Anda di halaman 1dari 76

1

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY
KECAMATAN AMALATU KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT

OLEH :

NAMA : YESLIN CORPUTTY

NPM : 1420115232

Dianjurkan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU

2019
2

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY
KECAMATAN AMALATU KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT

SKRIPSI

OLEH :

NAMA : YESLIN CORPUTTY

NPM : 1420115232

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU

2019
3
4
5

MOTO HIDUP

Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,


maka terlaksanalah segala rencanamu
Amsal 16 : 3

Dan bergembiralah karena TUHAN, maka ia


akan memberikan kepadamu apa yang
diinginkan hatimu
Mazmur 4 : 13
6

PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Skripsi ini untuk orang tercinta dan tersayang
atas kasihnya yang berlimpah :

Ucapan syukur dan terimakasih untuk Tuhan yesus yang tak henti-
hentinya memberikan petunjuk dan memberikan kelancaran di setiap
proses yang saya lalui karna tanpa campur tangannya saya tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa ayah( Lorens Siautta) dan ibu (Batseba Corputty)


tercinta, tersayang dan Keluarga Corputty Hahury terkasih dan yang
terhormat, Kupersembahkan skripsi ini kepada kalian atas kasih sayang
dan bimbingan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Terimakasih juga atas segala dukungan , arahan dan
nasehat yang kalian berikan. Terimakasih karena telah mendengar setiap
keluh kesahku selama ini. Kalian adalah motivator terbesar dalam
hidupku yang tak pernah jemuh mendoakan dan menyayangiku, atas
semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak
pernah cukup saya membalas cinta ayah dan ibu kepada saya.

Kaka dan adik-adikku tersayang


(Doni,Hari,Vita,Sandi,Acel,Nyong,Nona Wim)terima kasih atas
dukugan motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya
7

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

Skripsi, 20 november 2019

YESLIN CORPUTTY, NPM. 1420115232

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN


ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY KECAMATAN AMALATU
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

47 halaman, 8 tabel, 7 lampiran

ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN


ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY KECAMATAN AMALATU
KEBUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau bawah yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
pejamu dan faktor lingkungan. Perilaku merokok dalam rumah dapat meningkatkan
resiko kejadian penyakit pernafasan pada penghuni rumah terutama pada balita yang
rentan terhadap penyakit infeksi. Kejadian ISPA pada balita di desa Rumahkay
Kecamatan Amalatu Babupaten Seram Bagian Barat menduduki penyakit pertama
dari 10 penyakit yang paling menonjol.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada
balita di desa Rumahkay. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung
menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan dengan uji Chi – squ are. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 33 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari totol sampel sebanyak 33 didapatkan perilaku merokok sebanyak 81,8% dan
perilaku baik sebanyak 18,2%. Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan
perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita dengan P < 0,001.

Kata Kunci : ISPA, Perilaku Merokok


8

THE DEPARTMENT OF NURSING


INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE MALUKU HUSADA

Skripsi, 20 november 2019

YESLIN CORPUTTY, NPM. 1420115232

RELATIONSHIP BETWEEN SMOKING BEHAVIOR OF PARENTS WITH


THE INCIDENCE OF RUMAHKAY AMALATU DISTRICK WEST SERAM
DISTRICK

47 pages, 8 tables, 7 enclosures

ABSTRACT

ISPA is an infectious disease of the upper or lower respiratory tract that can
cause a variety of diseases ranging from mild infections to severe and deadly
diseases, depending on the causative pathogen, host factors. Smoking behavior in the
home can increase the risk of respiratory disease in residents of the house, especially
in infants who are vulnerable to infectious diseases. ISPA incidence in infants in
Rumahkay village Amalatu Sub-District, West Seram District occupies the firs
disease out of the 10 most prominent diseases. The purpose of this study was to
determine whether there is a relationship between smoking behavior of parents with
ISPA events in infants in the village of Rumahkay. This research was conducted by
direct interview using a questionnaire and data analysis was performed by chi-squ
are test. The number of samples in this study were 33 samples. The results showed
that of the total sample of 33 obtained smoking behavior was 81.8% and good
behavior was 18.2%. the conclusion in this study there is a relationship between
smoking behavior of parents with the incidence of ISPA in toddlers with P <0,001

Keywords : ISPA, smoking behavior


9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena begitu
besar cinta dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY KECAMATAN
AMALATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT” Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dan melakukan penelitian demi
menyandang gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program studi keperawatan
sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKes) Maluku Husada. Dalam penyelesaian ini
peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu , melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua yayasan STIKes Maluku Husada yang telah menyediakan saran dan
prasarana selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Lukman La Bassy.S.Farm.,M.sc.,Apt selaku ketua pada sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIKes Maluku Husada dan selaku penguji II yang telah
memberikan saran, masukan demi kesempurnaan Skripsi
3. Ira sandi Tunny.S.Si.,M.Kes selaku ketua program studi ilmu keperawatan
dan seluruh staf dosen
4. F.A.Metekohy,S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran
dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.
5. Ns.Maryati Mardjuki.,S.Kep selaku pembimbing II yang penuh semangat dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan, saran, serta memotifasikan
penulis dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.
6. Ns.Febby.DJ.Aipassa.S.Kep.,M.Kep Selaku penguji I yang telah memberikan
arahan untuk kesempurnaan skripsi ini
10

7. Papa dan mama tercinta (papa oleng Siautta dan mama bace corputty).
Terimkasih atas limpahan dan kasih sayang yang di berikan, pengorbanan
tanpa pamrih dan Doa-doa yang selalu di panjatkan. Terimakasih senantiasa
karena selalu memenuhi kebutuhan penulis baik dalam bentuk materi maupun
spiritual.
8. Kaka dan ponaan tersayang kaka doni, kaka ai, kaka vita,bu jek, kaka sandi,
dan adik acel, nyong muda, nona wim yang selalu memberikan kasih sayang
kepada penulis, mendukung penulis dalam situasi apapun dan senantiasa
memberikan penulis dorongan dan motifasi agar penulis tetap semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini
9. Papa dan mama tercinta ( papa uli corputty dan mama leng hahury ). Kaka dan
adik tersayang om titi, kaka andre,engka,bace,egen,frans,dede dan adik
jo,vani,eta,cris dan acel, dan keluarga lainya Terimkasih atas limpahan dan
kasih sayang yang di berikan, pengorbanan tanpa pamrih dan Doa yang selalu
di panjatkan. Terimakasih senantiasa karena selalu memberikan dukungan
dorongan dan motifasi agar penulis tetap semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini
10. Sahabat-sahabat Renni, Geli, Julet, Ecin, Ona, Susi, Sitri, Alde,
Fatrik,Frengko, kk isti,ade lia, filen dan masih banyak lagi yang tak sempat
penulis sebutkan, terima kasih atas kalian semuanya, makasih atas apa yang
kalian lakukan sehingga saya bisa menyelesaikan Skripsi.
11. Semua rekan-rekan sejawat Program Studi Ilmu Keperawatan Maluku Husada
Angkatan VII yang tak dapat di sebutkan namanya satu persatu terima kasih
untuk setiap semangat yang diberikan untuk penulis dalam penyusunan
skripsi.

