Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan Asam Urat

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal ditempat dibawah
suatu atap dalam kesadaran dan didalam saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI, 2012). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Saluicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 2015).
2. Struktur Keluarga

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam berbagai generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri
3. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya, nenek,
kakek, keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi dsb.
c. Keluarga berantai (seriel family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.
f. Keluarga kabitas (cohabitation)
g. Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.
4. Peran keluarga
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidikan, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga. Sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengaruh dan pendidik anak-anaknya
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.Disamping itu juga ibu
juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1. Fungsi keluarga

a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memerikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.Mendidik anak sesuai dengan
tingkat-tingkat perkembangannya.
6. Fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarga
a. Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepala
anggota sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai
usia dan kebutuhannya
b. Asuh
Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesalahannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadi mereka anak-
anak yang sehat, baik fisik, sosial, mental dan spiritual.
c. Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
7. Tahap perkembangan keluarga

1. Tahap I :
Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan pasangan
menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini
juga disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah
keluarga (Friedman, 2010)
2. Tahap II :
Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi
ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus keluarga.
Tugas perkembangan keluarga disini yaitu setelah hadirnya anak pertama,
keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri anak
harus mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami
perkembangan fungsi dan tangguang jawab (Friedman,2010)
3. Tahap III:
Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool) Tahap ini
dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak
berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang
baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan
anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan
kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang
adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman
untuk anak-anak (Friedman, 2010).
4. Tahap IV:
Keluarga dengan anak sekolah (families with school children) Tahap ini
dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam waktu penuh
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar
usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang
maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).
5. Tahap V :

Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap
tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang
tinggal dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini
adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab
dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).
6. Tahap VI :
Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari rumah orang tua dan
berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama,
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau
kuliahnya. Tahap perkembangan keluarga disini adalah keluarga membantu
anak tertua untuk terjun ke dunia luar,orang tua juga terlibat dengan anak
terkecilnya,yaitu membantu mereka menjadi mandiri (,2010)
7. Tahap VII :
Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiunan atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia
sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya
pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi
mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai
pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri
(Friedman, 2010).
8. Tahap VIII :
Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir perkembangan
keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir
dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
Kembali ke rumah setelah individu pension atau berhenti bekerja dapat
menjadiproblematik(Friedman,2010)
A. Asam Urat (Gout Artritis)

1. Pengertian Asam Urat

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2015). Gout merupakan
penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan
nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2015;407). Jadi, Gout atau sering disebut asam
urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam
urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.
2. Anatomi
d. Fisiologi Sendi

Gambar 1.1

Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan tersebut

memungkinkan terjadinya pergerakan (Roger, 2012). Ada tiga jenis sendi pada

manusia dan gerakan yang dimungkinkannya yaitu : sendi fibrosa,

kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2012).


e.
Gambar 1.2

a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang bertemu
membentuk cekungan yang akurat dan hanya dipusahkanoleh lapisan tipis
jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di antara tulang-tulang kranium.
b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan).
Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisis tulang rawan
hialin dan dan dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan igamen
yang tidak membentuk sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut.
Sendi tersebut terletak diantara badan-badan vertebra dan diantara
manubrium dan badan sternum.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua atau lebih
tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin sendi. Terdapat
rogga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi pada
tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah keseluruhan
sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial.
Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung
tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga
dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah gerakan selalu bisa
dihasilkan pada sendi sinovial meskipun terbatas, misalnya gerak luncur
(gliding) antara sendi-sendi metakarpal.
Adapun jenis-jenis sendi Sinovial :

1) Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah,


misalnya sendi siku.
2) Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius dan
ulna pada daerah siku dan antara vertebrata servikal I dan II yang
memungkinkan gerakan memutar pada pergelakan tangan dan kepala.
3) Sendi kondilar merupakan dua pasangan permukaan sendi yang
memungkinkan gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan sendi
bisa berada dalam satu kapsul atau dalam kapsul yang berbeda, misalnya
sendi lutut.
4) Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh sebuah

kepala hemisfer yang masuk ke dalam cekungan berbentuk mangkuk

misalnya sendi pinggul dan bahu.

d. Pergerakan sendi dibagi menjadi tiga macam yaitu :


1. Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa gerakan
menyudut atau ,memutar.
2. Gerakan menyudut memnyebabkan peningkatan atau penurunan sudut
diantara tulang. Gerakan ini mencangkup fleksi ( membengkok), ekstensi
( lurus), abduksi ( menjauhi garis tengah) dan aduksi ( mendekati garis
tengah).
3. Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal ( memutar suatu bagian
pada porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna ( menjauhi garis
tengah).
4. Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas yang membentuk suatu lingkaran.
Istilah supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan memutar telapak tangan
keatas dan kebawah.
3. Klasifikasi Asam Urat

