Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh
rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah
tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab
tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun
juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama
dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas.
Menurut Bratanata dkk (2007) dalam (Ahmadi dan Uhbiyati 2007: 69).
mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu anak dalam
perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan menurut John
Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan
sesama manusia.
Selanjutnya Menurut Brown dalam (Ahmadi, 2004: 74) bahwa pendidikan
adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam
tingkah laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari
pandangan ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan
berlangsung sepanjang hidup.
Sejalan dengan brown menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70)
mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan
oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar
anak mencapai kedewasaan yang dicita- citakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk
dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara
langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya
dimasyarakat.Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat
penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah
pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam
kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju
mundurnya suatu bangsa sebagian besar di tentukan oleh maju mundurnya
pendidikan di negara itu. Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi
kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini
menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan langsung
dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara menentukan sendiri
dasar dan tujuan pendidikan di negaranya.
Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu:
a. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal
didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan
diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang (Undang-Undang No 20 TAHUN 2003)
c. Pendidikan Informal
Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara
mandiri.(Suprijanto, 2005: 6-8).
2. Tujuan Pendidikan
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan adalah merupakan suatu
pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya atau kita
rasakan. Di samping itu hasil akhir dari pendidikan ditentukan pula oleh hasil-
hasil dari bagian-bagian dari pendidikan yang sebelumnya. Untuk membawa
anak kepada tujuan akhir, maka perlu anak diantar terlebih dahulu kepada
tujuan dari bagian- bagian pendidikan.
Menurut Langeveld dalam (Ahmadi dan Uhbiyati 2007: 105) tujuan
pendidikan bermacam-macam yaitu :
a. Tujuan Umum
Tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan
akhir. Apakah tujuan akhir itu. Dalam Hal ini Kongstam dan Gunning
mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan itu ialah untuk membentuk
insan kamil atau manusia sempurna.
b. Tujuan Khusus
Untuk menuju kepada tujuan umum itu, perlu adanya pengkhususan
tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu misalnya :
1) Disesuaikan dengan cita-cita pembangunan bangsa.
2) Disesuaikan dengan tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan.
3) Disesuaikan dengan bakat kemampuan anak didik.
4) Disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan sebagainya.
Tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan
keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan
inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah tujuan pendidikan
hendak dicapai secara khusus berdasarkan usia, jenis kelamin, sifat bakat,
intelegensi, lingkungan sosial budaya, dan lain sebagainya.
c. Tujuan tak lengkap
Tiap-tiap aspek pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan
sendiri- sendiri. Tujuan dari aspek-aspek pendidikan inilah yang dimaksud
tujuan pendidikan tak lengkap. Sebab masing-masing aspek pendidikan itu
menganggap seolah-olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain.
Pada hal masing- masing pendidikan itu hanyalah merupakan bagian-bagian
dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu tujuan dari masing-
masing aspek itu harus dilengkapi dengan tujuan dari aspek-aspek yang lain.
d. Tujuan insidentil : (tujuan seketika atau sesaat).
Tujuan ini timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat
sesaat. Misalnya : tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam
kehidupan sekolah. Maka diadakanlah darmawisata ke suatu tempat. Dalam
hai ini tujuan itu telah selesai, setelah darmawisata itu dilaksanakan.
e. Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-
fase tertentu dalam pendidikan. Misalnya : anak dimasukkan ke sekolah.
Tujuanya ialah agar anak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan
menulis inilah, yang disebut tujuan sementara. Tujuan yang lebih lanjut ialah
agar anak dapat belajar ilmu pengetahuan dari buku-buku. Dapat belajar dari
buku inipun menjadi tujuan sementara. Tujuan sebenarnya ialah agar anak
dapat memiliki iulmu pengetahuan tertentu. Memiliki ilmu pengetahuan
inipun merupan tujuan sementara. Dan begitulah seterusnya. Demikian
tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk menuju kepada
pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan akhir.
f. Tujuan perantara
Tujuan perantara disebut juga tujuan intermediair. Tujuan inilah adalah
merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.
Misalnya : kita belajar bahasa Inggris atau bahasa Belanda, atau yang lain.
Tujuan belajar bahasa ini ialah, agar kita dapat mempelajari buku-buku yang
tertulis dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa yang lain. Jadi kita belajar
bahasa asing di sini hanyalah merupakan sekedar alat saja.
Demikian macam-macam tujuan pendidikan, yang kesemuanya
mengarah kepada tujuan umum pendidikan. Yaitu menuju kehidupan sebagai
insal kamil, dimana terjamin adanya hakikat manusia secara harmonis.
Berbagai macan uraian dari tujuan pendidikan diatas maka dapat di
simpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia agar
supaya memiliki ketrampilan dan mampu bersaing dan berdaya guna bagi
bangsa dan negara.
3. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.
a. Lembaga Pendidikan Formal
1) Arti sekolah
Membahas masalah sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu diketahui
di katakan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur
sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, serta
berlangsung mulai dari TK smapai perguruan tinggi (PT), berdasarkan
aturan resmi yang telah ditetapkan.
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling
memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling
mudah untuk mengubah generasi muda yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyati 2007: 162). Bagi
pemerintah karena dalam rangka pengembangan bangsa dibutuhkan
pendidikan, maka jalur yang ditempuh untuk mengetahui outputnya baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.Oleh karena itu apa sebetulnya
sekolah itu. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun
rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut
kurikulum (Ahmadi dan Uhbiyati 2007: 162-163).
a) Membantu Lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar,
memperbaiki dan memperdalam/memperluas, tingksh laku
anak/peserta didik yang dibawa dari keluarga serta membantu
pengembangan bakat.
b) Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum:
c) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan
temannya sendiri dan masyarakat sekitar.
d) Peserta didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin.
e) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan
norma- norma yang berlaku.
2) Jenjang lembaga pendidikan formal
Jenjang lembaga pendidikan formal di mulai dari tingkat
pendidikan dasar (TK, SD), kemudian pendidikan menengah (SLTP,
SLTA), dan pendidikan tinggi atau (PT).
3) Jenis lembaga pendidikan formal
Jenis lembaga pendidikan formal di bagi dua yakni: umum dan
kejuruan.
4) Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal.
a) Tempat sumber ilmu pengetahuan.
b) Tempat untuk mengembangkan bangsa.
c) Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu
penting guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.
5) Lembaga Pendidikan Non Formal.
Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah
(PLS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan
sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan (Ahmadi
dan Uhbiyati 2007: 64). Komponen yang diperlukan dalam lembaga
pendidikan formal harus disesuaikan dengan keadaan anak/peserta didik
agar memperoleh hasil memuaskan, antara lain; a) Guru atau tenaga
pengajar atau tutor. b) Fasilitas. c) Cara menyampaikan atau metode,
dan d) Waktu yang dipergunakan.
6) Lembaga Pendidikan In formal.
Dalam lembaga pendidikan informal kegiatan pendidikan tanpa
organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu, (tak terbatas),dan
tanpa adanya evaluasi. Adapun alasanya diatas pendidikan in formal ini
tetap memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi
seseorang/peserta didik.
Definisi itu jelas menyebutkan bahwa pendidikan di upayakan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk perannya di masa mendatang.
Dalam unsurini jelas bahwa pengertian pendidikan yang di maksud
menganut paham pendidikan yang sering disebutkan dengan istilah
rekontruksionisme (Hasan, 1996: 56).
Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan.
Wajar kalau pembangunan pendidikan merupakan bagian organik dari
pembangunan nasional secara keseluruhan yang pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan bertujuan menjadikan
orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia. Pendidikan
juga mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus bisa
membuat orang kreatif. Pendidikan merupakan segi peningkatan terus
menerus yang bertujuan, dipertimbangkan masak-masak serta
diperlengkapi sebaik-baiknya (Paul Lengrand, 1989: 41).
Jadi, dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk
menjadikan manusia menjadi warga negara yang mampu merealisasikan
hak dan kewajibannya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut
manusia sebagai warga negara dapat di fasilitasi dibimbing dan dibina
sehingga apa yang di cita- citakannya dapat ia capai.
B. Biaya Pendidikan
1. Pengertian Biaya Pendidikan
Menurut Horngen (2006: 31) mendefiniskan biaya (cost) sebagai sumber
daya yang dikorbankan (sacarified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai
tujuan tertentu. Bastian (2015: 339) menyimpulkan biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam definisi lain.
Biaya (expanse) adalah kos sumber daya yang telah atau dikorbankan untuk
mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan Supriadi (2010: 3) menjelaskan bahwa:
“Biaya pendidikan menjadi salah satu masukkan instrumental (instrumental
input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam
setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan-tujuan yang
bersifat kuantitatif ataupun kulitatif, biaya pendidikan memiliki peran
yang penting”.

Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni
semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan,
baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Konsep biaya dalam
bidang pendidikan akan terkait dengan organisasi pelayanan pendidikan sebagai
produsen jasa pendidikan keahlian, keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter
dan nilai-nilai yang dimilki seorang lulusan.
Menurut Bastian (2015: 339) ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya
pendidikan yakni:
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan pendidikan
Berdasarkan sumber biaya yang ada, biaya pendidikan merupakan
pengeluarandan pemanfaatan keuangan untuk penyelenggaraan pendidikan
yang sumbernya berasal dari pemerintah, perorangan dan masyarakat. Aktivitas
pendidikan dapat dipilih dalam tiga bidang yaitu: aktivitas kegiatan belajar
mengajar, aktivitas penelitian, dan aktivitas pengabdian masyarakat. Masing-
masing dari aktivitas tersebut dapat dihitung total biaya, unit biaya maupun
indikator prestasi terkait dengan biaya.
Menurut Nanang Fattah (2008) dalam Biaya Pendidikan dapat ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Besar kecilnya sebuah institusi pendidikan
b. Jumlah siswa
c. Tingkat gaji atau tingkat pendidikan
d. Ratio siswa berbanding guru/dosen
e. Kualifikasi guru
f. Tingkat pertumbuhan penduduk (negara berkembang)
g. Perubahan kebijakan dari penggajian/pendapatan
Bedasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan
adalah nilai uang atau nilai rupiah yang dikeluarkan oleh pemerintah,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, maupun orang tua siswa, dalam bentuk
natura (barang), pengorbanan peluang, maupun uang, yang digunakan untuk
mengelola dan melaksanakan pendidikan, yang secara langsung menunjang
efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
2. Klasifikasi Biaya Pendidikan
Berkenaan dengan biaya pendidikan,pengklasifikasiannya sangat beragam
dan banyak ahli yang mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Pemerintah
mempunyai klasifikasi sendiri mengenai klasifikasi biaya pendidikan. Pada
Peraturan Pemerintah (PP) No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,
biaya pendidikan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelengaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan yang meliputi : biaya investasi, biaya
operasional, terdiri dari biaya personalia dan nonpersonalia, bantuan biaya
pendidikan, dan beasiswa.
b. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah baik
pemerintah provinsi, kabupaten/kota, atau penyelenggaraan/satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat.
c. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang dikeluarkan oleh
keluarga dari peserta didik.
Pendapat menurut Suharsaputra (2010: 261), biaya pada lembaga
pendidikan biasanya meliputi:
a. Direct cost dan indirect cost. Direct cost (biaya langsung) adalah biaya
yang secara langsung dapat dirasakan dalam pelaksanaan pendidikan dan
dapat secara langsung pula meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan
Indirect cost (biaya tidak langsung) meliputi biaya hidup, transportasi, dan
biaya-biaya lainnya.
b. Social cost dan private cost. Social cost merupakan biaya publik, yaitu
biaya sekolah yang harus dibayar oleh masyarakat sedangkan privatecost
adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga yang membiayaisekolah
anaknya, dan termasuk didalamnya forgone oppurtunities (biaya
kesempatan yang hilang).
Pendapat lain dikemukakan oleh Matin (2013: 158), Biaya pendidikan
dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
a. Biaya pembangunan adalah biaya yang diperlukan sekolah dalam
memenuhi kebutuhan akan barang-barang atau sarana prasarana sekolah
untuk memberikan pelayan pendidikan dan dalam periode yang lama,
seperti membangun gedung sekolah, membeli peralatan praktek dan lain-
lain.
b. Biaya rutin adalah biaya yang dikeluarkan dalam waktu yang terus menerus
atau yang bersifat rutin, secara berulang-ulang setiap bulan, setiap
semester, atau setiap tahun.
Menurut Supriadi (2003: 4) dalam teori dan praktik pembiayaan
pendidikan, baik pada tatanan makro maupun mikro, biaya pendidikan
dikelompokkan menjadi 3 (yaitu) :
a. Biaya langsung (direct cost) adalah segala pengeluaran yang secara
langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan dan biaya tidak
langsung (indirect cost) adalah pengeluaran yang tidak secara langsung
menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan
tersebut terjadi di sekolah.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah pengeluaran keluarga untuk
pendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga
(householdexpenditure) dan biaya sosial (social cost) adalah biaya
yangdikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui
sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah
kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan.
Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat
disimpulkan bahwa biaya pendidikan terdiri dari pengeluaran biaya yang
sifatnya secara langsung menunjang dalam pelaksaan kegiatan pendidikan
misal biaya uang pendidikan bulanan / semesteran yaitu SPP, SKS, dan
layananan kemahasiswaan. Dan pengeluaran biaya yang sifatnya secara
tidak langsung tapi secara rutin dan terus menerus yang sifatnya masih
menunjang proses pendidikan misalnyabiaya hidup siswa, transportasi
menuju ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan, biaya pembelian alat tulis,
dll.
3. Biaya Satuan Pendidikan
Biaya pendidikan merupakan salah satu diantara bagian penting dalam
menunjang kelancaran standar pendidikan terutama mengenai biaya satuan
(unit cost) yang dalam penelitian ini adalah menjadi fokus utama. Biaya satuan
(unit cost) dalam dunia pendidikan belum begitu banyak yang membahasnya
padahal biaya satuan ini menjadi sangat penting dalam penentuan biaya untuk
setiap siswa dalam menyelesaikan pendidikannya.
Fattah (2012: 3) mendefinisikan, “Biaya satuan per siswa adalah biaya
rata- rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh
siswa yang ada di sekolah (enrollment) dalam kurun waktu tertentu.”
Secara sederhana biaya satuan dihitung hanya dengan membagi seluruh
jumlah pengeluaran sekolah dengan jumlah siswa yang aktif pada tahun
tertentu. Selanjutnya, Menurut Enoch (1995: 239) “Biaya satuan menyatakan
jumlah pengeluaran yang dipergunakan oleh setiap murid dalam suatu tahun
tertentu, baik dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, atau hanya pada
tingkatan dan jenis pendidikan tertentu, atau mungkin saja dalam sekolah
tertentu saja”.
Fattah (2012: 11) mengemukakan bahwa terdapat 2 (dua) cara untuk
menghitung unit cost yaitu sebagai berikut:
a. Biaya rata-rata per murid, yaitu biaya keseluruhan dibagi jumlah murid
yang mendaftar di suatu sekolah/suatu level;
b. Biaya rata-rata per lulusan adalah biaya total keseluruhan dibagi jumlah
lulusan.
Prinsip ini menerangkan bahwa biaya atau uang yang dibutuhkan adalah
sesuai dengan kegiatan atau aktivitas yang sudah dibuat terlebih dahulu bukan
uang terlebih dulu ada kemudian baru menyusun kegiatan. Prinsip ini
memungkinkan seluruh kegiatan yang ada dapat terlaksana secara tepat dan
terencana.
Menurut Sahertian (1994: 215), penentuan unit cost dapat dibagi menjadi 2
(dua) macam, yakni:
a. Unit cost untuk keperluan rutin yaitu besarnya biaya yangdiperlukan untuk
mendidik seorang siswa pada satu tingkatan dan jenis pendidikan tertentu
selama satu tahun.
b. Unit cost untuk biaya modal yaitu besarnya biaya yang diperlukanuntuk
menyediakan tempat bagi seorang siswa pada suatu tingkatan dan jenis
pendidikan tertentu.
Pendapat di atas membedakan unit cost dalam biaya operasional dan unit
cost dalam biaya modal atau investasi, masing-masing memiliki kegunaan yang
berbeda- beda. Jika ingin mengetahui berapa jumlah keperluan untuk setiap
siswa setiap tahunnya maka kita menggunakan unitcost untuk keperluan rutin
sedangkan jika ingin menambah sarana prasarana sekolah maka menghitung
unit cost untuk biaya modal.
Lain halnya dengan Matin (2013: 161), beliau mengungkapkan bahwa
“Konsep biaya satuan adalah menunjuk kepada jumlah biaya rutin yang
dihabiskan setiap siswa selama satu tahun ajaran. Biaya satuan dapat disebut
biaya pendidikan untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan
tertentu. Unit cost dihitung hanya berdasarkan kepada biaya rutin atau disebut
juga dengan biaya operasional.Biaya satuan setiap siswa merupakan ukuran
yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan.
Dari uraian tersebut mengenai pengertian biaya satuan (unit cost) dapat
ditarik kesimpulan bahwa biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya rata-
rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa/mahasiswa dalam kurun waktu tertentu
untuk mendapatkan pendidikan. Biaya satuan (unit cost) dapat dijadikan standar
dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.

C. Masa Studi
1. Pengertian masa studi
Masa studi atau lama studi merupakan lama seseorang menyelesaikan
studi di perguruan tinggi (Samekto, 2014). Senada pendapat samekto
menurut peraturan akademik Universitas Padjajaran (2017) tentang masa
studi menjelaskan bahwa: masa studi adalah masa studi terjadwal yang
harus ditempuh oleh mahasiswa sesuai dengan rentang waktu yang
dipersyaratkan. Batas waktu studi adalah batas waktu maksimal yang
diperkenankan untuk mahasiswa menyelesaikan studi.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan Masa studi adalah waktu
yang dibutuhkan seseorang menempuh suatu program studi pada tingkat
strata tertentu yang dihitung melalui Satuan Kredit Semester (SKS)
minimal. Artinya, masa studi seseorang dikatakan berakhir apabila telah
memenuhi beban belajar yang ditentukan masing-masing lembaga
pendidikan dan telah menyelesaikan tugas akhir/skripsi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Masa Studi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang lama
menyelesaikan studi. Menurut Samekto (2014), faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal penyebab
lamanya masa studi seseorang diantaranya kecerdasan, bakat, minat, dan
motivasi mahasiswa. Sedangkan faktor luar merupakan faktor yang berasal
dari luar diri seseorang. Faktor eksternal yang mempengaruhi lamanya masa
studi berasal dari keluarga, lingkungan, pergaulan, dan kurikulum
pembelajaran.Selain faktor di atas, penyebab lama masa studi di perguruan
tinggi menurut Wahyu (2010) yaitu kuliah karena keterpaksaan, salah
memilih jurusan, terlalu menikmati kebebasan karena jauh dari orang tua,
terlalu aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, sudah bekerja, dan tidak
adanya jaminan mendapatkan pekerjaan setelah lulus (Samekto,
2014). Sementara faktor paling dominan yang mempengaruhi lama
studi mahasiswa menurut Aziza (2011) terhadap mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UM yaitu gaya belajar dan lingkungan. Menurut Emilia Sari
(2018) terhadap mahasiswa bidik misi Universitas Islam Negeri Radin Intan
Lampung yang mempengaruhi keterlamatan masa studi mahasiswa yaitu:
gaya belajar, motivasi dan keadaan ekonomi keluarga dan biaya
pendidikan.Menurut yurneli (2014) biaya pendidikan dapat mempengaruhi
waktu kelulusan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Makasar
3. Ketentuan Masa Studi Perguruan Tinggi
Masa studi perguruan tinggi diatur dalam Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Menurut Pasal 16 Peraturan Menteri Ristek dan Dikti Nomor 44
Tahun 2015 masa studi program pendidikan di perguruan tinggi diatur
dalam standar proses bersama dengan beban belajar minimum yang harus
ditempuh. Ketentuan beban belajar mahasiswa dan masa studi digambarkan
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Standar Proses Pembelajaran Mahasiswa (Beban Belajar
Mahasiswa)
Beban Belajar
No Program Masa Studi (tahun)
Minimum
(SKS)
Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program,
mahasiswa wajib menempuh beban belajar minimum dalam masa
studi sebagai berikut.
1 D1 36 2
2 D2 72 3
3 D3 108 5
4 D4/Sarjana 144 7
5 Profesi 24 3 (setelah
menyelesaikan
program D4/S1)
6 Magister,Magister 36 4 (setelah
terapan, danSp-1 menyelesaikan
program D4/S1)
7 S3, S3 Terapan, dan 42 7
Sp-2
Sumber: Tabel diolah dari Pasal 16 Peraturan Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015

Berdasarkan dari tabel 3, masa beban belajar mahasiswa maka masa


studi mahasiswa sudah diatur perguruan tinggi dapat menetapkan masa
penyelenggaraan program pendidikan kurang dari batas maksimum dari
ketentuan yang sudah digambarkan pada Tabel 4. Adapun Universitas
Negeri Padang membuat peraturan terkait peraturan akademik dengan
kurang dari batas maksimum sesuai dengan Permenristekdikti No. 44
Tahun 2015. Dapat dilihat pada tabel 4 menjelaskan tentang standar proses
pembelajaran yang dipedomani Universitas Negeri Padang.
Tabel 4. Standar Proses Pembelajaran Mahasiswa (Beban Belajar
Mahasiswa)
Beban Belajar
No Program Masa Studi
Minimum (SKS)
(tahun)
Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program,
mahasiswa wajib menempuh beban belajar minimum dalam masa
studi sebagai berikut.
1 D3 108 5
2 D4/Sarjana 144 6
3 Profesi 24 3 (setelah
menyelesaikan
program D4/S1)
4 Magister, Magister 36 4 (setelah
terapan, danSp-1 menyelesaikan
program D4/S1)
5 S3, S3 Terapan, dan Sp-2 42 7

Sumber: Tabel diolah dari Pasal 20 Peraturan Akademik Universitas


Negeri Padang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4, maka standar proses pembelajaran untuk


mahasiswa Universitas Negeri Padang terbagi dalam 5 program semua
program mengalami pengurangan dari batas minimal dari Permenristekdikti
No. 44 Tahun 2015 tentang standar proses pembelajaran mahasiswa (beban
belajar mahasiswa). Hal ini kemungkinan berefek pada mahasiswa jurusan
teknik sipil yang selama ini hanya sebagian kecil mahasiswa saja yang dapat
menyelesaikan masa studi dengan tepat waktu. Dimana sebelumnya
kententuan beban belajar mahasiswa ditentukan Permenristekdikti No. 44
Tahun 2015 cenderung lebih lama. Dibandingkan ditentukan oleh UNP yang
standar beban belajar lebih cepat Sehingga berimbas pada jumlah lulusan
yang berhasil menyelesaikan masa studi tepat waktu jumlahnya cenderung
lebih kecil, sementara jumlah mahasiswa yang belum tamat tepat waktu
jumlahnya yang lebih besar. Hal ini dari data yang diperoleh di indikasikan
penyebab dari masalah mahasiswa yaitu adanya pemikiran mahasiswa yang
menyatakan bahwa carilah waktu yang tepat, melainkan bukan tamat tepat
waktu ditambah lagi masih rendahnya tuntutan mahasiswa tamat tepat
waktu. Berbagai pertimbangan dalam menetukan arah tujuan dan begaimana
tuntutan meyelesaikan masa studi dapat terealisasi. Seharusnya mahasiswa
memiliki pemikiran yang benar maksudnya pola pemikiran dalam hal
konteks meneyelesaikan masa studi tanpa menjalankan pemikiran yang
selama ini di ketahui salah tapi selalu dipelihara, semestinya mahasiswa
hendaknya mempertimbangkan waktu masa yang terpakai dan biaya
pendidikan yang dikeluarkan oleh setiap masing-masing mahasiswa dapat
diminimalkan dengan mencapai hasil yang maksimal yaitu tamat tepat
waktu.

D. Penelitian Relevan
Berikut Penjelasan hasil penelitian yang relevan diantaranya:
1. Korelasi Antara Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidik Misi dengan Masa
Studi mahasiswa di kampus UIN Radin Intan Lampung (Emalia Sari, 2018)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, di peroleh
kesimpulan bahwa biaya pendidikan dapat mempengaruhi secara signifikan
lamanya studi pada mahasiswa. Hal ini ditunjukan dengan t hitungsebesar
6,747 pada taraf signifikasi 5 % (t hitung> t tabel ¿yaitu: 6,747 ¿ 1,988.
sedangkan koefisien korelasi sebesar 0,583 dan koefisien determinasi sebesar
34 %.Hubungan penelitian ini dengan penelitian sebelumnyaa dalah sama-
sama meneliti tentang biaya pendidikan namun variabel variabel terikatnya
mengalami perbedaan ditambah lagi dengan subyek, tempat, dan waktu
pelaksanaan berbeda.
2. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Biaya Pendidikan Terhadap Masa Studi
Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan UM (Arise Eddy Sarwono, 2013)
Hasildaripenelitiantersebut menunjukan bahwa motivasi, persepsi dan
biaya pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap masa studi. Hal ini
dapat ditunjukan dengan korelasi sebesar 0,390, koefisien determinan sebesar
0,152 dan t hitung 4, 987 lebih besar dari t table sebesar 1,28758 pada taraf
signifikansi 5 % serta model regresi sederhana yang terbentuk adalah Y =
0,355 X1 + 37,802. Hubungan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama meneliti tentang biaya pendidikan dan lama studi meskipun
variable penelitian sebelumnya lebih luas.
3. Pengaruh Prestasi Belajar, Biaya Pendidikan dan Keaktifan Berorganisasi
terhadap Masa Studi Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (Nabila Sitta Anjani, 2018)
Hasil dari kesimpulan dari penelitiannya menunjukan bahwa prestasi
belajar, biaya pendidikan dankeaktifan berorganisasi secara signifikan
berpengaruh terhadap masa studi. Hal ini ditunjukan dengan sigifikan sebesar
0,026 dan tingkat pengaruh sebesar 0,218 satuan dengan sumbangan parsial
sebesar 5,90 %. Dalam penelitian ini terjadi kesamaan variabel meskipun
variabel penelitian sebelumnya lebih luas, dan subyek, tempat dan waktu
berbeda.

E. Kerangka Berpikir
Biaya pendidikan adalah nilai uang atau nilai rupiah yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau mahasiswa untuk melancarkan proses penyelengaraan, serta
untuk menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan di jalani.
Sedangkan masa studi adalah waktu yang dibutuhkan seseorang menempuh suatu
program studi pada tingkat strata tertentu yang dihitung melalui Satuan Kredit
Semester minimal. Mahasiswa yang menyelesaikan masa studi dengan biaya
pendidikan tepat waktu tergantung pada kesadaran mahasiswa dan
pemahamannya, jika tingkat pemahaman mahasiswa dengan kesadaran tinggi
untuk tamat tepat waktu maka semakin tinggi pula harapan mahasiswa dalam
menyelesaikan masa studi tepat waktu.
Hal diatas menunjukan bahwa kesadaran mahasiswa dan biaya yang
dikeluarkan mahasiswa akan mempengaruhi masa studi, termasuk memonitor
dirinya sendiri dan melakukan evaluasi terhadap proses belajarnya kemudian
menemukan strategi yang tepat dalam menyikapi masalah pada perkuliahan.
Dengan demikia dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesadaran mahasiswa
dan biaya yang di keluarkan, maka keinginan tuntutan tamat waktu pun akan
semakin tinggi pula.
Penelitian ini akan diteliti apakah ada hubungan antara biaya pendidikan
dengan masa studi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan FT-UNP.
Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian ini dapat di lihat pada gambar 1
sebagai berikut:

BiayaPendidikan Masa StudiMahasiswa

(Variabel X) (Variabel Y)
v

Gambar 1. Kerangka Konseptual


Keterangan:
X : Variabel Bebas yaitu Biaya Pendidikan
Y : Variabel Terikat yaitu Masa Studi Mahasiswa
Prodi Pendidikan Teknik Bangunan FT-UNP
Tahun 2013 Dan 2014

Secara singkat penelitian ini akan dibuktikan apakah ada hubungan yang
signifikan antara variable bebas (independen) yakni biaya pendidikan dengan
variable terikat (dependen) yakni masa studi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan
FT-UNP Tahun 2013 dan 2014.

F. HipotesisPenelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka
hipotesis penelitian ini adalah: ada hubungan antara biaya pendidikan dengan
masa studi mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan FT-UNP. Jika
semakin tinggi kesadaran mahasiswa dan biaya yang dikeluarkan maka semakin
tinggi pula tuntutan mahasiswa untuk tamat tepat waktu dan tanggungjawab pun
akan di tunaikan dengan penuh rasa ikhlas begitupun sebaliknya semakin rendah
kesadaran yang dimiliki mahasiswa untuk tamat tepat waktu semakin rendah juga
tuntutan untuk tamat tepat waktu

Anda mungkin juga menyukai