Semoga TUHAN YESUS memberkati dan membalas semua kebaikan serta ketulusan
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi namun Penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya.
oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
11

membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan
pada penelitian selanjutnya.

Kairatu, September 2019

Penulis
12

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembaran Persetujuan
Lembaran Pernyataan Keaslian Penelitian
Kata i
Pengantar......................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ......................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ..................................................................................................................... iv
Daftar Lampiran .................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum........................................................................................ 5
1.3.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 6
1.4.1. Bagi Lembaga Penelitian................................................................................ 6
1.4.2. Bagi Penelitian....................................................................................... 6
1.4.3. Bagi Tempat Penelitian.......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 7
2.1 Tinjauan Umum Tentang ISPA ....................................................................... 7
2.1.1. Defenisi ISPA........................................................................................ 7
2.1.2. Etiologi ISPA......................................................................................... 8
2.1.3. Kasifikasi ISPA...................................................................................... 9
2.1.4. Tanda dan Gejala ISPA.......................................................................... 10
2.1.5. Pencegahan ISPA................................................................................... 12
2.1.6. Penatalaksanaan ISPA............................................................................ 13
2.2 Definisi Perilaku.............................................................................................. 14
2.2.1.Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku..................................................... 14
2.2.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Perrilaku.............................................. 15
2.3 Tinjauan Umum Tentang Merokok.................................................................. 16
2.3.1. Definisi Rokok....................................................................................... 16
2.3.2. Kandungan Rokok.................................................................................. 16
2.4 Tinjauan Umum Perilaku Merokok................................................................. 16
2.4.1. Perilaku Merokok Orang Tua ............................................................... 18
2.4.2. Pengaruh Merokok Pada Balita ............................................................ 20
2.5 Keaslian Penelitian / Penelitian Terdahulu ..................................................... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL..................................................................... 23
3.1 Kerangka Konseptual....................................................................................... 23
3.2 Hipotesis........................................................................................................... 24
13

BAB VI METODE PENELITIAN.............................................................................. 25


4.1 Desain Penelitian............................................................................................. 25
4.2 Tempat Penelitian............................................................................................ 25
4.2.1. Lokasi Penelitian.................................................................................... 25
4.2.2. Waktu Penelitian.................................................................................... 25
4.3 Populasi Sampel Dan Sampling....................................................................... 26
4.3.1. Populasi.................................................................................................. 26
4.3.2. Sampel.................................................................................................... 26
4.3.3. Sampling................................................................................................ 28
4.4 Variabel Penelitian........................................................................................... 28
4.4.1. Variabel Indenpenden......................................................................... .. 28
4.4.2. Variabel Dependen................................................................................ 28
4.5 Definisi Operasional........................................................................................ 29
4.6 Instrumen Penelitian........................................................................................ 30
4.7 Prosedur Pengambilan Data............................................................................ 31
4.7.1. Data Primer........................................................................................... 31
4.7.2. Data Sekunder....................................................................................... 31
4.8 Analisa Data.................................................................................................... 31
4.9 Etika Penelitian............................................................................................... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….…… 33
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian……………………………………...... 33
5.2 Hasil Analisa Penelitian.................................................................................. 33
5.2.1 Karakteristik Responden…………………………………………….... 34
5.2.2 Analisa Univariat…………………………………………………….... 36
5.2.3 Analisa Bivariate……………………………………………………..... 37
5.3 Pembahasan...................................................................................................... 38
5.3.1 Karakteristik Responden......................................................................... 38
5.3.2 Perilaku Merokok Orang Tua................................................................. 39
5.3.3 Kejadian ISPA 41
5.3.4 Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita……………………………………………………………….….. 43
5.3.5 Keterbatasan penelitian……………………………………………….. 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 47
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………...... 47
6.2 Saran……........................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian...........................................................................21

Tabel 4.1 Defenisi Operasiona.........................................................................29

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................34

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.....................................34

Tabel 5.3 Karakteistik Responden Berasarkan Pendidikan..............................35

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok.....................36

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Ispa............................36

Tabel 5.6 Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Ispa.......................37


15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................23


16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Master Tabel

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data

Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 6 Lembar Selesai Penelitian

Lampiran 7 Lembar Dokumentasi


17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan dunia dan menjadi urutan kedua di dunia karena dapat mengakibatkan

kematian pada balita. Di new york jumlah penderita ISPA sebesar 48,325 balita dan

memperkirakan di Negara berkembang berkisar 30 – 70 kali lebih tinggi dari Negara

maju dan di duga 20% dari bayi yang baru lahir di Negara berkembang gagal

mencapai usia 5 tahun dan 26–30% dari kematian balita disebabkan oleh ISPA

(WHO,2016).

Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau

bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar [CITATION

inf18 \l 1033 ]dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,

tergantung pada patogen penyebabnya, faktor pejamu dan faktor lingkungan.

Lingkungan berperan penting terhadap terjadinya gangguan pernapasan (Ardiyanto et

all, 2012).

Kematian akibat ISPA lebih di dominasi balita usia 1-4 tahun yaitu lebih dari 2

juta kematian tiap tahunnya, ini juga berarti 1 dari 5 balita orang balita di dunia

meninggal setiap harinya. Dari seluruh kasus kematian balita usia 1-5 tahun di

akibatka oleh ISPA tiga perempatnya terjadi pada 15 negara, termasuk Indonesia
18

dengan jumlah kasus ISPA sebanyak 6 juta kasus pertahun. Episode penyakit batuk

pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (irianto K,2014).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 jumlah balita

yang terkenal ISPA di Indonesia adalah 7,8 % sedangkan di Maluku 6,9%

ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor

perilaku dan factor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat

badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi

perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif

keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor lingkungan meliputi:

pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar

untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),ventilasi rumah dan kepadatan

hunian[ CITATION inf12 \l 1033 ][CITATION pro12 \l 1033 ]

Rokok menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia.World Health

organization (WHO) menyatakan bahwa rokok menyebabkan masalah kesehatan

yang fatal yang menjadi penyebab kematian kurang lebih 6 juta orang pertahun.WHO

juga memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua

pertiganya terdapat di negara-negara maju, dengan sekurang-kurangnya 1 dan 4 orang

dewasa adalah perokok. Pravalensi perokok secara berturut di Amerika Serikat dan

Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan wanita adalah 21% dan 27%. Di

beberapa negara Eropa didapatkan data pravalensi merokok di Jerman, 38%


19

Perancis, 30% Italia, 29% Swedia, 18% dan di negara berkembang didapatkan

pravalensi yang lebih tinggi (Dermawati dalam hayani, 2015).

