Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR DI RUMAH SAKIT DARAH


K.R.M.T WONGSONEGORO
Susi mulfiroh*Wahyuningsih**
*Mahasiswa Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
**Dosen Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang

ABSTRAK

Latar belakang : Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan pasien dan
keluarganya disaat pasien harus di rawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk rumah
sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan, salah satunya dengan terapi
non farmakologis yaitu dengan terapi musik. Pemberian terapi musik merupakan salah satu metode
pemenuhan untuk mengurangi tingkat kecemasan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengurangi tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi fraktur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
metode pendekatan studi kasus. Subyek studi dalam penelitian ini adalah dua orang pasien pre operasi
fraktur dengan kriteria pasien mengalami kecemasan. Penelitian ini dilakukan di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang di ruang Nakula 01. Analisis penurunan tingkat kecemasan dilakukan dengan
cara memberikan kuesioner tentang penurunan tangkat kecemasan. Hasil analisa dikatagorikan menjadi
tidak cemas, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat. Katagori ditentukan berdasarkana
pengisian kuesoiner dari subyek. Hasil studi kasus menunjukan bahwa ada penurunan tingkat kecemasan
dari kecemasan ringan menjadi tidak cemas setelah di berikanterapi musik. Rekomendasi perlu konsisten
peawat dalam melakukanterapi musik untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
fraktur.

Kata kunci : fraktur, kecemasan, musik

PENDAHULUAN perempuan berusia lanjut yang berhubungan


dengan adanya osteoporosis yang terkait
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
dengan perubahan hormon, sedaangkan pada
tulang yang disebabkan tekanan eksternal
laki-laki di bawah 45 tahun dan sering
yang datang lebih besar dari yang dapat
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
diserap oleh tulang (Mubarak et al;
atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
2015).Pada umumnya fraktur disebabkan
kendaraan bermotor(Lukman&
oleh trauma atau aktivitas fisik dimana
Nurna,2009).
terdapat tekanan yang berlebihan pada
Menurut Prasetyo, Wijar (2007) insiden
tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-
kecelakaan merupakan salah satu dari
laki dari pada perempuan prevalensi
masalah kesehatan dasar selain gizi dan
cenderung lebih banyak terjadi pada
konsumsi sanitasi lingkungan, penyakit,
34
gigi, dan mulut, serta aspek moralitas dan keberadaan dirinya dan dimanifestasikan
perilaku di Indonesia. Kejadian fraktur dalam bentuk perilaku seperti rasa tak
akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 1,3 berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, fobia
juta setiap tahun dengan jumlah penduduk tertentu. Berdasarkan pengertian diatas
238 juta, dan merupakan angka kejadian dapat disimpulkan bahawa kecemasan
terbesar di Asia Tenggara.Kejadian fraktur adalah suatu gejala yang tidak
di Indonesia menunjukan bahwa sekitar menyenangkan dan terkadang membuat
delapan juta orang mengalami fraktur seseorang panik atau suatu bencana yang
dengan jenis fraktur yang berbeda termasuk mengancam keutuhan serta keberadaan
fraktur tibia. (Faradisi,2012).Fraktur tibia dirinya. Dalam Penelitian Yulanda dalam
adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia Efendi (2008). Menyebutkan bahwa
sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan sebanyak 91,43% mengalami kecemasan,
benda keras atau jatuh yang bertumpu pada sementara itu dalam penelitiannya yang
kaki dan pada pasien fraktur biasanya akan dilakukan pada 41 orang diperoleh informasi
menjalani operasi atau pembedahan. Pada bahwa terdapat sebanyak 9,8% pasien
pasien yang akan menjalani operasi akan mengalami kecemasan berat, 31,7% pasien
mengalami stress atau kecemasan karena dengan kecemasan sedang, 53,7% pasien
pelaksanaan proses pembedahan yang akan dengan ringan dan 4,9% pasien tidak
dilakukan. mengalami kecemasan.
Kecemasan merupakan reaksi pertama Terapi musik adalah keahlian
yang muncul atau dirasakan pasien dan menggunakan musik atau elemen musik
keluarganya disaat pasien harus di rawat untuk meningkatkan, mempertahankan, serta
mendadak atau tanpa terencana begitu mulai mengembalikan kesehatan mental, fisik,
masuk rumah sakit.kecemasan akan terus emosional dan spiritual. Teknik yang
menyertai pasien dan keluarganya dalam digunakan dalam terapi musik untuk
setiap tindakan perawatan terhadap penyakit penyembuhan suatu penyakit dengan
yang diderita pasien.Sedangkan menurut menggunakan bunyi irama tertentu. Jenis
Nursalim,(2014)Kecemasan adalah suatu musik yang digunakan dalam terapi musik
kondisi yang menandakan adanya suatu dapat di sesuaikan dengan keinginan,
keadaan yang mengancam keutuhan serta misalnya musik klasik, instrumentalia,

35
musik berirama santai, orkestra, dan musik struktur musik yang tidak hanya berdasarkan
modern lainnya ( Setyoadi& Kushariyadi, pada pola-pola atau ritme dan melodi. Musik
2011). klasik mempunyai fungsi menenagkan
Terapi non farmakologi untuk pikiran dan katarsis emosi, serta dapat
mengatasi tingkat kecemasan pada pasien mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan
pre operasi salah satunya dengan teknik harmoni yang teratur dan dapat
relaksasi menggunakan musik atau sering menghasilkan gelombang alfa dan
disebut dengan istilah terapi musik, karena gelombang beta dalam gendang telingga
dengan terapi musik itu bisa menghantarkan sehingga memberikan ketenangan yang
stimulus relaksasi dalam tubuh, dengan membuat otak siap menerima masukan baru,
demikian perawat dapat melakukan terapi efek rileks dan menidurkan. Selain itu musik
musik untuk menurunkan tingkat kecemasan klasik berfungsi mengatur hormon-hormon
dengan terapi musik klasik. Terapi musik yang berhubungan dengan stress antara lain
mempunyai tujuan untuk membantu ACHT (Adrenal Corticotropin Hormon),
mengekspresikan perasaaan, membantu prolaktin, dan hormone pertumbuhan serta
rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif dapat mengurangi kecemasan(Djohan,2006)
terhadap kondisi suasana hati dan emosi
METODE
serta mengurangi tingkat kecemasan pada
pasien. (Djohan,2006). Dengan demikian Metode penulisan dalam
terapi musik juga diharapkan dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
membantu mengatasi atau mengurangi menggunakan metode deskriptif yang
kecemasan pada pasien pre operasi terutama menggambarkan studi kasus. Metode
dengan menggunakan terapi musik klasik. deskriptif adalah mendeskripsikan peristiwa-
Musik klasik adalah jenis musik yang peristiwa yang dilakukan secara sistematis
menggunakan tangga nada diatonis, yakni dan menekan pada data faktual dari pada
sebuah tangga nada yang menggunakan penyimpulan. Fenomena yang terjadi di
aturan dasar teori perbandingan serta musik dalam suatu populasi tertentu untuk
klasik telah mengenal harmoni yaitu membuat penilaian terhadap suatu kondisi
hubungan nada-nada dibunyikan serempak dan penyelenggaraan suatu program di masa
dalam akord-akord serta menciptakan sekarang, kemudian hasilnya digunakan

36
untuk menyusun perencanaan perbaikan penyakit keturunan yaitu vertigo dan
program tersebut (Notoatmodjo, 2012). hipertensi.
Jenis studi kasus ini menggunakan Data subjektif : pasien mengatakan
asuhan keperawatan pendekatan dengan cemas dan khawatir dengan tindakan apa
klien penurunan kecemasan pada pasien pre yang akan dilakukan yaitu (operasi). Data
operasi fraktur dengan memberikan terapi objektif : pasien tampak cemas, khawatir,
musik. gelisah, pasien tampak tidak nyaman dengan
nyeri pada kaki
Pengkajian pada pasien II dilakukan
HASIL
pada tanggal 26 februari 2018 dibangsal
Pengkajian pada pasien I Nakula 1 di RSUD K.R.M.T
dilakukan pada tanggal 12 februari 2018 di WONGSONEGORO SEMARANG
bangsal Nakula 1 di RSUD K.R.M.T didapatkan data dengan teknik wawancara
WONGSONEGORO SEMARANG dengan klien, observasi langsung, di
didapatkan data dengan teknik wawancara dapatkan data identitas umum Ny F adalah
dengan klien, observasi langsung, di seorang istri berumur 28 tahun, jenis
dapatkan data identitas umum Ny S adalah kelamin perempuan, beragama islam, suku
seorang istri berumur 55 tahun, jenis bangsa Jawa, pendidikan SMP, perkerjaan
kelamin perempuan, beragama islam, suku swasta, status perkawinan kawin, pada
bangsa jawa, pendidikan SD, pekerjaan tanggal 27 februari 2018 pasien akan
seorang buruh, status perkawinan kawin. dilakukan tindakan operasi. Klien
Pada tanggal 13 februari 2018 pasien akan menggatakan cemas dan khawatir, dari
dilakukan tindakan operasi. Klien pemeriksaan tanda- tanda vital Tekanan
menggatakan cemas dan khawatir, dari Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 82 x/mnt,
pemeriksaan tanda-tanda vital, Tekanan Respirasi : 20 x/mnt, Suhu : 36,5°C, klien
Darah 130/70 mmHg, nadi 82 x/mnt, tampak Tanya kapan dan bagaimana
Respirasi: 20 x/mnt, Suhu : 36,5°C, klien tindakan operasinya, riwayat penyakit
tampak bertanya kapan dan bagaimana keluarga klien adalah klien tidak
tindakan operasinya. Riwayat penyakit mempunyai penyakit keturunan seperti
keluarga klien adalah ibu klien mempunyai

37
Hipertensi, Diabetes Militus dan penyakit mempunyai kiteria hasil : anasietas
menular seperti HIV/AIDS dan TBC. berkurang, menunjukan pengendalian diri
Data subjektif : pasien mengatakan terhadap ansietas (1-5 : tidak pernah, jarang,
cemas dan khawatir dengan tindakan apa kadang-kadang, sering atau
yang akan dilakukan yaitu operasi., Data selalu).Intervensi keperawatan yang
objektif : pasien tampak cemas, khawatir, dirumuskan untuk mengatasi ansietas yaitu
gelisah. dengan Menggunakan pendekatan yang
Keluhan utama pada Ny S dan Ny F menenangkan, Kaji tanda-tanda vital dan
mengatakan bahwa kedua pasien tersebut keadaan umum pasien, Instruksikan pada
mengalami kecemasan tentang tindakan apa klien untuk menggunakan teknik relaksasi
yang akan dilakukan yaitu operasi. napas dalam, Berikan kesempatan pasien
Hasil pengkajian pada pasien I : data untuk mengungkapkan perasaannya,
subjektif Ny S mengatakan cemas dan Kolaborasi dengan tim medis dengan
khawatir. Data objektif : pasien tamapak pemberian (inj tramadol 3x50mg,
cemas, khawatir, gelisah, pasien tampak ceftriaxone 2x1,5mg). Dalam NIC saya
tidak nyaman dengan nyeri pada kaki. menekankan untuk menurunkan tingkat
Hasil pengkajian pada pasien II : Data kecemasan dapat menggunakan terapi
subjektif : Ny F mengatakan cemas dan musik.
khawatir. Data objektif : pasien tampak Implementasi yang dapat dilakukan
cemas, khawatir, gelisah. sesuai dengan yang ditetapkan di NIC.
Berdasarkan data subjektif dan data Tindakan keperawatan yang dilakukan pada
objektif pasien Ny S dan Ny F tersebut, pasien I selama 2 hari yang pertama tanggal
dapat ditegakkan masalah keperawatan 12 februari 2018 jam 15.20 WIB
ansietas berhubungan dengan stressor mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
(tindakan operasi). Intervensi yang dapat Data subjektif : pesien menggatakan mau
dirumuskan untuk mengatasi ansietas yaitu mengikuti. Data objektif : pasien tampak
NOC (nursing outcomes classification) melakukan relaksasi nafas dalam. Pada jam
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 15.30 WIB mengkaji keadaan umum pasien
dalam 1jam selama 2 hari ansietas pada dan memeriksa tanda-tanda vital pasien.
pasien dapat teratasi. Dari diagnosa tersebut Data subjektif : pasien mengatakan bersedia,

