Anda di halaman 1dari 20

STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan

Tingkat/semester :…………………

Jurusan : ………………...

MATERI I

MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KONSELIN


KEHAMILAN PADA IBU DAN KELUARGA

SESUAI KEBUTUHAN

A. PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA


1. Persiapan Menjadi Orang Tua

Masa menjadi orang tua (parenthood) merupakan masa yang alamiah


terjadi dalam kehidupan seseorang. Seiring harapan untuk memiliki anak dari
hasil pernikahan, maka menjadi orang tua merupakan suatu keniscayaan. Pada
masa lalu, menjadi orang tua cukup dijalani dengan meniru para orang tua pada
masa sebelumnya. Dengan mengamati cara orang tua memperlakukan dirinya saat
menjadi anak, maka sudah cukup bekal untuk menjalani masa orang tua di
kemudian hari. Seiring dengan perkembangan zaman, maka modal dari
parenthood saja tidaklah cukup. Salah satu alasan sederhana bagi argumen ini
adalah pengalaman pengasuhan para orang tua pada masa sekarang dimana anak-
anak sekarang memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak pada zaman
dahulu. Pengalaman ini mengisyaratkan adanya kekhawatiran bahwa menjadi
orang tua pada zaman sekarang tidak bisa lagi sama dengan menjadi orang tua
pada zaman dahulu (Lestari, 2012: 35).
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah
membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah
mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.

1.1 Persiapan Fisik

a. Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini


berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat
janin mengalami gangguan pertumbuhan. Asap rokok yang terhirup oleh
calon ibu dapat mengahmbat suplai oksigen, sehingga resiko janin lahir
prematur menjadi lebih tinggi. Minuman berakohol membuat calon ibu
menghadapi resiko keguguran karena kandungan menjadi melemah.
Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah sel sperma
sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.

b. Calon orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi.


Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan.
Usahakanlah dalam kondisi berat badan yang ideal agar pembuahan
berlangsung sempurna.

c. Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu.


Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan mengalami gangguan
kesehatan tertentu, biasanya dokter akan menyarankan agar pasangan
menunda dulu kehamilan sampai calon ibu dinyatakan sehat.

d. Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi


janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan.

1.2 Persiapan Psikologis

Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan
menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman yang luar biasa akan
dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua. Jadi sebelum memiliki
anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami
sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan yang akan
terjadi.

1.3 Persiapan Finansial

Persiapan finansial bisa dikatakan sama pentingnya dengan persiapan fisik


maupun psikologi. Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan keuangan
untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga
lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah
keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan
anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah
yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal
kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir
dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak
yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua. Dalam
kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru, maka
diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang ayah dan adaptasi
anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi tersebut karena terjadi
perubahan pola interaksi sehingga tercipta keserasian dalam kehidupan keluarga.
Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola
interaksi dalam keluarga harus dikembangkan (May, 1994).

2. Adaptasi Paternal

Jordan (1990) mendeskripsikan 3 proses perkembangan yang dialami oleh


calon ayah,yaitu mengaitkan dengan realitas akan kehamilan dan anak,
mengenal peran orang tua dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta
berusaha melihat relevansi akan childbearing.
2.1 Realitas akan Kehamilan dan Anak

Pria akan menunjukkan reaksi bangga dan gembira ketika diberitahu


tentang berita kehamilan istrinya, walaupun dia akan menunjukkan gejala
ambivalen seperti istrinya, terutama dalam hal komitmen dan penambahan
tanggung jawab. Kehadiran janin akan menjadi nyata bagi calon ayah saat ia
mendengarkan denyut jantung janin, merasakan pergerakan janin, serta melihat
janin melalui sonogram.

2.2 Mengenal Peran Orang Tua

Selama masa kehamilan dan melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu
memberikan dukungan penuh kepada istrinya. Mereka terkadang kecewa karena
hanya dianggap sebagai pendukung dan penolong, bukan sebagai bagian dari
calon ornag tua. Maka dari itu, diadakan grup pendukung atau kelas bagi calon
ayah mengenal perannya lebih jauh. Dalam forum ini pria lain yang sudah
berpengalaman berbagi pengalamannya dalam menghadapi kehamilan,
melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.

Ketika seorang ibu melahirkan anak, suatu hal yang ingin diketahui ialah:
seperti apakah atau seperti siapakah anak saya? Ini suatu keingintahuan yang
biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada satu hal yang lebih penting lagi yaitu
akan seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu pertanyaan dengan rentangan
panjang, memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya, dan sulit untuk bisa
diramalkan antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi, serta antara yang
terlihat dan apa yang akan diperlihatkan.

Anak yang baru lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak
bisa apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya sendiri. Jadi ia tergantung sepenuhnya pada lingkungannya,
lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan lebih khusus lagi ialah ibunya.
Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusat ialah orang tua.
Merekalah yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung,
berhubungan terus-menerus dengan anak, memberikan perangsang (stimulasi)
melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua (terutama ibu) dengan anak.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas, orang tua jelas berperan besar
dalam perkembangan dan memperkembangkan kepribadian anak. Orang tua
menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah dewasa. Jadi,
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa
banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi
sebelumnya.
Dalam usaha atau tindakan aktif orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak,
perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :
1) Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik disertai dengan lingkungan sehat
memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang mempermudah
timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di perhatikan. Pengetahuan praktis
mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan anak
perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan pengetahuan- pengetahuan praktis
mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan dasar dan mineral, untuk
memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.
2) Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan suatu kebutuhan untuk memperkembangkan
aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak lain atau kelompok yang
kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja
atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung terpengaruh pribadinya. Peniruan
menjadi salah satu faktor yang sering terjadi dalam proses pembentukan pribadi
anak. Maka penting diperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh
berinteraksi, dianjurkan atau sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin
bergaul.
3) Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua dengan anak, khususnya pada tahun-
tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya untuk perkembangan
mentalnya. Anak memahami arti sesuatu mulai dari yang kongkrit sampai yang
abstrak. Kecuali dari usaha anak sendiri yang bereksplorsi didalam
lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi pengetahuan-
pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang diberikan oleh
orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak. Mengajak anak berbicara sambil
membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi perkembangan aspek
mentalnya.
4) Dalam kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan baik atau tidak batik, boleh atau tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari usaha anak sendiri yang secara aktif
memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam pikirannya dan lebih lanjut
menjadi sikap dan perilakunya. Namun dalam banyak hal peranan dari orang tua
juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan aspek moral dan rohani
anak.
Orang tua sedikit demi sedikit membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku anak sesuai dengan patokan atau ukuran orang tua, sesuai dengan kitab
suci dan ajaran- ajaran agama.
2.3 Peran dari Keterlibatan Ayah dalam Childbearing
Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) adalah keluarga yang
menantikan kelahiran yang dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Peran calon ayah
dapat dimulai selagi kehamilan istri membesar dan semakin kuat saat bayi
dilahirkan. Pada periode awal seorang ayah harus mengenali hubungannya
dengan anak, istri, dan anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya ayah dapat
mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga,
periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-
ayah,orang tua-anak,saudara-saudara) untuk menetapkan komitmen . perode yang
berlangsung akan membutuhkan waktu.
Terjadi waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu serta ayah dan seluruh
anggota keluarga, dalam hal ini orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya
harus dapat beradaptasi terhadap perubahan stuktur karena adanya anggota
keluarga baru yaitu bayi, dengan kehadiran seorang bayi maka sistem dalam
keluarga akan berubah serta pola pikir keluarga harus dikembangkan. Calon ayah
terkadang mengobservasi pria lain yang sudah menjadi ayah dan mencoba
bersikap seperti seorang ayah untuk menentukan kenyamanan dan kesesuaian
dengan konsepnya akan peran seorang ayah. Calon ayah mencari informasi
tentang perawatan dan tumbuh-kembang bayi, sehingga ia dapat mempersiapkan
diri untuk tanggung jawab yang baru. Meskipun ia mendapatkan pengetahuan
yang banyak akan persiapan menjadi ayah, akan tetapi ia tetap saja belum siap
untuk mempelajarinya saat ini, sehingga ia mungkin masih abstrak akan
pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan bayi. Maka dari itu, perawat harus
mengulang kembali informasi-informasi tersebut setelah bayi lahir, sehingga
pengetahuannya menjadi relevan dengan praktiknya.
3. Adaptasi Saudara Kandung
Jika saudara kandung tidak dipersiapkan dari awal dalam menghadapi
anggota keluarga baru, maka dikhawatirkan akan terjadi sibling rivalry. Hal yang
dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya sibling, antara lain:
1. Anak diberitahu sejak awal tentang kehamilannya
2. Anak diberi kesempatan merasakan bayinya bergerak dalam rahim
3. Anak dilibatkan dalam membantu persiapan kelahiran adiknya
4. Bantu anak untuk menyesuaikan pada perubahan ini
5. Kenalkan anak dengan profil bayi
6. Mengajak anak saat memeriksakan kehamilannya

3.1 Sibling Rivalry


Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling
bentuk kecil) anak–anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu
perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau
antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk
mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau
untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih. Sibling rivalry adalah
kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau
lebih. Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak–anak tersebut
adalah hal yang biasa bagi anak–anak usia antara 5-11 tahun.
3.2 Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga
ingin menunjukkan pada saudara mereka.

b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan


dari orang tua mereka.
c. Anak–anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan
dalam keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k. Anak–anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi
pada mereka.
3.3 Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada
segi positifnya, antara lain:
a. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting.
b. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
c. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus
menjadi fasilitator.
3.4 Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling
rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
a. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
c. Menyukai bakat dan keberhasilan anak–anak Anda.
d. Membuat anak–anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama
lain.
e. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
f. Mengajarkan anak–anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian
dari satu sama lain.
g. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
h. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
i. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan
mereka sendiri.
j. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
k. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak–anak,
bukan untuk anak–anak.
l. Orang tua dalam memisahkan anak–anak dari konflik tidak menyalahkan satu
sama lain.
m. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
n. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang
tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak–anak untuk menghindari sibling
rivalry yang paling bagus.
B. KETIDAKNYAMANAN PADA IBU HAMIL DAN CARA
MENGATASINYA
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuhibu,

yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupunpsikologis.

Meskipun normal, tetap perlu diberikan pencegahandan perawatan.

a. Ketidaknyamanan pada Trimester I

1) Mual dan muntah :


- Melakukan pengaturan pola makan.
- Menghindari stress.
- Meminum air jahe.
- Menghindari meminum kopi / kafein, tembakau
dan alkohol.
- Mengkonsumsi vit. B6 1,5mg/hari.
2) Hipersaliva :
- Menyikat gigi.
- Berkumur.
- Menghisappermen yang mengandung mint.
3) Pusing :
- Istirahat dan tidur serta menghilangkan stress.
- Mengurangi aktivitas dan menghemat energi.
- Kolaborasi dengandokter kandungan.
4) Muda lelah :
- Melakukan pemeriksaan kadar zat besi.
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang hari.
- Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak.
- Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan.
- Mengkonsumsi makanan seimbang.
5) Peningkatan frekuensi berkemih :
- Latihan kegel.
- Menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara teratur.
- Menghindari penggunaan pakaian yang ketat.
6) Kontipasi :
- Konsumsi makanan berserat.
- Terapi farmakologi berupa laxatif oleh dokter kandungan.
7) Hearburn :
- Menghindari makan tengah malam.
- Menghindari makan porsi besar.
- Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat telentang.
- Mengunyah permen karet.
- Tidak mengkonsumsi rokok maupun alhohol.
b. Ketidaknyamanan pada Trimester II
1) Pusing :

- Cukup istirahat.
- Menghindari berdiri secara tiba- tiba dari posisi duduk.
- Hindari berdiri pada waktu yang lama.
- Jangan lewatkan waktu makan.
- Berbaring miring ke kiri.
2) Sering berkemih :
- Menyarankan ibu untuk banyak minum disiang hari dan
mengurangi minum pada malam hari.
- Menyarankan ibu untuk buang air keci secara teratur.
- Menhindari penggunaan pakaian ketat.
3) Nyeri perut bagian bawah :
- Menghhindari berdiri secara tiba- tiba dari posisi jongkok.
- Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik.
4) Nyeri punggung :
- Memberitahu ibu untuk menjaga posisi tubuhnya.
- Menganjurkan ibu untuk melakukan evcercise selama
hamil.
- Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas serta
menambah istirahat.
5) Flek hitam pada wajah dan sikatri :
- Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion.
- Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra dengan ukuran
besar.
- Anjurkan ibu untuk diet seimbang.
- Anjurkan ibu untuk menggunakan pelembab kulit.
6) Sekret vagina berlebih
- Mengganti celana dalam bila basah atau lembab.
- Memelihara kebersihan alat reproduksinya.
7) Kontipasi
- Mengkonsumsi makanan yang berserat.
- Memenuhi kebutuhan hidrasinya.
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
8) Penambahan berat badan
- Memberikan contoh makanan yang baik dikonsumsi.
- Menghitung jumlah asupan kalori.
9) Pergerakan janin
- Mengajarkan kepada ibu untuk merasakan gerakan janin,
misalnya dengan menggunakan 2 wadah kosong dan manik-
manik, kemudian anjurkan pada ibu untuk memindahkan
manik-manik tersebut ke wadaah lainnya selama 2 jam
dan merasakan gerakaan janinnya.
10) Perubahan psikologis
- Memberikan ketenangan pada ibu dengan memverikan
informasi yang dibutuhkan ibu.
- Memberikan motivasi dan dukungan pada ibu.
- Melibatkan orang terdekat dan atau keluarga pada setiap
asuhan.
c. Ketidaknyamanan pada Trimester III
1) Sering buang air kecil