Menurut Tabacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab

bagi hampir 90% kanker paru. 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga

menjadi 25% penyebab serangan jantung(Pusat Promkes Kenkes RI,2013.) Hal ini

sesuai dengan peringatan pemerintah sebagai tindakan untuk meminimalisasikan

penggunaan rokok dengan memperingatkan bahwa “ Merokok Membunuhmu’’ akan

tetapi hal itu bisa dikatakan kurang membuahkan hasil.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 proporsi merokok di

Indonesia yaitu perokok setiap hari sebesar 24,3% perokok kadang – kadang 4,6%

mantan perokok 5,3% dan bukan perokok 65,9% sedangkan Maluku yaitu perokok

setiap hari 22,1% perokok kadang – kadang 6,2% mantan perokok 6,5% dan bukan

perokok 6,9%.

Perilaku merokok orang tua dapat menyebabkan ISPA pada balita karena

Kebiasaan merokok orang tua di dalam rumah menjadikan balita sebagai perokok

pasif yang selalu terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai

kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali

dibandingkan dengan rumah balita yang orang tuanya tidak merokok di dalam rumah.

Sementara itu jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi(Rahmayatul, 2013).

Dengan jumlah perokok yang cukup tinggi dapat meningkatkan angka kejadian

ISPA. DiIndonesia khususnya di Kalimantan Barat kasus Infeksi saluran Pernafasan


20

Akut selalu menempati urutan pertama kematian pada bayi tahun 2009 mencapai

32,1%, serta kematian pada balita tahun 2010 mencapai 18,2% dan tahun 2011

mencapai 38,8%. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009

cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus

sementara target yang ditetapkan sebanyak 16.534 kasus. Survey yang dilakukan

pada tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di

Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Kemenke/s RI,

2012).

Di Puskesmas Tomalehu salah satu puskesmas yang ada di kecamatan amalatu

Data pada puskesmas tomalehu jumlah balita yang terkena ISPA pada tahun 2016

berjumlah 250 orang, pada 2017 yang terkena ispa 376 orang, dan pada 2018

meningkat menjadi 547 orang yang terkena ispa dan pada bulan januari – april tahun

2019 jumlah balita yang terkena ISPA adalah 273 0rang.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik meneliti tentang Hubungan Perilaku

Morokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Desa Rumahkay

Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat


21

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “ Apakah Ada Hubungan perilaku merokok orang

tua dengan kejadian ispa pada balita di desa rumahkay kecamatan amalatu

kabupaten seram bagian barat’’?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa pada

balita di desa rumahkay kecamatan amalatu kabupaten seram bagian

barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perilaku merokok orang tua dengan kejadian

ispa pada balita di desa rumahkay kecamatan amalatu kabupaten

seram bagian barat

b. Mengidantifikasi kejadian ispa pada balita di desa rumahkay

kecamatan amalatu kabupaten seram bagian barat.

c. Mengetahui hubungan perilaku merokok orang tua dengan

kejadian ispa pada balita di desa rumahkay kecamatan amalatu

kabupaten seram bagian barat


22

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan

institusi dan masukan bagi mahasiswa yang sedang mempelajari

mengenai hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian

ispa pada balita di desa rumahkay kabupaten seram bagian barat.

1.4.2 Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan dan

pengalaman mengenai perilaku merokok orang tua dengan kejadian

ispa.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Puskesmas merupakan suatu unit yang berguna untuk merawat

seseorang yang mengalami gangguan kesehatannya.Dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi puskesmas

untuk lebih memperhatikan pelayanan pada kejadian ISPA.


23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Ispa

2.1.1 Definis ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi saluran

pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi saluran pernapasan

akut.Infeksi Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran pernapasan bagian atas dan

saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi

saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran

pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-

organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI,

2012).

Salah satu penyakit yang dapat diakibatkan oleh adanya pencemaran udara

adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh agen

infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.Timbulnya gejala biasanya cepat,

yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya meliputi demam,

batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas, mengi atau kesulitan nafas

(WHO, 2017).Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor

lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi:
24

pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar

untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan

hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi,

vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan

penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/ masyarakat dalam

menangani penyakit ISPA (Prabu, 2012).

2.1.2 Etiologi ISPA

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri

penyebabISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus,Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya

antara laingolongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus,

Mikoplasma,Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2018).

2.1.3 Klasifikasi Isapa

Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya

umur yaitu :

A. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru

paru(alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang

tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).


25

B. Menurut Khaidirmuhaj (2018), ISPA dapat dikelompokkan

berdasarkangolongan umur yaitu:

1. Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50

kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali

permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan

pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi

pernafasansama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia

2-11 bulan danfrekuensi pernafasan sama atau lebih dari

40 kali permenit untukusia 12-59 bulan), serta tidak ada

tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat

(fastbreathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke

arah dalam(servere chest indrawing).

2. Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari

60 kalipermenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau

lebih dari 60kali permenit (fast breathing) atau adanya

tarikan dinding dadatanpa nafas cepat.


26

2.1.4 Tanda dan Gejala Klinis ISPA

Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda

dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan

demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut:

1. Gejala dari ISPA ringan

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a) Batuk

b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara (pada waktu berbicara atau menangis)

c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi

anak diraba dengan punggung tangan terasa panas (Hersoni,

2015).

2. Gejala dari ISPA sedang

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut:

a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk

kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali

per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per

menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.


27

b) Suhu tubuh lebih dari 39°C

c) Tenggorokan berwarna merah

d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak

e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) atau

berbunyi menciut-ciut (Hersoni, 2015)

3. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai

gejala- gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut :

a) Bibir atau kulit membiru

b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak

gelisah

d) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas

e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

f) Tenggorokan berwarna merah. (Hersoni, 2015).

ISPA pada umumnya adalah infeksi bakteri pada berbagai area dalam saluran

pernafasan, termasuk hidung, telinga tengah, pharynx, larynx, trachea, bronchi dan

paru. Gejalanya dapat bervariasi, antara lain meliputi (Depkes RI, 2012):
28

1 Batuk.

2 Sesak nafas.

3 Tenggorokan kering.

4 Hidung Tersumbat

2.1.5 Pencegahan ISPA

1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika

merawat anak yang terinfeksi pernapasan.

2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya

untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir

minuman, baju cuci atau handuk.

4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus

pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau

hidungmu.

5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau

anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi

isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah

dengan dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.

6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

7. Hindari anak dari paparan asap rokok ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H,

2012).
29

2.1.6 Penatalaksanaan ISPA

Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA

pada anak adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran

bernapas yaitu:

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada

pada penderita.

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

3. Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing,

Demam atau dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai <

5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,

Stridor dan gizi buruk.

2.2 Definisi Perilaku

Menurut Lewits seperti yang dikutip oleh Notoadmojo (2016) perilaku

merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika

terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan dalam diri seseorang.


30

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setalah faktor lingkungan

yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum,

2015).Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan

masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku

sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang

ditimbulkannya.Berdasarkan berbagai hasil literatur dan penelitian, ditemukan

bahwa perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan

pengetahuan masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan

kesehatan. Menurut Green (2010), pendidikan kesehatan mempunyai peranan

penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, 3 diantaranya

yakni:

1) Faktor predisposisi. Faktor predisposisi terdiri dari; pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

2) Faktor pendukung (enabling factors). Faktor pendukung adalah

tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapainya. Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik.

3) Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku

petugas kesehatan meliputi: keluarga, teman sebaya, guru, tokoh

masyarakat, petugas kesehatan dll.


31

2.1.6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku

Perilaku masyarakat sangat erat sekali kaitannya dengan

pengetahuan masyarakatyang bisa didapatkan melalui kegiatan pendidikan

kesehatan. Tanpa pengetahuan yan baik maka seseorang akan sulit merubah

perilaku mereka sebagai upaya pencegahan suatu penyakit. Pendidikan

kesehatan sangat efektif dalam memengaruhi perilaku seseorang, karena

didasarkan pada psikologi sosial, komunikasi massa, dan pemasaran untuk

mengembangkan dan menyampaikan materi dan pesan pencegahan agar

terhindar dari penyakit (Bensley dan Fisher, 2003).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Merokok

2.3.1 Definisi Rokok

MenurutPP No. 81 pasal 1 ayat (1), rokok adalah hasil olahan tembakau

terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tasssnaman

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

2.3.2 Kandungan Rokok

Adapun beberapa zat yang terkandung di dalam rokok, yaitu:

a. Nikotin

Nikotin merupakan bahan kimia berminyak yang tidak berwarna

merupakan racun paling keras. Jika seseorang menyuntikan sejumlah

nikotin yang terkandung dalam sebuah cerutu kepada seorang pria yang
32

berpostur sedang, ia akan segera mati dalam beberapa menit. Bila cerutu

dihisap, tidak semua nikotin diserap dan penyebarannya berlangsung

lebih lama, yang memungkinkan tubuh untuk menanggulangi racun

tersebut (Istiqomah.2003)

a. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan gas yang lebih muda terikat dengan

hemoglobin dibandingkan dengan oksigen.Hemoglobin terdapat di dalam

sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen.Akibatnya

kandungan oksigen di dalam darah menurun sehingga jantung harus

bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen bagi tubuh.Dalam jangka

waktu lama, kandungan monoksida yang yang tingggi dapat

menyebabkan pengerasan pembuluh darah yang membawa oksigen ke

otot jantung (Saktiyono 2004).

b. Tar

Zat ini sejenis cairan kental berwrna coklat tua atau hitam yang diperoleh

dengan cara distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah

tembakau. Tar terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia

yang dapat menyebabkan kanker pada hewan. Bilamana zat-zat itu

dihisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru

(Nainggolan, 2009).
33

c. Timah Hitam

Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5

mikrogram timah hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus rokok

perhari berarti menghasilkan 10 mikrogram/hari (Istoqomah. 2003).

d. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen

dan hidrogen.Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang.Begitu

kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit.

2.4 Tinjauan Umum Perilaku Merokok

2.4.1 Perilaku Merokok Orang Tua

Kata merokok berasal dari suku kata yaitu rokok, rokok adalah silinder

dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung

Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya

(Juliansyah, 2010).

Merokok merupakan menghisap rokok yaitu menghisap gulungan

tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke dalam tubuh

dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong,2007).

Merokok merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan.Rokok

memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada efek pada


34

perokok, walaupun perilaku merokok merupakan perilaku yang

membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam sebatang rokok

(Roschayati, 2015).

Kebiasaan kepala keluarga yang merokok di dalam rumah dapat

berdampak negatif bagi anggota keluarga khususnya balita. Indonesia

merupakan negara dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6% denganjumlah

65 juta perokok atau 225 miliar batang per tahun (WHO, 2008).

Rokok merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat

membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif, terutama pada balita

yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya

beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat

menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan (Hidayat, 2005).Nikotin

dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran

pernapasan bayi. Nikotin yang terhirup melalui saluran pernapasan dan masuk

ke tubuh melalui ASI ibunya akan berakumulas i di tubuh bayi dan

membahayakan kesehatan si kecil Akibat gangguan asap rokok pada bayi

antara lain adalah muntah, diare, kolik (gangguan pada saluran pencernaan

bayi), denyut jantung meningkat, gangguan pernapasan pada bayi, infeksi

paru-paru dan telinga, gangguan pertumbuhan (Hidayat, 2005). Paparan asap

rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita, dimana balita yang

terpapar asap rokok berisiko lebih besar untuk terkena ISPA dibanding balita

yang tidak terpapar asap rokok (Hidayat, 2005)


35

2.4.2 Pengaruh merokok pada balita

Berdasarkan hasil penelitian meta analisis yang dilakukan starchan dan

cook menyimpulkan bahwa hubungan orang tua merokok dan penyakit

saluran nafas bawah akut pada banyi sangat mungkin. Paparan asap rokok

lingkungan (salah satu anggota keluarga ) setelah banyi baru lahir

menyebabkan peningkatan resiko penyakit pernafasan akut pada anak.asap

rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri. Asap

rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan lokol paru, seperti kemampuan

pembersihan muskosiliaris, maka pengaruh merokok orang tua yang merokok

terbukti merupakan factor resiko yang dapat menimbulkan gejala gangguan

pernafasan pada anak balita (Rat Marsy, 2007)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, balita sering berada

tepat di samping anggota keluarga yang merokok. Paparan Asap rokok

bukan hanya menjadi penyebab langsung kejadian ISPA pada balita, tetapi

menjadi faktor tidak langsung yang diantaranya dapat melemahhkan daya

tahan tubuh balita. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag

membunuh bakteri. Asap rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan

lokal paru, seperti kemampuan pembersihan mukosiliaris, maka adanya

anggota keluarga yang merokok terbukti merupakan faktor risiko yang

dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan pada anak balita. Rokok

merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat

membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif, terutama pada balita


36

yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya

beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat

menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan (Hidayat, 2005)

2.5 Keaslian Penelitian / Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tempat Metode Penelitian Variabel Hasil


Peneliti dan Tahun Penelitian
1 Yuli Hubungan Jenis penelitian Independen : Berdasarkan
Trisnawati perilaku ini adalah analitik 1. Pengetahua hasil
dan merokok orang dengan n dengan penelitian
Juwarni tua dengan pendekatan case kejadian menunjukan
kejadian ISPA control. Populasi ISPA adanya
pada balita di dalam penelitian 2. Sikap kecenderung
wilayah kerja ini adalah seluruh kejadian an orang tua
puskesmas ibu yang ISPA pada dengan
rembang mempunyai anak balita. semakin
kabupaten balita dan berada 3. Tindakan berat
purbalingga di Wilayah Kerja merokok perilaku
2012 Puskesmas dengn merokok
Rembang kejadian orangtua
Kabupaten ISPA pada maka
Purbalingga pada balita. semakin
tahun 2012 besar potensi
sebanyak 745. anak
balitanya
menderita
ISPA
2 Sri Infeksi Saluran Jenis penelitian Independen : Berdasarkan
Wahyuning Pernafasan ini adalah survei 1. Perilaku hasil uji
sih1, Sitti Akut (ISPA) Analitik dengan merokok statistik
Raodhah2*, pada Balita di pendekatan Cross dengan
Syahrul Wilayah Sectional design 2. Biomassa menggunaka
Basri3 Pesisir Desa yang bertujuan 3. Luas n uji chi
Kore untuk melihat ventilasi square
Kecamatan hubungan sebab 4. Kepadatan diperoleh
Sanggar akibat, yaitu hunian nilai p =
Kabupaten faktor - faktor Dependen : 0,001,(<
Bima 2014 yang ISPA 0,05), yang
berhubungan menunjukkan
dengan kejadian adanya
Infeksi Saluran hubungan
Pernafasan Akut antara jenis
(ISPA) pada biomassa
Balita yang
37