Gout terbagi atas 2 yaitu :


1) Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative, dimana
meningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis
dalam jumlah yang berlebihan didalam hati.Merupakan akibat langsung dari
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi
asam urat yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme purin atau
gangguan ekresi asam urat urin karena sebab genetik. Salah satu sebabnya
karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim
HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan
aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle pyrophosphate ), kasus ini yang
dapat diidentifikasi hanya 1 % saja
2) Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan
purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat. Contohnya pada
pasien leukemia Disebabkan karena pembentukan asam urat yang
berlebihan atau ekresi asam urat yang berkurang akibar proses penyakit lain
atau pemakaian obat tertentu. merupakan hasil berbagai penyakit yang
penyebabnya jelas diketahui akan menyebabkan hiperurisemia karena
produksi yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat di urin
4. Etiologi Asam Urat

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan


kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkanasam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
3) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
4) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat
seperti:aspirin,diuretic,levodopa,diazoksid,asam nikotinat,aseta zolamid dan
etambutol.
5) Pembentukan asam urat yang berlebih
6) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
7) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.
8) Kurang asam urat melalui ginjal
9) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena
kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
5. Pathway
6. Patofisiologi Asam Urat
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat
adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin
menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut: Sintesis purin melibatkan
dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida
purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini
tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas
(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk
prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua
enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin
fosforibosiltransferase (APRT). Asam urat yang terbentuk dari hasil
metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi
di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi
kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
7. Tanda Dan Gejala Asam Urat
Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan rekuren
inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang
menumpuk dalam jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta
kartilago),nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam
traktus urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :
1) Hiperutisemia asimtomatik
2) Artiritis gout yang kronis
3) Gout interkritikal
4) Gout tofaseus yang kronik
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah
menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada
usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita
gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI,
lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause
perubahan tersebut kurang nyata. Pada priahiperurisemia biasanya tidak timbul
sebelurn mereka mencapai usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda
awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal.
Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putihmeningkat.
Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal,
obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang
mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang.
Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan,
pergelangan kaki dan sikudapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya
dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan
berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.
Perkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan dari suatu
rangkaian kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat dalam
plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di
luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout
sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi (endapan natrium
urat) yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi asam urat yang cepat.
Tubuh mungkin tidak dapat menanggulangi peningkatan ini dengan memadai,
sehingga mempercepat proses pengeluaran asam urat dari serum.
Kristalisasi dan endapan asam urat merangsang serangan gout. Kristal-
kristalasam urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan waktu
leukosit memakan kristal-kristal urat tersebut maka respon mekanisme
peradangan lain terangsang. Respon peradangan mungkin dipengaruhi oleh
letak dan besar endapan kristal asam urat. Reaksi peradangan mungkin
merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri sendiri akibat
endapan tambahan kristal-kristal dari serum.
Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal.
Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik timbul dalarn
jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku dan pegal.
Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik, sendi yang
bengkak akibat gout kronik sering besar dan berbentuk nodular. Serangan gout
Aut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul
pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi
sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan
tofi adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan
bawah, bursa infrapatella dan helix telingaTofi-tofi ini mungkin sulit
dibedakan secara klinis dari rheumatoid nodul. Kadang-kadang tofi dapat
membentuk tukak dan kemudian mengering dan dapat membatasi pergerakan
sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi akibat hiperurisemia kronik, tetapi dapat
dicegah apabila gout ditangani secara memadai.
8. Komplikasi Asam Urat
Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal.Tiga komplikasihi
perurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis
akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer.
Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa.
Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan
terbentuk batu.Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada
duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan
jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal
kronik.
9. Pemeriksaan Penunjang Asam Urat
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
 kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
 kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
b. Pemeriksaaan fisik
(1) Inspeksi
a. Deformitas
b. Eritema
(2)Palpasi
a Pembengkakan karena cairan / peradanagn
b Perubahan suhu kulit
c Perubahan anatomi tulang/ jaringan kulit
d Nyeri tekan
e Krepitus
f Perubahan range of motion
g bewarna kemerahan
h Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsalfalangeal 1
i Serangan pada sendi tarsal unilateral
j Adanya tofus
k Hiperurisemia
l Pada gambaran radiologik, tampak pembengkakan sendi asimetrik
m Pada gambaran radiologik, tampak krista subkortikal tanpa erosi
n Kultur bakteri cairan sendi negatif

