupun karena telah
dikenakan PPh final, menyebabkan laba kena pajak berkurang yang akhirnya akan menyebabkan
PPh terutang lebih kecil. Sedangkan koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi
positif artinya biaya yang diakui oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi,
akan menyebabkan laba kena pajak bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh
terutang menjadi lebih besar.

2. Beda Waktu
Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinya
koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun-tahun pajak
berikutnya. Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena :

 Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode penyusutan


yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun
 Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO
 Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan piutang tak
tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu dan sebagainya

Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat
penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun berikutnya.
Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah, sedangkan koreksi
negatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak akan berkurang.
Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif
tergantung dari metode yang digunakan.

10
a. Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya pengurangan biaya
yang telah diakuai dalam laporan laba rugi secara komersial menjadi semakin kecil apabila
dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya penambahan Penghasilan Kena
Pajak. koreksi fiskal positif diantaranya:

 Biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham


 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
 Pengeluaran dalam bentuk natura
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kpd pemegang saham
 Sumbangan atau bantuan
 Pajak Penghasilan
 Sanksi administrasi (Pajak)
 Penyusutan/amortisasi
 Dan lain – lain

b. Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya penambahan biaya
yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial sehingga semakin besar apabila
dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya pengurangan Penghasilan Kena
Pajak. Koreksi fiskal negatif diantaranya:
 Penyusutan/amortisasi
 Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
 Dan lain - lain

Penyustan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil perhitungan apa
lebih besar atau malah lebih kecil. Untuk lebih mendalami koreksi fiskal kita dapat juga
membaca laporan audit akuntan publik atas laporan keuangan suatu perusahaan. Setiap
perusahaan akan mempunyai pos yang berbeda atas koreksi fiskalnya.

11
2.6 Teknik Rekonsiliasi Fiskal

Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
b. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
c. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan
sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah
laba menurut akuntansi.
d. Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya
atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut
akuntansi.

2.7 Format Rekonsiliasi Fiskal

Contoh format Rekonsiliasi Fiskal.

Laba menurut Laporan Keuangan komersial …………….. Rp xxx


Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tidak dapat dikurangkan……………….. Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak Rp xxx
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh …………. Rp xxx.
Total koreksi positif Rp xxx
Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak …………………… Rp xxx

12
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final…. Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………...……… Rp xxx
Total koreksi negatif Rp. xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal………………………. Rp xxx


PPh terutang…………………………………………………… Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….……. Rp. xxx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


 Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
 Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu
biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi

Perbedaan diakui sebagai koreksi negatif apabila:


 Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut akuntansi.
 Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu
biaya atau pengeluaran diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
 Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

BAB III
PERHITUNGAN REKONSILASI FISKAL

13
3.1 Perhitungan Rekonsilasi Fiskal
PT. Abadi Jaya Sentosa (AJS) bergerak dalam bisnis perdagangan kain tenun. PT AJS
merupakan wajib pajak badan yang berdomisili di Jepara, Jawa Tengah. Informsasi dan data
laporan keuangan komersial PT AJS pada 2019 adalah sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):

14
 Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus
 Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai dengan metode
FIFO sebesar Rp700.000.000
 Membayar PPh pasal 22 sebesar (1,5% x Rp200.000.000) = Rp3.000.000
 Membayar PPh pasal 23 sebesar (2% x Rp10.000.000) = Rp200.000
 Membayar PPh pasal 25 selama 12 bulan untuk setiap masa pajak Rp5.000.000 selama
tahun 2019.
Pertanyaan:

1. Hitunglah PPh Pasal 29 untuk tahun pajak 2019.


2. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT. AJS, sehingga diketahui penghasilan kena pajaknya.

Jawaban:
Penghitungan PPh Pasal 29 PT AJS untuk tahun pajak 2019:

15
16
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Rekonsiliasi Fiskal, yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan


komersial perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Rekonsiliasi
yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan mempengaruhi besarnya laba kena
pajak serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan
antara laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiscal
(berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000).

Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara; Jika suatu penghasilan diakui menurut
akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, maka kurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari
penghasilan menurut akuntansi, begitupun sebaliknya, dan Jika suatu biaya atau pengeluaran
diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari
biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi, begitupun sebaliknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


www. Google.com

Unknown. “Rekonsilasi Fiska”.2019. Dikutip dari :


https://atpetsi.or.id/contoh-soal-dan-jawaban-rekonsiliasi-fiskal/#.XtttJkUzbIU
Pada 6 Juni 2020

18

Anda mungkin juga menyukai