digunakan
dengan
kejadian
ISPA pada
balita di
Wilayah
Pesisir Desa
Kore
Kecamatan
Sanggar
Kabupaten
Bima Tahun
2014.
3 Claudia Hubunganan Penelitian ini Independen : Hasil analisis
Pundoko*, antaraperilaku merupakan survey 1. Perilaku menunjukan
Sulaemana merokok orang analitik dengan merokok bahwa dari
Engkeng*, tuadengankeja pendekatan cross Dependen : 131 ayah
Maureen I. dianispapadab sectional study kejadian ISPA terdapa
Punuh* alita di untuk mengetahui tsebanyak 21
wilayahkerjap apakah ada ayah (16%)
uskesmastelin hubungan antara yang
gataskotamana perilaku merokok memiliki
do 2018 orang tua dengan tindakan baik
kejadian ISPA sebanyak 110
pada balita di ayah (84%)
wilayah kerja yang
Puskesmas Teling memiliki
Atas Kota tindakan
Manado pada kurang baik
bulan Mei-Juli dari 21 ayah
2018 yang
memiliki
tindakan baik
di dapat
kansebanyak
9 ayah
(42,9%)
mempunyai
balita yang
terkenal
ISPA dan
sebanyak 12
ayah (57,1%)
mempunyai
balita yang
tidak terkena
38

4 Salma milo Hubungan Penelitian ini Independen ; Berdasarkan


a. kebiasaan merupakan 1. Kebiasaan hasil
yudiismant merokok di penelitian survey merokok penelitian di
ovandri d. dalam rumah analitik dengan Dependen : dapatkan
kallo dengan rancangan cross kejadian ISPA dengan
kejadian ispa sentinel (study padaanak. responden
pada anak studio potong Dengan
umur 1-5 lintang) penelitian penyakit
tahun di ini dilaksanakan ISPA
puskes di puskesmas sebagian
massariokotam sariokotamanados beseradalah
anadomei elamapadabulanm responden
2015 aret 2015. dengan jenis
kelamin laki-
laki yaitu
sebanyak 29
responden
(56,9%).
39

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan judul yang penulis angkat dalam penelitian ini,

maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

Perilaku merokok
Kejadian Ispa

Kerangka konsep

Keterangan :

:variabel independen

: variabel dependen

: Garis penghubung
40

3.2 Hipotesis

A. H Nol (H0)

Tidak ada hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian

ispa pada balita di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten

Seram Bagian Barat.

B. Ha (H1)

Ada hubuungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa

pada balita di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten

Seram Bagian Barat


41

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan

menggunakan metode korelasi yaitu menghubungkan antara dua variable

pada situasi atau sekelompok subjek dengan menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu penelitian dengan cara pendekatan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (notoatmojo,2013).penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok orang tua

dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Rumahkay Kecamatan

Amalatu Kabupaten seram bagian barat.

4.2 Tempat penelitian

4.2.1 lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu

Kabupaten setam bagian barat.

4.2.1 waktu penelitian

Waktu sudah dilaksanakan pada bulan juni – juli tahun 2019.


42

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Nursalam (2013), populasi dalam penelitian merupakan subjek

(misalnya manusia : klien) yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan.Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua

orang tua laki-laki yang memiliki balita di desa Rumahkay sebanyak 50

orang.

4.3.2 Sampel

Menurut Nursalam (2013), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

penelitian ini menggunakan total sampling yaitu pengambilan sampel

yang didasarkaan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, ciri atau sifat Populasi yaitu keselururan jumlah populasi sudah

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan statified purposip random sampling, jumlah sampel

yang digunakan sebanyak 33 orang.


43

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan menggunakan (Rumus

N
Solvin) n = (d2)
1+ N

Keterangan: n = sampel

N = populasi

d = tingkat penyimpangan yang diinginkan = 10%

(Notoatmodjo, 2010)

N
n= (d2)
1+ N

50
n= (0,12)
1+ 50

50
n = 1+ 0,50

50
n=
1,50

n =33
44

4.3.3 Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Rumus Sovin

(Notoatmodjo, 2016)

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independan

Variabel independen (bebas) yaitu variable yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahnya atau timbulnya variable dependen.Yang

menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah perilaku merokok

merokok orang tua.

4.4.2 variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) yaitu variable yang dipengaruhi atau yang

menjdi akibat, karena adanya variable bebas yang menjadi variable

dependen dalam penelitian ini adalah kejadia ispa pada balita di Desa

Rumahkay
45

4.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah merupakan definisi yang memberi ruang lingkup

atau variable – variable yang di amati atau diteliti (Notoatmojo, 2013)

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Yang Di Operasional Ukur
Teliti

1 Variabel perilaku Kuesioner Ya= jika nilai Ordinal


independen merupakan hasil median ≥7,5
pengalaman dan Tidak= jika nilai
Perilaku proses interaksi median≤7,5
merokok dengan
lingkungannya,
yang terwujud
dalam bentuk
pengetahuan, sikap
dan tindakan
sehingga diperoleh
keadaan seimbang
antara kekuatan
pendorong dan
kekuatan penahan.

2 Kuesioner Ya= jika nilai Ordinal


Variabel Infeksi Saluran median ≥10,5
dependen Pernapasan Akut Tidak= jika nilai
(ISPA) median≤10,5
Kejadian didefinisikan
ISPA sebagai penyakit
saluran pernapasan
yang disebabkan
oleh agen infeksius
yang ditularkan
dari manusia ke
manusia.
46

4.6 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuesioner

hubungan perilaku merokok orang tua kejadian ispa pada belita didesah

Rumahaky kabupaten seram bagian barat, Instrumen dalam penelitian ini terdiri

dari 3 jenis untuk mengukur variabel peneliti yaitu:

a. Tingkat Pengetahuan(Kuesioner berisi 10 pertanyaan)

Responden memberikan jawaban dari salah satu alternatif jawaban

yang di sediakan

1. Baik jika jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% benar,

2. Cukup jika jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% benar,

3. Kurang jika jawaban terhadap kuesioner <56% benar.

b. Sikap ( Kuesioner berisi 10 pertanyaan )

Responden memberikan jawaban dari salah satu alternatif jawaban

yang di sediakan:

1. SS : sanagat setuju, dengan nilai (5)

2. S : setuju, dengan nilai (4)

3. RR : Ragu-ragu, dengan nilai (3)

4. TS : Tidak setuju, dengan nilai (2)

5. STS : sanagat tidak setuju dengan nilai (1)


47

c. Perilaku

Responden memberikan jawaban dari salah satu alternatif jawaban

yang di sediakan:

1. Jika jawaban benar jawab ya.

2. Jika jawaban salah jawab tidak.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti terdiri atas data

primer dan data sekunder sebagai berikut (Nursalam, 2013)

4.7.1 Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden

penelitian.Data primer diperoleh melalui teknik pengumpulan data

dengan membagikan kuesioner kepada responden.

4.7.2 Data sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari

instansi terkait.Sumber data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari kepala Desa Rumahkay.

4.8 Analisa data

A. Analisa Univariat

Analisa univariat untuk melihat proporsi dari masing-masing variabel

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan perilaku merokok

orang tua. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan


48

variabel Independen dan Dependen dengan menggunakan system

komputerisasi program SPSS dengan ujistatistic Chi-Square.Jika nilai

p < 0,05 maka H0 ditolak, dengan taraf kesalahan 0,05.

4.9 Etika Penelitian

1. Informed Concent

Merupakan cara persetujuan antaara peneliti dengan responden penelitian

memberikan lembar persetujuan (informed Concent). Tujuanya adalah

responden mengetahui maksud dan tujuan penlitian serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju untuk diteliti maka

diminta untuk menadatangani lembar persetujuan.Jika subjek menolak,

maka peneliti tidak memaksa dan tetap mengormati haknya.

2. Anomity (TanpaNama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak

mencantumkan nama nama respoonden pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode

tertentu.

3. Confidentialiti (Kerahasiaan)

Merupakan maslah etika dengan Menjamin kerahasiaan dari hasil

peenelitian baik infoormasi maupun masalah-masalah lainnya, semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.


49

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian

Desa Rumahkay Terletak Di Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian

Barat dengan jumlah penduduk 1843 jiwa, laki-laki 891 jiwa sedangkan perempuan

952 jiwa dan kondisi social Desa Rumahkay berada pada daerah yang aman dan

strategis karena di apit oleh dua aer terjun. Desa rumahkay juga rata-rata kondisi

ekonomi masyarakat berada pada tataran ekonomi menengah ke bawah, serta berada

pada lokasi yang tidak tergolong daerah terpencil karena Desa Rumahkay sudah di

lewati oleh jalan trans seram, dan sangat mudah untuk mengakses berbagai informasi,

Desa Rumahkay bagian timur berbatasan dengan desa Namatotur dan bagian barat

berbatasan dengan Desa Tihulale.

5.2. Hasil Analisa Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten

Seram Bagian Barat pada tanggal 29 juni sampai dengan 29 juli 2019, hasil penelitian

ini didapatkan dengan menggunakan koesioner sekaligus penjelasan tentang Ispa

pada masyarakat yang berjumlah 33 orang.


50

5.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,Di Desa


Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 33 100%

Perempuan 0 0%

Total 33 100

Sumber : data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.1 di ketahui dari 33 responden, didapatkan jenis kelamin


Laki-laki sebanyak 33 responden 100%

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan ,Usia Di Desa Rumahkay


Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat

Usia N %

17-26 15 45.5%

26-35 16 48.5%
36-45 2 6.1%
Total 33 100
51

Sumber : data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 di ketahui dari 33 responden, didapatkan usia 26-35


tahun sebanyak 16 responden 48.5%

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan ,Pendidikan


Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat

Pendidikan N %
SD 3 9.1%

SMP 8 24.2%
SMA 6 18.2%
SARJANA 16 48.5%
Total 33 100

Sumber : data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.3 di ketahui dari 33 responden, di dapatkan pendidikan


SI sebanyak 16 responden 48.5%
52

5.2.2 Analisa univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku


Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada Balita

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok


Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Rumahkay
Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat

Perilaku N %

Ya 27 81.8%

Tidak 6 18.2%

Total 33 100
53

Sumber : data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.4 dapat di ketahui bahwa dari 33 responden yang


mengalami perilaku ya sebanyak 27 orang 81.8%

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dengan Kejadian


ISPA Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupan Seram
Bagian Barat

ISPA N %

Ya 25 75.8%

Tidak 8 24.2%

Total 33 100

Sumber : data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.4 dapat di ketahui bahwa dari 33 responden yang


mengalami ISPA sebanyak 25 orang 75.8%

5.2.3 Analisa Bivariate

Tabel 5.6 Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian
Barat
54

Perilaku Kejadian ispa Total p-


value

Ya Tidak Total

N % N %
Ya 24 88.9 % 3 11.1 % 27 100% 0.001
Tidak 1 16.7% 5 83.3 % 6 100%

Total 25 75.8% 8 24.2% 33 100 %

Sumber: data primer,2019

berdasarkan table 5.7 di ketahui bahwa responden yang mengalami

perilaku Ya namun Ya pada kejadian Ispa sebanyak 24 orang atau 88.9%,

sedangkan responden yang mengalami perilaku Ya namun Tidak sebanyak 3

orang atau 11.1%, responden yang mengalami perilaku Tidak namun Ya

sebanyak 1 orang atau 16.7%, sedangkan responden yang mengalami Perilaku

Tidak namun Tidak pada kejadian Ispa sebanyak 5 atau 83.3%

Berdasarkan uji statistic uji chi squer di peroleh p-value 0.005, maka

di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku dan

kejadian ISPA terhadap Perilaku Merokok Orang Dengan Kejadian ISPA


55

Pada Balita Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram

Bagian Barat

5.3 Pembahasan

5.3.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah di sajikan pada lembar sebelumnya tentang

gambaran perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa pada balita di Desa

Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat. Responden yang

diambil dalam penelitian ini adalah orang tua laki-laki. Karakteristik responden

terdiri dari beberapa pertanyaan seperti umur, dan tingkat pendidikan.Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi orang tua laki-laki berdasarkan umur

didominasi oleh laki-laki dengan umur 26-35 tahun sebanyak 16 orang (48,5%).

Orang yang lebih muda, mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreatifitas

lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui

dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Di samping itu, kemampuan untuk

menyerap pengetahuan baru lebih muda karena otak berfungsi maksimal pada

umur muda (Notoatmodjo dalam Syahrani, 2012). Sedangkan berdasarkan tingkat

Pendidikan responden SI yaitu 16 orang (48,5%) Tingkat pendidikan seseorang

membantu orang tersebut untuk lebih memahami suatu informasi. Semakin tinggi

Pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam

pengambilan sikap. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan

manusia baik pikiran, perasaan.

5.3.2. Perilaku Merokok Orang Tua


56

Dari penelitian yang telah di sajikan pada lembar sebelumnya tentang

gambaran perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa pada balita di Desa

Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat ternyata di

peroleh bahwa sebagian responden memiliki perilaku baik 81.8%. responden yang

memiliki perilaku tidak 18.2% (tabel 5.4).

