Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS


DI PUSKESMAS PAITON

Dosen Pembimbing : Shinta Wahyusari S.Kep., Ns., M. Kep., Sp.Kep Mat

Di susun oleh:

INNA YATUL MAULA


14901.07.20012

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : INNA YATUL MAULA

NIM :14901.07.20012

No. Tanggal Pembimbing Evaluasi/Saran Paraf


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai
muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Adhi Djuanda, 2019).
Gastroentritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa
perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau
tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pada neonatus lebih
dari 4 kali/ hari. (Nancy, 2020).
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus. Gastroentritis akut di tandai dengan diare, dan pada
beberapa kasus, munta-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit dan biasanya berlangsung kurang dari 14 hari (munaida,2018).
2. Etiologi
Menurut Ngastiyah (20019) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5
faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroentritis pada infeksi internal,
meliputi :
a) Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli, Samonela, Shigella, Campylobachter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus,
astovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi
lactora, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
friktosa, dan gluktosa), pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat utama
dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka pada
bayi dam balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus.
Penyababnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang
berfungsi memecah laktosa belum sempurna, sehingga
menyababkan bayi diare, dan lipase akan berfungsi optimal saat
berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia bayi 1-2
bulan dan tidak menyababkan berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
d. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,
tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.
3. Anatomi Fisiologi.
Anatomi

Fisiologi
1) Anatomi sistem pencernaan

a. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2


bagian :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir
dan pipi.
2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang
bersambung dengan faring.
b. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut


dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas
tulang belakang.
c. Esofagus (kerongkongan)

Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk


kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung setelah melalui thorak menembus
diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
d. Gaster (lambung)

Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat


mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-
bagian lambung, yaitu :
1) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah
kiri osteum kardium biasanya berisi gas.

2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada


bagian bawah notura minor.
3) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk
spinkter pilorus.
4) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum
kordi samapi pilorus.
5) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai
ke pilorus anterior.
e. Usus halus

Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan


makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum
panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum

Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk


sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat
pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir
yang nambulir disebut papila vateri.
2) Yeyunum

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus


halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus


halus. Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam- garam
empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor

Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air


dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar
terdiri atas 8 bagian:
1) Sekum.

2) Kolon asenden.

Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari


ileum sampai kehati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.

4) Kolon transversum.

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden


dengan panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus
ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm

6) Kolon sigmoid.

Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk


huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan


intestinum mayor dengan anus.
8) Anus.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang


menghubungkan rektum dengan dunia luar (Syaifuddin, 2017)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Kliegman tanda gejala gastroenteritis, yaitu : (Kliegman,2019)
a. Secara umun :
a) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b) Terdapat tanda gejala dehidrasi : turgor kuit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
c) Demam
d) Nafsu makan berkurang
e) Mual dan muntah
f) Anoreksia
g) Lemah
h) Pucat
i) Nyeri abdomen
j) Perih di ulu hati
k) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat Menurun
atau tidak adanya pengeluaran urine.

Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan elektrolit,


maka gejala dehidrasi tampak. Menurut Nelson (2009), ada 3 tingkatan
dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh
pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal,
kencing normal.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat
dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun
dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun,
warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek,
ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum. Atau yang
dikatakan dehidrasi bila:
a) Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata
25ml/kgBB.
b) Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
c) Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.
5. Klasifikasi
Menurut Sunato gastroentritis dapat diklasifikasikan mejadi tiga, yaitu :
(Sunato,2018)
a. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan :
a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b) Diare non spesifik : diare dietetis.
b. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
c. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai
5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi
waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14
hari.
b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi
Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB – BK GAI) ke 1× di
Palembang, disetujui bahwa definisi diare kronik ádalah diare yang
berlangsung 2 minggu atau lebih. ( sunato, 2009).
6. Patofisiologis
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal di
sebabkan oleh infeksi dengan melakukan lavasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme
ini menghasilkan peningkatan sekresi cair dan atau menurunkan absorpsi
cairan sehinggaakan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare (Diskin, 2008). meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan
atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isl rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan
intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan
respon peningkatan aktifitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus
ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul beelebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar


melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen feses,
dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan
absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air menjadi
terganggu.
Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
Mikroorganisme tersebut berkembangbiak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin.
Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E. coli dan Vibrio
cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen
bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae, Vibrio
parahaemobrticus. Clostridium dgmcile, enterohemorrhagic E. coli) yang
menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa. serta menyebabkan feses
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi
enterosit dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme
campylobacter, dan enterovasif E. coli yang menyebabkan terjadinya
destruksi, serta inflamasi (Jones, 2003).
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat
bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler (Barret, 2018)
7. Pathway

Infeksi Makanan Kebersihan

(virus,bakteri, (basi,beracun,alergi
Masuk ke saluran cerna dan berkembang Masuk ke saluran cerna Tercemar bakteri

Toksin tidak dapat diabsorbsi Masuk ke saluran pencernaan


Toksin dalam dinding usus halus

Merusak mukosa usus


Absorbsi cairan dan
elektrolit menurun

GASTROENTRITIS

Kegagalan absobsi usus Gangguan psikolgis


Terjadi iritasi mukosa usus

Hipertensi cairan isotonik Tekanan osmotik


Cemas dan takut
dan elektronik meningkat
Pergeseran air dan
Hospitalisasi
Muntah elektrolit ke rongga usus

Isi rongga usus meningkat Ansietas


Mukosa kering

Diare
Nafsu makan menurun

Keasaman feses meningkat


Defisit nutrisi
Frekuensi BAB meningkat
Iritasi area anus
Bakteri dalam usus
Kehilangan cairan berlebih
meningkat
gangguan integritas
kulit Resiko Ketidakseimbangan Hipertermi
Menghasilhan gas H2 dan CO2
Cairan
Kembang dan flatas berlebih

Kram abdomen Nyeri abdomen Nyeri akut


8. Komplikasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita
gastroenteritis
b. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena adanya kehilangan Na-bikarbonat
bersama tinja, adanya ketosis kelaparan akibat metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga terjadi penimbunan keton dalam tubuh, terjadi penimbunan
asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria), dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan.
Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull
(Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 2017).
c. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani penderita dapat
meninggal.
e. Kejang demam (Munaidi, 2018)
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang
tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang
perlu dikerjakan (menurut Hendrawanto, 2018) adalah :

a. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
b. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat.
d. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
e. Urinalisis dan kultur
Berat jenis bertambah karena dehidrasi: organisme shigella keluar melalui
urine
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Sunanto (2019) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi:
a) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
b) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa
untuk diare akut.
c) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml
:20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
d) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB /
hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA,
faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
DIETIK
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 Kg, makanan padat atau makanan cair
atau susu.
2. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
3. Supportif : Vitamin A 200.000. IU/IM,usia 1-5 tahun.
b. Keperawatan.
Menurut Ngastiya (2019) penatalaksanaan keperawatan antara lain:
a) Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
b) Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
c) Hentikan makanan padat
d) Monitor tanda –tanda  vital
e) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
11. Masalah Keperawatan
a. Diare
b. Resiko ketidak seimbangan Cairan
c. Defisit Nutrisi
d. Gangguan integritas kulit
e. Hipertermi
f. Nyeri Akut
g. Ansietas
12. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan secara Teori
A. Anamnesis (pengkajian)
1. Identitas
Perlu di perhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan.indsiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi. Hal ini membantu
menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Indentitas
disini mencangkup nama, jenis kelamin,alamat, usia dll.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat pertama kali dilakukan pengkajian
klien mengatakan BAB lebih dari 3x, tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak cairan dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Pernah mengalami diare sebelumnya,pemakaian antibiotik atau jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja.konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5
hari(diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan),lebih dari 14 hari
(diare kronis).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Adalah salah satu keluarga yang mengalami diare
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel,lesu ,kesadaran menurun.
2) Tingkat kesadaran : composmentis
3) Berat badan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
4) Tanda-Tanda vital
 Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien meningkat
 Suhu : Biasanya suhu klien hipotermi
 Pernafasan : Biasanya pernafasan klien mengalami sesak nafas
 Nadi : Biasanya klien mengalami peningkatan denyut nadi
5) Kepala:
 Inspeksi: Mengamati bentuk kepala, adanya lesi, warna, kesimetrisan
 Palapasi : Adanya oedema, atau nyeri tekan.
6) Rambut:
 Inspeksi: mengamati warna (hitam), kebersihan, apakah ada ketombe
atau tidak.
 Palpasi: tekstur (lembut kasar, tebal tipis), kekuatan pada rambut
7) Wajah:
 Inspeksi: mengamati kesimetrisan wajah, lesi, bentuk wajah
 Palpasi: adanya nyeri tekan, oedema
8) Mata:
 Inspeksi: amati kesimitrisan, warna, lesi, sclera ikterik, pupil bulat,
konjungtiva pucat, sclera ikterik
 Palpasi: kekenyalan pada mata nyeri tekan, benjolan (dilakukan
dengan menutup mata)
9) Hidung:
 Inspeksi: amati adanya lesi, kesimetrisan, warna, bentuk khusus
hidung, adanya radang, adanya nafas cuping hidung
 Palpasi: keenturan hidung, nyeri tekan.
10) Mulut:
 Amati bibir: cyanosis, lesi, kering, sumbing.
 Buka mulut pasien: kebersihan, bau mulut, lesi mukosa
 Amati gigi: kebersihan gigi, karies gigi, gigi berlubang atau tidak, gigi
palsu
 Minta pasien menjulurkan lidah: amati kesimetrisan, warna, lesi
 Palpasi lidah: lakukan penekanan dengan menggunakan sudip lidah,
dengan meminta pasien membunyikan huruf “A”
11) Leher:
 Inspeksi: amati bentuk, kesimetrisan, warna, lesi, biasanya tida
adanya pembesaran kelenjer thyroid
 Palpasi: perikasa adanya benjolan, ukuran, tanda oliver (pada saat
denyut trakea tertarik ke bawah)
12) Paru-paru
 Inspeksi : amati simetris kiri dan kanan, lesi, warna, frekuensi saat
bernafas (permenitnya) dan bentuk
 Palpasi : melakukan takstil fremitus dengan mengatakan 77
 Perkusi : terdapat bunyi sonor
 Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing ,ronchi dll (bunyi
normalnya: trakeal, bronchial, bronkovasikyler, vasikuler)
13) Jantung
 Inspeksi : amati kesimitrisan pada kedua sisi, adanya lesi, warna
 Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, terdapat pembesaran
pada jantung
 Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi yang
untuk menentukan batas jantung
 auskultasi : normalnya s1 (lub) dan s2 tunggal (dub), abnormalnya
terdapat bunyi s4 (gallop) sesudah bunyi dub
14) Perut/Abdomen
 Inspeksi : warna, bentuk dan ukuran perut
 Auskultasi: dengarkan suara bising usus normlanya adalah sebanyak
8-35 per menit
 Palpasi : rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati
 Perkusi : untuk menentukan suara timpani
15) Genetalia
 Inspeksi: Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik..
16) Sistem integrumen (kulit dan kuku)
 Inspeksi: biasanya tidak terdapat odem saat di amati dan kuku tidak
cyanosis atau ikterik
 Palpasi: Rasakan adanya perubahan-perubahan pada kelembapan
atau turgor kulit serta lakukan CRT
17) Ekstermitas: kaji kekuatan otot .
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Di awali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola Eliminasi
Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
x sehari, BAK sedikit atau jarang.
4) Pola Aktivitas
Akan terganggu kondisi karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,
pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Pola istirahat tidur akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
7) Pola Konsep Diri
Pola konsep diri merupakan gambaran, peran, identitas, harga,
ideal diri pasien selama sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas,
riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan cara
individu dalam menghadapi suatu masalah.
B. Diagnosa keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Resiko ketidak seimbangan Cairan
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
e. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
f. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3.INTERVENSI

No Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI)


(SDKI)
1 Diare Berhubungan dengan Elimnasi Fekal Manajemen Diare
proses infeksi Observasi
a.Defekasi lebih dari 3 kali Indikator 1 2 3 4 5
1. Identifikasi penyebab nyeri
Kontrol
b.Fese cair
pengeluaran feses 2. Identifikasi riwayat
c.Bising usus hiperaktif Nyeri Abdomen pemberian makanan
Frekuensi defekasi 3. Monitor tanda dan
gejala hypovolomia
4. Monitor keamanan
penyimpanan makanan
Terapeutik
1. Berikan cairan intravena
2. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit

Edukasi
1. Anjurkan menghindari makanan pedas

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
2 Resiko ketidak
Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan

seimbangan Cairan Observasi


Indikator 1 2 3 4 5
a. Disfungsi intestinal Asupan Cairan 1. Monitor status hidrasi
Keluarnya Urine 2. Monitor berat badan harian
Asupan Makanan
3. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Catat intake – output dan
hitung balans cairan
2. Berikan cairan
intravena
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diueretik
3 Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Defisit Nutrisi

Indikator 1 2 3 4 5

Porsi makanan yang


tidak dihabiskan
Makan dan minum
sesuai kesehatan
Diare
berhubungan dengan Observasi
ketidakmampuan 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan 2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Monitor asupan makanan
a. Berat badan menurun 10%
dibawah rentang ideal Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik
b. Bising usus hiperaktif
2. Berikan suplemen makanan
c. Diare
3. Fasilitasi menentukan pedoman diet
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan

4 Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit


Gangguan integritas
Observasi
kulit berhubungan
Indikator 1 2 3 4 5 1. Identifikasi penyebab
dengan faktor mekanis
Nyeri gangguan integritas kulit
a. Kerusakan jaringan
Kemerahana Terapeutik
dan lapisan kulit
Pendarahan 1. Bersihkan perineal dengan air hangat,
b. Nyeri
terutama selama periode diare
c. Perdarahan
d. Kemerahan Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem

5 Termoregulasi Managemen hipertermi


Hipertermi berhubungan
Indikator 1 2 3 4 5 Observasi
dengan proses penyakit
(infeksi) Suhu tubuh 1. Identifikasi penyebab hipertermi

a. Suhu tubuh diatas nilai Suhu Kulit 2. Monitor suhu tubuh


normal Pucat 3. Monitor intake dan output cairan
b. Kulit terasa hangat
Takikardi 4. Monitor haluaran urin
c. Takikardi
Terapeutik
d. Kulit memerah
1. Longgarkan atau lepaskan pakaian
2. Basahi atau kipasi permukaan kulit

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

6 Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


Nyeri berhubungan
Indikator 1 2 3 4 5 Observasi
dengan agens
cedera fisik Keluhan Nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
a. Tampak Meringis Meringis durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Gelisah nyeri
b. Bersikap protektif
Dkesulitan tidur 2. Identifikasi skala nyeri
c. Gelisah
3. Identiifikasi respon nyeri non verbal
d. Frekuensi nadi meningkat
Terapeutik
e. Sulit tidur
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitas istirahat dan tidur
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi
1. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

7 Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi


Ansietas berhubungan
Indikator 1 2 3 4 5 Observasi
dengan kurang
terpapar informasi Perilaku gelisah 4. Identifikasi teknik relaksasi yang
Perilaku tegang pernah efektif digunakan
a. Tampak gelisah
Tekanan darah 5. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
b. Tampak tegang dan penggunaan teknik sebelumnya
Tremor
6. Monitor respon terapi relaksasi
c. Sulit tidur
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yang
nyaman
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan
dan jenis relaksasi yang tersedia
2. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Adhi,Djuanda. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Barrett J. Fhogartaigh CN. Gastroenteritis bakteri, Medicine.2018. Bacterial
gastroenteritis. Elsivier
Hawks JH, Black JM. 2018. Medical Surgical Nursing. Winsland House: Elsevier
Inc
Hendrawanto. 2018. Buku Ajar,Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Monaidi, Sri Linuwih. 2018. Sistem Pencernaan Jakarta: Badan penerbit
FKUI Muh.Dali. 2019. Buku Ilmu Penyakit Sistem Pencernaan.
Makassar : Fakultas Kedokteran
Ngastiyah 2019.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
medical bedah. Jakarta :Selembang Medikal.
Nancy S. Graves. 2020. Acute Gastroenteritis. Department of Family and
Community Medicine, Milton S. Hershey Medical Center, Penn State
Hershey, 500 University Drive, Hershey, PA 17033, USA.
http://dx.doi.org/10.1016/j.pop.2013.05.006. Elsevier
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Suharyono DR. 2008. Diare Akut,Klinik dan Laboratorik:Jakarta;Rineka Cipta
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum berbasis kompotensi Untuk
keperawatan dan kebidanan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai