Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2. Perumusan Masalah..............................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................20
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia merupakan masalah kesehatan yang mencerminkan nilai

kesejahteraan sosial ekonomi dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap

penurunan kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut

potensial danger of mother and child yaitu anemia potensial membahayakan

kesehatan ibu dan anak. Anemia akan membawa efek gangguan kesehatan ,

kematian prematur maupun kehilangan pendapatan. Anemia yang terjadi pada ibu

hamil sebagian besar disebabkan karena defisiensi zat besi (Gibney, 2009).

Besarnya ibu hamil anemia di Indonesia berdasar Riskesdas tahun 2013

yaitu 37,1 % l dengan kadar Hb kurang dari 11gr/dl dengan proporsi yang hampir

sama di kawasan perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Kondisi kesehatan ibu

hamil anemia berhubungan dengan status gizi pada masa subur (usia 15-49 tahun).

Wanita Usia Subur (WUS) dengan status gizi Kurang Energi Kronis yaitu wanita

usia subur dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Peningkatan proporsi

ibu hamil usia 15-19 tahun dengan Kurang Energi Kronis pada tahun 2010

sebanyak 31,3% meningkat menjadi 38,5% pada tahun 2013. Penanganan anemia

tidak terlepas dari pemberian suplementasi Fe dengan cara pemberian tablet Fe

sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe

di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 89,39% meningkat menjadi 91,77%

pada tahun 2012. Ibu hamil dengan anemia di Kabupaten Sukoharjo pada tahun

3
2013 sebanyak 5,76,% meningkat menjadi 7,48% pada tahun 2014 (Dinkes

Sukoharjo, 2013).

Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan ibu maupun bayi. Anemia dapat meningkatkan frekuensi

komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Dampak anemia pada ibu hamil dapat

menyebabkan kematian janin dalam kandungan pada waktu lahir, bayi lahir

premature, keguguran (abortus), cacat bawaan dan mengakibatkan proses

persalinan membutuhkan waktu lama yang menyebabkan pendarahan serta syok

akibat lemahnya kondisi tubuh saat kontraksi rahim (Rahmawati, 2012).

Anemia dapat terjadi karena defisiensi zat besi. Ibu hamil memerlukan zat

besi dalam jumlah banyak selama kehamilannya yang digunakan untuk

pembentukan plasenta dan sel darah merah. Kebutuhan zat besi pada Trimester I

sebanyak 0,8 mg sehari meningkat menjadi 6,3 mg sehari di trimester III.

Kebutuhan zat besi diperoleh dari asupan makanan dan suplemen zat besi, apabila

asupan makan tidak mencukupi maka akan terjadi defisiensi zat besi yang

berakibat adanya anemia. Suplementasi tablet Fe yang diberikan kepada ibu hamil

dapat berhasil apabila ibu hamil patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat ditingkatkan

dengan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi, adanya dukungan

keluarga dan perilaku sehat ibu hamil tentang pentingnya konsumsi tablet Fe

setiap hari. Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan, dan pendidikan. Frekuensi Antenatal Care (ANC) turut

4
menjadi faktor penentu kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe

(Asyirah, 2012).

Pengetahuan Ibu hamil tentang anemia akan menimbulkan sikap positif

terhadap perilaku kesehatan. Ibu hamil yang mengetahui dan memahami tentang

anemia dan cara mencegah terjadinya anemia akan mempunyai perilaku kesehatan

yang dapat menghindari terjadinya kejadian anemia. Perilaku kesehatan yang

didukung oleh pengetahuan yang baik akan berpengaruh terhadap kejadian

anemia.

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil akan

berpengaruh terhadap kejadian anemia. Kepatuhan ibu hamil dapat ditingkatkan

dengan dukungan dari keluarga, peran serta petugas kesehatan dalam memberikan

informasi tentang pentingnya tablet Fe untuk mencegah anemia, perilaku sehat ibu

hamil yang menyadari pentingnya peran tablet Fe serta dukungan dari tenaga

kesehatan yang memberikan penghargaan positif bagi ibu hamil bila mampu

menghabiskan tablet Fe yang diberikan.

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Wahyu, (2014) pada ibu hamil

trimester III yang berkunjung ke Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Muslihah

Amd.Keb. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang 4 signifikan antara

pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti

Muslihah, Amd.Keb. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Lindung (2009)

dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

kejadian anemia di Puskesmas Moyudan Sleman. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sifik dan Prayitno, (2011) pada Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas

5
Kecamatan Palmerah Kota Administrasi Jakarta Barat dan penelitian yang

dilakukan oleh Hidayah (2012) pada ibu hamil di Desa Pageraji Kecamatan

Cilongok Kabupaten Sukabumi diperoleh hasil ada hubungan antara sikap

kepatuhan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia.

Angka anemia Ibu Hamil di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan

dari 5,76% pada tahun 2013 menjadi 7,48% pada tahun 2014. Hal ini tidak sejalan

dengan angka distribusi tablet tambah darah yang mengalami peningkatan dari

84% pada tahun 2013 menjadi 92,78% pada tahun 2014. Pemberian tablet tambah

darah bagi ibu hamil sudah melampaui target yaitu>90% tetapi kasus anemia

masih ada. Di Puskesmas Weru pada tahun 2013 angka anemia 5,98% dan ditahun

2014 menjadi 6,45%. Pemberian tablet tambah darah sebesar 89,07% pada tahun

2013 dan di tahun 2014 menjadi 92,14%.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Simpur.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas ,maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah “Apakah ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan

kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpur ?”

6
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan Ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia Ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Simpur.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpur.

b. Mendiskripsikan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di

wilayah kerja Puskesmas Simpur.

c. Mendiskripsikan kejadian anemia ibu hamil di wilayah Puskesmas Simpur.

d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Simpur.

e. Menganalisis hubungan antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan

kejadian anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpur.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Puskesmas Simpur

Dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Simpur tentang

gambaran pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe

dengan kejadian anemia ibu hamil sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

kepada ibu hamil sehingga terhindar dari anemia.

7
1.4.2. Bagi Ibu Hamil

Membantu Ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang anemia

dengan mengkonsumsi tablet Fe secara rutin selama masa kehamilannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara

pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan

kejadian anemia pada ibu hamil.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori

2.1.1 Anemia dalam Kehamilan

Anemia merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya jumlah sel darah

merah, kualitas hemoglobin, dan volume hematokrit dibawah nilai normal per 100

ml darah. Ketika seseorang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/100ml

dalam darahnya, maka dia dikatakan menderita anemia. Anemia dalam kehamilan

adalah kondisi dimana kadar hemoglobin inu hamil kurang dari 11 g/dl pada

trimester I dan III, atau pada trimester II kadar hemoglobinnya kurang dari 10,5

g/dl. Selama masa kehamilan, terjadi perubahan-perubahan dalam darah an

sumsum tulang serta kebutuhan zat-zat makanan pun bertambah, oleh karena itu

anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan.

Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglobin

Normal pada Ibu Hamil

Anemia jika Hb
Hb Normal
Usia Kehamilan kurang
(g/dl)
dari: (g/dl)
Trimester I: 0-12 minggu 11,0 – 14,0 11,0 (Ht 33%)
Trimester II : 13-28 minggu 10,5 – 14,0 10,5 (Ht 31 %)
Trimester III : 29 minggu melahirkan 11,0 – 14,0 11,0 (Ht 33%)
Sumber: WHO, Clinical Use of Blood

Selama masa kehamilan, darah akan bertambah banyak. Bertambhanya

darah sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

9
antara 32-36 minggu usia kehamilan. Perbadingan perambahan komponen darah

yaitu plasm 30%, sel darah 18% dan Hemoglobin 19%. Namun volume plasma

yang bertambah banyak tidak sebandinding dengan pertambahan dari sel-sel darah

sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah ini merupakan

penyesuaian fisiologis dalam kehamilan yang bermanfaat bagi ibu hamil..

Pengenceran darah tersebut akan meringankan beban jantung, karena

ketika dalam masa kehamilan jantung harus bekerja lebih berat. Akibat hidremia

(bertambah banyaknya darah dalam kehamilan) ini cardiac output akan

meningkat. Kerja jantung yang lebih ringan karena viskositas darah yang rendah

ini akan menyebabkan resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak

meningkat. Selain itu, pengenceran darah ini akan meminimalisir banyaknya

unsur besi yag hilang pada pendarahan waktu persalinan jika dibandingkan

dengan ketika darah masih tetap kental.

2.1.1.1 Prevalensi Anemia Kehamilan

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa anemia

mempengaruhi kehidupan sekitar 2 miliar orang di dunia, atau sekitar sepertiga

dari total populasi. Dibandingkan dengan daerah lain di dunia, Asia Selatan dan

Tenggara memiliki rata-rata prevalensi anemia yang tertinggi, yaitu masing-

masing 56% dan 44,7%. Di Indonesia, berdasarkan hasil survei diperkirakan

bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil adalah antara 50% dan 70%.

2.1.1.2 Etiologi dan Klasifikasi Anemia

10
Anemia dapat disebabkan karena hilangnya sel darah merah yang

meningkat, misalnya akibat pendarahan karena trauma atau operasi, infeksi

parasit, penyakit inflamasi. Penurunan produksi normal sel darah merah akibat

defisiensi besi, vitamun B12, folat, malnutrisi, malabsorpsi, infeksi HIV,serta

penyakit kronis juga dapat menyebabkan anemia.

Anemia terbagi dalam bermacam-macam jenis. Pembagian anemia dalam

kehamilan yang didasarkan atas penelitian di Jakarta antara lain yaitu anemia

defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik.

2.1.1.3 Gejala Anemia

Pucat merupakan salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan

anemia. Keadaan ini biasanya disebabkan karena berkurangnya volume darah,

berkurangnya hemoglobin serta vasokontriksi, untuk memaksimalkan pasokan O 2

ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak tangan, serta membran mukosa

mulut dan konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat

jika dibandingkan dengan warna kulit. Jika lipatan tangan tidak lagi tampak

berwarna merah muda, ladar hemoglobin biasanya kurang dari 8 g/dl.

Pada anemia defisiensi besi biasanya dijumpai gejala cepat lelah, nafsu

makan berkurang, berdebar-debar, serta takikardi. Keadaan cepat lelah, serta nafas

pendek ketika melakukan aktifitas jasmani merupakan manifestasi dari

berkurangnya distribusi O2. Takikardi mencermikan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat. Pada anemia yang berat dapat terjadi gagal jantung kongestif

akibat otot jantung yang anostik sehingga tidak dapat beradaptasi terhadap kerja

11
jantung yang meningkat. Selain itu, pada anemia defisiensi besi yang berat juga

dapat tumbuh gejala-gejala mual, anoreksia, konstipasi atau diare, dan stomatitis.

2.1.1.4 Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan

anamnesis. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan yang dapat mendukung

diagnosis anemia, seperti keluhan cepat lelah, sering pusig, mata berkunang-

kunan, dan keluhan mual-muntah yang lebbih hebat pada kehamilan.

Pemeriksaan darah selama kehamilan minimal dilakukan dua kali, yaitu

paa trimester I dan trimester III. Pemeriksaan kadar Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat

sahli tersebut, kadar Hb dapat digolngkan menjadi 4, yaitu tidak anemia (Hb >11

g/dl), anemia ringan (Hb 9-10 g/dl), anemia sedang (Hb 7-8 g/dl), dan anemia

berat (Hb <7 g/dl).

2.1.1.5 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan dapat memberi pengaruh yang kurang baik bagi

ibu, baik selama dalam masa kehamilan, saat persalinan maupun dalam masa

nifas. Dalam masa kehamilan, pengaruh yang ditimbulkan oleh anemia antara lain

yaitu persalinan prematur, abortus, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, resiko dekompensasi kordis, mola hidatidosa, hiperemis

gravidarum, pendarahan antepartum, serta ketuban pecah dini.

12
Dampak-dampak yang ditimbukan oleh anemia saat persalinan yaitu

gangguan his (kekuatan mengejan), serta kala pertama dapat berlangsung lama

dan terjadi partus terlantar. Pada kala kedua juga dapat berlangsung lama sehingga

dapat melahkan dan sering memerlukan tindakan operasi. Kala ketiga dapat

diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri. Kala

empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.pada masa

nifas, dampak yang ditimbulkan oleh anemia antara lain terjadi subinvolusi uteri

yang menimbulkan perdarahan postpartum, anemia kala nifas, mudah terjadi

infeksi mamae dan puerperium, pengeluaran ASI berkurang, seta dekompensasi

kordis medadak setelah persalinan.

Dengan adanya anemia yang dialami oleh ibu, kemampuan metabolisme

tubuh janin akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janjin

dalam rahim akan terganggu. Dampak anemia pada janin antara lain abortus,

kematian intrauteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,

kelahiran dengan anemia, dapat terjadi bawaan, bayi mudah mengalami infeksi

sampai kematian perinatal, serta intelegensi rendah.

2.1.2 Tablet Besi

Penanggulangan masalah anemia gizi besi di Indonesia masih terfokus

pada pemvberian tablet tambah darah (tablet besi). Pemberian tablet zat besi

merupakan salah satu pelayanan/asuhan standar minimal yang diberikan pada

kunjungan antenatal. Tablet besi biasana diberikan minimal 90 tablet selama

kehamilan, yang diberikan pada trimester III. Tiap tablet mengandung fero sulfat

(FeSO4) 300 mg (zat besi 60mg).

13
2.1.2.1 Farmakokinetik

Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duedenum dan

jejunum proksimal. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transpor

aktif. Di dalam sel mukosa, setelah diabsorpsi ion ferro akan di ubah menjadi ion

ferri. Kemudian ion ferri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin,

atau diubah menjadi ferritin dan disimpan dalam mukosa usus 22. Pada individu

normal tanpa defisiensi besi (Fe) jumlah Fe yag diabsorpsi 5-10% atau sekitar

0,5-1 mg/hari. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstrusi,

dan pada wanita hamil dapat meningkat menjadi 3-4/hari.

2.1.2.2 Kebutuhan Besi

Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada

wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi

kebutuhan. Dalam keadaan normal, wanita memperlukan 12 mg sehari guna

memnuhi ambilan sekitar 1,2 mg sehari. Sedangkan pada wanita hamil dan

menyusui diperlukan tambahan asupan untuk mengantisipasi peningkatan

absorpsi besi yang bisa mencapi 5 mg sehari.

2.1.2.3 Indikasi

Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencehagan dan pengobatan anemia

defisiensi besi. Penggunaan diluar indikasi, cenderung menyebabkan penimbunan

besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi besi paling sering disebabkan oleh

kehilangan darah atau karena kebutuhan yang meningkat seperti yang terjadi pada

ibu hamil.

14
2.1.2.4 Efek Samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap

sediaan oral. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung,

konstipasi, diare, dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi

dengan pemberian obat setelah makan. Kemungkinan juga dapatt menyebabknan

timbulnya feses yang berwarna hitam.

2.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan proses

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia yaitu indera pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan manusia sebagai besar didapakan melalui indera pendengaran dan

indera penglihatan.

2.1.3.1 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, antara lain yaitu:

1) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan maslah, dan ketika kemungkinan tersebut tidak behasil maka

akan dicoba kemungkinan yang lain. Jika kemungkinan kedua gagal , akan

dicoba kemungkinan ketiga, begitu seterusnya sampai tercapai pemecahan

suatu masalah.

2) Cara kekuasaan atau Otoritas

15
Kebiasaan yang dilakukan manusia biasanya diwariskan turun-temurun,

dengan kata lain pengetahuan tersebut didapatkan berdasarkan pada

otoritas atau kekuasaan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris maupun berdasarkan penalarannya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan

salah satu cara untuk memproleh pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalm memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada masa kini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”

atau lebih popular disebut metodologi penelitian.

2.1.3.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

16
respon. Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur disesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan.

Menurut Arikunto (2015) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

 Baik, jika skor yang dicapai 76-100%

 Cukup, jika skor yang dicapai 56-75%

 Kurang, jika skor yang dicapai <56%

2.1.4 Kepatuhan

Meskipun kepatuhan sudah dipelajari dari berbagai perspektif yang luas,

sampai sekarang tidak ada kesepakatan mengenai definisinya. Istilah kepatuhan

pertama kali diperkenalkan dalam bidang kedokteran pada tahun 1976. Sackett

dan Haynes kemudian mendefisinisikan kepatuhan sebagai “suatu tingkatan

perilaku seseorang (memperlakukan pengobatan, mengikuti rekomendasi diet atau

melaksanakan perubahan gaya hidup) yang sesuai dengan anjuran medis atau

kesehatan”. Kepatuha juga berkenaan dengan hasil dari interaksi antara pasien

dengan petugas kesehatan.

Perilaku seseorang pada dasarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,

sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor

lain, diantaranya faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya

masyarakat, dan sebagainya.

2.1.4.1 Pengukuran Kepatuhan

17
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara

langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan

dengan melihat kadar hemoglobin, hematokrit, atau ferritin serum. Kekurangan

dari cara pengukuran ini antara lain keakuratan pengukuranlangsung dipengaruhi

oleh perubahan gaya hisup, serta dapat diperoleh hasil yang bias karena

ketidaknyamanan pasien.

Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui observasi atau

pengawasan tablet yang dikonsumsi oleh petugas kesehatan, laporan pasien,

perhitungan jumlah tablet yang dikonsumsi, wawancara dengan pasien,

penggunaan kalender untuk mengingatkan dan merekam tablet yang dikonsumsi.

Diantara bebereapa cara tersebut, pelaporan pasien merupakan cara yang paling

dapat diandalkan.