Dari penelitian yang telah di sajikan perilaku merokok orang tua di bentuk dari

pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang,sehingga dapat

pemahaman. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara

kedua kekuatan dalam diri seseorang sehingga dapat memahami tentang perilaku

merokok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, balita sering berada tepat di

samping anggota keluarga yang merokok. Paparan Asap rokok bukan hanya

menjadi penyebab langsung kejadian ISPA pada balita, tetapi menjadi faktor tidak

langsung yang diantaranya dapat melemahhkan daya tahan tubuh balita. Asap

rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri. Asap rokok

juga diketahui dapat merusak ketahanan lokal paru, seperti kemampuan

pembersihan mukosiliaris, maka adanya anggota keluarga yang merokok terbukti

merupakan faktor risiko yang dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan

pada anak balita.

Menurut Lewis seperti yang dikutip oleh Notoadmojo (2016) perilaku

merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan
57

seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat

berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan dalam diri seseorang.

Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan,

faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran

udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi yang tinggi),ventilasi rumah dan ke padatan hunian.

Faktor individu anak meliputi : umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A

dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan

penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam

menangani penyakit ISPA (Prabu, 2012). Hal ini berarti jika kita memiliki

pengetahuan yang baik dan sikap positif maka kita tidak mudah terpengaruh akan

objek yang ada disekitar kita dan kita akan memiliki perilaku yang baik yang

berlangsung lama. Begitu juga dalam kehidupan remaja, mereka tidak akan mudah

terpengaruh terhadap perilaku merokok jika mereka memiliki pengetahuan dan

sikap yang positif terhadap bahaya merokok.

Berdasarkan hasil Penelitian Mukono di Puskesmas Pati 1 tahun 2006, dengan

desain case control berdasarkan hasil analisis bivariat, keberadaan anggota

keluarga yang merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pada balita di peroleh nilai p = 0,000 dan OR = 4,63 (95% CI = 2,04 – 10,52),

secara statistik dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara keberadaan

anggota keluarga yang merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) pada Balita.


58

Berdasarkan hasil penelitian meta analisis yang dilakukan Starchan dan cook

menyimpulkan bahwa hubungan orang tua perokok dan penyakit saluran nafas

bawah akut pada bayi sangat mungkin. Paparan asap rokok ligkungan (salah satu

anggota keluarga) setelah bayi lahir menyebabkan peningkatan risiko penyakit

pernafasan akut pada anak (Rad Marsy, 2007).

5.3.3 Kejadian Ispa

Dari penelitian yang di sajikan pada lembaran sebelumnya tentang kejadian

Ispa pada balita di desa Rumahkay, di dapatkan angka yang mengalami kejadian

Ispa sebesar 25 responden 75.8% dan yang tidak mengalami kejadian Ispa sebesar

8 responden 24.2%.

Berdasarkan teori yang didapat oleh peneliti, ISPA adalah penyakit infeksi

yang menyerang saluran pernapasan bagian atas maupun bagian bawah antara lain

batuk pilek, sakit telinga (otitis media), bronkitis dan pneumonia dan berlangsung

sampai 14 hari. (sujayanto, 2006). Ada banyak faktor pencetus terjadinya penyakit

ISPA pada balita, salah satu faktor pencetusnya adalah terdapatnya polusi udara

dalam ruangan (paparan asap rokok). (Sujayanto, 2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Economic and Social commission for Asia and

the Pasific (ESCAP) ada tahun 2007 tentang diferensiasi kejadian ISPA pada bayi

dan balita yang berusia < 6 bulan sampai 59 bulan, menunjukkan bahwa sebagian

besar kejadian ISPA terjadi pada saat usia 12-23 bulan yakni sebesar 23,7%,

sedangkan kejadian ISPA paling sedikit ditemukan pada bailta yang berusia 48-59

bulan yakni sebesar 12,8%.


59

Berdasarkan penelitian Mishra (2012) menjelaskan bahwa tidak ada

perbedaan kejadian ISPA yang signifikan antara balita yang berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan. Pernyataan ini di perkuat oleh WHO yang menyatakan bahwa

pada umumnya hanya terdapat sedikit perbedaan revalensi kejadian ISPA

berdasarkan jenis kelamin, dimana lebih sering terjadi pada balita lakilaki. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh kurang matangnya fungsi paru-paru balita laki-laki

(WHO, 2015).

Hasil penelitian Mairusnita (2007) mengatakan bahwa penyakit ISPA dapat

mengenai balita laki-laki maupun perempuan namun presentase laki-laki sedikit

lebih besar dibandingkan balita perempuan. Hasil penelitian Nur (2012)

mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan kejadian ISPA pada balita dengan P=0,208.

5.3.4 Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada

Balita Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram

Bagian Barat

Dari hasil analisis data penelitian, di dapatkan adanya hubungan Perilaku

meroko orang tua dengan kejadian Ispa. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Juwarni (2012), yang menyatakan

ada hubungan antara perilaku merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada

anak. Hal ini menunjukan dengan semakin berat perilaku merokok orangtua maka

semakin besar potensi anak balitanya menderita ISPA.


60

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarni,

Basirun dan Safrudin (2012), berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada

hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal

dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Sempor II. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kurang atau buruk perilaku

merokok responden maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA pada balita

dan semakin baik perilaku merokok responden maka kejadian ISPA akan semakin

kecil. ISPA dapat disebabkan oleh karena adanya paparan dari virus maupun

bakteri misalnya bakteri dari genus streptococcus, haemophylus, staphylococcus,

dan pneumococcu, dan jenis virus influenza, parainfluena, dan rhinovirus. Selain

dari virus, jamur dan bakteri, ISPA juga dapat disebabkan karena sering

menghirup asap rokok, asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak biasanya

minyak tanah dan, cairan amonium pada saat lahir (Utami, 2013). Asap rokok dari

orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan

pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko

kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terusmenerus akan

menimbulkan gangguan pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi

saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin

banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko

terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi

(Trisnawati dan Juwarni, 2012). Selain kebiasaan merokok di dalam rumah

terdapat juga beberapa faktor yang dapat menyebabkan ISPA, antara lain, yaitu
61

faktor lingkunganmeliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap

hasilpembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),

kondisi rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian (Prabu, 2009). Penelitian

yang dilakukan oleh Trisnawati dan Juwarni (2012) menunjukkan terdapat

hubugan yang bermakna antara kondisi rumah dengan ISPA pada anak. Faktor-

faktor tersebut juga erat hubungannya dengan peningkatan daya tahan tubuh

sehingga dapat menyebabkan terjadinya ISPA, maka ada yang perokok berat tetapi

terkena ISPA ringan dan adapun yang perokok berat tetapi terkena ISPA sedang.

Oleh karena itu selain kebiasaan merokok perlu diperhatikan juga kondisi rumah,

ventilasi rumah, dan kepadatan hunian. Berdasarkan hasil peneli

Menurut penelitian Kartikasari (2010) tentang “Hubungan Antara Kondisi

Fisik Lingkungan Dan Pola Merokok Dalam Keluarga Dengan Kejadian Ispa Pada

Balita D iKabupaten Sidoarjo”membuktikan bahwa ada hubungan pola merokok

di dalam keluarga dengan kejadian ISPA pada balita yang meliputi keberadaan

anggota keluarga yang merokok

Analisis WHO (World Health Organization), menunjukkan bahwa efek

buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif.

Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang

diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar

dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau

asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil

pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon


62

monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali

lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya

mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar

asap utama (WHO, 2015). Adanya asap rokok prokarsinogen (mis. 4-

methylnitrosamino)-1-(3-pyridil)- 1-(butanone), nikotin, neuroteratogen,

CO, tar dan polysiklik apabila terpapar pada balita, dapat terjadi kerusakan

pada saluran pernafasan dan bahkan paruparunya. Apabila hal itu terjadi

maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan dan bahkan paru-

paru. Bila iritasi tersebut diikuti oleh bakteri.

5.3.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang di lakukan pada orang tua belita di desa Rumahkay


Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai berikut :

1. Waktu penelitian yang terbatas karena orang tua balita memiliki waktu di
sore hari dikarenakan waktu orang tua banyak di kebun.
2. Bahwa peneliti hanya meneliti orang tua balita yang berada di desa
Rumahkay.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


63

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di bahas

sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa ada Hubungan perilaku

merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita Di Desa Rumahkay

Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat

6.2 Saran

1. Perkembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai masukan, pembelajaran, acuan bagi pengembangan ilmu

keperawatan dan menjadi evidence based bagi dunia keperawatan

khususnya mengenai perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA

pada balita.

2. Masyarakat Bagi masyarakat/responden yang menderita ISPA diharapkan

dapat mengerti bagaimana cara mencegah terjadinya ISPA

3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

dalam melakukan penelitian tentang perilaku merokok orang tua dengan

kejadian ISPA. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya yang terkait

dengan perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA, dan

hendaknya peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat

menambah jumlah sampel penelitian, menambah lokasi penelitian, serta


64

mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
65

Depkes RI. (2018). Informasi Tentanng ISPA pada Balita.Jakarta : Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat

Depkes RI.2012 Pedoman hidup sehat.Jakarta: Depkes RI.

Hidayat.A. (2005).Studi Retrospektif Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja


Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna.Skripsi STIK
Avicenna yang tidak dipublikasikan.Kendari.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). profil datakesehatan indonesia. Depkes
RI,Jakarta.

Notoatmodjo, S., (2016)a.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta., 2016.


Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta.

Prabu.(2012). Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Terdapa tpada


http://prabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-
ispa.Diaksestanggal 11 november 2011.

Profil kesehatan provinsi Maluku 2014 jurnal keperawatan muhamadia 3(2018).

Panduan Penulisan Skripsi Edisi Revisi VII Tahun 2019 Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Maluku Husada.

Rahmayatul, F. (2013).Hubungan LingkunganDalam Rumah Terhadap ISPA Pada


Balita.Jakarta.

Rad Marssy. (2007). Bahaya asap rokok terhadap banyi atau anak.
http://radmarssy.worpress.[ 2 februari 2014 ].

[ CITATION Uta13 \l 1033 ] RatMarssy. (2007). Bahaya Asap Rokok terhadap banyi dan
Anak . htt://radmarssy.wordpress.[ 5 november 2009 ].

World Health Organization, (2016).World Health Statistics 2016.Diakses tanggal 20


November 2017.

World Health Organization.(2008). Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Fasilitas


Pelayanan
Kesehatan.Terdapatpada:http://www.who.int/csr/resources/publications/AMpande
micbahasa.pdf. Diakses tanggal 14 Desember 2011.

WHO. (2017). Infection Prevention and Control of Epidemic and Pandemic Prone
Acute Respiratory Diseases inHealth Care. Genewa: WHO Interim Guidelines.
66

Winarni, Ummah, B. A., dan Salim, S. A.N. (2010). Hubungan Antara Perilaku
Merokok Orang Tua Dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu Rumah
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II
Kabuupaten Kebumen Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Vol.
6.No. 1. Stikes Muhammadiyah Gombong

WHO,(2007).pencegahan dan pengendalian ISPA yang cenderung Menjadi di


Fasilitas pelayanan kesehatan.Pedoman Interim WHO.

World Health Organization. (2008). Pencegahan dan Pengendalian ISPA[ CITATION


WHO07 \l 1033 ]
67

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA

PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY KECAMATAN AMALATU

KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

LEMBARAN KUESIONER PENELITIAN :

A. Identitas

Petunjuk pegisian

Isilah data berikut dengan benar

1. Tanggal pengkajian kuisioner :

2. Nama :

3. Umur :

4. Jenis kelamin :

5. Pendidikan :

B. Aspek pernyataan perilaku

Petunjuk pengisian

Pililah salah satu jawaban yang anda anggap benar, dengan

memberi tanda (ⱱ) pada huruf pilihan tersebut :


68

NO Pertanyaan jawaban
Ya Tidak
1. Apakah ada orang tua yang merokok
2. Apakah ada anggota keluarga lain yang
serumah yang merokok
3. Apakah orang tua atau keluarga lain
merokok didalam rumah
4. Apakah orang tua / anggota keluarga lain
merokok setiap hari
5. Jika ada yang merokok di sekitar balita ibu,
apakah ibu langsung membawa balita
menjauh

NO Pertanyaan jawaban
Ya Tidak
1. Menggunakan masker saat flu
2. Memberi ASI ekslusif pada balita selama 6
bulan
3. Menjauhkan anak dengan penderita ISPA
4. Membawa balita ke puskesmas ketika
mengalami demam dan batuk
5. Membawa balita ke posyandu rutin setiap
bulannya
6. Memberikan imunisasi lengkap pada balita
sebagai pencegahan penyakit ISPA
7. Menutup hidung dan mulut saat bersin
69

Frequencies

Statistics

umur Jenis kelamin Pendidikan

N Valid 33 33 33

Missing 0 0 0
Mean 1.61 1.21 3.06
Median 2.00 1.00 3.00
Percentiles 25 1.00 1.00 2.00

50 2.00 1.00 3.00

75 2.00 1.00 4.00

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25tahun 15 45.5 45.5 45.5

26-35 tahun 16 48.5 48.5 93.9

36-45 tahun 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 33 100.0 100.0 100.0


70

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 3 9.1 9.1 9.1

SMP 8 24.2 24.2 33.3

SMA 6 18.2 18.2 51.5

SARJANA 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Perilaku merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA >7,5 27 81.8 81.8 81.8

TIDAK <7,5 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

kejadian ISPA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA >10,5 25 75.8 75.8 75.8

TIDAK <10,5 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Perilaku merokok * kejadian ISPA Crosstabulation

kejadian ISPA

YA >10,5 TIDAK <10,5 Total

Perilaku merokok YA >7,5 Count 24 3 27

% within Perilaku merokok 88.9% 11.1% 100.0%

TIDAK <7,5 Count 1 5 6

% within Perilaku merokok 16.7% 83.3% 100.0%


Total Count 25 8 33
71
72

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.943a 1 .000


b
Continuity Correction 10.287 1 .001
Likelihood Ratio 12.311 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 13.520 1 .000
N of Valid Cases 33

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,45.
b. Computed only for a 2x2 table

b. Computed only for a 2x2 table


73

DOKUMENTASI
74
75
76

Anda mungkin juga menyukai