10. Penatalaksanaan Medik


1. Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0
mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik ) Colchines ( oral/iv) tiap 8
jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil
sampai nyeri berkurang.
c. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan
inflamasi.
d. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
e. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
f. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang
tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat
dengan
2. Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus
benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.
11. Pencegahan Asam Urat
1. Pembatasan purin :
Hindari makanan yang mengandung purin yaitu: Jeroan (jantung, hati, lidah
ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
2. Kalori sesuai kebutuhan :
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat
yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bias meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
3. Tinggi karbohidrat :
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, rotidan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein :
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,ginjal, otak, paru dan limpa.
5. Rendah lemak :
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persendari total kalori.
6. Tinggi cairan :
Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air.Buah-buahan yang disarankan adalah semangka,
melon, blewah, nanas, belimbing manis,dan jambu air. Selain buah-buahan
tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan
sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari
adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak
yang tinggi.
7. Tanpa alkohol :
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol.
B. Askep Keluarga Dengan Asam Urat

1. Pengkajian

Menurut Mubarak (2012),pengkajian adalah tahapan seorang perawat


mengumpulkan informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status
keluarga adalah:
1 Struktur dan karakteristik keluarga
2 Sosial, ekonomi, dan budaya
3 Faktor lingkungan
4 Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
Psikososial keluarga Pengkajian data pada asuhan keperawatan keluarga
berdasarkan format pengkajian keluarga meliputi :
1) Data Umum
1. Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala keluarga,
komposisi anggota keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,
tanggal lahir, atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari
masing-masing anggota keluarga,dan genogram (genogram keluarga dalam tiga
generasi).
2. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
4. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi,
selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
(Mubarak, 2012)
2) Riwayat dan Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini


Data ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga
saat ini yang belum terpenuhi dan alasan mengapa hal tersebut belum
terpenuhi.Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber
kesehatan yang biasa digunakan serta pengalaman menggunakan pelayanan
kesehatan.Data ini menjelaska riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah
tangga, jenis WC, serta jarak WC ke sumber air. Data karakteristik
rumah disertai juga dalam bentuk denah. Karakteristik Tetangga dan
Komunitas Setempat Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik
setempat, kebiasaan dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan
dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Biasanya keluarga cenderung memiliki tempat tinggal yang menetap
disuatu tempat atau berpindah-pindah.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh
mana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat.
(Widyanto, 2014)
2) Struktur Keluarga

(1) Sitem Pendukung Keluarga


Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang sekitar untuk mengubah perilaku keluarga
dalam mendukung kesehatan dalam keluarga. Penyelesaian masalah
lebih baik jika dilakukan dengan musyawarah akan sehingga
menimbulkan perasaan saling menghargai.
(2) Pola Komunikasi Keluarga
Jika komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat
mendukung bagi klien dan keluarga. Dalam proses penyembuhan
karena adanya partisipasi dari setiap anggota keluarga.
(3) Struktur Peran
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya
dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghidari
terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat
(4) Nilai/Norma Keluarga
Perilaku setiap anggota keluarga yang dapat dilihat dari nilai dan
norma yang ada dalam keluarga.
5) Fungsi Keluarga

(1) Fungsi Afektif


keluarga yang saling menyayangi dan careterhadap salah satu
keluarga yang memiliki penyakit gout artritis akan mempercepat
proses penyembuhan serta setiap keluarga mampu memberikan
dukungan kepada klien.
(2) Fungsi Sosialisasi
Menjelaskan bagaimana sosialisasi yang terjadi dalam keluarga dan
disekitar lingkungan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam
bersosialisasi tidak ada batasan untuk klien selama itu tidak
mengganggu kondisi penyakit klien dengan gout artritis. Interaksi
sosial sangat di perlukan karena dapat mengurangi stress bagi klien.
(3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab,
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Kemampuan
keluarga yang tepat akan mendukung proses perawatan.
c. Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga
mengetahui keadaaan penyakit anggota keluarganya dan cara
merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana
keluarga mengetahui manfaat atau keuntungan pemeliharaan
lingkungan. Kemampuan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan akan dapat mencegah resiko cedera.
e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung
terhadap kesehatan dan proses perawatan.
f. Fungsi reproduksi Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, serta metode apa yang digunakan
keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
g. Fungsi ekonomi Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bagaimana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna
meningkatkan status kesehatan.
h. Stres dan koping keluarga
Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan, Stresor jangka

panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespon

terhadap situasi atau stressor, Strategi koping yang digunakan,

strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan
2. Diagnosis Keperawatan Keluarga
.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan artritis

goutmenurut SDKI tahun 2017 yaitu:

1. (D.0077) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit

2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan otot pada

penderitaartritisgout berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit

3. (D.0136) Resiko cedera akibat penurunan fungsi motorik pada penderita artritis

reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit

4. (D.0111) Defisit pengetahuan keluarga tentang penyakit artritis gout

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

5. (D.0083) Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

6. (D.0109) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit

7. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan

3. Menentukan Prioritas Masalah

Menurut Mubarak (2012) tipologi dari diagnosis keperawatan yaitu:


1) Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
3) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan jika
keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu
masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki
oleh keluarga maupun perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat
ditangani sekaligus. Oleh karena itu, perawat bersama keluarga dapat
menyusun dan menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan skala perhitungan yang dapat dilihat pada