Dalam suatu studi yang telah dilakukan oleh Vongvichit, dkk (2003),

kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi diklarifikasikan ke dalam 2

kategori, yaitu kepatuhan tinggi dan kepatuhan rendah. Dikatakan kepatuhan

tinggi jika tablet besi dikonsumsi setiap hari atau >3 hari/minggu. Jika ibu hamil

hanya mengkonsumsi tablet besi selama ≤ 3 hari dalam seminggu maka ibu hamil

tersebut termasuk ke dalam kategori kepatuhan rendah.

2.2 Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu hamil Kepatuhan dalam


tentang Anemia mengkonsumsi Tablet Fe

18
Sosial Budaya
2.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil

dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Besi (Fe)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

19
Jenis ini merupakan penelitian analatik komparatif kategorik tidak

berpasangan dengan rancangan penelitian menggunakan desain studi potong

lintang (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet besi (Fe).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpur, yang

dilaksanakan pada Agustus – Oktober 2018.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

 Populasi target adalah ibu hamil trimester III

 Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di

wilayah kerja Puskesmas Simpur.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di wilayah kerja

Puskesmas Simpur pada bulan Agustus – Oktober 2018.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Sampling frame diperoleh dari data Puskesmas Simpur, Bandar Lampung,

jumlah populasi ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas tersebut

adalah 74 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total

20
sampling. dari 74 orang tersebut ternyata hanya 5 orang diantaranya masuk

kriteria ekslusif, yaitu 4 orang belum mendapat tablet besi (Fe) dan 1 orang tidak

bersedia jadi responden. Dengan demikian keseluruhan sampel digunakan dalam

penelitian itu berjumlah 69 orang.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi Alat Cara Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Pengukuran Ukuran
1. Kurang jika
skor yang
Segala dicapai <56%
sesuatu yang 2. Cukup jika
diketahui skor yang
1. Pengetahuan
responden
Kuisioner Wawancara dicapai 56- Ordinal
mengenai 75%
anemia 3. Baik, jika skor
yang dicapai
76-100%
1. Rendah, jika
Suatu
konsumsi
tingkatan
tablet Fe ≤ 3
perilaku
hari/minggu
Seseorang
2. Tinggi, jika
2. Kepatuhan Yang sesuai Kuisioner Wawancara
konsumsi
Ordinal
dengan
tablet besi
anjuran
setiap hari atau
medis atau
> 3 minggu.
kesehatan

3.5 Pengumpulan Data

Data responden akan diambil ketika telah memperoleh persetujuan setelah

penjelasan (Informed concert) dari responden. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan media kuisioner.

21
3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a) Menyunting data (data editing)

Editing dilakuka untu memeriksa kelengkapan dan kebenaran data. Proses

editing dilakukan setiap kali selesai memperoleh data dari kuisioner yang

telah diisi oleh responden. Bila terdapat kesalahan atau data yang tidak

lengkap, peneliti akan menemui responden kembali untuk melakukan

klarifikasi.

b) Mengkode data (data coding)

Proses pemerian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan,

dilakukan untuk memasukkan data.

c) Memasukkan data (data entry)

Memasukan data yang telah diberikan kode ke dalam progpram statistik

pada software komputer.

d) Membersihkan data (data cleaning)

Setelah data dimasukkan, dilakukkan pengecekan kembali untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah.

22
e) Memberikan nilai data (data scoring)

Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban

yang menyangkut variabel dependen dari variabel independen.

3.7 Analisa Data

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik

responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan

responden. Selain itu, analisis univariat juga digunakan untuk memperoleh

gmbaran tingkat pengetahuan ibu, serta gambaran kepatuhan ibu dalam

mengkonsumsi tablet besi di wilayah Puskesmas Simpur.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

yang bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel independen

dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 18.0 For Windows. Pada penelitian ini

uji Chi-Square dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel dependen

(kepatuhan mengkonsumsi tablet besi) dengan variabel independen (tingkat

pengetahuan ibu) yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik. Melalui

uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p (p-value) dengan tingkat

kemaknaan 0,005. Jika nilai p ≤ 0,005 maka H0 ditolak dan H1 diterima, dengan

kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji.

Sedangkan jika nilai p > 0,005 maka H0 diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain

tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.

Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat

dilakukan untuk tabel 3x2 adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan

23
penggabungan sel, maka akan terbentuk tabel 2x2. Tabel 2x2 yang baru yang baru

terbentuk kemudian kembali diuji dengan menggunakan uji Chi-Square. Jika uji

Chi-Square tersebut tidak memenuhi syarat lagi, maka akan menggunakan uji

Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.

24

Anda mungkin juga menyukai