PENDAHULUA
N
BIOLOGI CHLAMYDIA
yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan
Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer
respon imunopathologik. Namun sampai sekarang belum jelas apakah respon anti bodi
terhadap CHSP 60 memang terlibat dalam imunopatologik chlamydia atau
Mengingat tingginya angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara
tunggal ataupun bersamaan dengan PMS lain, serta dampak dari
komplikasinya maka perlu diberikan perhatian yang besar dalam hal
diagnosis dan pengobatannya.
BIOLOGI CHLAMYDIA
yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan
Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer
Heat Shock Protein (HSP) yang terkode secara genetik berhubungan dengan
respon imunopathologik. Namun sampai sekarang belum jelas apakah respon anti
bodi terhadap CHSP 60 memang terlibat dalam imunopatologik chlamydia atau
semata-mata sebagai petanda infeksi chlamydial yang persinten.
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis infeksi C. trachomatis serovar D-K dalam beberapa hal mirip
dengan infeksi N. gonorrhoeae. Infeksi genital oleh chlamydia lebih lebih sering
manifestasi klinis yang paling sering, sedangkan pada wanita adalah servisitis,
- Uretritis
Pasien dengan chlamydia uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih
dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena
% pria yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena
chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan
menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis.1.5.6.7
- Proktitis
- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau
uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan epididimis pada
umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.5.6
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu : artritis, uretritis dan
Immunofluerescence.9
Ó 2001 digitized by USU digital library 3
ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau nyeri pada waktu
buang air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada
penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-
infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba
scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. 6.10
- Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
dan spesitasnya 100 %. Yang dapat digunakan adalah sel-sel Mc. Coy
Pemeriksaan dalam gelas objek diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau larutan
jodium dan diperiksa dengan mikroskop cahaya biasa. Pada pewarnaan Giemsa,
Badan Inklusi (BI) terdapat intra sitoplasma sel epitel akan nampak warna ungu
tua, sedangkan dengan pewarnaan yodium akan terlihat berwarna coklat.
Banyak tes-tes yang tersedia saat ini menggunakan teknik ini. Tidak seperti DFA,
Tes serologik tidak digunakan secara rutin dan luas untuk diagnosi infeksi
traktus genitalis chlamydial kecuali untuk LGV, oleh karena dijumpai prevalensi
antibodi pada populasi seksual aktif yang mempunyai resiko tinggi terhadap
episode pertama.9
C. psittaci dan juga tidak cukup sensitif untuk deteksi antibodi terhadap C.
pneumonia.
2. Microimmunofluorescence (MIF)
Selain di serum, antibodi dapat juga ditemukan pada sekresi lokal tubuh lainnya
seperti air mata dan sekresi genital. Antibodi C. trachomatis dapat diklasifikasikan
· Infeksi akut ; titer Ig M > l ; 8 dan/atau peningkatan 4 kali lipat atau lebih, atau
penurunan titer Ig G.
(PCR) dan Ligase Chain Reaction (LCR). Test ini memiliki sensitifitas dan
spesifisitas tinggi, dan dapat menggunakan non-invasif spesimen seperti urine untuk
DIAGNOSIS
suatu tes chlamydial yang positif, serta tidak dijumpai kuman penyebab spesifik. Untuk
ditemukan sel PMN > 5 Ipb dan tidak ditemukan diplokok negatif Gram intra/ekstra sel
pada pemeriksaan sediaan apus sekret uretra. Sedangkan pada wanita adanya sekret
serviks sero/mukopurulen dan sel PMN > 30 Ipb serta tidak ditemukan kuman diplokok
Gram negatif intra/ekstraseluler pada sediaan apus atau T. vaginalis.l,9
PENATALAKSANAAN
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis,
sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan
dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari.
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00
mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of
choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.l,7
l4 hari.
KESIMPULAN
terbanyak sekarang ini dibandingkan dengan organisma lain, baik di negara maju
yang cepat dan tepat dalam usaha memutus mata rantai penularan dalam masyarakat
2. Hutapea NO, Ramsi RR. Uretritis Non Gonore. Dalam : Penyakit yang ditularkan
3. Hutapea NO, Tarigan J. Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual. Dalam : Kumpulan
6. Harris JRW. Foster SM. Genital Chlamydial Infection ; Clinical Aspects, Diagnosis,
Treatment and Prevention. In : Sexually Transmitted Diseases and AIDS, New York
7. Adimora AA. Hamilton H. Holmes KK, Sparking PF. Chlamydia Trachomatis Infection
8. Peeling RW. Brunham RC : Chlamydia as Pathogens : New Species and New Issues.
l0. Munday, P. Pelvic Inflammatory Disease in Medicine International Journal, l996. Vol.
12. Centre for Disease Control, C. trahomatis Infection. Policy Guidelines for Prevention
l3. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Yudarsono J. Pemeriksaan Bakteriologik dan Serologik
PMS dan Infeksi Non Spesifik. Dalam : Penyakit Menular Seksual. Jakarta : Balai
l4. Morse AS, Moreland AA, Thomas SE, Infection Caused by Chlamydia trachomatis
In ; Atlas of Sexually Transmitted Diseases Philadelpia : JB Lippincott l990.
l5. Spencer RC. Laboratory Diagnosis of STDs. in : Medicine International l996 : l0 (36)
: l - 7.