Anda di halaman 1dari 4

Kesenian tradisional Banyumas 

adalah kekayaan budaya benda maupun


tak benda yang tumbuh dan berkembang di wilayah bekas Keresidenan Banyumas,
meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
dan Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan letak geografisnya.
Kesenian-kesenian di wilayah itu mendapatkan pengaruh dari pusat
kebudayaan keraton Mataram Yogyakarta, Surakarta, dan Sunda. Namun seiring
perkembangan zaman, pengaruh-pengaruh dari luar Banyumas itu hanya
memperkaya khasanah saja, sebab kesenian-kesenian Banyumas memiliki
karakternya sendiri, yaitu sebuah entitas kebudayaan ngapak. Kekhasan seni tradisi
Banyumas bahkan menyebarkan pengaruh terhadap budaya sekitar, antara lain ke
wilayah bekas keresidenan Kedu dan Pekalongan.[1][2][3][4]

Kesenian yang ada di wilayah banyumas antara lain

 Ebeg
 Laisan
 Lengger-Calung
 Angguk banyumasan
 Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
 Gending Banyumasan
 Begalan
 Rengkong

Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini.


Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung
(gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama
calung. Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol, gedheg, dan lempar sampur.
Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, tetapi kini
umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah sebagai
badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana. Badut biasanya hadir
pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang,
mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik,
rambut disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau
selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen.
Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis
dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan.
Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus,
dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam).
Yang tidak terbuat dari bambu hanyalah gendang, seperti gendang pada umumnya.
Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden.
Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri dari penabuh
gamelan dan penari/lengger.[5]

Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian


tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi
dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan irama
Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain
mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang
lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda.
Syairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah
Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending
Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung
bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan
mengenal juga laras slendro dan pelog.[6] Kesenian - kesenian lainnya (termasuk
kesenian serapan) yang tumbuh berkembang di wilayah Banyumasan antara lain
adalah:

 Bongkel, adalah musik tradisional Banyumasan yang mirip dengan


angklung, hanya terdiri dari satu jenis instrumen dengan empat bilah berlaras
slendro. Nada-nadanya 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).
 Buncis, merupakan perpaduan antara seni musik dengan seni tari yang
dimainkan oleh 8 orang pemain. Dalam pertunjukannya diiringi dengan
perangkat musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga
menjadi pemusik serta vokalis.
 Aksimuda adalah kesenian bernapas Islam yang disajikan dalam bentuk
atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian.
 Salawatan Jawa menjadi salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan
perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukannya kesenian ini
menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanzi.
 Cowongan/ Nini Cowong merupakan upacara meminta hujan. Upacara ini
dilakukan bila hujan tidak turun dalam waktu yang sudah cukup lama. Wujud
Nini Cowong seperti jaelangkung.
 Ujungan, menampilkan atraksi agak mengerikan karena pemainnya saling
sabet-sabetan dengan menggunakan rotan.
Tari lengger eling eling sendiri di ambil dari nama gending yang digunakan
dalam mengiringi tarian lenggeran ini yaitu Ricik-ricik Banyumasan kalajengaken
Eling-eling Banyumasan slendro manyura (Iringan tari Gambyong calung).
Kostum yang digunakan membutuhkan peralatan-peralatan seperti kain, stagen,
kemben, angkin, slendan atau sampur dan gelung konde. Sesuai dengan
perkembanganya dalam tata rias dan busana pada saat ini lengger juga
menggunakan lulur, lipstil, chunduk mentul, chunduk jungkat, kalung, bros, bunga
penghias, mekak sebagai pengganti kemben dan boro samir. Untuk pakaian badhor
(badut) ialah ikat kepala, beskap, stagen, kain, dan sedikit bermake-up.

Pengrawit Pengrawit terdiri dari 6 orang dan berfungsi untuk mengiringi


pertunjukan tersebut. Gamelan tersebut terbuat dari bambu masyarakat
menyebutnya calung. Calung mempunyai ricik-ricik:

a. Gambang barung

b. Gambang penerus

c. Slenthem

d. Kethuk-kenong

e. Kendhang

f. Gong

Adapun matrik / nama2 gerak yang digunakan dalam tari lenggeran eling –
eling banyumasan antra lain :

1. Jalan Ancang – ancang


2. Cutatan sampur / seblak sampur kanan kiri
3. Lenggahan
4. Shindet
5. Penthangan asto
6. Keweran sindet
7. Entrakan
8. Keweran sindhet
9. Lampah tigo / laku telu
10. Keweran sindhet
11. Kosekan
12. Keweran sindhet
13. Laku miring seblak sampur
14. Keweran sindhet
15. Geol,seblak sampur
16. Keweran sindhet
17. Lembehan tangan
18. Keweran sindhet
19. Pentangan tangan geol
20. Keweran sindhet
21. Laku miring wolak walik tangan seblak sampur
22. Keweran sindhet
23. Cutatan sampur

Anda mungkin juga menyukai