Anda di halaman 1dari 16

PAPER

VIRUS ZIKA
Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan

Pembimbing :
dr. Sevina Marisya, Sp. A
Disusun Oleh :
Dayang Permatasari 102118133
Erwin Suyanto 102118088
Khusnul Eka Pratiwi 102118094
Adelia Sekar Tanti 19360167
Delina Indah Sari 19360080
Fakhrotun Nurul Azizah 19360179
Febianti 19360180

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM DAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSU HAJI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan paper ini dengan judul
“Virus Zika”. Penyelesaian Paper ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada dr.
Sevina Marisya, Sp. A selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk,
nasehat dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Paper ini.

Penulis menyadari bahwa Paper ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukkan dan
saran yang membangun. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..................................................................................................................II

DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. Definisi..............................................................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................................................3
C. Epidemiologi....................................................................................................................3
D. Manifestasi Klinis............................................................................................................4
E. Virologi – Patogenesis Virus Zika (ZIKV)...................................................................5
F. Transmisi Virus Zika......................................................................................................6
G. Penegakan Diagnosa.......................................................................................................9
H. Penanganan Virus Zika (ZIKV)....................................................................................9
I. Pencegahan....................................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus zika adalah suatu virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk.
Sebagian besar gejala dari Penyakit virus zika adalah demam, ruam, nyeri sendi dan
konjungtivitis. Penyakit ini biasanya ringan dengan gejala yang berlangsung selama
beberapa hari hingga satu minggu. Penyakit yang lebih berat membutuhkan rawat inap.

Pada 2007, sebuah wabah dilaporkan oleh Federated States of Micronesia (Yap),
menandai kemunculan pertama virus zika di luar Afrika dan Asia. Munculnya virus zika
diluar daerah sebelumnya menimbulkan kesadaran mengenai potensi virus zika untuk
menyebar ke benua lainnya. Sejak saat itu, virus zika telah menyebar ke French
Polynesia, New Caledonia, Cook Islands, Easter Island (Chile), dan kemudian ke Brazil
dan Colombia.Virus zika pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1947 pada kera-
kera di hutan Zika dan pertama kali dilaporkan pada manusia pada tahun 1952. Setelah
gigitan dari nyamuk yang terinfeksi, gejala akan muncul setelah periode inkubasi
beberapa hari

Gejala dapat berlangsung hingga satu minggu, dengan manifestasi mirip dengan
infeksi arbovirus lainnya seperti demam, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, ruam
kemerahan, dan konjungtivitis. Virus zika belum diketahui menyebabkan penyakit yang
berat hingga wabah yang terjadi di French Polinesia pada tahun 2013-2014, ketika itu
dilaporkan komplikasi yang terjadi yaitu sindrom Guillain Barre.

Virus Zika telah terdeteksi di Amerika sejak 2014. Pada Februari 2014, pihak
berwenang Chili mengonfirmasi kasus pertama mengenai virus zika. Pada Mei 2015,
organisasi kesehatan Amerika mengeluarkan peringatan mengenai infeksi pertama virus

2
zika di Brazil. Wabah yang terjadi di Brazil melaporkan mengenai komplikasi berupa
sindrom Guilain barre dan wanita hamil yang melahirkan bayi cacat. (WHO. 2015)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Virus Zika adalah suatu penyakit emerging dari Arthropod Borne Virus
(Arbovirus), penularan melalui nyamuk Aedes (Stegomyia), genus Flavivirus, family
Flaviviridae. Terdapat hubungan dengan genus Flavivirus lain seperti dengue (DENV),
demam kuning (Wild yellow fever/ WYF), Chikungunya (CHIKV) dan West Nile Virus
(WNV). (Chang C, dkk, 2016)

B. Etiologi
Virus Zika menyebar ke orang terutama melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang sudah terinfeksi virus zika. Zika juga dapat ditularkan melalui
seks dari orang yang sudah terinfeksi virus zika ke mitra seks dan dapat menyebar dari
wanita hamil ke janinnya. Orang dapat melindungi dari gigitan nyamuk yang sudah
terinfeksi virus zika. (Timoteus R, dkk. 2016)

C. Epidemiologi
ZIKV pertama kali ditemukan pada seekor monyet rhesus dalam penelitian
demam kuning di Hutan Zika, Uganda, pada 18 April 1947. Awal tahun 1948, ZIKV
berhasil diisolasi dari nyamuk Aedes africanus di hutan yang sama. Pada tahun 1956,
transmisi ZIKV dilaporkan dapat terjadi melalui nyamuk Aedes aegypti ke mencit dan
monyet. Penelitian serologis menemukan adanya kemungkinan bahwa manusia juga
dapat terinfeksi ZIKV. Pada tahun 1979, studi serologis atas 130 pasien Nigeria yang
menunjukkan gejala melaporkan bahwa 52% memiliki antibody terhadap ZIKV.
Wabah ZIKV pertama kali terjadi di tahun 2007, sebanyak 195 kasus di pulau
Yap (Micronesia), pada Februari 2014 terdapat 30.000 laporan kasus diduga infeksi
ZIKN di French Polynesia, kemudian meluas hingga ke New Caledonia, Cook Islands
dan Easter Islands.
Pan American Health Organization (PAHO) bersama World Health Organization
(WHO), melaporkan bahwa di Amerika, sejak Februari 2014 hingga 17 Januari 2016, di
18 negara dan wilayah di Amerika telah dikonfirmasi ada sirkulasi autochthonous ZIKV,
serta memberi peringatan mengenai kemungkinan wabah ZIKV. Negara-negara dengan
transmisi aktif tersebut yaitu Brazil, Barbados, Columbia, Ecuador, El Savador, French

4
Gulana, Guatemala, Guyana, Haiti, Hondras, Martinique, Mexico, Panama, Paraguay,
Puerto Rico, Saint Martin, Suriname dan Venezuela.
Data epidemiologi terbaru ZIKV di kawasan Asia hingga saat ini belum ada,
beberapa Negara Asia pernah melaporkan penemuan kasus ZIKV melalui pemeriksaan
serologis. Di Kamboja, satu orang dilaporkan sebagai kasus yang dikonfirmasi pada
tahun 2010. Sedangkan di Filipina pada tahun 2012 juga dilaporkan satu orang yang
memiliki hasil serologis tes positif terhadap ZIKV melalui pemeriksaan PCR. Sebuah
studi di Thailand menemukan 7 orang terinfeksi ZIKV yang dilaporkan sebagai kasus
yang dikonfirmasi sejak tahun 2012-2014. Di Indonesia pernah ditemukan infeksi ZIKV
di pulau jawa pada tahun 1977-1979 dari 219 pasien di UGD dengan gejala demam
dengan prevalensi ZIKV 7.1%. Data terbaru di Jambi, melaporkan satu kasus serologis
positif terhadap ZIKV melalui pemeriksaan PCR sampel darah yang dikumpulkan dari
Desember 2014 hingga April 2015. (Hall T. 2016)

D. Manifestasi Klinis
Virus Zika menimbulkan gejala klinis 3 sampai 12 hari setelah gigitan nyamuk.
Sekitar 80% asimptomatik. Gejala tidak spesifik, sering sulit dibedakan dari infeksi virus
akut lain. Secara umum manifestasi klinis merupakan demam (37.8 oC-38.5oC) selama 4 –
7 hari disertai ruam, konjungtivitis, nyeri sendi, nyeri otot dan nyeri kepala. Keluhan
nyeri retroorbital, edema dan gangguan pencernaan jarang, sehingga dapat dibedakan
dengan demam dengue atau demam oleh sebab lainnya. Gejala ZIKV akan hilang
spontan setelah beberapa hari atau minggu. Hanya sebagian kecil pasien terinfeksi ZIKV
yang memerlukan perawatan di rumah sakit atau bahkan menyebabkan kematian.
(European Centre for Disease Prevention and Control. 2015)

5
Gambar 1. Manifestasi Klinis Virus Zika

Gambar 2. Gambaran Ruam Makulapapula

E. Virologi – Patogenesis Virus Zika (ZIKV)


Virus Zika adalah virus RNA untai tunggal, enveloped, genus Flavivirus dari
Famili Flaviviridae, mempunyai 11 kb encodes untuk open reading frame, yang
mengkode 3 struktur protein (kapsid, premembran/membrane dan enveloped) serta 7
protein nonstructural. (Wikan N, dkk. 2016) Dari sekuensing homolog, zika menyerupai
pathogen emerging seperti west nile, chikungunya dan demam berdarah.(Edge L. 2016)
Transmisi genus Flavivirus umumnya dibawa oleh nyamuk dan dapat menimbulkan
penyakit seperti demam kuning, demam berdarah, St. Louis ensefalitis, West Nile dan
Javanese Encephalitis.(Ulloa J, dkk. 2016)
Masa inkubasi ZIKV belum diketahui secara pasti, diduga sekitar 3-7 hari dengan
rentang 3-14 hari. Ruam kulit akan timbul pada hari kelima sakit, hal ini sesuai dengan
fase viremik yang singkat (sekitar 3-5 hari), dan terdeteksinya RNA ZIKV dalam urin
pada hari ke 10 setelah onset. (Chang C, dkk. 2016)

6
Gambar 3. Virus Zika dibawah Mikroskop

F. Transmisi Virus Zika


Secara umum terdapat 2 jenis jalur transmisi virus zika, yaitu melalui jalur
vector-borne (melalui vector) dan non-vector-borne (tidak melalui vector). (Musso D.
dkk. 2015)
1) Transmisi melalui vector
Zika termasuk kedalam kelompok arbovirus (anthropode-borne
virus), sehingga berdasarkan definisinya virus ini dapat disebarkan oleh
anthropoda dari satu vertebrata ke vertebrata lainnya melalui gigitan.
Mekanisme penularan biologis umumnya terjadi saat vector yang
terinfeksi dengan darah host yang mengandung virus kemudian
menyuntikkan air liurnya yang mengandung virus pada host lain, sehingga
terjadi penularan virus.
Vector utama penyebaran virus zika adalah nyamuk dari genus
Aedes, Analisis potensi penularan untuk virus zika oleh berbagai spesies
nyamuk Aedes telah dilakukan dan terbukti A. aegypti, A. albopictus,
Aedes unilineatus dan Aetus vittatus semua ditemukan rentan terhadap
infeksi virus zika. Namun dalam beberapa kasus wabah virus zika
beberapa spesies nyamuk lain ditemukan dalam wilayah penyebabran
virus. Diantaranya vector Culex quinquefasciatus yang ditemukan pada
kasus epidemic di Pulau Yap.
Ditemukannya isolate virus dalam suatu vector belum cukup untuk
membuktikan bahwa vector tersebut dapat mentransmisikan virus ke

7
vetebrata lain, sehingga pada thaun 1956 Boorman & Porterfield
melakukan studi untuk mengetahui kemampuan transmisi virus dari
nyamuk Aedes aegypty, dalam studi ini digunakan bagian integument dari
kulit tikus dewasa sebagai penghalang ketika darah manusia terinfeksi
yang diberikan heparin diletakkan dalam suatu wadah, sehingga kemudian
dimakan oleh nyamuk. Hasilnya nyamuk tersebut berhasil
mentransmisikan virus zika terhadap monyet rhesus yang dibuktikan
dengan terdapatnya antibody terhadap virus zika dalam tubuh monyet.

2) Transmisi melalui non vector


a) Kontaminasi laboratorium
Seorang anggota staf laboratorium mengalami demam setelah
vaksinasi demam kuning (17D vaksin), tapi ZIKV ditemukan dari darah
yang diambil pada hari pertama sakit. Kasus Infeksi ini diyakini
merupakan kecelakaan dalam laboratorium
b) Transmisi Seksual
Berdasarkan data yang dikumpulkan Musso et al, terdapat laporan
yang menyatakan kejadian infeksi yang kemungkinan ditransmisikan
memalui seksual. Pada tahun 2008 seorang ilmuwan Amerika yang
melakukan studi lapangan terhadap nyamuk di Senegal mengalami demam
dengan gejala umum mirip infeksi ZIKV setelah kembali ke Amerika
Serikat. Dia juga memiliki prostatitis dan hematospermia. Istrinya, yang
tidak pernah melalukan perjalanan ke luar Amerika Serikat sejak tahun
2007, melakukan hubunganseksual dengan suaminya sehari setelah ia
kembali ke rumah. Istrinya kemudian mengalami dengan gejalan infeksi
ZIKV, sehingga diduga terdapat mekanisme transmisi sexual dalam kasus
ini. Kedua pasien dikonfirmasi sebagai mengalami Infeksi ZIKV dengan
tes serologi.