38
Data Objektif : pasien tampak lemah, TD: mmHg, HR: 82x/mnt. Pada jam 08.45 WIB
130/70 mmHg, HR: 82x/mnt, RR: 20x/mnt, menggunakan pendekatan yang
S: 36,5°C. pada jam 16.00 WIB menenangkan, Data subjektif : Pasien
menggunakan pendekatan yang mengatakan cemasnya berkurang. Data
menenangkan, Data subjektif : pasien Objektif : Pasien masih tampak bertanya
mengatakan cemas dan khawatir dengan kapan mau dioperasi. Pada jam 09.00 WIB
tindakan yang aan dilakukannya. Data memberikan terapi musik selama tiga kali
Objektif : pasien tampak bertanya kapan dan dalam waktu 1 jam, Data subjektif : pasien
bagaimana tindakan operasinya. Pada jam menggatakan bersedia, Data Objektif :
16.15 WIB melakukan penerapan terapi pasien tampak rileks pada saat
musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam, mendengarkan terapi musik. Pada jam 10.15
Data subjektif : pasien menggatakan WIB memberikan kesempatan pasien untuk
bersedia, Data Objektif : pasien tampak mengungkapkan perasaannya, Data subjektif
rileks saat dilakukan terapi musik. Pada jam :pasien mengatakan mau bersharing
17.20 WIB memberikan kesempatan pasien (mengobrol) dengan perawat, Data Objektif
untuk mengungkapkan perasaannya, Data : pasien tampak bersharing (mengobrol)
Subjektif : pasien menggatakan mau dengan perawat
bersharing (mengobrol) dengan perawat, Tindakan keperawatan yang
Data Objektif : pasien tampak bersharing dilakukan pada pasien II selama 2 hari yang
(mengobrol) dengan perawat. pertama padaa tanggal 27 februari 2018 jam
Pada hari kedua pada tanggal 13 16.35 WIB mengkaji keadaan umum dan
februari 2018 jam 07.15 WIB mengajarkan tanda tanda vital pasien, data subjektif :
teknik relaksasi nafas dalam, Data Subjektif pasien mengatakan bersedia, data objektif :
: pasien mengatakan mau mengikuti, Data pasien tampak lemah, TD: 110/70 mmHg,
Objektif : pasien tampak mau melakukan HR: 82x/mnt, S: 36,5 °C, RR: 20x/mnt.
relaksasi nafas dalam. Pada jam 08.00 WIB. Pada jam 16.40 WIB mengajarkan teknik
Mengkaji keadaan umum pasien dan relaksasi nafas dalam, Data subjektif :
memeriksa tanda-tanda vital pasien. Data pasien mengatakan mau mengikuti, Data
subjektif : pasien mengatakan bersedia, Data objektif : pasien tampak melakukan
Objektif : pasien tampak lemah, TD: 130/90 relaksasi nafas dalam. Pada jam 17.00

39
menggunakan pendekatan yang menenangkan, Data subjektif : pasien
menenagkan, Data subjektif : pasien mengatakan cemas. Data objektif : pasien
mengatakan cemas dan khawatir dengan tampak bertanya kapan di operasinya. Pada
tindakan apa yang akan dilakukan. Data jam 08.30 WIB melakukan penerapan terapi
objektif : pasien tampak bertanya kapan dan musik selama tika kali dalam waktu 1 jam ,
bagaimana tindkan operasinya. Pada jam Data subjektif : pasien mengatakan bersedia,
17.00 WIB melakukan penerapan terapi Data Objektif : pasien tampak rileks pada
musik selama tiga kali dalam waktu 1 jam, saat dilakukan tindakan pemberian terapi
Data subjektif : pasien menggatakan musik. Pada jam 10.00 WIB memberikan
bersedia, Data Objektif : pasien tampak kesempatan pasien untuk mengungkapkan
rileks pada saat dilakukan tindakan perasaannya. Data Subjektif : pasien
pemberian terapi musik. Pada jam 18.30 menggatakan mau mengobroldengan
WIB memberikan kesempatan pasien untuk perawat, Data Objektif : pasien tampak
mengungkapkan perasaannya, Data subjektif mengobrol dengan perawat.
: pasien menggatakan mau mengobrol Evaluasi keperawatan pada pasien I dan
dengan perawat, Data Objektif : pasien pasien II yang dilakukan selama dua hari
tampak bersharing mengobrol dengan didapatkan hasil bahwa kedua pasien
perawat. tersebut berpengaruh terhadap penurunan
Pada hari ke dua tanggal 28 februari tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
2018 jam 08.05 WIB mengkaji mengkaji dengan menggunakan terapi musik
keadaan umum dan tanda tanda vital pasien,
PEMBAHASAN
data subjektif : pasien mengatakan bersedia,
data objektif : pasien tampak lemah, TD: Kecemasan merupakan reaksi
120/90 mmHg, HR: 80x/mnt, S: 36,5 °C, pertama yang muncul atau dirasakan pasien
RR: 20x/mnt. Pada jam 08.05 WIB dan keluarganya disaat pasien harus di rawat
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, mendadak atau tanpa terencana begitu mulai
Data subjektif : pasien mengatakanmau masuk rumah sakit. (Nursalim, 2014).
mengikuti, Data objektif : pasien tampak Definisi ansietas adalah perasaaan tidak
melakukan relaksasi nafas dalam. Pada jam nyaman atau kekhawatiran yang samar
08.30 Menggunakan pendekatan yang disertai respon otonom ( sumber sering kali
tidak spesifik aau tidak diketahui oleh
40
individu), perasaan takut yang disebabkan Faktor eksternal meliputi jenis kelamin.
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini Dalam hasil penelitian didapat bahwa
merupakan isyarat kewaspadaan yang sebagian besar yang mengalami kecemasan
memperingatkan individu akan adanya adalah perempuan. Tingkat kecemasan pada
bahaya dan menempuh individu untuk perempuan lebih tinggi dari pada tingkat
bertindak menghadapi ancaman. (Hermand,
Variabel Skoring Keterangan
T. Heather. 2015). Ny. S Ny. F
Menurut Hasil penelitian dari wijar Sebelum 55 51 Kecemasan
ringan
prasetyo (2007). Faktor pencetus kecemasan Sesudah 40 37 Kecemasan
adalah ancaman terhadap integritas ringan
kecemasan pada laki-laki. Perempuan lebih
seseorang, hal ini meliputi ketidakmampuan
cenderung emosional, mudah meluapkan
fisiologis oleh karena menurunya fungsi
perasaannya, sedangkan laki-laki bersifat
akibat trauma.Menurut hasil penelitian dari
objektif dan dapat berfikir rasional sehingga
nani fidayanti (2014). Faktor-faktor yang
mampu berfikir dan dapat mengendalikan
mempengaruhi tingkat kecemasan pada
emosi. Pada faktor pendidikan dalam hasil
pasien pre operasi di bagi menjadi dua
penelitian didapat bahwa sebagian besar
diantaranya faktor internal dan faktor
yang mengalami kecemasan dengan tingkat
eksternal. Adapun faktor internal meliputi :
pedidikan dasar, status pendidikan yang
Umur, jenis kelamin, status pendidikan, dan
rendah rentang sekali menggalami
ekonomi, keadaan fisik, dan tipe
kecemasan dibandingkan dengan pendidikan
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal
yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
yaitu potensial sensori, sosial budaya dan
pendidikan seseorang maka dapat berfikir
dukungan dari keluarga. Penelitian in
secara rasional dan dapat mengatasi emosi
menunjukan bahwa umur responden remaja
dengan baik sehingga kecemasan yang
atau masih muda lebih cenderung
dialami seseorang akan berkurang.
mengalami kecemasan dibandangkan
Tabel 4.1 Skoring Penurunan Tingkat
dengan tingkat umur yang semakin
Kecemasan Sebelum dan Sesudah
meningkatnya umur seseorang maka
Dilakukan Terapi Musik di RSUD KRMT
frekuensi kecemasan seseorang makin
Wongsonegoro Semarang pada bulan
berkurang saat menjalani operasi. Sedankan
Febuari 2018 (n=2)
41
yang menyebabkan cemas, kedua :
kecemasan neurosis ketika individu tidak
Dari pegkajian tersebut termasuk dalam
menyadari adanya konflik dan tidak
kecemasan ringan, kecemasan ringan
mengetahui penyebab cemas. (Mubarak et
berhubungan dengan ketegangan dalam
al; 2015)
kehidupan sehari-hari menyebabkan
Implementasi yang dilakukan untuk
seseorang jadi waspada dan meningkatkan
mengurangi kecemasan yaitu dengan teknik
lahan persepsinya, kecemasan dapat
farmakologi dan nonfarmakologis.
memotivasi belajar serta menghasilkan
Implementasi yang telah dilakukan adalah
kreatifitas. dengan karakteristik Fisik:
pemberian terapi musik. Penurunan tingkat
sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
kecemasan yang efektif adalah
darah meningkat, gejala ringgan berkeringat.
menggunakan pemberian terapi musik.
Kognitif : lapang pernapasan meluas,
Salah satunya dengan menggunakan terapi
mampu menerima rangsang kompleks,
musik yaitu dengan cara pemberian terapi
konsentrasi pada masalah menyesuaikan
musik selama tiga kali dalam 60 menit.
masalah aktual. Perilaku dan emosi : tidak
Terapi musik merupakan sebuah rangsangan
dapat dukungan dengan tenang, tremor halus
pendengaran yang terorganisasi, terdiri atas
pada tangan, suara kadang kadang meninggi.
melodi, ritme, harmoni, warna (timbre),
Pada pasien I dan pasien II ditegakan
bentuk dan gaya. Terapi musik adalah teknik
dengan diagnosa ansietas berhubungan
yang digunakan untuk penyembuhan suatu
dengan stressor (tindakan operasi) karena
penyakit dengan menggunakan bunyi atau
dukungan oleh data subjektif yaitu pasien
irama tertentu. Jenis musik yang digunakan
menggatakan cemas dan khawatir dengan
dalam terapi musik dapat di sesuaikan
tindakan yang akan dilakukan. Masalah ini
dengan yang diberikan yaitu terapi musik
dijadikan penulis sebagai prioritas utama
klasik.
sesuai dengan data masalah yang didapat
Terapi musik yang berupa suara
dari pengkajian. dimana masalah ini harus
diterima oleh saraf pendengaran, diubah
diatasi adalah penurunan tingkat kecemasan
menjadi fibrasi yang kemudian disalukan ke
Tingkat kecemasan pertama :
otak melalui sistem limbik (amigala dan
kecemasan normal yaitu pada saat individu
hipotalamus) memberikan stimulus
masih menyadari konflik-konflik dalam diri
42
konsisten saraf endrokin yang dapat Terapi musik tersebut diberikan kepada
menurunkan hormon-hormon yang 2 responden yaitu Ny S dan Ny F. dalam
berhubungan denggan stress atau pemberian terapi musik dilakukan dengan
kecemasan, kemudian stimulus cara yang sama yaitu sebelum terapi musik
mengaktifkan hormon endorpin untuk diberikan, responden mengisi kuesioner
membantu meningkatkan rasa rileks dalam terlebih dahulu kemudian baru diberikan
tubuh seseorang. Sistem saraf otonom terapi musik, setelah diberikan terapi musik
terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf responden kembali mengisi kuesioner yang
simpatik dan parasimpatik. Kedua saraf ini sama sebelum diberikan terapi musik.
memiliki fungsi yang berbeda dan Berdasarkan hasil nilai kuesioner
bertentanggan, sistem saraf simpatik akan tentang penurunan kecemasan pada Ny S
lebih aktif dalam menghadap situasi yang skoring 55menjadi 40(penurunan) dan Ny F
dapat mengancam diri. Sedangkan sistem sekoring 51 menjadi 37(penurunan) ini
parasimpatik akan berkerja lebih aktif dalam menunjukan bahwa terapi musik dapat
keadaan cemas maka sistem saraf simpatik menurunkan tingkat kecemasan. Hasil
akan meningkatkan kerja detak jantung, penelitian ini juga didukung oleh penalitian
tekanan darah, dan pernapasan. Sebaliknya sebelumnya yaitu oleh wijar prasetyo
ketika seseorang dalam keadaan santai, (2007). Memaparkan bahwa manfaat terapi
berbaring nafas menjadi pelan teratur maka musik adalah rilaksasi, mengistirahatkan
sistem parasimpatik yang berkerja lebih tubuh dan pikiran serta mengurangi rasa
aktif. Dalam terapi ini musik sebagai sakit. Berdasarkan teori dan fakta yang ada
fasilitator untuk membuat keadaan maka dapat disimpulkan bahwa dengan
seseorang menjadi rileks dan nyaman adanya terapi musik yang diberikan
sehingga kerja sistem saraf parasimpatik responden merasa tenang walaupun dalam
akan berkerja lebih dominan. Hasil ini juga situasi akan dilakukan pembedahan, pikiran
didukung dari penelitian sebelumnya, bahwa menjadi rileks walaupun dalam keadaan
terapi musik dapat menurunkan tingkat patah tulang serta pasien akan merasa siap
kecemasan pasien yang akan menjalani dengan operasi yang akan dijalankan atau
operasi. dilakukan.

KESIMPULAN

43
Berdasarkan hasil penelitian (operasi), data objektif : pasien tampak
yang dilakukan pada Ny S dan Ny F pada cemas, khawatir, gelisah, pasien tidak
tanggal 12-13 februari 2018 dan 27-28 nyaman dengan nyeri pada kaki. Tekanan
februari 2018 didapatkan data pada Ny S darah 110/70 mmHg, Nadi 82x/mnt,
pada data subjektif yaitu: pasien Respirasi 20x/mnt, Suhu 36,5°C dari
menggatakan cemas dan khawatir dengan pengkajian tersebut muncul diagnosa
tindakan yang akan dilakukan yaitu ansietas berhubungan dengan stressor
(operasi), data objektif : pasien tampak (tindakan operasi) sehingga untuk mengatasi
cemas, khawatir, gelisah, pasien tampak salah satunya dilakukan terapi
tidak nyaman dengan nyeri pada kaki, nonfarmakologi yaitu pemberian terapi
Tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi musik, setelah dilakuakan tindakan
82x/mnt, Respirasi 20x/mnt, Suhu 36,5°C keperawatan selama dua hari pada Ny F
dari pengkajian tersebut muncul diagnosa dapat disimpulkan bahwa ansietas atau
ansietas berhubungan dengan stressor kecemasan dapat berkurang yang awalnya
(tindakan operasi) sehingga untuk mengatasi skor 51 (kecemasan ringan) menjadi 37
salah satunya dilakukan terapi (tidak cemas) pasien tampak tidak cemas,
nonfarmakologi yaitu pemberian terapi gelisah, klien kooperatif, tekanan darah
musik, setelah dilakuakan tindakan 120/90 mmHg, Nadi 80x/mnt, Respirasi
keperawatan selama dua hari pada Ny S 20x/mnt, Suhu 36,5°C.
dapat disimpulkan bahwa ansietas atau
kecemasan dapat berkurang yang awalnya DAFTAR PUSTAKA
skor 55(kecemasan ringan) menjadi 40 Djohan. (2006). TerapiMusik,
(tidak cemas) pasien tampak tidak cemas, TeoridanAplikasi. Yogyakarta: Galangpress
gelisah, klien kooperatif, tekanan darah Faradisi, Firman. (2012). Efektivitas
130/90 mmHg, Nadi 82x/m nt, Respirasi Terapi Murotal danTerapi Musik Klasik
20x/mnt, Suhu 36,5°C. terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Sedangkan pada Ny F pada saat Pasien Pra Operasi di pekalongan. Jurnal
dilakukan pengkajian didapat Data subjektif Ilmiah Kesehatan Vol V No 2 September
: pasien menggatakan cemas dan khawatir 2012. Stikes Muhamadiyah Pekajangan
dengan tindakan yang akan dilakukan

44
Lukman, dan Nurna Ningsih. (2009).
Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarak, Nuruldan Joko. (2015).
Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur
tetap dalam Praktik Keperawatan :Konsep
dan Aplikasi dalam Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarak, wahid Iqbal. (2015). Buku
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalim. (2014). Manajemen
Keperawatan :Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Ed. 4. Jakarta:
Salemba Medika
Prasetiyo, wijar (2007).
PengaruhTerapiMusikKlasikTerhadapKece
masanpadaPasien Pre OperasiFraktur Tibia
di Surabaya. Jurnaltidak di publikasikan
.STIKes William Booth Surabaya,
jl.Cimanuk No.20 Surabaya
Setiadi. (2007).
KonsepdanPenulisanRisetKeperawatan.
Yogyakarta: GrahaIlmu

45

Anda mungkin juga menyukai