PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh
akut(AFP=Acute Flaccid Paralysis).
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus.Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang
biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala,
muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200
infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara
mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan
mereka lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).Di Indonesia banyak
dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak halini disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapatdipengaruhi oleh
faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeriini yang
masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan
gizianaknya kurang mendapat perhatian.Peran serta pemerintah disini sangat
diharapkan untuk membantu dalam menangani masalah gizi buruk yang masih
banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas
pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini
tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia
yang menderita penyakit polio.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara
lain :
1. Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?
DEFENISI POLIOMIELITIS
A. Definisi
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan
inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem
saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralysis).
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
B. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan
pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
C. Gejala Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.
Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis
abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul
1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian
remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk
penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang
otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis
akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun
bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher,
abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan
atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal
dan bentuk bulbar.
Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,
tremor dan kadang kejang.
D. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak
semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior,
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta
formasio retikularis yang mengandung pusat vital,
3. Sereblum terutama inti-inti virmis,
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra,
5. Talamus dan hipotalamus,
6. Palidum dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis aboratif
Diberikan analgetk dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa
neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
Sama seperti aborif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan
kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
Perawatan dirumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterafi
Akupuntur
Interferon
4. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas
dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan
istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti
karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya
dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak
pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar
kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya
pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah
dan dimiringkan kesalah satu sisi.
G. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya.
Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik
terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan
melakukan gerak badan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. P E N G K A J I A N
1. I d e n t i t a s
a. Identitas Pasien :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
b. Identitas Penanggung Jawab :
Nama :
Umur :
C. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan - anoreksia - Perubahan nutrisi
lemas, mual muntah. -mual muntah kurang dari
DO : konstipasi kebutuhan.
2. DS : - kakak pasien -proses infeksi - hipertermi
mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c,
adanya peningkatan antibody
3. DS : kakak pasien Paralysis -gangguan
mengatakan badan pasien mobilitas fisik
lemas disekujur tubuhnya,
tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak mampu berdiri
dan berjalan, letargi
D. Diagnosa keperawatan sesuai perioritas
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual
dan muntah d/d
DS : pasien mengatakan lemas, mual muntah.
DO : konstipasi
2. Hipertermi b/d proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c, adanya peningkatan antibody
3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya,
tungkai kanan sulit digerakkan
DO : tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi
E. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi anak a. Kaji pola makan a. Mengetahui intake dan output anak
kebutuhan tubuh b/d terpenuhi. Kriteria Hasil: anak b. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake
anoreksia, mual dan muntah Pasien b. Kolaborasi dengan seimbang
d/d memperlihatkan ahli gizi dalam c. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang
DS : pasien mengatakan peningkatan berat pemberian nutrisi d. Mengetahui perkembangan anak
lemas, mual muntah. badan yang progresif c. Berikan makanan secara e. Menambah masukan dan merangsanganak untuk makan lebih
DO : konstipasi Nilai adekuat banyak
laboratorium pasien d. Berikan nutrisi f. Mempermudah proses pencernaan.
(albumin, protein, kalori,
elektrolit)menunjukkan protein,vitamin dan
nilai normal mineral
Mual muntah e. Timbang berat badan
berkurang dan nafsu f. Berikan makanan
makan bertambah. kesukaan anak
g. Berikan makanan
porsi sedikit tapi
sering
2. Hipertermi b/d proses infeksi Tujuan suhu akan a. Pantau suhu tubuh a. Untuk mencegah kedinginan tubuhyang berlebih
d/d kembali normal dalam b. Jangan pernah b. Dapat menyebabkan efek neurotoksi
DS : - kakak pasien waktu 1x 24 jam. menggunakan usapan c. Mengurangi penguapan tubuh
mengatakan belum pernah Kriteria hasil :- Suhu alcohol saat d. Dapat membantu mengurangi demam
diimunisasi polio normal 36,5°C- 37,5°C mandi/kompres
DO : demam, S: 38,9°c, - Nadi dan pernapasan c. Hindari mengigil.
adanya peningkatan antibody dalam rentan normal (N= d. Kompres mandi
< 160x/ menit , RR= 30- hangat durasi 20-30
40 x/menit) menit.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d Tujuan: Dalam waktu 3 a. Tentukan aktivitas a. Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana
paralysis d/d x 24 jam, klien mampu b. Catat dan terima perawatan bagi program rehabilitasi.
DS : kakak pasien melaksanakan keadaan kelemahan b. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan
mengatakan badan pasien aktivitasfisik sesuai (kelelahan yang ada). anak.
lemas disekujur tubuhnya, dengan c. Indetifikasi factor- c. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
tungkai kanan sulit kemampuannya.Kriteria faktor yang untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
digerakkan hasil : mempengaruhi d. Latihan brjalan dpt meningkatkan keamanan dan efektifan
DO : tidak mampu berdiri - Klien dapat ikut serta kemampuan anak untuk berjalan.
dan berjalan, letargi dalam program latihan. untuk aktif seperti
- Tidak terjadi kontraktur pemasukan
sendi. makananyang tidak
- Bertambahnya adekuat.
kekuatan otot. d. Evaluasi kemampuan
- Klien menunjukan untuk melakukan
tindakan untuk mobilisasi secara
meningkatkan mobilitas aman
e. Kolaborasi dengan
fisioterapis
F. Catatan Perkembangan
No Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
.
1. Perubahan nutrisi a. Mengkaji pola makan anak S : keluarga klien mengatakan klien sudah tidak mual muntah
kurang dari b. berkolaborasi dengan ahli gizi O : nafsu makan meningkat
kebutuhan tubuh b/d dalam pemberian nutrisi A : masalah keperawatan teratasi
anoreksia, mual dan c. memberikan makanan secara adekuat P : lanjutkan asuhan keperawatan
muntah d/d d. memberikan nutrisi kalori,
DS : pasien protein,vitamin dan mineral
mengatakan lemas, e. menimbang berat badan
mual muntah. f. memberikan makanan kesukaan anak
DO : konstipasi g. memberikan makanan porsi sedikit
tapi sering
2. Hipertermi b/d a. memantau suhu tubuh S : kakak pasien mengatakan tidak demam lagi,
proses infeksi d/d b. Jangan pernah menggunakan usapan O : S: 37°c
DS : -kakak pasien alcohol saat mandi/kompres3. A : masalah keperawatan tercapai sebagian
mengatakan belum c. menghindari mengigil.4. P : lanjutkan asuhan keperawatan
pernah diimunisasi d. mengompres mandi hangat durasi
polio 20-30 menit.
DO :demam, S:
38,9°c, adanya
peningkatan
antibody
3. Gangguan mobilitas a. menentukan aktivitas S : kakak pasien mengatakan pasien masih lemas
fisik b/d paralysis b. mencatat dan terima keadaan O : pasien belum mampu berjalan
d/d kelemahan(kelelahan yang ada). A : masalah keperawatan belum tercapai
DS : kakak pasien c. mengindetifikasi factor-faktor P : lanjutkan asuhan keperawatan
mengatakan badan yangmempengaruhi kemampuan
pasien lemas untuk aktif seperti pemasukan
disekujur tubuhnya, makananyang tidak adekuat.
tungkai kanan sulit d. mengevaluasi kemampuan
digerakkan untuk melakukan mobilisasi secara
DO : tidak mampu aman
berdiri dan berjalan, e. Kolaborasi dengan fisioterapis
letargi
A. Kesimpulan
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki alirandarah dan mengalir ke sytem
syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai
penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk
ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang
terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang
sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau
mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi
penularan.
B. Saran
Kepada masyarakat agar terhindar dari penginfeksian penyakit
poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut dengan polio virus ini
adalah: Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi lingkungan merupakan hal
yang sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi lingkungan kita tidak
dijaga, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya
penyakit poliomielitis, Jagalah makanan ataupun minuman yang akan
dikonsumsi karena hal ini sangat penting dimana makanan atau minuman
menjadi tempat perantara penyebaran penyakit poliomielitis. Untuk
pencegahannya yaitu diberikan vaksin polio idealnya pada anak-anak agar
dapat diantisipasi penyakit poliomielitis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 ,
EGC, jakarta