- Ibu hamil disarankan untuk tidak minum saat 2-3 jam sebelum tidur.

- Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur.

- Agar kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi, sebaiknya minum
lebih banyak pada siang hari.

1) Pegal-pegal

- Sempatkan untuk berolahraga.


- Senam hamil.

- Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium.

- Jangan berdiri / duduk / jongkok terlalu lama

- Anjurkan istirahat tiap 30 menit.

2) Hemoroid
- Hindari konstipasi.
- Makan-makanan yang berserat dan banyak minum.
- Gunakan kompres es atau air hangat.
- Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembaliu hemoroid ke
dalam anus dengan pelan-pelan.
- Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi.
- Usahakan BAB dengan teratur.
- Ajarkan ibu dengan posisi knee chest 15 menit/hari.
- Senam kegel untuk menguatkan perinium dan mencegah hemoroid.
- Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid.
3) Kram dan nyeri pada kaki
- Lemaskan bagian yang kram dengan cara mengurut.
- Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar dengan tumit untuk
mencegah kram mendadak.
- Meningkatkan asupan kalsium.
- Meningkatkan asupan air putih.
- Melakukan senam ringan.
- Istirahat cukup.
4) Gangguan pernafasan
- Latihan nafas melalui senam hamil.
- Tidur dengan bantal yang tinggi.
- Makan tidak terlalu banyak.
- Konsultasi dengan dokter apabila ada kelainan asma dll.
5) Oedema
- Meningkatkan periode istirahat dan berbaring dengan posisi miring kiri.
- Meninggikan kaki bila duduk.
- Meningkatkan asupan protein.
- Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan sehari untuk membantu
diuresis natural.
- Menganjurkan kepadaa ibu untuk cukup berolahraga.
6) Perubahan libido
- Informasikan pada pasangan bahwa masalah ini normal dan dipengaruhi
oleh hormon esterogendan atau kondisi psikologis.
- Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi frekuensi hubungan
seksual selama masa kritis.
- Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan dengan memberikan kasih
sayang pada ibu.

C. KEBUTUHAN DASAR IBU HAMIL


a. Kebutuhan fisik ibu hamil
1) Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2, yg menyebabkan terjadi desakan diafragma
krna dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhanO2 yang meningkat,ibu hamil akan bernafas
lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan Meningkatnya aktifitas
paru-paru oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga
harus mencukupi kebutuhan O2janin.
Ibu hamil kadang–kadang merasakan sakit kepala, pusing ketika
berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan karena
kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu
hamil menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk memenuhi
kecukupan O2 yang meningkat, supaya melakukan jalan2dipagi hari,
duduk2 di bawah pohon yang rindang, berada di ruang yang ventilasinya
cukup.

2) Nutrisi
a. Kalori
Jumlah kalori yang ibutuhkan ibu hamil adalah 2500 kkal setiap
harinya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan
ini merupakan faktor predisposisi atas terjadinya preeklampsia.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan untuk ibu hamil adalah 85 gr/hari.
Sumber protein : kacang-kacangan, ikan, ayam, susu, keju. Defesiensi
protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg/hari. Sumber kalsium :
susu, keju, yoghurt dan kalsium karbonat.
d. Zat besi
Diperlukan 30 mg/hari asupan zat besi bagi ibu hamil. Kekurangan zat
besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
e. Asam folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hami sebesar 400 mikro
gr/hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik.
f. Air
Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh, karna itu
dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (1500-2000 ml) air,susu, dan jus
tiap 24 jam.

Perubahan anatomik pada perut, area gentalia/lipat paha dan payudara


menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinfeksi
oleh mikroorganisme. Sebaiknya, mandi menggunakan pancuran atau gayung.
Selain itu, mengganti celana dalam secara rutin minimal 2 kali sehari. Pakaian
harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan ketat dibagian perut. Bahkan pakaian
harus dapat menyerap keringat, pakailah bra yang menyokong payudara.
Memakai sepatu dengan hak rendah.

