Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

KEBUNGHATTAAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : Ghazi Muhammad
NPM : 2010011311049
DOSEN : Ir. Yempita Efendi M.S
KELAS : AK.2.B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Tugas 2
Nama : Ghazi Muhammad
NPM : 2010011311049
Kelas : AK.2B
Judul Buku : Mengenang Bung Hatta
Jumlah Halaman : 303
Tahun Terbit : 2002
Pengarang : I.Wangsa Widjaja

BAB 1 : Pertemuan Pertama

Sebenarnyalah, terlalu sukar bagi orang setua saya untuk mengingat-ingat dan mengungkapkan kembali berbagai
peristiwa yang saya alami. Terutama peristiwa yang menyangkut perjumpaan saya dengan seseorang dalam jarak waktu
yang lama. Tokoh yang saya maksud ialah Bung Hatta. Harus saya akui dengan sejujurnya, pribadi Bung Hatta telah
memberikan pengaruh dan kesan yang amat mendalam bagi kehidupan saya
Saya pertama kali berjumpa dan bertatap muka dengan Bung Hatta pada hari Sabtu sore, tanggal 11 September 1932 di
Bandung, Perjumpaan pertama ini bersamaan waktunya dengan pertemuan yang diadakan oleh Pendidikan Nasional
Indonesia, yang juga disebut PNI-baru, di sebuah gedung pertemuan milik organisasi pergerakan tersebut. Gedung
pertemuan itu terletak di Regentsweg nomor tujuh, yang sekarang telah diubah namanya menjadi jalan Kabupaten.
Gedung tersebut sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan saja, akan tetapi digunakan juga untuk
gedung Sekolah Tahaja yang didirikan oleh PNI-baru guna menunjang kegiatan pergerakan. Kecuali itu, gedung tersebut
sekaligus digunakan sebagai kantor Hoofd Bestuur (Pimpinan Umum) PNI. baru, dan untuk tempat tinggal beberapa orang
pengurus serta staf pengajar di Sekolah "Tjahaja”
Waktu itu, Bung Hatta datang ke tempat pertemuan beberapa saat menjelang acara dimulai Saat itulah saya menyalami
beliau hangat sekali, seperti dua orang sahabat yang lama tak jumpa layaknya Saya masih dapat mengingat, bagaimana
saya memperkenalkan diri kepada beliau dengan menyebutkan nama saya. Kemudian saya katakan, "Selamat datang,
Bung! Kami gembira sekali atas kedatangan Bung yang untuk pertama kalinya ini.”
Selesai mendengarkan ikhtisar kegiatan dari masing-masing pengurus inti PNI-baru, selanjutnya Bung Hatta memberikan
pengarahan kepada kami, terutama yang bersangkutan dengan kelangsungan kegiatan organisasi Dalam pengarahannya
itu, Bung Hatta menguraikan pokok-pokok pikirannya secara luas dan mendalam Saya perhatikan, cara beliau
menyampaikan pikirannya pun begitu sistematis, padat, dengam logika yang tajam, serta dengan nada yang datar saja.
Tidak terlihat sama sekalı sıkap beliau seperti seorang agitator. Dan tidak pula tampak adanya maksud mengadakan agitası
Selain soal kelangsungan.
Sejak pertemuan yang diadakan oleh PNI-baru itu, Bung Hatta secara tetap datang ke Bandung untuk memberi kursus
kepada kader-kader PNI-baru Memang penyelenggaraan kursus bagi para kader merupakan program yang cukup penting
dalam kegiatan organisasi ini. Perlu diketahui, bahwa sepulangnya dari Negeri Belanda Bung Hatta memilih untuk menetap
di Jakarta, schingga beliau harus bolak-balik Jakarta Bandung seminggu sekali.
Dalam seminggu biasanya selama empat hari Bung Hatta berada di Jakarta, dan tiga hari berikutnya di Bandung. Selain
itu, selama di Bandung beliau selalu menginap di rumah Hamdani di Babakan Ciamis.
Untuk menempuh jarak Jakarta-Bandung Bung Hatta selalu naik kereta api Berangkat dari Jakarta setiap hari Jumat,
dengan kereta api pukul dua siang. Perjalanan yang cukup jauh itu memakan waktu antara tiga sampai empat jam. Jadi
baru menjelang magrib Bung Hatta sampai di Bandung.
Kursus yang diberikan oleh Bung Hatta dewasa itu meliputi beberapa cabang ilmu pengetahuan yang penting artinya
bagi pengembangan kegiatan pergerakan. Antara lain salah ilmu politik, ketatanegaraan, dan ekonomi. Tak lupa beliau
memberi uraian tentang apa dan bagaimana arti kolonialisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, dan banyak lagi
istilah yang erat.

BAB 2 : Bung Hatta Sebagai Tokoh Pergerakan


Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengalami perubahan sang cukup mendasar sejak lahirnya organisasi-organisasi
pergerakan yang dipelopori oleh Budi Utomo dan Sarekat Dagang islam Organisasi yang disebutkan terakhir ini kemudian
mengubah namanya menjadi Sarekat Islam, setelah mengubah haluannya menjadi organisasi politik.
Perubahan itu cukup mendasar saya katakan, sebab sejak lahirnya organisasi-organisasi pergerakan itu bangsa Indonesia
memasuki era baru dalam perjuangannya. Dalam era baru itu corak perjuangan bangsa kita tidak lagi dijalankan dengan
menggunakan kekerasan senjata - sebagai hal yang amat menonjol pada masa sebelum lahirnya berbagai organisasi
pergerakan tersebut - melainkan lebih menekankan perjuangan lewat organisasi politik yang teratur Lebih-lebih lagi, dalam
era baru ini pula mulai dirasakan timbulnya kesadaran baru dalam memahami arti pentingnya persatuan dan kesatuan,
serta perjuangan secara serentak di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Bersamaan dengan itu, dalam era baru ini mulai dapat dilihat pergerakan organisasi politik yang berdasarkan paham
kebangsaan atau nasionalisme. Pada dewasa itu pergerakan politik yang berdasarkan paham kebangsaan ini dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan kooperator dan nonkooperator.
Yang termasuk golongan kooperator ialah organisasi pergerakan yang dibangun oleh kelompok elite pada waktu itu
antara lain dengan jalan menempatkan wakil wakilnya dalam dewan-dewan perwakilan rakyat yang dibentuk oleh
pemerintah Hindia-Belanda. seperti Volksraad (seperti DPR sekarang); Promcieraad (Dewan Perwakilan Rakyat tingkat
propinsi), dan Regentschaapsmad Dewan Perwakilan Rakyat tingkat kabupaten) Yang masuk dalam golongan ini antara lain
ialah Parindra (Partai Indonesia Raya). Parindra didirikan pada tahun 1936, sebagai bentuk fusi dari empat partai, yaitu Budi
Utomo, Sarekat Sumatra, Partai Sarekat Celebes dan Persatuan Bangsa Indonesia. Setelah itu PSII (Partai Sarekat Islam
Indonesia) yang pada mulanya masuk dalam golongan non kooperator, tapi akhirnya masuk dalam golongan kooperator.
Golongan kedua, ialah yang non kooperator, terutama sekali terdiri dari PNI (Partai Nasional Indonesia) yang dipimpin
oleh Bung Karno, dan PNI-baru (Pendidikan Nasional Indonesia), yang dipimpin oleh Bung Hatta.
Sedangkan tokoh-tokoh golongan kooperator antara lain salah dr. Soetomo R Pandji Suroso, Oto Iskandardinata,
Sukardjo Wir popranoto, dan R. Sutardjo. Orang yang namanya disebutkan terakhir ini berasal dari kalangan pamong praja,
yang kemudian dikenal dengan Petisi Sutard jo-nya Dari golongan yang non kooperator tercatat nama-nama, antara lain
Bung Karno. Bung Hatta, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, H Agus Salum, dan Bung Sjahrir.

BAB 3 : Bung Hatta Sebagai Politikus dan Negarawan

Selama beberapa bulan setelah Proklaması Kemerdekaan suasana di Indonesia masih belum menentu. Dalam masa u
Belanda dengan dukungan Sekutu berusaha untu mengembalikan kekuasaannya atas wilayah Indonesia. Bana sekali cara
yang mereka palankan untuk meruntuhkan kembal negara yang baru merdeka inm. Antara lain lewat propaganda yang luas
Salah satu isi propaganda mereka ialah menuduh Sukarno-Hatta sebagai "boneka" Jepang, alat Fasisme Jepang. dan juga
mengatakan bahwa negara yang baru memerdekakan din ini adalah buatan Jepang Boleh dikatakan perang urat saraf.
semacam itu cukup menegangkan, dan membingungkan Pada lain pihak, Bung Karno mempunyai rencana untuk
membentuk partai tunggal dengan nama Partai Nasional Indo nesia Rencananya ini dikemukakan dalam Sidang KNIP
tanggal 29 Agustus 1945, dan partai tersebut sedianya diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso dengan wakil ketuanya Mr.
Sartono.
Tentu saja banyak pemimpin rakyat, khususnya Bung Hatta, yang menentang rencana Bung Karno ini. Adanya partai
tunggal dalam kehidupan negara demokrasi selain tidak memenuhi asas demokrasi yang ingin ditegakkan, bahkan
bertentangan dengan asas itu sendiri. Walaupun sempat melalui perdebatan hangat, PNI tidak jadi didirikan sebagai partai
tunggal. Karena dalam Sidang KNIP tanggal 29 Agustus tersebut lebih banyak pemimpin yang menentang gagasan Bung
Karno itu daripada yang mendukungnya.
Selain itu pun, bila dalam masa yang cukup pendek pemerintah Indonesia yang baru lahir ini tidak berhasil membentuk
pemerintahan yang demokratis, bukan tidak mungkin pihak Belanda akan menang dalam diplomasi yang dilancarkannya
untuk menentang berdirinya Republik Indone Inilah satu hal yang harus diperhitungkan dewasa itu. Ketidakberhasilan kita
mendirikan pemerintahan yang demokratis dapat dijadikan alasan mereka untuk menggempur kita, dengan dasar
anggapan negara yang tidak demokratis itu adalah benar benar buatan Jepang. Dan oleh karenanya, Belanda berhak untuk
menguasai kembali wilayah Indonesia Atas dasar itu pula sekutu akan menyokong pengembalian kekuasaan Belanda atas
wilayah.
Indonesia Jadi dalam suasana demikian, para pemimpin Indonesia harus dapat membuktikan bahwa kita mampu dan
telah mendirikan satu pemerintahan yang demokratis.Hal-hal inilah yang terutama saya ketahui memenuhi pikiran Bung
Hatta sebagai Wakil Presiden waktu itu. Langkah-langkah politik dan diplomasi yang bagaimana yang harus dilancarkan agar
lebih menguntungkan posisi Indonesia.
Sebagai langkah pertama yang dijalankan Bung Hatta, maka tak lama kemudian pada tanggal 16 Oktober beliau
mengeluarkan pernyataan pemerintah atas nama Wakil Presiden. Pernyataan pemerintah ini dikenal dengan sebutan
Maklumat Wakil Presiden No X 1945. Isı maklumat Wakil Presiden tersebut pada garis besarnya menetapkan Komite
Nasional Indonesia Pusat - dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945, dan mulai berfungsi sejak tanggal 29 Agustus 1945
untuk sementara berfungsi sebagai DPR, belum terbentuk MPR dan DPR hasil pilihan rakyat. Badan ini untuk sementara
waktu memikul tugas dan kekuasaan legislatif, dan ikut menetapkan Garis Garis Besar Haluan Negara Mengingat
pentingnya tugas yang dipikul oleh KNIP sehari-hari, maka tugas itu dikerjakan oleh sebuah Badan Pekerja yang dibentuk
kemudian.
Kurang lebih setengah bulan setelah keluar maklumat Wakil Presiden No X atas usul Badan Pekerja KNIP yang diketuai
oleh Bung Sjahrir, kata disusul pula dengan maklumat Wakil Presiden berikutnya, yang berisi anjuran untuk membentuk
partai-pan politik Maklumat kedua ini dikeluarkan pada tanggal 3 Novem ber 1945. Untuk diketahui, keluarnya dua
maklumat Wak Presiden itu tidak lain untuk menunjukkan usaha kita menegakkan demokrasi di Indonesia dalam waktu
yang relatif pendek itu.Demikianlah, beberapa waktu setelah dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden tanggal 3
November 1945 bermunculatilah beberapa partai politik di Indonesia. Dan sepen kita ketahui, hal ini membuka peluang
kepada penerapan sistem parlementer dalam. kehidupan bernegara di negeri ini.
Dalam pada itu, keadaan di Jakarta setelah Proklaması Kemerdekaan semakin panas dan ndak aman, karena tentara
anda yang biasa disebut NICA, yang datang ke Jakarta membonceng tentara Inggris, banyak menimbulkan kekacauan dan
membahayakan para pemimpin Indonesia. Karena itu pada akhir bulan Desember 1946 Kabinet Sahrir mengadakan rapat di
rumah Bung Karno (sekarang Gedung Perintis Kemerdekaan) yang mengadi pusat pemerintahan RI. Dalam rapat tersebut
diputuskan, bahwa pemerintah RI diperidahkan ke Jawa Tengah sementara ditetapkan di Purwokerto, dan yang berangkat
lebih dulu ke sana alah Presiden dan Wakil Presiden Akan tetapi Sn Sultan Hamengkubuwono IX mengusulkan agar pusat
pemerintahan dipindahkan saja ke Yogyakarta Usul tersebut diterima, dan seperti diketahui Yogyakarta pernah menjadi
ibukota RA selama beberapa tahun.
Dengan diterimanya usul Sri Sultan Hamengkubuwono IX tersebut, Presiden dan Wakil Presiden pun segera pindah ke
Yogyakarta Maka pada tanggal 4 Januari 1946, kurang lebih pukul 18.00, Presiden dan Wakil Presuden RI beserta
keluarganya masing masing berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan KLB (Kereta Api Luar Biasa). Dalam rombongan
Presiden dan Wakil Presiden itu ikut jaga Mr A Gaffar Pringgodigdo, yang menjabat sekretaris negara, saya, WL Hutabarat
dan lainlainnya, masing-masing juga dengan keluarga.

BAB 4 : Ilmuwan

Adalah tidak tepat bila saya menuliskan mengenai pribadi Bung Hatta tidak saya singgung mengenai peran beliau
sebagai Ilmuwan. Sebab cukup banyak orang yang mengetahui bahwa selam pernah menadi pemimpin bangsa Indonesia,
Bung Hatta adalah juga seorang ilmuwan Mungkin ada juga sebagian dari masyarakat kita mengenal beliau hanya sebagai
salah seorang dari proklamator kemerdekaan, bekas Wakil Presiden RI, dan sebagai scomng ckonom peletak dasar
perekonomian negara kua Hal itu tidak keliru. Akan tetapi masih jauh dari cukup untuk menggambarkan potret pribadi
Bung Hatta hanya dengan tiga fungsi itu saja.Bung Hatta bukan hanya ahlı ekonomi sagı, tetapi beliau juga ahli ilmu negara
dan ahli ilmu politik Namun sang paling penung diketahui, sebagaimana diakui oleh bansa ilmuwan lainnya ialah bahwa
Bung Hatta benar-benar seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dan amat mendalam, neliti beberapa cabang ilmu.
Memang untuk dunia keilmuan ani beliau memperdalam Ilmu konomi teoretik sebagai bidang khusus keahlannya
Jurusan menarik hati belau sejak masih duduk di bangku sekolah menengah di zaman Belanda Namun dalam masa studi
Selanja di negeri Belanda, Bung Hatta memperdalam pula beberapa cabang ilmu yang lain.Saya menyatakan demikian
karena hal itu merupakan suatu akta yang bisa dibuktikan kebenarannya. Menurut hemat saya rasa segan para ilmuwan itu
terhadap Bung Hatta toda la disebabkan oleh sikap Bung Hatta sendiri yang betul-betul mencerminkan sikap seorang
ilmuwan Lebih dari hanya sekada ilmuwan biasa. Bung Hatta pun adalah seorang intelektual tulen Beliau selalu
memperlihatkan kedalaman dan keluasan pengetahuan serta ketajaman analisanya dalam setiap pertemuan ilmiah yang
menghadirkan beliau sebagai pembicara.
Yang cukup menarik untuk kita perhatikan, ialah bahwa Bung Hatta selalu menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh siapa pun Beliau selalu menguraikan berbagai masalah keilmuan yang sebenarnya berat menjadi uraian yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami Dan dalam menguraikan pikiran pikirannya hampir tidak pernah Bung Hatta menggunakan
salah asing dalam uraiannya, selama istilah-istilah tersebut masih dapat dindonesiakan Hal ini saya kira yang merupakan
kelebihan Bung Hatta dari ilmuwan lainnya. Kebanyakan ilmuwan lain, bila saya amani, lebih senang menggunakan istilah
asing walaupun sudah ada istilahnya dalam bahasa Indonesia Semua intelektual yang pernah berhubungan dengan Bung
Hatta pada umumnya mendapat kesan yang sama. Bung Hatta kata mereka, adalah benar-benar seorang ilmuwan dan
intelektual Indonesia sejati. Beliau memilika ilmu yang berasal dari Barat, akan tetapi sama sekali tidak terpengaruh oleh
prinsip hidup orang Barat. Dan dengan ilmunya itu Bung Hatta mengembangkan ide-idenya yang digali dari bumi Indonesia
sendiri Salah seorang dari intelektual ini yang pernah cukup lama mengadakan hubungan dengan Bung Hatta ialah George
Mcl Kahin. la punya kesan yang mendalam terhadap pribadi Bung Hatta umumnya dan terhadap Bung Hatta sebagai
intelektual khususnya Suatu kah memang Kahin pernah mengemukakan penilaiannya terhadap Bung Hatta kepada saya
Katanya waktu itu

"Bung Hatta salah seorang ilmuwan Indonesia yang memilik prinsip yang tegas, pendirian yang kokoh dalam hal
ketepatan ilmiah serta kebebasan intelektual.”

BAB 5 : Menjadi Dosen yang Disegani Mahasiswanya

Setelah melepas jabatan sebagai Wakil Presiden, Bung Hatta mengajar di ruang kuliah biasa sebagaimana umumnya
dosen. Dalam masa-masa beliau masih mengajar. Selama seminggu sekali beliau telah pergi mengajar dan sudah menjadi
kebiasaan beliau bila malam hari meluangkan waktu beberapa jam untuk membaca buku dan mepersiapkan bahan-bahan
yang akan dikuliahkan esok hari
Mahasiswa umumnya merasa atnat puas dengan materi dan cara Bung Hatta menyampaikan kuliah Kuliah-kuliah dari
beliau tidak pernah membosankan, selam karena gaya bahasanya yang menarik, tapi juga karena selalu ada materi baru
yang diberikan Bung Hatta.
Umumnya mahasiswa dan beka mahasiswa Bung Hatta amat menghormati dan segan kepada beliau. Hal ini tidak lain
karena dalam pandangan mereka Bung Hatta adalah seorang besar, seorang yang memiliki sikap ilmiah yang begitu dalam
serta kepandaian yang amat menonjol.
Pada umumnya Bung Hatta jarang sekali bertemu dengan da bekas-bekas mahasiswanya dulu itu. Masing-masing, baik
Bung apie Hatta maupun bekas-bekas mahasiswa beliau, telah disibukkan dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Ada di antara
bekas mahasiswa Bung Hatta itu yang kadang kadang dengan sengaja datang ke rumah beliau, untuk sekadar menengok
keadaan beliau yang sudah mulai lanjut usia itu. Hal ini agaknya dilakukan mereka antara lain guna menunjukkan kecintaan
mereka kepada Bung Hatta.
Bung Karno tidak suka pada kritik Bung Hatta. Sehingga atas dasar itulah ia meminta Rektor UGM agar tidak lagi
memakai tenaga Bung Hatta sebagai dosen di sana. Dalam masa beberapa tahun kemudia barulah Bung Hatta
menyempatkan diri untuk mengajar lagi di beberapa universitas.

BAB 6 : Bung Hatta Bapak Koperasi Indonesia

Gelar Bapak Koperasi Indonesia bagi Bung Hatta memang sudah pada tempatnya. Karena, pertama, Bung Hattalah
orangnya telah meletakkan sendi-sendi dasar perkoperasian di Indonesia, yang secara lebih umum dirumuskan dalam Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945. Di samping itu, beliau juga yang mengusahakan konsep-konsep dasar pengembangan
koperasi. Kedua, bahwa usaha Bung Hatta tidak hanya berhenti pada konsep saja. Beliau tidak henti-hentinya untuk terjun
langsung ke lapangan, ikut membina dan menumbuhkan koperasi dari bawah.
Pendek kata pengalaman Bung Hatta di negeri-negeri itu memperlihatkan, bahwa kelompok masyarakat ekonomi lemah
di sana dapat meningkatkan kemakmuran kehidupannya dengan melalui usaha koperasi.
Salah satu sikap dasar bangsa Indonesia yang dapat dijadikan kunci keberhasilan koperasi ialah sikap gotong-royong.
Gotong-royong merupakan dasar kerja sama sosial bangsa Indonesia yang telah tertanam sejak awal sejarahnya. Dalam
hubungan ini koperasi memberi isi kepada bentuk ekonomi dari dasar gotong-royong. Seperti kata Bung Hatta dalam
brosurnya Kearah Indonesia Merdeka.
Cita-cita koperasi di Indonesia ialah menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Tidak dapat
diingkari bahwa dalam dekade pertama setelah Proklaması Kemerdekaan koperasi di Indonesia telah mengalami
perkembangan yang pesat. Usaha-usaha rakyat yang berbagai macam diusahakan melalui koperasi, clan berhasil mencapai
kemajuan. Para anggota koperasi rakyat ini pun lambat laun dapat menaikkan kemakmuran hidupnya.
Perlu juga diketahui, dalam soal koperasi ini ada salah satu langkah yang cukup penting yang dilakukan Bung Hatta.
Langkah itu ialah perlawatan beliau ke Swedia dalam bulan Oktober 1961, untuk melihat perkembangan koperasi di sana.
Sekarang pemerintah Indonesia telah menetapkan, bahwa koperasi menjadi soko guru ekonomi. Malah pimpinannya
telah dipegang oleh seorang Menteri Bagaimana selanjutnya koperasi di Indonesia apakah benar benar akan menjadi soko
guru ekonomi, akan sesuai dengan tujuan UUD 1945, bila pemerintah kita bermaksud menangani koperasi secara sungguh-
sungguh, maka dapat diambil pelajaran dari perkembangan koperasi di Swedia itu. Saya yakin bahwa dengan
pengembangan koperasi secara lebih baik maka lambat laun taraf kehidupan rakyat yang masih melarat dapat ditingkatkan
sedikit demi sedikit.

BAB 7 : Bung Hatta Dalam Hubungannya Dengan Orang lain

Salah satu hal yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahu baik buruknya perilaku dan kepribadian seseorang ialah
sikapnya Anlam bergaul tan berhubungan dengan orang lain menurut penilaian orang banyak. Dan bila orang tersebut
adalah tokoh atau pemuka masyarakat, maka orang akan menilai perilaku dan kepribadiannya dari jurusan ini. Ia akan
dinilai sebagai tokoh yang baik bila dalam pandangan masyarakat sikapnya dianggap baik dalam menghadapi orang lain
sebaliknya, ia akan dimilai buruk bila dalam menghadapi orang lain ia menunjukkan sikap yang tidak baik.
Demikian pula kiranya hal ini berlaku bag, pribadi Bung Hatta. Kebanyakan orang yang pernah berhubungan dengan
beliau telah menilai beliau sebagai seorang tokoh yang berkepribadian baik, simpatik, dan berperilaku menyenangkan
dalam pergaulannya.Sejauh yang saya ketahui, Bung Hatta dalam kehidupan sehari harinya selalu bersikap ramah bila
menghadapi orang lain. walaupun orang tersebut bukan dari kalangan keluarganya. Beliau selalu menunjukkan sikap yang
manis, dan tidak pernah ketinggalan senyum khas beliau selalu mengiringi setiap awal per jumpaan beliau dengan setiap
orang yang datang bertamu ke rumahnya. Beliau selalu memberi perhatian yang besar kepada setiap orang yang datang
mengunjunginya untuk menyampaikan suatu masalah. Perhatian yang diperlihatkan beliau ini dapat dirasakan sebagai
suatu perhatian yang tulus, dan bukan perhatian yang dibuar buat, bukan pula hanya sekedar Bung Hatta tidak pernah
membeda-bedakan perlakuannya terhadap setiap orang, Beliau tidak pernah mengistimewakan orang dan orang lainnya
meskipun orang tersebut adalah tokoh masyarakat, Pintu rumah belau selalu terbuka bag siapa saat yang ingin berkunjung,
dan beliau akan menerima setiap orang secara baik baik, terutama kalau kamu itu bekas kawan kawan seperti halnya
dengan hubungan surat-menyurat Demikian pula Setiap hari mesti ada surat untuk beliau, dan semua surat yang
membutuhkan jawaban selalu dibalas oleh Bung Hatta dengan tidak memandang derajat orangnya. Ada kalanya surat-surat
itu beitou sendiri yang langsung membalasnya dengan tulisan tangan, dan ada juga surat-surat yang diserahkan kepada
saya sebagai sekretarusnya untuk segera dibalas. Selain saya sebenarnya ada seorang lagi yang membantu Bung Hatta
dalam soal surat menyurat Orang itu ialah WI Hutabarat Ingin saya singgung sedikit mengenai kedudukan kami masing
masing dalam membantu Bung Hatta.
Saya mengenal WI Hutabarat sejak saya ikut aktif di Pocter la bertugas sebagai kepala bagian pengetikan; sedangkan sa
di bugan pers WI Hutabarat sebetulnya telah membantu Bung Hatta dalam urusan pengetikan surat sejak di Poetera ini D
memang dikenal ahli dalam stenografi, menulis cepat, dan ahli mengetik.
Dulu ketika Bung Hatta diangkat sebagai Wakil Presiden sava diminta beliau untuk membantu sebagai sekretaris Wakil
Presiden. Bersamaan dengan itu WI. Hutabarat juga diminta untuk ikut membantu "Ajaklah juga Saudara Hutabarat untuk
ikut membantu saya," kata Bung Hatta kepada saya waktu itu

Memang karena keahliannya itulah WI Hutabarat diminta Bung Hatta membantu khusus dalam urusan pengetikan surat
Semua surat, baik surat-surat pribadi Bung Hatta maupun trat surat yang ada hubungannya dengan rahasia negara, detik
oleh Hutabarat Bung Ratta telah mempercayakan sepenuhnya urusan ini kepada dia.

BAB 8 : Bung Hatta dan Karakter

Tiada seorang pun yang akan menyangkal, bila dikatakan bahwa Bung Hatta adalah seorang pemimpin besar bangsa
Indonesia Keharuman namanya sebagai pemimpin rakyat Indonesia telah diketahui secara luas. Dan dari pribadi beliau
tercermin kebesaran jiwa dan watak seorang pemimpin sejati. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan
beliau dalam memimpin pergerakan, dan kegiatan-kegiatan beliau dalam usaha pembangunan negara dan bangsa.
Salah satu persoalan yang mendapat, perhatian yang besar dari Bung Hatta ialah pembentukan karakter generasi muda,
yang diharapkan beliau sebagai generasi tempat kita meletakkan harapan bagi masa depan bangsa yang lebih baik.
Semenjak Bung Hatta kembali dari Negara Belanda pada tahun 1939, beliau langsung memimpin Pendidikan Nasional
Indonesia bersama Bung Sahrir dan sesuai dengan istilah "Pendidikan". maka diadakanlah kursus-kursus untuk mendidik
kader-kader agar mereka mempunyai karakter atau jiwa yang kuat dalam perjuangan di samping pengetahuan dalam
bidang politik yang diperlukan bagi seorang.
Untuk generasi muda, Bung Hatta telah memberi contoh yang amat baik dan patut sekali ditiru, khususnya bagi para
mahasiswa, yang nantinya akan memegang pimpinan negara dan bangsa.
Orang yang mengenal Bung Hatta umumnya sudah mengetahui bahwa Bung Hatta adalah seorang yang berani, tegas,
dan tenang dalam bersikap dan seorang demokrat tulen. Beliau berani mengemukakan pendapat dan mempertahankan
sikapnya, endati pendapat dan sikapnya itu bertentangan dengan orang yang dihadapinya, tetapi Bung Hatta selamanya
menghargai pula pendapat orang lain meskipun berbeda dengan pendapatnya.
Sifat Bung Hatta yang lain adalah disiplin pribadi yang dijalankan beliau dan keteladanan sikap hidup beliau. Orang
umumnya sudah mengetahui bahwa Bung Hatta selalu tepat dalam soal waktu.
Bicara soal kepemimpinan, bagi seorang pemimpin sejati dituntut satu keutuhan dan kebulatan pribadi yang lebih
lengkap dibandingkan dengan orang-orang, yang di pimpinnya. Hal ini antara lain terlihat pada pribadi Bung Hatta sendiri.
Dalam kehidupan beragama, sebagai seorang Muslim Bung Hatta amat taat menjalankan perintah agama Islam. Sebagai
contoh, mengenai sembahyang dan berpuasa.
Dengan uraian di atas jelaslah bagaimana kuatnya karakter Bung Hatta dalam menghadapi dan memimpin perjuangan
kemerdekan dan memimpın negara.

BAB 9 : Sekelumit Catatan Perjalanan

Sebagai Wakil Presiden, dan kemudian tinggal di Yogyakarta, Bung Hatta sering mengadakan kunjungan ke daerah-
daerah di seluruh Pulau jawa, mulai dari Banten sampai ke Banyuwangi Dalam kunjungan ke daerah-daerah, ada kalanya
Bung Hatta pergi bersama dengan Bung Karno. Beliau selalu menggunakan Kereta Api Luar Biasa, atau yang biasanya
disebut KLB.
Kira-kira dalam bulan Juni 1947, kurang lebih tiga bulan setelah rapat KNIP di Malang, atas permintaan para anggota
KNIP dari Sumatra, Bung Hatta berangkat ke Sumatra.
Bung Hatta berharap agar setelah meletakkan jabatan akan terbuka Kesempatan seluas-luasnya untuk bekerja,
menyumbangkan tenaga dan pikırannya dalam upaya mewujudkan gagasannya untuk kepentingan pembangunan bangsa.
Setelah meletakkan jabatan, Bung Hatta apa melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Kunjungan itu dimaksudkan untuk
melihat langsung perkembangan dan pembangunan yang telah dicapai rakyat di daerah Dan terutama sekali per jalanan itu
dimaksudkan untuk meneruskan misi pengembangan koperasi di daerah-daerah. Kunjungan ke daerah yang dilakukan Bung
Hatta setelah meletakkan jabatan, antara lain kunjungan ke daerah Maluku, Bali, dan Iran Jaya.
Bung Hatta pernah berkunjung ke India secara rahasia, dalam tahun 1947 dan berangkat dari Bukittinggi dengan
memakai nama samaran Abdullah. Itulah kunjungan ke luar negeri yang pertama kali dilakukan oleh Bung Hatta sebagai
Wakil Presiden RI. Pada waktu itu beliau diminta oleh Bung Karno, dengan perantaraan Tuan Biju Patnaik. untuk pergi ke
India dan berkontak dengan pemimpin-pemimpin India. Selain ke India dan Birma, Bung Hatta pernah mengadakan
kunjungan ke RRC, dalam tahun 1957. Kedatangan Bung Hatta ke negara ini untuk memenuhi undangan Perdana Menteri
Chou En-lai. Dalam kunjungan ini Bung Hatta mengajak serta Ibu Rahmi dan Meutia. Pada kesempatan lain, dalam bulan
Februari 1962. Bung Hatta pergi ke Wina, Austria, untuk memenuhi undangan menghadiri konferensi internasional
mengenai koperasi.
Dalam tahun 1960, Bung Hatta berkesempatan mengunjungi beberapa negara di Timur Tengah dan Mesir. Negara-
negara Timur Tengah yang kami singgahi antara lain adalah Yordania, Syria, dan juga ke Yerusalem dan Libanon. Dari
keseluruhan kunjungan Bung Hatta ke luar negeri, yang paling mengesankan bagi saya ialah pada waktu kami pergi ke
Mekah, untuk menunaikan ibadah haji.
Inilah sekadar catatan perjalanan Bung Hatta yang masih melekat dalam ingatan saya, yang dapat saya ceritakan. Dan
saat catatan terakhir perjalanan beliau ialah pada waktu mengantar beliau ke peristirahatannya yang terakhir di Tanah
Kusir. Bagi saya, yang lebih dari separo hidup saya membantu Bung Hatta sebagai sekretaris, perjalanan akhir beliau berarti
hilangnya sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan saya. Sekali lagi saya ingin mengatakan, saya telah kehilangan
seorang bapak, pemimpin, guru, sahabat, dan pembimbing yang selalu memberi teladan dalam hidup saya.

Anda mungkin juga menyukai