4. Skoring Prioritas Masalah

KRITERIA BOBOT SKOR


Aktual = 3
Sifat masalah 1 Resiko = 2
Potensial = 1
Mudah = 2
Kemungkinan masalah untuk
2 Sebagian = 1
dipecahkan
Tidak dapat = 0
Tinggi = 3
Potensi masalah untuk dicegah 1 Cukup = 2
Rendah = 1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Menonjolnya masalah 1
Tidak dirasakan adanya masalah
=0

Skoring :

a. Tentukan skor untuk tiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot

SKOR X NILAI BOBOT


ANGKA TERTINGGI

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh

bobot
5. Intervensi Keperawatan Keluarga

Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga Asam Urat dengan


NANDA/ICNP, NOC, NIC Panduan Asuhan Keperawatan:
Dx Tujuan Kriteria Standar Evaluasi Rencana
keperawatan Evaluasi Intervensi
Nyeri Akut Tujuan umum : Respon 1. Tanda-tanda vital 1. Kompres hangat
Setelah dilakukan verbal 2. Perilaku kepatuhan 2.Manajemen nyeri
kunjungan ke rumah 3. Perilaku meningkatkan
selama 6 hari kesehatan 3.Pendidikan kesehatan : proses
diharapkan nyeri 4 . Perilaku mencari yankes penyakit
berkurang 5. Kontrol nyeri 4.Manajemen lingkungan :
6. Manajemen penyakit kronis
Tujuan khusus: 7. Manajemen penyakit asam Kenyamanan
Setelahdilakukan urat 5.Terapi relaksasi
tindakan keperawatan 8. Pengetahuan manajemen
6. Akupresur
selama 6x60 menit penyakit kardiovaskuler
keluarga mampu: 9. Pengetahuan manajemen
penyakit kronik
1. Mengenal masalah 10. Pengetahuan: proses penyakit
kesehatan 11.pengetahuan : perilaku sehat
2. Mengambil 12.pengetahuan : promosi
keputusan kesehatan
3. Merawat anggota 13. pengetahuan : daya kesehatan
keluarga yang 14. pengetahuan : manajemen
sakit asam urat
4. Memodifikasi 15.level ketidaknyamanan
lingkungan 16. keparahan asam urat
5. Memanfaatkan 17. level nyeri
fasilitas pelayanan 18. kepuasan klien: manajemen
kesehatan nyeri

15.

16.
6. Implementasi
Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah proses
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk menerapkan rencana tindakan yag
telah disusun dan membangkitkan minat dan kemandirian keluarga dalam
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Namun sebelum melakukan
implementasi, perawat terlebih dahulu membuat kontrak agar keluarga lebih siap
baik fisik maupun psikologis dalam menerima asuhan keperawatan yang diberikan.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :
a. Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
kesehatan dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi, mengkaji
kebutuhan dan harapan tentang 41 kesehatan serta memberi motivasi atau
dorongan sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan membicarakan dengan keluarga
tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga dalam melakukan
tindakan.
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat, dengan
cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga dan memodifikasi
lingkungan semaksimal mungkin
e. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tyang
ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
f. keluarga, serta membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
(Widyanto, 2014).
7. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan keluarga agar
mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan. Evaluasi Menurut Mubarak
(2012), evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif.
1. Evaluasi Kuantitatif Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas,

jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan.

2. Evaluasi Kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat

difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan

keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan

pada akhir asuhan keperawatan (Mubarak, 2012).

Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,

Analisa, dan Planning)

S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada

tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahapan evaluasi


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. (2012). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC.

Bactiar, Arif (2010), Pengaruh Ekstrak Jahe (ZINGIBER OFFICINALE)


Terhadap Tanda dan Gejala Osteoarthritis pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Pandan Wangi Kota Malang Program Magister Ilmu
Keperawatan Kekhususan KMB, Fakultas Ilmu Keperawatan Depok

Chilyatiz Zahroh, Kartika Faiza(2017). Pengaruh Kompres Hangat


Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Univeristas Nahdlatul Ulama
Surabaya : internet publishing

Dinkes,(2018). Profil data Kesehatan Kalimantan timur tahun 2013. Dinas


Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Kaltim.

Rendra Eryan, (2016). Upaya Peningkatan Dukungan Keluarga dalam Menjaga


Diit Pasien Gout Athritis Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhhamadiyah Surakarta : Internet Publishing

Friedman, (2013). Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Gulbuddin Hikmatyar, TA Larasati(2017). Pentalaksanaan Komprehensif


Arthritis Gout dan Osteorthritis Pada Buruh Usia Lanjut. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung : Internet Publishing

Harmoko, (2012). Asuhan Keperaatan Keluarga. Penerbit:pustaka pelajar


Yogyakarta.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai