TESIS
Oleh
Catharina Dwiana Wijayanti
1006748476
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya
quality circle oleh perawat clinical care manager terhadap kemampuan supervisi
klinik di rumah sakit PGI Cikini Jakarta”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Ilmu
Saya menyadari bahwa, saya mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu saya menyampaikan terima kasih khususnya kepada yang
terhormat:
(1) Dewi Irawaty, MA. PhD. selaku Dekan Fakultas Ilmu keperawatan
Universitas Indonesia.
(2) Astuti Yuni Nursasi, SKp, MN. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
(3) Hanny Handiyani, SKp. M.Kep. selaku pembimbing I yang dengan sabar,
(4) Kuntarti, M.Biomed. selaku pembimbing II yang dengan sabar, pengertian dan
Indonesia.
(8) Suami dan dua gadisku tercinta terima kasih atas cinta, dukungan, semangat,
kesempatan dan doa yang selalu menyertai selama proses studi dan
penyusunan tesis.
(9) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis
Penulis
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………. ii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………… iii
PERNYATAAN PENGESAHAN……………………………………….. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
ABSTRAK………………………………………………………………… viii
ABSTRAC………………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii
DAFTAR SKEMA……………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xv
1. PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar belakang……………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 8
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………. 8
2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 10
2.1 Supervsi Klinik…………………………………………………… 10
2.2 Quality Circle……………………………………………………. 21
2.3 Perawat Clinical Care Manager…………………………………. 28
4 METODE PENELITIAN……………………………………………. 41
4.1 Rancangan Penelitian…………………………………………….. 41
4.2 Populasi dan Sampel……………………………………………... 43
4.3 Tempat Penelitian………………………………………………… 46
4.4 Waktu Penelitian…………………………………………………. 47
4.4 Etika Penelitian………………………………………………….. 47
4.5 Alat Pengumpulan Data…………………………………………. 48
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas……………………………………. 50
4.7 Prosedur Pengumpulan Data……………………………………. 51
5 HASIL PENELITIAN……………………………………………… 58
5.1 Gambaran proses pelatihan quality circle………………………. 59
5.2 Analisis Univariat : Karakteristik responden……………………. 59
5.3 Analisis Bivariat…………………………………………………. 65
6 PEMBAHASAN……………………………………………………. 78
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil…………………………………… 78
6.2 Keterbatasan Penelitian………………………………………….. 94
6.3 Implikasi Hasil Penelitian……………………………………….. 95
Supervisor klinik sebagai individu yang berhubungan langsung dengan staf dalam
permberian pelayanan keperawatan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap staf. Pengetahuan dan pemahaman terhadap staf diperlukan supervisor
klinik sebagai upaya memotivasi dan memimpin staf dari hari ke hari untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang ditetapkan institusi maupun tujuan
individu staf. Supervisor klinik bekerja di antara manajemen dan staf yang secara
Pencapaian kepuasan kerja staf membuat produktivitas dan efektifitas kerja staf
meningkat. Hasil penelitian Tsui (2005) menunujukkan bahwa supervisi klinik
diidentifikasi menjadi faktor yang paling penting dalam mencapai kepuasan kerja
dan kualitas pelayanan kepada pasien. Perawat supervisor klinik sebagai
pelaksana supervisi klinik harus memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan
yang akan disupervisi, uraian tugas dan tanggung jawab, dan teknik pelaksanaan
supervisi. Supervisor klinik dalam pelaksanaan perannya membutuhkan
kemampuan kepemimpinan yang efektif dan keinginan yang kuat untuk
meningkatkan keterampilan manajerial, pemahaman terhadap orang lain,
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Hasil kuesioner pelaksanaan supervisi didapatkan data, 72% perawat kepala ruang
dan perawat CCM menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi tidak teratur. Hasil
wawancara dengan 11 perawat CCM RS PGI Cikini pada bulan November 2011
menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam pelaksanaan supervisi
klinik staf keperawatan yang memiliki pengalaman kerja bervariasi. Data sumber
daya manusia keperawatan dari bidang keperawatan RS PGI Cikini februari 2012
sebanyak 8,7% perawat memiliki pengalaman kerja 0-5 tahun, 16 % memiliki
pengalaman kerja 5-15 tahun, sedangkan 75% memiliki pengalaman kerja diatas
15 tahun. Sasaran pelaksanaan supervisi klinik oleh perawat CCM lebih
diutamakan pada monitoring pemberian asuhan keperawatan pada staf baru yang
Data tentang persepsi perawat ketua tim terhadap pelaksanaan supervisi klinik
oleh perawat CCM yang didapatkan saat praktik residensi menunjukkan hasil
seperti tersebut dibawah ini: (1) aspek kualitas hubungan, sebanyak 50% perawat
ketua tim menyatakan bahwa perawat CCM kurang memberikan pujian atas
keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan sebanyak 57,7 % perawat ketua tim
menyatakan perawat CCM kurang memberikan motivasi dalam melaksanakan
tugas. (2) Aspek alokasi waktu, sebanyak 53,8% perawat ketua tim menyatakan
perawat CCM melibatkan perawat primer dalam perencanaan kegiatan dan
sebanyak 38,5 % perawat ketua tim menyatakan perawat CCM terlibat dalam
pembagian tugas perawat asosiate bersama dengan perawat primer. (3) Aspek
pengembangan profesional, sebanyak 34,6% perawat ketua tim menyatakan
bahwa CCM tidak pernah melaksanakan presentasi isu-isu keperawatan terbaru
dan merancang pertemuan ilmiah kepada perawat primer. (4) Aspek peningkatan
keterampilan, sebanyak 50% perawat ketua tim menyatakan bahwa perawat CCM
selalu memberikan bimbingan kepada perawat primer (Wijayanti, 2011).
Penerapan quality circle merupakan salah satu cara penyelesaian masalah dalam
kelompok perawat CCM. Anggota kelompok akan berkontribusi dalam
memberikan saran dan solusi penyelesaian masalah untuk di terapkan dalam
mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan supervisi klinik. Keikutsertaan dalam
kelompok quality circle meningkatkan keterampilan perawat CCM untuk
menyelesaikan masalah pelayanan keperawatan dan kemampuan melakukan
supervisi klinik. Penelitian tentang penerapan quality circle dalam bidang
kesehatan didapatkan hasil bahwa quality circle secara signifikan mampu
menyelesaikan masalah dalam praktik keperawatan, meningkatkan produktivitas
dan motivasi staf, meningkatkan kualitas standar pelayanan pasien, membangun
kerjasama tim, serta mempertahankan standar pelayanan keperawatan. Akan tetapi
publikasi penelitian tentang penerapan quality circle oleh perawat supervisor
klinik memiliki pengaruh terhadap kemampuan supervisi klinik belum ditemukan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penerapan quality circle
oleh perawat clinical care manager terhadap kemampuan melakukan supervisi
klinik.
Pelaksanaan tugas dan pekerjaan staf dengan hasil yang baik merupakan salah
satu tujuan dalam pelaksanaan supervisi klinik. Bush (2005) menyatakan supervisi
klinik mencegah kegagalan sistem pelayanan kesehatan. Supervisi klinik menjadi
metode terbaik dalam mengarahkan pelayanan kesehatan optimal (Drisscoll, 2000
dalam Bush 2005). Pelaksanaan supervisi klinik yang optimal mencegah
Supervisor klinik dapat meningkatkan efektivitas saran dan koreksi hasil kerja staf
dengan cara yang edukatif dan suportif. Dukungan untuk perbaikan diperlukan
untuk meningkatkan rasa percaya diri staf dan mencegah resistensi terhadap
perubahan. Koreksi dan instruksi diberikan secara individual untuk menjaga
kepercayaan pasien dan mencegah staf merasa direndahkan (Gillies, 1994)
Kejelasan tentang uraian tugas dan tanggung jawab berguna untuk proses
rekruitmen, penempatan, transfer keputusan, menjadi arahan dan bahan evaluasi
personil. Kejelasan uraian tugas sangat penting untuk pendelegasian secara efektif
(Marriner & Tomey, 2009). Kurang jelasnya uraian tugas dan tanggung jawab
dapat menyebabkan kecemasan, sikap negatif, konflik, ketidakpuasan kerja,
b. Usia
Rentang usia yang berbeda menyebabkan tingkat kebutuhan dan jenis
motivasi yang diperlukan staf berbeda-beda. Erickson (1950) menggolongkan
usia menurut tingkat perkembangan psikososialnya yaitu: (1) Dewasa muda
(18-25 tahun) hal positif yang ditemukan pada tingkat usia ini adalah
kedekatan dengan orang lain, memiliki komitmen untuk bekerja dan menjalin
relasi dengan orang lain. Hal negatif pada tingkat usia ini adalah menghindari
komitmen terhadap karier, pekerjaan dan hubungan interpersonal. (2) Dewasa
(25-65 tahun) hal positif yang ditemukan pada tingkat usia ini adalah
memiliki kreativitas, produktivitas dan perhatian pada orang lain, namun hal
c. Lama kerja
Lama kerja merupakan proses bagi perawat untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, efektif, dan efisien. Lama kerja staf keperawatan
menentukan jenis supervisi yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat
kompetensi yang dimiliki dan kebutuhannya (Gillies, 1994).
2.2.3.2 Fasilitator
Fasilitator secara langsung bertanggungjawab untuk membimbing dan
mengkoordinasi aktivitas kelompok. Fasilitator memiliki pengetahuan manajerial,
teknik penyelesaian masalah, dan membawa spirit kepemimpinan dalam proses
pelaksanaan quality circle (Allender, 1992). Fasilitator menurut Rowland &
Rowland (1997) secara spesifik memiliki peran melatih kelompok teknik
pemecahan masalah, pengumpulan data, analisis statistik dan teknik penyajian
data serta presentasi manajemen dan berperan sebagai sumber pada proses kerja
kelompok. Fasilitator memiliki peran menjadi perantara antara kelompok quality
circle dengan pihak manajemen (Allender, 1992).
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Quality Circle
2.2.4.8 Implementasi
Implementasi pelaksanaan program berdasarkan pilihan solusi terbaik merupakan
media untuk menguji apakah pilihan solusi tersebut bekerja seperti yang
diharapkan. Pelaksanaan solusi secepatnya diperlukan untuk mencegah
menurunnya motivasi dalam menghadapi konsekuensi atas pilihan yang dipilih
(Marquis, 2012).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan Pelaksanaan supervisi klinik
supervisi klinik : (1) kejelasan
uraian tugas dan tanggung
jawab, (2) Koordinasi, (3)
Penggunaan waktu yang
efektif, (4) kurangnya edukasi
Hambatan
teknik supervisi, (5)
keterampilan interpersonal, (6)
Komunikasi, (7) individu
Supervisee
Perawat clinical care manager sebagai pelaksana supervisi pada model praktik
keperawatan profesional diharapkan memiliki kemampuan dan pengetahuan pada
aspek kejelasan uraian tugas dan tanggungjawab, pengetahuan teknik supervisi,
kemampuan penyelesaian masalah, pengetahuan pada area yang disupervisi dan
keterampilan klinik untuk mendukung pelaksanaan supervisi klinik dengan baik.
Pelaksanaan supervisi oleh perawat clinical care manager dalam melaksanakan
Variabel Independen
Pre-intervensi Post-intervensi
Kemampuan melakukan Kemampuan melakukan
supervisi klinik pada supervisi klinik pada
aspek aspek
1. Perkembangan 1. Perkembangan
profesionalisme profesionalisme
2. Peningkatan 2. Peningkatan
keterampilan klinik keterampilan klinik
3. Waktu untuk refleksi 3. Waktu untuk refleksi
4. Peningkatan kualitas 4. Peningkatan kualitas
hubungan antara hubungan antara
supervisor dengan supervisor dengan
supervisee
Perawat Pelaksana
• Usia
• Lama kerja
• Jenis kelamin
• Tingkat pendidikan
Variabel Perancu
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Perancu
Lama Kerja Lama seorang Kuesioner A Kategori lama Ordinal
perawat bekerja kerja berdasarkan
di institusi jenjang karir
rumah sakit perawat (Depkes
RI)
1. Novice (<2
tahun)
2. Advanced
beginner (3-5
tahun)
3. Competent (5-
9 tahun)
4. Proficient (>
9 tahun)
Pre-intervensi Post-intervensi
O1 X O2
O3 O4
Keterangan:
O1: Kemampuan melakukan supervisi klinik sebelum penerapan quality circle
di kelompok intervensi.
O2: Kemampuan melakukan supervisi klinik sesudah penerapan quality circle
di kelompok intervensi.
O3: Kemampuan melakukan supervisi klinik sebelum pada kelompok non-
intervensi tanpa penerapan quality circle.
O4: Kemampuan melakukan supervisi klinik sesudah pada kelompok non-
intervensi tanpa penerapan quality circle
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel pada penelitian ini ada dua macam yaitu:
perawat clinical care manager dan perawat pelaksana.
Keterangan:
n = Besar sampel
P1 = Proporsi efek standar (0,04)
P2 = Proporsi efek yang diteliti (0,02)
Zα = Tingkat kemaknaan uji (1,96)
Zβ = Kekuatan uji (0,84)
Keterangan:
n’ = Ukuran sampel setelah direvisi
n = Besar sampel yang dihitung
f = Perkiraan proporsi drop out (10%)
49
n’ = = 54
1 – 0,1
Sampel yang diambil dalam penelitian ini di pilih berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditetapkan sebagai subyek penelitian. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian pada populasi dan terjangkau yang akan
diteliti (Sastroasmoro, 2011).
Jumlah 189 54
4.5.1 Beneficence
Prinsip Beneficence menyatakan bahwa suatu tindakan yang diberikan merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan manfaat atau memberikan kebaikan (Marquis &
Huston, 2006). Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan
memberikan intervensi berupa penerapan quality circle oleh perawat clinical care
manager sebagai metode untuk menyelesaikan masalah pelaksanaan supervisi
klinik. Proses penerapan quality circle yaitu dengan memberikan pelatihan kepada
kelompok intervensi sesuai buku panduan pelaksanaan metode quality circle yang
telah dibuat oleh peneliti selama 2 hari yaitu pada tanggal 4-5 mei 2012 dan
proses pendampingan pelaksanaan quality circle selama 4 hari pada tanggal 7-10
mei 2012. Manfaat yang didapat oleh perawat clinical care manager adalah
peningkatan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan melakukan
supervisi klinik pada aspek pengembangan profesionalisme, peningkatan
keterampilan klinik, alokasi waktu untuk refleksi dan peningkatan kualitas
hubungan perawat pelaksana dengan perawat clinical care manager.
4.5.2 Autonomy
Prinsip autonomy merupakan kebebasan untuk memilih atau menerima tanggung
jawab atas pilihan yang diberikan (Marquis & Huston, 2006). Sebelum
pelaksanaan penelitian, perawat clinical care manager dan perawat pelaksana di
rumah sakit PGI Cikini sebagai kelompok intervensi dan PK St. Carolus sebagai
kelompok non-intervensi yang telah memenuhi kriteria inklusi diberikan
penjelasan secara lengkap meliputi tujuan penelitian, prosedur, serta manfaat
penelitian. Setelah diberikan penjelasan responden bebas menentukan pilihan
4.5.3 Justice
Prinsip justice merupakan suatu tindakan memperlakukan seseorang secara adil
dan sama (Marquis & Huston, 2006). Perawat clinical care manager dan perawat
pelaksana sebagai responden dijaga kerahasiaan informasi yang diberikan dengan
cara memberikan kode angka pada lembar kuesioner (lampiran 2) dan informasi
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Semua responden berhak
mendapatkan perlakuan yang adil baik sebelum, selama, dan sesudah
berpartisipasi dalam penelitian. Pada kelompok non-intervensi pelaksanaan
pelatihan quality circle diberikan setelah penelitian berakhir.
Aspek 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
10
pengembangan 32, 33, 34, 35 8, 33, 34
professional
Hasil analisis uji validitas kuesioner dengan membandingkan nilai r hasil tiap item
pernyataan apabila dibawah 0,30 tidak valid, maka dari 48 pernyataan terdapat 18
pernyataan yang tidak valid yang sebagian besar merupakan pernyataan negatif.
Setelah item pernyataan yang tidak valid di ubah menjadi pernyataan positif dan
diuji cobakan kembali kepada 30 orang perawat pelaksana di RS PGI Cikini yang
tidak menjadi responden, didapatkan hasil dari 48 pernyataan terdapat 6
pernyataan yang tidak valid dan item pernyataan yang tidak valid dihilangkan,
sehingga total pernyataan dalam kuesioner menjadi 42.
4.9.1.1 Editing
Tahap editing dilakukan dengan cara pengecekan tentang kelengkapan semua
pernyataan dan data demografi perawat pelaksana sudah terisi semua pada
kuesioner pre-intervensi dan post-intervensi pada kelompok intervensi dan
kelompok non-intervensi.
4.9.1.2 Coding
Tahap coding adalah pengkodean data responden perawat pelaksana pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan memberikan nomor urut pada
kolom yang tersedia di kuesioner yang terkumpul sebelum dilakukan intervensi
dan sesudah dilakukan intervensi untuk mempermudah pengolahan data.
4.9.1.4 Cleaning
Proses akhir pengolahan data adalah melakukan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam entry data. Hasil
pengecekan data tidak ditemukan data yang hilang. Selanjutnya melakukan
tabulasi data yaitu mengelompokkan data-data kedalam tabel menurut kategorinya
Peneliti mengambil data responden perawat clinical care manager dan perawat
pelaksana untuk kelompok intervensi dari Rumah Sakit PGI Cikini yang bekerja
di 9 ruang perawatan rawat inap. Pengambilan data responden dilakukan pada
perawat clinical care manager dan perawat pelaksana pada kelompok non-
intervensi dari Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (PK Sint. Carolus) yang bekerja
di 3 ruang perawatan rawat inap penyakit dalam dan 1 ruang perawatan anak.
Pengambilan data dimulai dari minggu pertama mei sampai dengan minggu
pertama juni 2012 pada kelompok intervensi dan minggu keempat mei sampai
dengan minggu kedua juni 2012 pada kelompok non-intervensi. Pelaksanaan
pelatihan quality circle, observasi pelaksanaan kegiatan quality circle, dan
distribusi kuesioner dilakukan langsung oleh peneliti.
Seluruh data yang terkumpul telah memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil uji
normalitas pada data numerik didapatkan data tidak normal, kemudian data di
tranformasi serta diuji normalitas tetapi karena data masih tidak normal maka data
dikategorikan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang
didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat.
Pelatihan quality circle dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 4-5 mei 2012
yang diikuti 9 perawat clinical care manager, kepala bidang dan wakil kepala
bidang bagian ketenagaan. Penilaian hasil kegiatan pelatihan quality circle
dilakukan dengan cara menyiapkan 10 item pertanyaan aktif, yang diajukan
sebelum dan sesudah pelatihan quality circle (pre-post test). Keberhasilan dinilai
dengan cara membandingkan respon peserta pelatihan sebelum dan sesudah
pelatihan. Sebanyak 75% peserta mampu menjawab lebih dari 5 pertanyaan
dengan benar. Setelah proses pelatihan quality circle terjadi peningkatan
pengetahuan sebanyak 100% peserta mampu menjawab seluruh pertanyaan
dengan benar. Tujuan pelaksanaan kegiatan pelatihan quality circle adalah untuk
meningkatkan keterampilan perawat clinical care manager dalam menyelesaikan
masalah dan penyegaran topik supervisi klinik sehingga dapat mendukung dalam
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Lama kerja
< 2 thn 8 15,4 2 3,8
3 – 5 thn 26 50 3 5,7
5 – 9 thn 5 9,6 2 3,8
>9 thn 13 25 46 86,8
Usia
18 – 25 24 46,2 5 9,4
25 – 65 tahun 28 53,8 48 90,6
Responden pada kelompok intervensi memiliki masa kerja paling banyak pada
rentang 3 – 5 tahun sebanyak 25 (50%), sedangkan pada kelompok non-intevensi
maemiliki masa kerja paling banyak pada rentang > 9 tahun sebanyak 46 (86,8%).
Usia responden pada kelompok intervensi dan non-intervensi paling banyak pada
rentang usia 25 – 65 tahun, masing-masing sebanyak 28 (53,8 %) dan 48 (90,6%)
Jenis Kelamin
Perempuan 9 100 5 100
Lama kerja
< 2 tahun 5 55,5 2 40
5 – 9 tahun 1 11,1 3 60
> 9 tahun 3 33,3 0 0
Usia
25 – 65 tahun 9 100 5 100
Kemampuan supervisi klinik pada aspek alokasi waktu untuk refleksi, responden
kelompok intervensi paling banyak menyatakan baik sejumlah 27 (51,9%),
sedangkan pada kelompok non-intervensi paling banyak menyatakan buruk
sejumlah 32 (60,4%).
Uji Kesetaraan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varian antara
kelompok intervensi dengan kelompok non-intervensi. Pada penelitian ini variabel
yang akan diuji kesetaraannya adalah varian karakteristik responden dan aspek
kemampuan melakukan supervisi klinik sebelum penerapan quality circle dengan
menggunakan uji Chi-square. Analisis homogenitas karakteristik responden dan
kemampuan supervisi klinik sebelum penerapan quality circle pada kedua
kelompok tampak dalam tabel 5.5.
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 1,9 2 1,9
Perempuan 50 47,6 51 48,6 1,000
Lama kerja
< 2 tahun 8 15,4 2 3,8
3 - 5 tahun 26 50 3 5,7
0,000*
5 – 9 tahun 5 9,6 2 3,8
>9 tahun 13 25 46 86,8
Usia
18 – 25 tahun 24 46,2 5 9,4
0,000*
25 – 65 tahun 28 53,8 48 90,6
Perkembangan
profesionalisme
Keterampilan klinik
Baik 23 21,9 28 26,7
0,378
Buruk 29 27,6 25 23,8
Kualitas hubungan
interpersonal
Baik 25 23,8 27 25,7
0,769
Buruk 27 25,7 26 24,8
Post intervensi
Total
Variabel Buruk Baik P
n % n % n %
Perkembangan
profesionalisme
Pre-intervensi Baik 4 7,7 22 42,3 26 50
buruk 3 5,8 23 44,2 26 50 0,000*
Keterampilan klinik
Pre-intervensi Baik 13 25 16 30,8 29 55,8
0,004*
buruk 3 5,8 20 38,5 23 44,2
Alokasi waktu
Pre-intervensi Baik 6 11,5 19 36,5 25 48,1 0,007*
buruk 5 9,6 22 42,3 27 51,9
Hubungan
interpersonal
Pre-intervensi Baik 10 19,2 17 32,7 27 51,9
0,017*
buruk 5 9,6 20 38,5 25 48,1
Kemampuan supervisi klinik pada aspek alokasi waktu untuk refleksi didapatkan
data paling banyak responden menyatakan sebelum intervensi buruk dan sesudah
intervensi baik sebanyak 22 orang (42,3%). Hal ini berarti ada perubahan
pelaksanaan supervisi klinik dalam aspek alokasi waktu untuk refleksi setelah
penerapan quality circle. Hasil statistik lebih lanjut didapatkan ada perbedaan
yang signifikan sebelum intervensi dengan sesudah intervensi quality circle oleh
perawat clinical care manager pada` aspek alokasi waktu untuk refleksi (p=0,007,
α=0,05).
Tabel 5.7 Hasil Analisis Perbedaan Kemampuan Supervisi Klinik pada Kelompok
Non-intervensi di PK Sint Carolus Mei-Juni 2012 (n=53)
Post intervensi
Total
Variabel Buruk baik P
n % n % N %
Perkembangan
profesionalisme
Pre-intervensi baik 10 18,9 16 30,2 26 49,1
buruk 6 11,3 21 39,6 27 50,9 0,052
Keterampilan klinik
Pre-intervensi baik 5 9,4 21 39,6 26 49,1
0,000*
buruk 2 3,8 25 47,2 27 50,9
Alokasi waktu
Pre-intervensi baik 18 34 15 28,3 33 62,3 1,000
buruk 15 28,3 5 37,7 20 37,7
Hubungan
interpersonal
Pre-intervensi baik 18 34 9 17 27 50,9
0,230
buruk 16 30,2 10 18,9 26 49,1
Kemampuan supervisi klinik pada aspek alokasi waktu untuk refleksi didapatkan
data paling banyak responden menyatakan sebelum baik dan sesudah buruk tanpa
pelaksanaan intervensi sebanyak 18 orang (34%). Hal ini berarti perlu adanya
evaluasi kemampuan supervisi klinik pada aspek alokasi waktu untuk refleksi.
Hasil statistik lebih lanjut didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
sebelum dengan setelah tanpa pelaksanaan intervensi quality circle oleh perawat
clinical care manager pada aspek alokasi waktu untuk refleksi (p=1,000, α=
0,05).
Kelompok Kelompok
Kemampuan supervisi Intervensi Non- P
klinik intervensi
n % n %
Perkembangan Baik 45 84,9 37 71,2
0,038*
Profesionalisme Buruk 7 13,2 16 30,8
Jumlah 53 50,5 52 49,5
Tabel 5.9 Hasil analisis perbedaan proporsi sebelum dan setelah penerapan quality
circle pada kelompok intervensi dan non-intervensi di RS PGI Cikini dan PK
Sint. Carolus Mei – Juni 2012 (n=105).
Kelompok
Kelompok
Non-
intervensi
Variabel intervensi p
Pre Post ∆ Pre Post ∆
% % % % % %
Perkembangan
profesionalisme
Baik 24,8 84,9 60,1 26,7 71,2 44,5 0,001*
Buruk 24,8 13,2 -11,6 23,8 30,8 -7
Keterampilan
klinik
Baik 21,9 67,9 46 26,7 88,5 61,8 0.014*
Buruk 27,6 30,1 -2,5 23,8 13,5 -10,3
Alokasi waktu
refleksi
Baik 25,7 77,3 51,6 20 38,5 18,5 0,030*
Buruk 23,8 20,7 -3,1 30,5 63,5 -39
Hubungan
interpersonal
Baik 23,8 69,8 46 25,7 38,5 12,8 0,002*
Buruk 25,7 28,2 -2,5 24,8 63,5 -38,7
Kemampuan supervisi klinik perawat clinical care manager pada seluruh variabel
aspek didapatkan data pada kelompok intervensi terjadi peningkatan proporsi
Variabel p R n
Usia
Pengembangan 0,239 0,000
profesionalisme
Keterampilan klinik 0,156 0,000 105
Alokasi waktu refleksi 0,007* 0,182
Hubungan interpersonal 0,255 0,830
Pendidikan
Pengembangan 0,630 0,000
profesionalisme
105
Keterampilan klinik 0,630 0,000
Alokasi waktu refleksi 0,036* 0,114
Hubungan interpersonal 0,078 0,188
Lama kerja
Pengembangan 0,516 0,000
profesionalisme 105
Keterampilan klinik 0,041* 0,000
Alokasi waktu refleksi 0,004* 0,182
Hubungan interpersonal 0,061 0,188
Jenis Kelamin
Pengembangan 1,000 0,000
profesionalisme
105
Keterampilan klinik 0,208 0,000
Alokasi waktu refleksi 0,138 0,000
Hubungan interpersonal 1,000 0,000
Hasil analisis hubungan antara usia responden dengan aspek alokasi waktu
untuk refleksi setelah penerapan quality circle di kedua kelompok didapatkan
ada hubungan yang signifikan antara usia responden dengan alokasi waktu
6.1.2.1 Usia
Rentang usia staf keperawatan menjadi dasar bagi supervisor klinik untuk
melaksanakan supervisi klinik dengan menggunakan pendekatan berdasarkan
teori kebutuhan Maslow. Rentang usia yang berbeda menyebabkan tingkat
kebutuhan dan jenis motivasi yang diperlukan staf berbeda-beda. Implikasi
penting dari teori kebutuhan Maslow yang dapat diterapkan oleh supervisor klinik
untuk memotivasi staf antara lain: jenis supervisi yang diterapkan, desain
pekerjaan, kegiatan institusi dan dukungan.
Hubungan antara usia responden dengan kemampuan supervisi klinik pada aspek
alokasi waktu untuk refleksi (tabel 5.10), lebih disebabkan hal positif yang
dimiliki responden pada kategori usia dewasa pada perkembangan psikososial
yang meliputi kreativitas, produktivitas dan perhatian terhadap orang lain yang
menjadi kebutuhan staf dan dasar pelaksanaan supervisi klinik. Selain hal negatif
yang bisa muncul pada rentang usia tersebut adalah mengandalkan pada
kemampuan diri sendiri, kurangnya perhatian dan komitmen. Supervisor klinik
berperan mengenali tingkat kebutuhan staf keperawatan sehingga dapat
menentukan motivasi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas staf.
Kemampuan supervisi klinik pada aspek alokasi waktu untuk refleksi, menjadi
sarana bagi supervisor klinik dan staf keperawatan untuk meluangkan waktu dan
memberikan kesempatan dalam konteks hubungan profesional dengan praktisi
yang lebih berpengalaman. Kesempatan tersebut diperlukan untuk merefleksikan
pelaksanaan praktik sebelumnya, mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh
staf di rentang usia tersebut sebagai faktor positif yang harus selalu dimotivasi.
Mengidentifikasi tantangan dan pola yang tidak efektif sebagai upaya untuk
perbaikan dan meningkatkan serta membangun lingkup praktik yang lebih baik di
masa datang. Alokasi waktu untuk refleksi menurut Bindseil, etc (2008)
diperlukan untuk memberikan penilaian diri terhadap aspek kognitif, afektif dan
sikap, sehingga dapat diketahui area kekuatan, tantangan dan pola yang tidak
efektif untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan supervisi dan motivasi yang
diperlukan oleh staf keperawatan.
Hubungan antara lama kerja dengan kemampuan supervisi klinik pada aspek
peningkatan keterampilan klinik dan alokasi waktu untuk refleksi, lebih
disebabkan oleh alokasi waktu untuk refleksi menjadi upaya bagi supervisor
klinik maupun supervisee untuk mengidentifikasi kebutuhan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, yang akan bermanfaat dalam peningkatan
efektivitas dan efisiensi kerja. Supervisor klinik memerlukan pemahaman dan
keterampilan untuk mengenali kebutuhan staf dan tingkat perkembangannya.
Blanchard & Hersey (1968) mengklasifikasikan kompetensi dan komitmen staf
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan aspek kemampuan supervisi klinik.
6.1.3 Pengaruh Penerapan Quality Circle oleh Perawat Clinical Care Manager
terhadap Kemampuan Supervisi Klinik.
Peran supervisor klinik sebagai coach diterapkan bagi staf keperawatan apabila
bimbingan secara individu diperlukan untuk mengembangkan profesionalisme.
Alternatif pelaksanaan yang diterapkan antara lain bekerja bersama dan memberi
bantuan secara langsung kepada staf, dengan bantuan tersebut staf keperawatan
akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
selanjutnya dengan hasil yang baik. Teknik coaching di buat secara terjadwal
sesuai dengan kebutuhan staf. Teknik coaching efektif untuk mendukung dan
Tujuan alokasi waktu untuk refleksi adalah memfasilitasi staf keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan sehingga dapat beradaptasi dengan perubahan di
lingkup keperawatan maupun kesehatan. Proses refleksi diperlukan dalam
pelaksanaan supervisi klinik sebagai upaya untuk mengidentifikasi pengembangan
profesional yang dibutuhkan oleh staf perawat (Brunero & Parbury, 2004)
Pelaksanaan quality circle merupakan proses partisipasi dari staf pekerja untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah serta meningkatkan
kualitas dan produktivitas di area kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ionidis, et al (2008) tentang pelaksanaan quality circle pada dokter
dalam manajemen pasien osteoporosis dalam hal faktor resiko dan pelaksanaan
pemeriksaan test bone mineral sesuai dengan panduan. Hasil yang didapatkan
setelah pelaksanaan quality circle selama 1 tahun yaitu munculnya kesadaran
dokter untuk mengkaji lebih mendalam adanya faktor resiko pada pasien
osteoporosis yang ditangani.
6.2.3 Sampel
Ketidaksetaraan sampel pada responden perawat clinical care manager dalam hal
tingkat pendidikan dan usia, disebabkan oleh kebijakan dari rumah sakit pada
kelompok non-intervensi bahwa posisi perawat supervisor klinik harus
berpendidikan minimal S1 keperawatan. Pertimbangan dari kebijakan tersebut
adalah kemampuan perawat ners akan lebih banyak memikirkan peningkatan
mutu asuhan keperawatan dengan melakukan penelitian-penelitian sehingga
tercipta praktik keperawatan berdasarkan evidenced based. Pelaksanaan praktik
asuhan keperawatan yang berdasarkan evidenced based merupakan praktik yang
terbaik untuk pembuatan keputusan mengenai pelayanan pasien dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Miller & Stoeckel, 2011).
Penerapan quality circle dalam penelitian ini merujuk pada teori perubahan
menurut (Lewin, 1951 dalam Marquis, 2010), bahwa perubahan dapat
berlangsung secara efektif apabila ada keinginan untuk berubah, tingginya
motivasi, dan dukungan lingkungan terhadap perubahan yang terjadi. Penerapan
quality circle oleh perawat clinical care manager dalam penelitian ini belum
dapat dikaji lebih jauh terhadap perubahan sikap yang menetap.
Penelitian ini telah mengeksplorasi penerapan quality circle sebagai suatu metode
penyelesaian masalah dengan melibatkan partisipasi dari perawat supervisor
klinik yang memiliki uraian tugas melaksanankan supervisi klinik di ruang
perawatan dibawah garis komando dari kepala ruang. Efektifitas pelaksanaan
supervisi dilihat dari aspek pengembangan profesionalisme, peningkatan
keterampilan, alokasi waktu untuk refleksi, dan kualitas hubungan interpersonal
supervisor-supervisee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan quality
circle berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan supervisi
klinik terhadap semua variabel aspek berdasarkan persepsi perawat pelaksana.
Pelaksanaan supervisi yang optimal akan bermanfaat dalam peningkatan
efektivitas dan efisiensi kerja. Peningkatan efektivitas dan efisisensi kerja
menjamin pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan optimal sehingga
menghindari kesalahan karena dilaksanakan dengan benar dan tepat sesuai dengan
standar pelayanan dan tujuan yang ditetapkan. Namun hasil analisis univariat
kemampuan supervisi klinik perawat clinical care manager berdasarkan persepsi
responden perawat pelaksana masih ada yang menyatakan buruk pada aspek
perkembangan profesionalisme sebanyak 50% , aspek keterampilan klinik
sebanyak 55,8%, aspek alokasi waktu untuk refleksi sebanyak 48,1%, aspek
kualitas hubungan supervisor-supervisee sebanyak 51,9%. Pelaksanaan supervisi
yang tidak adekuat menyebabkan aktivitas yang dilaksanakan staf keperawatan
tidak sesuai standar dan membahayakan pasien. Pelaksanaan supervisi secara
umum merupakan aktivitas mengawasi, memonitor, mengevaluasi, dan mentoring
dalam upaya meningkatkan keterampilan, mengembangkan potensi, dan
pengetahuan staf untuk meningkatkan pelayanana keperawatan yang optimal.
7.1 Kesimpulan
Jenis kelamin responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan seluruh
variabel aspek kemampuan melakukan supervisi klinik. Sedangkan usia dan
tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek alokasi
waktu untuk refleksi. Lama kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan dua
variabel aspek kemampuan supervisi klinik yaitu peningkatan keterampilan dan
alokasi waktu untuk refleksi.
7.2 Saran
Penerapan quality circle menjadi sarana bagi perawat supervisor klinik untuk
meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
terhadap masalah yang terjadi dalam pemberian pelayanan keperawatan pada
situasi rutin atau sistematik. Keberlangsungan dan keberhasilan pelaksanaan
quality circle oleh perawat clinical care manager sebagai supervisor klinik
memerlukan dukungan dari institusi pelayanan keperawatan untuk
Butterworth T., et al. (2008) Wicked spell or magic bullet? A review of clinical
supervision literature 2001-2007. Nurse Education Today 28(3): 264-272.
Douglas, M. L. (1992). The effective nurse leader and manager 4th edition.
St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book,Inc.
Edwards, D., et al. (2006). Clinical supervision and burnout: the influence of
clinical supervision for community mental health nurses. Journal of
Clinical Nursing, 15(8), 1007-1015.
Gillig, P. M., & Barr, A. (1999). A model for multidisciplinary peer review and
supervision of behavioral health clinicians. Community Mental Health
Journal, 35(4), 361-365.
Hyrkas, K., Kaijaa, A., & Haataja, R. (2006). Efficacy of clinical supervision:
influence on job satisfaction, burnout and quality of care. Journal of
Advanced Nursing 55(4), 521–535
Koivu, A., Hyrkas, K., & Saarinen, P. I. (2011). Who attends clinical
supervision? The uptake of clinical supervision by hospital nurses.
Journal of Nursing Management, 19(1), 69-79. doi: 10.1111/j.1365-
2834.2010.01185.x
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S. J. (2004). Fundamental of nursing
concepts, process, and practice 7th edition. New Jersey: Pearson
Education.
Li-Chuan Lee, Ke-Ping Yang, & Tai-Ying Chen (2000). A quasi experimental
study on quality circle program in Taiwanesse Hospital. International
journal for quality in health care. 12(5): 413-418
Mainiera, A.L., (1986). Coping with powerlessness the relationship of sex and
job dependency to empowerment strategy usage. Diakses dari
http://www.digitalcommons.fairfield.edu.
Munson, ce. (2002). Handbook of Clinical Social Work Supervision, 3rd edition,
New. York, The Haworth Social Work Practice Press.
Prasetyo, B., & Jannah, M. L. (2005). Metode penelitian kuantitatif teori dan
aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Rowe, A. K., de Savigny, D., Lanata, C. F., & Victora, C. G. (2005). How can we
achieve and maintain high-quality performance of health workers in low-
resource settings? The Lancet, 366(9490), 1026-1035.
Sabri, L & Hastono, S. P. (1999). Modul biostatistik & statistic kesehatan. Depok:
Program Pascasarjana, Program studi IKM, Universitas Indonesia.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S., (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis
edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.
Turner, B. J., & Hill, L. A. (2011). Implementing clinical supervision (part 1): a
review of the literature. Mental Health Nursing 31(3): 8-12.
Winstanley, J., & White, E. (2011). The MCSS-26: Revision of the Manchester
Clinical Supervision Scale; Using the rasch measurement model.
Journal of Nursing Measurement, 19(3), 160-178.
Wijayanti, D. C. (2011). Laporan residensi praktik kepemimpinan dan
manajemen keperawatan. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Indonesia.
Wywialowski, E. (1993). Managing client care. St. Louis, Missouri. 63146:
Mosby-Year Book,Inc.
Jakarta, 2012
(………………………………..)
Responden Penelitian
……………………........
Kuesioner Penelitian
Judul Penelitian
Petunjuk Pengisian:
1. Umur : ...............................
2. Pendidikan : SPK/PKC
D III Keperawatan
S1 Keperawatan
3. Lama Kerja : ...............................
4. Jenis kelamin : Laki-laki
Perempuan
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi klinik oleh perawat
clinical care manager (supervisor klinik). Oleh karena itu sesuai dengan hati dan
pemahaman anda secara jujur berilah tanda cek list √ pada kolam jawaban yang anda
pilih berdasarkan alternatif berikut ini:
1. Tidak pernah (TP), jika tindakan dalam pernyataan tersebut sama sekali tidak
pernah dilaksanakan sesuai dengan pemahaman anda atau pendapat anda
2. Jarang (J), jika tindakan dalam pernyataan tersebut jarang (30-50%)
dilaksanakan sesuai dengan pemahaman anda atau pendapat anda
3. Sering (S), jika tindakan dalam pernyataan tersebut sering (50-80%)
dilaksanakan sesuai dengan pemahaman anda atau pendapat anda.
4. Sangat Sering (SS), jika tindakan dalam pernyataan tersebut sangat sering (80-
100%) dilaksanakan sesuai dengan pemahaman anda atau pendapat anda.
TP J S SS
NO PERNYATAAN
1 2 3 4
1 Supervisor melaksanakan supervisi klinik secara
terjadwal untuk membantu meningkatkan
pengetahuan klinik saya
2 Supervisor membantu saya mempelajari keterampilan
keperawatan yang baru
3 Supervisor memfasilitasi saya untuk melakukan
tindakan keperawatan yang baru dengan baik.
4 Pelaksanaan supervisi klinik menyebabkan tekanan
dalam pekerjaan saya
5 Supervisor tidak memberikan saya kesempatan untuk
bekerja mandiri
6 Supervisor memberi saya kesempatan untuk
memutuskan tindakan keperawatan yang tepat untuk
pasien
1. TUJUAN
• Meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah.
• Meningkatkan kemampuan melakukan supervisi klinik
• Meningkatkan produktivitas dan kreativitas kerja perawat supervisor
klinik dalam penyelesaian masalah saat melakukan supervisi klinik.
• Meningkatkan pelaksanaan supervisi klinik oleh supervisor klinik
untuk mendukung pelayanan keperawatan sesuai standar.
• Meningkatkan motivasi, pertumbuhan secara personal dan profesional
perawat supervisor klinik.
2. TAHAP PERSIAPAN
• Peneliti bersama dengan bidang keperawatan membentuk struktur
organisasi quality circle dan menentukan individu yang akan berperan
sebagai fasilitator, pemimpin kelompok, dan anggota kelompok.
• Peneliti memberikan pelatihan penerapan pelaksanaan quality circle
dengan menggunakan modul yang telah disusun selama 2 hari.
• Setelah pelatihan perawat supervisor klinik membentuk kelompok
yang terdiri dari 4-11 orang anggota.
• Perawat supervisor klinik menentukan waktu dan tempat pertemuan
akan dilaksanakan untuk melakukan quality circle
3. PROSEDUR PELAKSANAAN
Kelompok perawat supervisor klinik yang beranggotakan 4-6 orang
dipimpin oleh ketua kelompok dan dibantu fasilitator berkumpul sesuai
waktu yang disepakati dan melakukan tahapan penyelesaian masalah
sebagai berikut:
• Identifikasi Masalah
• Seleksi Masalah
Perawat supervisor klinik memilih masalah yang akan diselesaikan
dengan membuat prioritas penyelesaian masalah. Masalah di pilih
berdasarkan prioritas yang menyebabkan hambatan saat pelaksanaan
supervisi klinik pada upaya untuk meningkatkan kemampuan perawat
pelaksana yang meliputi aspek pengembangan profesional,
peningkatan keterampilan, alokasi waktu untuk refleksi dan kualitas
hubungan supervisor-supervisee.
• Analisis Masalah
Perawat supervisor melakukan analisis masalah dengan cara brain
storming atau membuat diagram cause and effect analisis untuk
mengklasifikasi dan menganalisis masalah mendasar yang terjadi saat
melakukan supervisi klinik untuk meningkatkan aspek pengembangan
profesional, peningkatan keterampilan, alokasi waktu untuk refleksi
dan kualitas hubungan supervisor-supervisee.
• Implementasi
Perawat supervisor klinik mengimplementasi pelaksanaan program
berdasarkan pilihan solusi terbaik yang telah disetujui oleh manajemen
(bidang keperawatan) untuk menguji apakah pilihan solusi tersebut
bekerja seperti yang diharapkan. Pelaksanaan solusi secepatnya
diperlukan untuk mencegah menurunnya motivasi dalam menghadapi
konsekuensi atas pilihan yang dipilih.
SKOR
NO Kegiatan quality circle
0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kelompok mengidentifikasi
masalah pelaksanaan supervisi
klinik di area kerjanya yang
akan diselesaikan untuk
meningkatkan efektivitas
pelaksanaan supervisi klinik
pada ke-4 aspek.
2 Kelompok memilih masalah
yang akan diselesaikan dengan
membuat prioritas
penyelesaian masalah.
3 Kelompok melakukan analisis
masalah dengan cara brain
storming atau membuat
diagram cause and effect
analisis untuk mengklasifikasi
dan menganalisis masalah
mendasar pelaksanaan
supervisi klinik
4 Kelompok membuat solusi
yang memungkinkan untuk
diterapkan untuk
meningkatkan efektifitas
supervisi klinik
5 Kelompok memilih solusi
terbaik untuk meningkatkan
aspek pengembangan
profesionalisme, peningkatan
keterampilan, alokasi waktu
untuk refleksi dan kualitas
hubungan supervisor-
supervisee, berdasarkan solusi
yang mudah untuk
dilaksanakan.
6 Kelompok menyiapkan
rencana program pelaksanaan
dari solusi yang dipilih.
7 Kelompok mempresentasikan
KETERANGAN
• Nilai 0 – 1 : tanpa ada kemajuan pelaksanaan quality circle
• Nilai 2 – 3 : kemajuan pelaksanaan quality circle 25%
• Nilai 4 – 5 : kemajuan pelaksanaan quality circle 50%
• Nilai 6 - 7 : kemajuan pelaksanaan quality circle 75%
• Nilai 7 – 8 : kemajuan pelaksanaan quality circle 100%
Pembukaan
Membangun komitmen
belajar: Penjelasan tujuan
dan manfaat pelatihan
Pre-test
Post-test
Penutupan
Sesi I
No Tujuan Wakt Kegiatan Pelatihan
u Fasilitator Peserta
1 Penjelasan 15 • Mengucapkan salam • Menjawab
tujuan pelatihan menit • Menjelaskan tujuan salam
quality circle pelatihan
• Pre-test • Mendengarkan
dan mencatat
• Mengerjakan
soal pre-test
2 • Memahami 90 • Menjelaskan • Mendengarkan
konsep menit prosedur yang akan dan mencatat
quality dilaksanakan untuk
circle, yang memahami materi
meliputi: quality circle dari
Pengertian, buku pedoman
tujuan, kepada peserta
karakteristik dengan
keberhasilan menggunakan
, dan metode diskusi.
tahapan • Membagi buku • Menerima buku
pelaksanaan pedoman panduan dan
pelaksanaan quality membaca
circle kepada peserta
• Membagi peserta
dalam 5 kelompok • Membagi diri
beranggotakan 2-3 dalam
orang. Setiap kelompok
kelompok
membahas:
Kelompok 1 :
membahas topik
pengertian dan
tujuan quality
circle
Kelompok 2:
membahas topik
karakteristik
keberhasilan dan
struktur
organisasi
quality circle
Kelompok 3:
membahas topik
• Mendengarkan
dan
menyamakan
persepsi
• Menjawab
salam
Sesi II
N Tujuan Wakt Kegiatan Pelatihan
o u Fasilitator Peserta
1 Pembukaan dan 10 • Mengucapkan salam • Menjawab
memberikan menit • Menjelaskan tujuan salam
penjelasan pelatihan hari ini
prosedur • Mendengarka
pelaksanaan n dan
quality circle memperhatik
OLEH
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya
perawat clinical care manager. Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam
circle ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya dengan terbuka
Penulis
HALAMAN JUDUL………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. iv
BAB 2 MATERI……………………………………………………. 5
2.1 Konsep Quality Circle…………………………………………. 5
2.2 Konsep Supervisi Klinik………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 28
1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar belakang
Metode Quality circle merupakan suatu metode penyelesaian masalah mutu di
dalam kelompok. Anggota kelompok bekerja dalam area yang sama dan tidak
dalam keterpaksaan bertemu secara berkala serta memiliki tujuan
mengidentifikasi, mengkaji, dan memecahkan masalah di area kerja (Rowland &
Rowland, 1997). Anggota kelompok quality circle akan berkontribusi dalam
penyelesaian masalah dan secara tidak langsung hal ini akan meningkatkan
kemampuan individu untuk menguasai tahapan penyelesaian masalah dan
peningkatan kualitas kerja. Komponen dasar dari program quality circle yaitu:
melatih metode penyelesaian masalah, proses peserta dalam kelompok,
pengumpulan data, dan analisis data (Rowland & Rowland, 1997).
Pedoman pelaksanaan quality circle ini disusun untuk menjadi salah satu acuan
dalam penyelesaian masalah dalam kelompok di area kerja. Keterlibatan anggota
dalam kelompok diharapkan akan meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja
dalam pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu.
1.2 Kompetensi
Melalui pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mempunyai kompetensi dalam:
a. Memahami konsep penyelesaian masalah pelaksanaan supervisi klinik dengan
metode quality circle.
b. Melaksanakan tahapan penyelesaian masalah dalam quality circle
c. Membuat rencana tindak lanjut hasil solusi penyelesaian masalah pelaksanaan
masalah supervisi klinik.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah pelatihan diharapkan perawat clinical care manager mampu
melaksanakan metode quality circle pelaksanaan supervisi klinik sesuai prosedur
yang ditetapkan.
1.1.4.2 Fasilitator
Fasilitator secara langsung bertanggungjawab untuk membimbing dan
meengkoordinasi aktivitas kelompok. Fasilitator dipilih berdasarkan kriteria
antara lain memiliki pengetahuan manajerial, teknik penyelesaian masalah, dan
membawa spirit kepemimpinan dalam proses pelaksanaan quality circle
(Allender, 1992). Peran fasilitator menurut Rowland & Rowland (1997) yaitu:
• Melatih kelompok teknik pemecahan masalah, pengumpulan data, analisis
statistik dan teknik penyajian data serta presentasi kepada manajemen
• Menjadi narasumber pada proses kerja kelompok quality circle.
• Menjadi perantara antara kelompok quality circle dengan pihak
manajemen.
Gambar 2.2
Struktur organisasi quality circle
Penyebab Penyebab
Efek
Penyebab Penyebab
2.1.5.7 Implementasi
Perawat supervisor klinik mengimplementasi pelaksanaan program berdasarkan
pilihan solusi terbaik yang telah disetujui oleh manajemen (bidang keperawatan)
untuk menguji apakah pilihan solusi tersebut bekerja seperti yang diharapkan.
Pelaksanaan solusi secepatnya diperlukan untuk mencegah menurunnya motivasi
dalam menghadapi konsekuensi atas pilihan yang dipilih.
Supervisor klinik dapat meningkatkan efektivitas saran dan koreksi hasil kerja staf
dengan cara yang edukatif dan suportif. Dukungan untuk perbaikan diperlukan
untuk meningkatkan rasa percaya diri staf dan mencegah resistensi terhadap
perubahan. Koreksi dan instruksi diberikan secara individual untuk menjaga
kepercayaan pasien dan mencegah staf merasa direndahkan (Gillies, 1994)
Kejelasan tentang uraian tugas dan tanggung jawab berguna untuk proses
rekruitmen, penempatan, transfer keputusan, menjadi arahan dan bahan evaluasi
personil. Kejelasan uraian tugas sangat penting untuk pendelegasian secara efektif
(Marriner & Tomey, 2009). Kurang jelasnya uraian tugas dan tanggung jawab
dapat menyebabkan kecemasan, sikap negatif, konflik, ketidakpuasan kerja,
penurunan produktivitas kerja, frustasi dan tumpang tindih pekerjaan (Marriner &
Tomey, 2009).
1. Nilai
2. Pengalaman
Pengalaman masa lalu termasuk pendidikan dan pengalaman pengambilan
keputusan mempengaruhi supervisor dalam pelaksanaan supervisi klinik.
Kedewasaan dan pengalaman yang luas dari supervisor klinik mempengaruhi
banyaknya alternatif yang dapat diidentifikasi dalam menyelesaiakan masalah dan
pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan supervisi klinik yang dijalankan
(Marquis, 2009).
3. Cara berpikir
Cara individu mengevaluasi informasi dan alternatif dalam pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan masalah dipengaruhi oleh keterampilan berpikir.
Individu berpikir secara berbeda-beda, secara sistematik, analitik ataupun intuitif
yang dipengaruhi bagian hemisphere otak yang lebih dominan. Cara berpikir
individu tersebut akan mempengaruhi cara mengatasi masalah dan mengambil
keputusan (Marquis, 2009)
SKOR
NO Kegiatan quality circle
0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kelompok mengidentifikasi
masalah pelaksanaan supervisi
klinik di area kerjanya yang
akan diselesaikan untuk
meningkatkan efektivitas
pelaksanaan supervisi klinik
pada ke-4 aspek.
2 Kelompok memilih masalah
yang akan diselesaikan dengan
membuat prioritas
penyelesaian masalah.
3 Kelompok melakukan analisis
masalah dengan cara brain
storming atau membuat
diagram cause and effect
analisis untuk mengklasifikasi
dan menganalisis masalah
mendasar pelaksanaan
supervisi klinik
4 Kelompok membuat solusi
yang memungkinkan untuk
diterapkan untuk
meningkatkan efektifitas
supervisi klinik
5 Kelompok memilih solusi
terbaik untuk meningkatkan
aspek pengembangan
profesionalisme, peningkatan
keterampilan, alokasi waktu
untuk refleksi dan kualitas
hubungan supervisor-
supervisee, berdasarkan solusi
yang mudah untuk
dilaksanakan.
6 Kelompok menyiapkan
rencana program pelaksanaan
dari solusi yang dipilih.
7 Kelompok mempresentasikan
KETERANGAN
• Nilai 0 – 1 : tanpa ada kemajuan pelaksanaan quality circle
• Nilai 2 – 3 : kemajuan pelaksanaan quality circle 25%
• Nilai 4 – 5 : kemajuan pelaksanaan quality circle 50%
• Nilai 6 - 7 : kemajuan pelaksanaan quality circle 75%
• Nilai 7 – 8 : kemajuan pelaksanaan quality circle 100%
Douglas, Mae. Laura. (1992). The effective nurse leader and manager 4th edition.
St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book,Inc.
Koivu, A., Hyrkas, K., & Saarinen, P. I. (2011). Who attends clinical
supervision? The uptake of clinical supervision by hospital nurses.
Journal of Nursing Management, 19(1), 69-79. doi: 10.1111/j.1365-
2834.2010.01185.x
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S. J. (2004). Fundamental of nursing
concepts, process, and practice 7th edition. New Jersey: Pearson
Education.
Li-Chuan Lee, Ke-Ping Yang, & Tai-Ying Chen (2000). A quasi experimental
study on quality circle program in Taiwanesse Hospital. International
journal for quality in health care. 12(5): 413-418
Miller, A. Mary., & Stoeckel, Rae. Pamella. (2011). Client education theory and
practice. Sudbury, Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Rowe, A. K., de Savigny, D., Lanata, C. F., & Victora, C. G. (2005). How can we
achieve and maintain high-quality performance of health workers in low-
resource settings? The Lancet, 366(9490), 1026-1035.