OLEH :
NPM : 1420115232
2019
2
SKRIPSI
OLEH :
NPM : 1420115232
2019
3
4
5
MOTO HIDUP
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Skripsi ini untuk orang tercinta dan tersayang
atas kasihnya yang berlimpah :
Ucapan syukur dan terimakasih untuk Tuhan yesus yang tak henti-
hentinya memberikan petunjuk dan memberikan kelancaran di setiap
proses yang saya lalui karna tanpa campur tangannya saya tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini.
ABSTRAK
ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau bawah yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
pejamu dan faktor lingkungan. Perilaku merokok dalam rumah dapat meningkatkan
resiko kejadian penyakit pernafasan pada penghuni rumah terutama pada balita yang
rentan terhadap penyakit infeksi. Kejadian ISPA pada balita di desa Rumahkay
Kecamatan Amalatu Babupaten Seram Bagian Barat menduduki penyakit pertama
dari 10 penyakit yang paling menonjol.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada
balita di desa Rumahkay. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung
menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan dengan uji Chi – squ are. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 33 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari totol sampel sebanyak 33 didapatkan perilaku merokok sebanyak 81,8% dan
perilaku baik sebanyak 18,2%. Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan
perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita dengan P < 0,001.
ABSTRACT
ISPA is an infectious disease of the upper or lower respiratory tract that can
cause a variety of diseases ranging from mild infections to severe and deadly
diseases, depending on the causative pathogen, host factors. Smoking behavior in the
home can increase the risk of respiratory disease in residents of the house, especially
in infants who are vulnerable to infectious diseases. ISPA incidence in infants in
Rumahkay village Amalatu Sub-District, West Seram District occupies the firs
disease out of the 10 most prominent diseases. The purpose of this study was to
determine whether there is a relationship between smoking behavior of parents with
ISPA events in infants in the village of Rumahkay. This research was conducted by
direct interview using a questionnaire and data analysis was performed by chi-squ
are test. The number of samples in this study were 33 samples. The results showed
that of the total sample of 33 obtained smoking behavior was 81.8% and good
behavior was 18.2%. the conclusion in this study there is a relationship between
smoking behavior of parents with the incidence of ISPA in toddlers with P <0,001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena begitu
besar cinta dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA RUMAHKAY KECAMATAN
AMALATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT” Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dan melakukan penelitian demi
menyandang gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program studi keperawatan
sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKes) Maluku Husada. Dalam penyelesaian ini
peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu , melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ketua yayasan STIKes Maluku Husada yang telah menyediakan saran dan
prasarana selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Lukman La Bassy.S.Farm.,M.sc.,Apt selaku ketua pada sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIKes Maluku Husada dan selaku penguji II yang telah
memberikan saran, masukan demi kesempurnaan Skripsi
3. Ira sandi Tunny.S.Si.,M.Kes selaku ketua program studi ilmu keperawatan
dan seluruh staf dosen
4. F.A.Metekohy,S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran
dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.
5. Ns.Maryati Mardjuki.,S.Kep selaku pembimbing II yang penuh semangat dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan, saran, serta memotifasikan
penulis dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.
6. Ns.Febby.DJ.Aipassa.S.Kep.,M.Kep Selaku penguji I yang telah memberikan
arahan untuk kesempurnaan skripsi ini
10
7. Papa dan mama tercinta (papa oleng Siautta dan mama bace corputty).
Terimkasih atas limpahan dan kasih sayang yang di berikan, pengorbanan
tanpa pamrih dan Doa-doa yang selalu di panjatkan. Terimakasih senantiasa
karena selalu memenuhi kebutuhan penulis baik dalam bentuk materi maupun
spiritual.
8. Kaka dan ponaan tersayang kaka doni, kaka ai, kaka vita,bu jek, kaka sandi,
dan adik acel, nyong muda, nona wim yang selalu memberikan kasih sayang
kepada penulis, mendukung penulis dalam situasi apapun dan senantiasa
memberikan penulis dorongan dan motifasi agar penulis tetap semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini
9. Papa dan mama tercinta ( papa uli corputty dan mama leng hahury ). Kaka dan
adik tersayang om titi, kaka andre,engka,bace,egen,frans,dede dan adik
jo,vani,eta,cris dan acel, dan keluarga lainya Terimkasih atas limpahan dan
kasih sayang yang di berikan, pengorbanan tanpa pamrih dan Doa yang selalu
di panjatkan. Terimakasih senantiasa karena selalu memberikan dukungan
dorongan dan motifasi agar penulis tetap semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini
10. Sahabat-sahabat Renni, Geli, Julet, Ecin, Ona, Susi, Sitri, Alde,
Fatrik,Frengko, kk isti,ade lia, filen dan masih banyak lagi yang tak sempat
penulis sebutkan, terima kasih atas kalian semuanya, makasih atas apa yang
kalian lakukan sehingga saya bisa menyelesaikan Skripsi.
11. Semua rekan-rekan sejawat Program Studi Ilmu Keperawatan Maluku Husada
Angkatan VII yang tak dapat di sebutkan namanya satu persatu terima kasih
untuk setiap semangat yang diberikan untuk penulis dalam penyusunan
skripsi.
Semoga TUHAN YESUS memberkati dan membalas semua kebaikan serta ketulusan
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi namun Penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya.
oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
11
membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan
pada penelitian selanjutnya.
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembaran Persetujuan
Lembaran Pernyataan Keaslian Penelitian
Kata i
Pengantar......................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ......................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ..................................................................................................................... iv
Daftar Lampiran .................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum........................................................................................ 5
1.3.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 6
1.4.1. Bagi Lembaga Penelitian................................................................................ 6
1.4.2. Bagi Penelitian....................................................................................... 6
1.4.3. Bagi Tempat Penelitian.......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 7
2.1 Tinjauan Umum Tentang ISPA ....................................................................... 7
2.1.1. Defenisi ISPA........................................................................................ 7
2.1.2. Etiologi ISPA......................................................................................... 8
2.1.3. Kasifikasi ISPA...................................................................................... 9
2.1.4. Tanda dan Gejala ISPA.......................................................................... 10
2.1.5. Pencegahan ISPA................................................................................... 12
2.1.6. Penatalaksanaan ISPA............................................................................ 13
2.2 Definisi Perilaku.............................................................................................. 14
2.2.1.Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku..................................................... 14
2.2.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Perrilaku.............................................. 15
2.3 Tinjauan Umum Tentang Merokok.................................................................. 16
2.3.1. Definisi Rokok....................................................................................... 16
2.3.2. Kandungan Rokok.................................................................................. 16
2.4 Tinjauan Umum Perilaku Merokok................................................................. 16
2.4.1. Perilaku Merokok Orang Tua ............................................................... 18
2.4.2. Pengaruh Merokok Pada Balita ............................................................ 20
2.5 Keaslian Penelitian / Penelitian Terdahulu ..................................................... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL..................................................................... 23
3.1 Kerangka Konseptual....................................................................................... 23
3.2 Hipotesis........................................................................................................... 24
13
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan dunia dan menjadi urutan kedua di dunia karena dapat mengakibatkan
kematian pada balita. Di new york jumlah penderita ISPA sebesar 48,325 balita dan
maju dan di duga 20% dari bayi yang baru lahir di Negara berkembang gagal
mencapai usia 5 tahun dan 26–30% dari kematian balita disebabkan oleh ISPA
(WHO,2016).
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau
inf18 \l 1033 ]dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,
all, 2012).
Kematian akibat ISPA lebih di dominasi balita usia 1-4 tahun yaitu lebih dari 2
juta kematian tiap tahunnya, ini juga berarti 1 dari 5 balita orang balita di dunia
meninggal setiap harinya. Dari seluruh kasus kematian balita usia 1-5 tahun di
akibatka oleh ISPA tiga perempatnya terjadi pada 15 negara, termasuk Indonesia
18
dengan jumlah kasus ISPA sebanyak 6 juta kasus pertahun. Episode penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (irianto K,2014).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 jumlah balita
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor
perilaku dan factor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat
badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi
perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif
pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
yang fatal yang menjadi penyebab kematian kurang lebih 6 juta orang pertahun.WHO
juga memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua
dewasa adalah perokok. Pravalensi perokok secara berturut di Amerika Serikat dan
Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan wanita adalah 21% dan 27%. Di
Perancis, 30% Italia, 29% Swedia, 18% dan di negara berkembang didapatkan
Menurut Tabacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab
bagi hampir 90% kanker paru. 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga
menjadi 25% penyebab serangan jantung(Pusat Promkes Kenkes RI,2013.) Hal ini
Indonesia yaitu perokok setiap hari sebesar 24,3% perokok kadang – kadang 4,6%
mantan perokok 5,3% dan bukan perokok 65,9% sedangkan Maluku yaitu perokok
setiap hari 22,1% perokok kadang – kadang 6,2% mantan perokok 6,5% dan bukan
perokok 6,9%.
Perilaku merokok orang tua dapat menyebabkan ISPA pada balita karena
Kebiasaan merokok orang tua di dalam rumah menjadikan balita sebagai perokok
pasif yang selalu terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai
dibandingkan dengan rumah balita yang orang tuanya tidak merokok di dalam rumah.
Sementara itu jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi(Rahmayatul, 2013).
Dengan jumlah perokok yang cukup tinggi dapat meningkatkan angka kejadian
Akut selalu menempati urutan pertama kematian pada bayi tahun 2009 mencapai
32,1%, serta kematian pada balita tahun 2010 mencapai 18,2% dan tahun 2011
mencapai 38,8%. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009
cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus
sementara target yang ditetapkan sebanyak 16.534 kasus. Survey yang dilakukan
pada tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Kemenke/s RI,
2012).
Data pada puskesmas tomalehu jumlah balita yang terkena ISPA pada tahun 2016
berjumlah 250 orang, pada 2017 yang terkena ispa 376 orang, dan pada 2018
meningkat menjadi 547 orang yang terkena ispa dan pada bulan januari – april tahun
Morokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Desa Rumahkay
tua dengan kejadian ispa pada balita di desa rumahkay kecamatan amalatu
barat.
ispa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi saluran pernapasan
akut.Infeksi Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-
organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI,
2012).
Salah satu penyakit yang dapat diakibatkan oleh adanya pencemaran udara
(ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh agen
yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya meliputi demam,
batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas, mengi atau kesulitan nafas
(WHO, 2017).Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi:
24
pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan
hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi,
vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan
penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/ masyarakat dalam
umur yaitu :
paru(alveoli).
kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali
dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan
demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut:
a) Batuk
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi
2015).
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per
campak
gejala- gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gelisah
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
ISPA pada umumnya adalah infeksi bakteri pada berbagai area dalam saluran
pernafasan, termasuk hidung, telinga tengah, pharynx, larynx, trachea, bronchi dan
paru. Gejalanya dapat bervariasi, antara lain meliputi (Depkes RI, 2012):
28
1 Batuk.
2 Sesak nafas.
3 Tenggorokan kering.
4 Hidung Tersumbat
hidungmu.
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah
2012).
29
pada anak adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas yaitu:
1. Pemeriksaan
pada penderita.
3. Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak
Demam atau dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai <
merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang
antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika
yakni:
kesehatan. Tanpa pengetahuan yan baik maka seseorang akan sulit merubah
MenurutPP No. 81 pasal 1 ayat (1), rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tasssnaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
a. Nikotin
nikotin yang terkandung dalam sebuah cerutu kepada seorang pria yang
32
berpostur sedang, ia akan segera mati dalam beberapa menit. Bila cerutu
tersebut (Istiqomah.2003)
b. Tar
Zat ini sejenis cairan kental berwrna coklat tua atau hitam yang diperoleh
dengan cara distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah
tembakau. Tar terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia
(Nainggolan, 2009).
33
c. Timah Hitam
d. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit.
Kata merokok berasal dari suku kata yaitu rokok, rokok adalah silinder
yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya
(Juliansyah, 2010).
tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke dalam tubuh
(Roschayati, 2015).
65 juta perokok atau 225 miliar batang per tahun (WHO, 2008).
yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya
beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat
pernapasan bayi. Nikotin yang terhirup melalui saluran pernapasan dan masuk
antara lain adalah muntah, diare, kolik (gangguan pada saluran pencernaan
rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita, dimana balita yang
terpapar asap rokok berisiko lebih besar untuk terkena ISPA dibanding balita
saluran nafas bawah akut pada banyi sangat mungkin. Paparan asap rokok
rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan lokol paru, seperti kemampuan
bukan hanya menjadi penyebab langsung kejadian ISPA pada balita, tetapi
yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya
beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat
digunakan
dengan
kejadian
ISPA pada
balita di
Wilayah
Pesisir Desa
Kore
Kecamatan
Sanggar
Kabupaten
Bima Tahun
2014.
3 Claudia Hubunganan Penelitian ini Independen : Hasil analisis
Pundoko*, antaraperilaku merupakan survey 1. Perilaku menunjukan
Sulaemana merokok orang analitik dengan merokok bahwa dari
Engkeng*, tuadengankeja pendekatan cross Dependen : 131 ayah
Maureen I. dianispapadab sectional study kejadian ISPA terdapa
Punuh* alita di untuk mengetahui tsebanyak 21
wilayahkerjap apakah ada ayah (16%)
uskesmastelin hubungan antara yang
gataskotamana perilaku merokok memiliki
do 2018 orang tua dengan tindakan baik
kejadian ISPA sebanyak 110
pada balita di ayah (84%)
wilayah kerja yang
Puskesmas Teling memiliki
Atas Kota tindakan
Manado pada kurang baik
bulan Mei-Juli dari 21 ayah
2018 yang
memiliki
tindakan baik
di dapat
kansebanyak
9 ayah
(42,9%)
mempunyai
balita yang
terkenal
ISPA dan
sebanyak 12
ayah (57,1%)
mempunyai
balita yang
tidak terkena
38
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan masalah dan judul yang penulis angkat dalam penelitian ini,
Perilaku merokok
Kejadian Ispa
Kerangka konsep
Keterangan :
:variabel independen
: variabel dependen
: Garis penghubung
40
3.2 Hipotesis
A. H Nol (H0)
B. Ha (H1)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
orang.
4.3.2 Sampel
sendiri, ciri atau sifat Populasi yaitu keselururan jumlah populasi sudah
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan menggunakan (Rumus
N
Solvin) n = (d2)
1+ N
Keterangan: n = sampel
N = populasi
(Notoatmodjo, 2010)
N
n= (d2)
1+ N
50
n= (0,12)
1+ 50
50
n = 1+ 0,50
50
n=
1,50
n =33
44
4.3.3 Sampling
(Notoatmodjo, 2016)
dependen dalam penelitian ini adalah kejadia ispa pada balita di Desa
Rumahkay
45
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
hubungan perilaku merokok orang tua kejadian ispa pada belita didesah
Rumahaky kabupaten seram bagian barat, Instrumen dalam penelitian ini terdiri
yang di sediakan
yang di sediakan:
c. Perilaku
yang di sediakan:
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti terdiri atas data
A. Analisa Univariat
B. Analisa Bivariat
1. Informed Concent
diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju untuk diteliti maka
2. Anomity (TanpaNama)
(kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode
tertentu.
3. Confidentialiti (Kerahasiaan)
BAB V
Barat dengan jumlah penduduk 1843 jiwa, laki-laki 891 jiwa sedangkan perempuan
952 jiwa dan kondisi social Desa Rumahkay berada pada daerah yang aman dan
strategis karena di apit oleh dua aer terjun. Desa rumahkay juga rata-rata kondisi
ekonomi masyarakat berada pada tataran ekonomi menengah ke bawah, serta berada
pada lokasi yang tidak tergolong daerah terpencil karena Desa Rumahkay sudah di
lewati oleh jalan trans seram, dan sangat mudah untuk mengakses berbagai informasi,
Desa Rumahkay bagian timur berbatasan dengan desa Namatotur dan bagian barat
Seram Bagian Barat pada tanggal 29 juni sampai dengan 29 juli 2019, hasil penelitian
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 33 100%
Perempuan 0 0%
Total 33 100
Usia N %
17-26 15 45.5%
26-35 16 48.5%
36-45 2 6.1%
Total 33 100
51
Pendidikan N %
SD 3 9.1%
SMP 8 24.2%
SMA 6 18.2%
SARJANA 16 48.5%
Total 33 100
Perilaku N %
Ya 27 81.8%
Tidak 6 18.2%
Total 33 100
53
ISPA N %
Ya 25 75.8%
Tidak 8 24.2%
Total 33 100
Tabel 5.6 Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita Di Desa Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian
Barat
54
Ya Tidak Total
N % N %
Ya 24 88.9 % 3 11.1 % 27 100% 0.001
Tidak 1 16.7% 5 83.3 % 6 100%
Berdasarkan uji statistic uji chi squer di peroleh p-value 0.005, maka
Bagian Barat
5.3 Pembahasan
gambaran perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa pada balita di Desa
diambil dalam penelitian ini adalah orang tua laki-laki. Karakteristik responden
hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi orang tua laki-laki berdasarkan umur
didominasi oleh laki-laki dengan umur 26-35 tahun sebanyak 16 orang (48,5%).
Orang yang lebih muda, mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreatifitas
lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui
dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Di samping itu, kemampuan untuk
menyerap pengetahuan baru lebih muda karena otak berfungsi maksimal pada
membantu orang tersebut untuk lebih memahami suatu informasi. Semakin tinggi
Pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam
gambaran perilaku merokok orang tua dengan kejadian ispa pada balita di Desa
peroleh bahwa sebagian responden memiliki perilaku baik 81.8%. responden yang
Dari penelitian yang telah di sajikan perilaku merokok orang tua di bentuk dari
kedua kekuatan dalam diri seseorang sehingga dapat memahami tentang perilaku
merokok.
samping anggota keluarga yang merokok. Paparan Asap rokok bukan hanya
menjadi penyebab langsung kejadian ISPA pada balita, tetapi menjadi faktor tidak
langsung yang diantaranya dapat melemahhkan daya tahan tubuh balita. Asap
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan
57
seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat
berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan dalam diri seseorang.
Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran
udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
Faktor individu anak meliputi : umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A
menangani penyakit ISPA (Prabu, 2012). Hal ini berarti jika kita memiliki
pengetahuan yang baik dan sikap positif maka kita tidak mudah terpengaruh akan
objek yang ada disekitar kita dan kita akan memiliki perilaku yang baik yang
berlangsung lama. Begitu juga dalam kehidupan remaja, mereka tidak akan mudah
keluarga yang merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada balita di peroleh nilai p = 0,000 dan OR = 4,63 (95% CI = 2,04 – 10,52),
secara statistik dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara keberadaan
anggota keluarga yang merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Berdasarkan hasil penelitian meta analisis yang dilakukan Starchan dan cook
menyimpulkan bahwa hubungan orang tua perokok dan penyakit saluran nafas
bawah akut pada bayi sangat mungkin. Paparan asap rokok ligkungan (salah satu
Ispa pada balita di desa Rumahkay, di dapatkan angka yang mengalami kejadian
Ispa sebesar 25 responden 75.8% dan yang tidak mengalami kejadian Ispa sebesar
8 responden 24.2%.
Berdasarkan teori yang didapat oleh peneliti, ISPA adalah penyakit infeksi
yang menyerang saluran pernapasan bagian atas maupun bagian bawah antara lain
batuk pilek, sakit telinga (otitis media), bronkitis dan pneumonia dan berlangsung
sampai 14 hari. (sujayanto, 2006). Ada banyak faktor pencetus terjadinya penyakit
ISPA pada balita, salah satu faktor pencetusnya adalah terdapatnya polusi udara
Penelitian yang dilakukan oleh Economic and Social commission for Asia and
the Pasific (ESCAP) ada tahun 2007 tentang diferensiasi kejadian ISPA pada bayi
dan balita yang berusia < 6 bulan sampai 59 bulan, menunjukkan bahwa sebagian
besar kejadian ISPA terjadi pada saat usia 12-23 bulan yakni sebesar 23,7%,
sedangkan kejadian ISPA paling sedikit ditemukan pada bailta yang berusia 48-59
perbedaan kejadian ISPA yang signifikan antara balita yang berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan. Pernyataan ini di perkuat oleh WHO yang menyatakan bahwa
berdasarkan jenis kelamin, dimana lebih sering terjadi pada balita lakilaki. Hal ini
(WHO, 2015).