8
c) Transmisi maternofetal
Dalam reviewnya Musso & Gubler juga mengungkapkan adanya
penularan perinatal dari ZIKV dilaporkan selama wabah di French
Polynesia. ZIKV RNA terdeteksi dalam sampel serum dari kedua ibu dan
bayi dan dalam ASI. Salah satu bayi tetap asimtomatik, sementara yang
lain menunjukkan gejala ruam makulopapular dengan trombositopenia.
Meskipun tidak ada partikel ZIKV infektif yang terdeteksi di ASI,
kemungkinan penularan ZIKV mealalui ASI harus dipertimbangkan.
Dalam penelitian yang dilakukan Quickle et al, ZIKV strain
PRVABC59 menginfeksi dan bereplikasi di makrofag utama plasenta
manusia yang disebut sel Hofbauer. replikasi virus ini bersamaan dengan
induksi tipe I interferon (IFN), sitokin pro-inflamasi, dan ekspresi gen
antivirus, tetapi dengan kematian sel minimal.
Peneliti mengasumsikan mekanisme untuk transmisi intrauterin di
mana ZIKV mendapatkan akses langsung ke kompartemen janin dengan
cara menginfeksi sel-sel plasenta dan merusak placental barrier.
d) Transmisi melalui transfusi darah
Hingga saat ini keefektivan transmisi virus zika melalui transfusi
darah masih belum dikethui, namun kasus transmisi abrbovirus lain
melalui transfusi darah telah banyak dilaporkan. Sehingga terdapat
peluang yang sangat besar besar terkait transmisi virus zika melalui
transfusi darah. Namun karena infeksi zika biasanya tidak menunjukkan
gejala spesifik , maka untuk mencegah transmisinya perlu dilakukan suatu
rangkaian analisis asam nukleat terhadap darah yang telah didonorkan.
Selain pengujian asam nukleat pada donor darah, pencegahan terjadinya
infeksi ZIKV post transfusi dapat dilakukan dengan inaktivasi pathogen
dalam produk darah.

9
G. Penegakan Diagnosa
Masa inkubasi 3 – 12 hari sebelum timbul gejala onset akut berupa demam ringan
(37,8 – 38,5oC), ruam kulit makulopapular, arthralgia terutama sendi kecil pada tangan
dan kaki, nyeri retroorbital, konjungtivitis non purulent, myalgia dan sakit kepala.
Penyakit umumnya ringan dengan gejala yang berlangsung selama 4 – 7 hari, dan jarang
ditemukan kasus berat dan kematian.
Diagnosis laboratorium ZIKV dengan mendeteksi virus, asam nukleat virus,
antigen atau antibody virus. Deteksi RNA virus dengan teknik molekuler seperti RT-PCR
konvensional atau real-time telah banyak dikembangkan. Viral load RNA yang dapat
terdeteksi adalah sekitar 7,3x106 dalam serum, 2,2 x 108 dalam urin, 2,9 x 107 dalam air
mani dan 2 x 106 dalam sampel ASI. Selain itu, antigen virus juga dapat terdeteksi dalam
jaringan lain dengan cara imunohistokimia. Hasil serologi dapat terjadi positif palsu
karena reaksi silang dengan infeksi Flavivirus lain.
Konfirmasi penyakit Zika untuk saat ini di Indonesia dilakukan dengan
menggunnakan PCR dari specimen serum dan urin, untuk kasus yang terkait dengan
gangguan saraf maka sampel diambil dari specimen cairan serebrospinal (CSS).
Sekuensing dari amplified RT-PCR menunjukan 90% homolog dengan Zika.
Pemeriksaan yang disarankan oleh CDC untuk ZIKV, CHIKV dan DENV adalah
polymerase chain reaction (PCR), ELISA IgM dan Plaque-reduction neutralization
testing (PRNT). (Kelser E.A. 2016)