3) Personal hygien

Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap ibu hamil.
Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin.
Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian dua kali sehari
(Nugroho,dkk, 2014).

4) Pakaian

Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah dikenakan dan
nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu
menyangga seluruh payudara, tidak menggunakan sepatu tumit tinggi
(Nugroho,dkk, 2014). f)

5) Eliminasi

Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada kehamilan trimester III dengan
frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi. Ibu hamil akan
sering ke kamar mandi terutama saat malam sehingga menganggu tidur,
sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi (Nugroho,dkk, 2014).

6) Seksual

Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan suaminya sepanjang
hubungan tersebut tidak menganggu kehamilan. Pilihlah posisi yang nyaman dan
tidak menyebabkan nyeri bagi wanita hamil dan usahakan gunakan kondom
karena prostaglandin yang terdapat pada semen dapat menyebabkan kontraksi
(Nugroho,dkk, 2014).

7) Senam hamil

Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk
mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental (Nugroho,dkk, 2014).

8) Istirahat atau tidur Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang
cukup. Kurang istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu hamil terlihat pucat,
lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 1 jam (Nugroho,dkk, 2014).

9) Stimulasi pengungkit otak (brain boster).

Pemberian stimulasi diberikan dengan menggunakan musik pada periode


kehamilan yang bertujuan meningkatkan intelegensia bayi yang dilahirkan
(Kemenkes RI, 2015).

10) Persiapan persalinan

Hal yang harus disiapkan adalah P4K seperti penolong persalinan, tempat
bersalin, biaya persalinan, transportasi, calon donor darah, pendamping
persalinan, pakaian ibu dan bayi.

b. Kebutuhan Psikologis

Ibu Hamil Menurut (Megasari et al, 2015) kebutuhan psikologis ibu hamil antara lain:

1) Support Keluarga Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih


sayang pada wanita dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah mempunyai anak
dan keluarga-keluarga dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu
hamil.

2) Support Tenaga Kesehatan Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal


kehamilan sampai akhir kehamilan yang berbentuk konseling, penyuluhan, dan
pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Contoh: keluhan mual dan muntah, bidan
akan menyarankan sering makan tapi porsi sedikit, konsumsi biscuit pada malam
hari, sesuatu yang manis (permen, dan jus buah), hindari makanan yang beraroma
tajam, yakinkan bahwa situasi ini akan berakhir saat bulan ke-4. 3.

3) Rasa Aman dan nyaman selama kehamilan Menurut (Romauli, 2011)


mengungkapkan bahwa orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
biasanya ialah suami. Wanita hamil yang diberi perhatian dan kasih sayang oleh
suaminya menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada dua
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil antara lain: menerima tanda-
tanda bahwa ia dicintai dan dihargai, merasa yakin akan penerimaan pasangannya
terhadap sang anak yang dikandung ibu sebagai keluarga baru.

4) Persiapan menjadi orang tua

Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa persiapan orang tua harus


dipersiapkan karena setelah bayi lahir banyak perubahan peran yang terjadi, mulai
dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai anak,
persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu
untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasihat mengenai persiapan
menjadi orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat
belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Selain persiapan mental, yang
tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena bertambah anggota maka
bertambah pula kebutuhannya. Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola
untuk membantu orang tua dalam perubahan dan peran ibu hamil.

Pendidikan orang tua bertujuan untuk mempersiapkan orang tua untuk


menemukan tantangan dalam melahirkan anak dan segera menjadi orang tua.
Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon orang tua yaitu istri dan suami
serta harus mencangkup tentang kehamilan. Pendekatan yang dilakukan bervariasi
dengan memperhatikan aspek fisik dan psikologis keduanya. Salah satu persiapan
orang tua dapat dilaksanakan dengan kelas pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.

Manfaat pendidikan bagi calon orang tua antara lain: suatu kesempatan
belajar perubahan fisik selama hamil, persalinan dan setelahnya, mengetahui
perubahan psikologis, emosional, intelektual dan perubahan lingkungan yang terjadi
dalam masa kehamilan dan kelahiran bayi, mendapatkan support social dari orang tua
yang mempunyai pengalaman serupa dengan mereka, suatu cara belajar dengan
sesama ibu yang baru mempunyai seorang anak, membangun kepercayaan ibu dan
suami dalam menghadapi kelahiran dan persalinan.

Selesai...

Anda mungkin juga menyukai