Oleh :
Adrinal Gustia Ardi ( 20-040 )
Ghazi Muhammad ( 20-049 )
Alvian Esa Aryani (20-073 )
Dosen Pengampu :
Ethika, S.E, M.Si.
Kelompok 7
Daftar isi
Contents
Kata Pengantar................................................................................................................................................................2
Daftar isi..........................................................................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan..........................................................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................................................3
Dasar Teori.................................................................................................................................................................. 4
Tujuan......................................................................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan.........................................................................................................................................................5
Kesadaran terhadap Kesenjangan Sosial.....................................................................................................................5
Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR)...................................................................................................................6
Audit Kinerja Tanggung Jawab Sosial..........................................................................................................................7
Pengkajian Akuntansi Lingkungan dan Sosial..............................................................................................................8
Tujuan Akuntansi Lingkungan......................................................................................................................................8
Fungsi Akuntansi Lingkungan......................................................................................................................................8
Faktor yang Mempengaruhi........................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................................................9
KESIMPULAN...............................................................................................................................................................9
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa:
“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15 huruf b
disebutkan bahwa: “Setiap penanam modal berkewajiban: (b) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”
Dalam penjelasan Pasal 15 huruf b tersebut dinyatakan bahwa “Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat”.
Kewajiban CSR bagi perusahaan yang dituangkan dalam dua undang-undang di atas menurur Mukti Fajar,
justru menimbulkan ketidakjelasan karena (1) adanya perbedaan definisi dan terminologi yang digunakan oleh
undang-undang. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15 huruf b disebut
bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban: (b) melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan.” Sementara
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas digunakan istilah “tanggung jawab sosial
dan lingkungan”, selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menggunakan
kata “tanggung jawab yang melekat” sementara dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menggunakan kata” komitmen perusahaan” dua istilah ini menurut Mukti Fajar tidak bisa diartikan sama.
Sementara jika dilihat dari tujuan kewajiban CSR bagi perusahaan pada dua UU itu, juga terdapat perbedaan, yakni
jika dalam UU tentang Perseroan terbatas kewajiban itu ditujukan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat,
sementara kewajiban CSR bagi perusahaan dalam UU tentang Penanaman Modal ditujukan untuk menciptakan
hubungan yang serasi.
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 50 ayat (2), Audit Kinerja adalah audit atas pengelolaan
keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek
ekonomis, efisiensi, dan audit aspek efektivitas, serta ketaatan pada peraturan.
Dasar Teori
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan (sumber: Wikipedia). CSR
berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor
keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan
lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan.merupakan dua permasalahan yang seringkali kurang diperhatikan oleh para pelaku bisnis karena
itu dalam artikel ini akan dibahas bagaimana hubungan etika bisnis dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Definisi yang tepat dari audit sosial bervariasi tergantung pada orang atau organisasi. Definisi umum yang berbeda
ini, bagaimanapun, adalah konsep dasar bahwa audit sosial adalah proses di mana sebuah organisasi / masyarakat
meningkatkan kinerja untuk aktifitas sosial kepada para stakeholder dan berupaya untuk meningkatkan kinerja sosial di
masa depan.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang utuh dan mendalam
tentang Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Audit Kinerja Sosial.
BAB II Pembahasan
Kesadaran terhadap Kesenjangan Sosial
Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai
bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut terus menjadi agenda perubahan besar
masyarakat dan memunculkan berbagai opini dalam sistem sosial kemasyarakatan, yang mengharapkan dan
memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable development).
Saat ini perkembangan dunia bisnis telah sampai pada tahapan global yang sangat terbuka dengan dinamika
perubahan yang ketat. Ketika perusahaan semakin berkembang, pada saat itu pula tingkat kesenjangan sosial dan
kerusakan lingkungan semakin tinggi yang disebabkan eksploitasi perusahaan secara tidak terkendali terhadap
berbagai sumber daya untuk meningkatkan laba yang dapat mengganggu keseimbangan kehidupan. Kondisi
keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan
perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Dengan perubahan masyarakat yang semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial sehingga
memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang
dikenal dengan tanggungjawab sosial perusahaan.
Audit pertanggungjawaban sosial diharapkan dapat dipergunakan untuk menilai dampak sosial dari kegiatan
perusahaan, mengukur efektifitas program perusahaan yang bersifat sosial dan melaporkan sampai seberapa jauh
perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya. Suatu informasi internal dan eksternal memungkinkan penilaian
menyeluruh terhadap sumber sumber daya dan dampaknya (baik sosial maupun ekonomi), oleh karena itu pada
prinsipnya audit pertanggungjawaban sosial timbul dalam upaya memenuhi ketentuan informasi bagi pihak – pihak
yang membutuhkan. Ide dasar audit sosial adalah keinginan untuk membuat bisnis semakin bertanggung jawab
kepada masyarakat dan untuk meyakinkan bahwa dampak penting dan tidak penting dari suatu bisnis dapat
dipahami. Beberapa literatur membuat definisi tentang audit pertanggungjawaban sosial seperti pada Tabel 5.
Dari beberapa definisi tentang audit sosial diatas sebenarnya audit pertanggungjawaban sosial didefinisikan
menjadi dua hal besar. Yang pertama audit pertanggungjawaban sosial disamakan dengan akuntansi pertanggung
jawaban sosial. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Gray et al. (1997) dan Day et al. (1995) bahwa audit
pertanggungjawaban sosial kadangkala disamakan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Sedangkan yang
kedua, audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai suatu proses pembuktian kewajaran atas akuntansi
pertanggungjawaban sosial. Dalam makalah ini audit pertanggungjawaban sosial diartikan sebagai pembuktian
kewajaran atas akuntansi pertanggungjawaban sosial.
Audit pertanggungjawaban sosial telah berkembang karena sudah merupakan suatu kebutuhan bagi
stakeholder. Audit pertanggungjawaban sosial telah dilakukan di berbagai negara contohnya adalah Kanada,
Australia, Amerika dan Inggris. Di Kanada, audit atas pertanggungjawaban sosial perusahaan telah dilakukan oleh
The Investment Committee of The United Church of Canada tahun 1974. Dari hasil audit ini ditemukan bahwa audit
pertanggungjawaban sosial bermanfaat untuk memberikan ukuran yang lebih akurat untuk kinerja non-eksekutif,
memprediksi kinerja sosial di masa mendatang, melakukan perbandingan antar perusahaan, intra perusahaan dan
inter industri.
Adapun fungsi internal dari Environmental Accounting adalah fungsi pihak internal perusahaan terhadap
pelaksanaan manajemen lingkungan hidup di sekitarnya. Tentu, pelaksanaan manajemen lingkungan hidup sangat
berkaitan erat dengan konsep dan prinsip akuntansi lingkungan. Akuntansi berbasis lingkungan berfungsi sebagai
patokan untuk mengukur biaya apa saja yang dibutuhkan perusahaan terkait lingkungan hidup.
2. Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal dari Environmental Accounting adalah fungsi yang ditujukan bagi pihak-pihak di luar perusahaan.
Biasanya bagi pihak eksternal perusahaan akan membutuhkan pelaporan keuangan sebagai tolak ukur keadaan
perusahaan secara keseluruhan. Karena, dari laporan keuangan perusahaan tercermin secara aktual keadaan
perusahaan yang sebenarnya berdasarkan angka-angka yang tertera pada laporan tersebut.
Konsep akuntansi sosial dan lingkungan merupakan sebuah proses pengukuran dan pencatatan akuntansi dimana
dalam proses tersebut memperhitungkan aspek sosial dan lingkungan dari perusahaan. Qureshi et al. (2012) dalam
tulisannya berpendapat bahwa proses akuntansi sosial dan lingkungan adalah proses mengukur dan
mengkomunikasikan informasi terkait kinerja dan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk
pengambilan keputusan ekonomi.
Konsep dalam social and environmental accounting adalah bagaimana mengintegrasikan isu-isu sosial dan
lingkungan kedalam bidang ekonomi dan bisnis. Aspek yang penting dalam konsep SEA adalah bagaimana
memasukkan biaya sosial dan biaya lingkungan ke dalam aspek akuntansi perusahaan.
Dalam konsep SEA terjadi perluasan tanggung jawab manajemen perusahaan dan ini sesuai dengan konsep teori
enterprise dimana manajemen perusahaan harus berupaya untuk memenuhi kepentingan semua stakeholders
perusahaan, khususnya stakeholders perusahaan yang sangat serius memperhatikan isu-isu sosial dan lingkungan.
Berdasarkan konsep ini, maka perbedaan antara akuntansi sosial dan lingkungan dengan akuntansi konvensional
adalah akuntansi sosial dan lingkungan memasukkan akuntabilitas ekonomi dan non ekonomi kepada semua
stakeholders perusahaan sedangkan akuntansi konvensional hanya memasukkan akuntabilitas ekonomi saja.
KESIMPULAN
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep manajemen perusahaan
yang mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka, serta interaksi dengan para
pemangku kepentingan.
Secara sederhana, CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah cara perusahaan untuk menyeimbangkan
antara kepentingan ekonomi (mencari keuntungan yang sebesar-besarnya) dengan kepentingan lingkungan dan
sosial. Sekaligus memenuhi harapan para pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang terkait.
Konsep CSR yang diterapkan dengan baik dan benar dapat membawa banyak keuntungan kompetitif. Keuntungan itu
antara lain peningkatan akses modal, peningkatan penjualan yang akhirnya meningkatkan keuntungan,
penghematan biaya operasional perusahaan, peningkatan produktivitas dan kualitas, peningkatan citra brand yang
positif, pengambilan keputusan yang baik dan proses manajemen risiko.
Akuntansi memiliki tujuan dalam prakteknya. Akuntansi diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.
Isu sosial dan lingkungan yang berkembang saat ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat akuntansi menjadi
lebih bermanfaat. Akuntansi tidak hanya dipergunakan untuk kepentingan tertentu saja tetapi akuntansi dapat juga
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan. Tujuan akhir dari praktek akuntansi adalah
menuju kesejahteraan sosial (social welfare).