H. Penanganan Virus Zika (ZIKV)


Tidak ada vaksin atau obat untuk mencegah atau mengobati infeksi virus zika,
yang ada hanya bersifat suportif dengan istirahat cukup, mencegah dehidrasi dengan
banyak minum, dan analgetik dan antipiretik bila diperlukan seperti asetaminofen,
hindari aspirin dan non-steorid anti-inflammatory (NSAIDs). (Zanluca. 2016)

10
I. Pencegahan
Salah satu langkah awal pencegahan infeksi virus zika adalah menghindari gigitan
nyamuk. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gigitan nyamuk yaitu
menggunakan baju tertutup, bila memungkinkan sebaiknya berada dalam rungan ber-AC
atau pada ruangan yang terpasang kasa nyamuk pada pintu dan jendela, serta tidur dengan
menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk.
Pada pengendalian vector nyamuk dapat dilakukan dengan pemberantasa sarang
nyamuk dengan menguras dan menutup tempat penampungan air seperti gentong
air/tempayan, dan memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung
air hujan. Selain itu juga yang dapat dilakukan lagi adalah dengan menghindari
meletakkan barang-barang dan menutup lubang-lubang yang berpotensi menjadi sarang
nyamuk, serta mengganti vas bunga/tempat minum hewan/ yang sejenis minimal
seminggu sekali. (RI, K.K. 2016)

11
BAB III
KESIMPULAN

Virus zika pertama kali diisolasi dari monyet rhesus pada tahun 1957 dan dari nyamuk
pada tahun 1958 di Afrika. Kemudian terdapat laporan wabah virus zika yang terjadi di pulau
Yap, Micronesia pada tahun 2007 lalu diikuti oleh laporan wabah yang lebih besar pada tahun
2013 dan 2014 yang terjadi di daerah French Polynesia, di pasifik selatan dan pada 2015 terjadi
di daerah brazil., Secara umum terdapat 2 jenis jalur transmisi virus zika, yaitu melalui jalur
vector-borne (melalui vektor) dan non vector borne (tidak melalui vector). Hingga saat ini belum
ditemukan vaksin yang spesifik terhadap virus zika, namun upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk saat bepergian ke daerah epidemic virus
zika. Merujuk pada rekomendasi CDC analgetik dan antipiretik golongan NSAID maupun
parasetamol dapat menjadi pilihan pengobatan untuk mengatasi gejalanya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Chang C., Ortiz K., Ansari A & Gershwin M.E. The Zika Outbreak of the 21st Century. J.
Autoimmun. 68,1-13 (2016)
European Centre for Disease Prevention and Control. Rapid Risk Assessment: Zika Virus
Epidemic in the Americas: potential association with microcephaly and Guillain-Barré
syndrome- 10 December 2015 Stockholm: ECDC; 2015 [cited 07 Juli 2019].
http://ecdc.europa.eu/en/publications/_layouts/forms/Publication_DispForm.aspx?
List=4f55ad51-4aed-4d32-b960af70113dbb90&ID=1413
Hall, T. Building a New WHO Outbreaks & Emergencies Programme. (2016)
Kelser, E. A. Meet Dengue’s Cousin: Zika. Microbes Infect. 18, 163–166 (2016).
Musso, D., Roche, C., Robin, E., Nhan, T. & Teissier, A. Potential Sexual Transmission of Zika
Virus. 21, 2013–2015 (2015)
RI, K. K. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Virus Zika. (2016)
Ulloa, J. T. S., Lagos, E. V. J. & Fasce, C. A. R. A Report on the Outbreak of Zika Virus on
Easter
Island, South Pacific, 2014. 665–668 (2016).
WHO. Weekly Epidemiologival Record : ZIKA Virus Outbreaks in Americans. 6 November 2015
Diakses tanggal 07 Juli 2019. http://www.who.int/wer/2015/wer9045.pdf
Zanluca, C. & Nunes, C. Zika virus an Overview. Microbes Infect. 18,295–301 (2016).

13

Anda mungkin juga menyukai