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
5.3.4 Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada
Bagian Barat
meroko orang tua dengan kejadian Ispa. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Juwarni (2012), yang menyatakan
ada hubungan antara perilaku merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada
anak. Hal ini menunjukan dengan semakin berat perilaku merokok orangtua maka
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarni,
Basirun dan Safrudin (2012), berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Sempor II. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kurang atau buruk perilaku
merokok responden maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA pada balita
dan semakin baik perilaku merokok responden maka kejadian ISPA akan semakin
kecil. ISPA dapat disebabkan oleh karena adanya paparan dari virus maupun
dan pneumococcu, dan jenis virus influenza, parainfluena, dan rhinovirus. Selain
dari virus, jamur dan bakteri, ISPA juga dapat disebabkan karena sering
menghirup asap rokok, asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak biasanya
minyak tanah dan, cairan amonium pada saat lahir (Utami, 2013). Asap rokok dari
orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan
pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko
kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terusmenerus akan
saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin
banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko
terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi
terdapat juga beberapa faktor yang dapat menyebabkan ISPA, antara lain, yaitu
61
faktor lingkunganmeliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap
kondisi rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian (Prabu, 2009). Penelitian
hubugan yang bermakna antara kondisi rumah dengan ISPA pada anak. Faktor-
faktor tersebut juga erat hubungannya dengan peningkatan daya tahan tubuh
sehingga dapat menyebabkan terjadinya ISPA, maka ada yang perokok berat tetapi
terkena ISPA ringan dan adapun yang perokok berat tetapi terkena ISPA sedang.
Oleh karena itu selain kebiasaan merokok perlu diperhatikan juga kondisi rumah,
Fisik Lingkungan Dan Pola Merokok Dalam Keluarga Dengan Kejadian Ispa Pada
di dalam keluarga dengan kejadian ISPA pada balita yang meliputi keberadaan
buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif.
diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar
dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau
asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil
monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali
mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar
CO, tar dan polysiklik apabila terpapar pada balita, dapat terjadi kerusakan
pada saluran pernafasan dan bahkan paruparunya. Apabila hal itu terjadi
maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan dan bahkan paru-
1. Waktu penelitian yang terbatas karena orang tua balita memiliki waktu di
sore hari dikarenakan waktu orang tua banyak di kebun.
2. Bahwa peneliti hanya meneliti orang tua balita yang berada di desa
Rumahkay.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita Di Desa Rumahkay
6.2 Saran
pada balita.
kejadian ISPA. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
65
Depkes RI. (2018). Informasi Tentanng ISPA pada Balita.Jakarta : Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
Panduan Penulisan Skripsi Edisi Revisi VII Tahun 2019 Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Maluku Husada.
Rad Marssy. (2007). Bahaya asap rokok terhadap banyi atau anak.
http://radmarssy.worpress.[ 2 februari 2014 ].
[ CITATION Uta13 \l 1033 ] RatMarssy. (2007). Bahaya Asap Rokok terhadap banyi dan
Anak . htt://radmarssy.wordpress.[ 5 november 2009 ].
WHO. (2017). Infection Prevention and Control of Epidemic and Pandemic Prone
Acute Respiratory Diseases inHealth Care. Genewa: WHO Interim Guidelines.
66
Winarni, Ummah, B. A., dan Salim, S. A.N. (2010). Hubungan Antara Perilaku
Merokok Orang Tua Dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu Rumah
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II
Kabuupaten Kebumen Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Vol.
6.No. 1. Stikes Muhammadiyah Gombong
A. Identitas
Petunjuk pegisian
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan :
Petunjuk pengisian
NO Pertanyaan jawaban
Ya Tidak
1. Apakah ada orang tua yang merokok
2. Apakah ada anggota keluarga lain yang
serumah yang merokok
3. Apakah orang tua atau keluarga lain
merokok didalam rumah
4. Apakah orang tua / anggota keluarga lain
merokok setiap hari
5. Jika ada yang merokok di sekitar balita ibu,
apakah ibu langsung membawa balita
menjauh
NO Pertanyaan jawaban
Ya Tidak
1. Menggunakan masker saat flu
2. Memberi ASI ekslusif pada balita selama 6
bulan
3. Menjauhkan anak dengan penderita ISPA
4. Membawa balita ke puskesmas ketika
mengalami demam dan batuk
5. Membawa balita ke posyandu rutin setiap
bulannya
6. Memberikan imunisasi lengkap pada balita
sebagai pencegahan penyakit ISPA
7. Menutup hidung dan mulut saat bersin
69
Frequencies
Statistics
N Valid 33 33 33
Missing 0 0 0
Mean 1.61 1.21 3.06
Median 2.00 1.00 3.00
Percentiles 25 1.00 1.00 2.00
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perilaku merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kejadian ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kejadian ISPA
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,45.
b. Computed only for a 2x2 table
DOKUMENTASI
74
75
76