Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DALAM ASUHAN MANDIRI PEMANFAATAN
TOGA DAN AKUPRESUR DI WILAYAH
PUSKESMAS”

Oleh :
Kelompok 1
1. Faisal Aji Setiawan 13. Restu Ilhamsyah
2. Reni Tamaya 14. Riski Ismilianur
3. Suryati 15. Hanisah Amir
4. Endang Priyanti P 16. Nugraha Adi Candra
5. Isna Septiana 17. Bagas
6. Komariah 18. Aprilia Astuti
7. Ririn Kasiati 19. Muhammad Billy Nugraha
8. Neti Astari 20. Dimas Depri
9. Sela Agustina 21. Meti
10. Lu’luul Janah 22. Anugrah Ersalfani
11. M. Faisal Khusaini 23. Reni
12. Estik Fitriani

Prodi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Tahun Ajaran
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari kelompok 1 yang telah bekerja sama dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul......................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi....................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1..........................................................................................................................Lat
ar Belakang......................................................................................................1
1.2..........................................................................................................................Ru
musan Masalah................................................................................................2
1.3..........................................................................................................................Tu
juan..................................................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................................2
BAB II Pembahasan.................................................................................................2
2.1. Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri Pemanfaatan Toga dan
Akupresure.....................................................................................................3
2.1.1. Penyiapan SDM.................................................................................3
2.1.2. Sosialisasi dan Orientasi Kader..........................................................3
2.1.3. Syarat Terbentuknya Kelompok Asman............................................3
2.1.4. Langkah-langkah Pembentukan Kelompok.......................................4
2.1.5. Pasca Pembentukan Kelompok Asman..............................................5
2.1.6. Sumber Pendanaan.............................................................................5
2.1.7. Tingkat Kelompok Asuhan Mandiri..................................................5
2.2. Pembinaan Kelestarian dan Pengembangan Asman ......................................6
2.2.1. Pelaksanaan Pembinaan Asuhan Mandiri..........................................6
2.2.2. Bentuk Pembinaan Asuhan Mandiri..................................................7
BAB III Penutup......................................................................................................8
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................8

iii
3.2. Saran...............................................................................................................8
Daftar Pustaka

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagaimana
ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 - 2025 ). Program
Indonesia Sehat dilaksanakan dengansalah satu pilar utama yaitu paradigma sehat
dilakukan dengan strategi kesehatan dalam pembangunan kesehatan, penguatan
promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat.Guna mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut, kebijakan Kementrian Kesehatan
diselenggarakan berdasarkan Visi “ Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan
Berkeadilan “ yang dicapai melalui misi yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
Dalam mewujudkan misi tersebut, pemerintah melakukan berbagai program
pengembangan kesehatan tradisional yang bersifat herbal. Oleh karena itu,
masyarakat perlu digerakkan untuk melaksanakan asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan akupresur guna menciptakan pola hidup yang sehat dan mandiri bagi
masyarakat. Hal tersebut selaras dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 103
Tahun 2014 pada Pasal 70, dimana masyarakat diarahkan agar dapat melakukan
perawatan kesehatan secara mandiri.
TOGA atau Taman Obat Keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat
obat untuk kesehatan keluarga yang ditata menjadi sebuah taman dan memiliki
nilai keindahan. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional adalah upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi
gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh individu dalam keluarga,
kelompok atau masyarakat dengan memanfaatkan TOGA dan keterampilan.
Menanam berbagai tanaman obat-obatan untuk memberikan pelayanan kesehatan
tradisional.
Sedangkan Pelayanan Kesehatan Tradisional itu sendiri adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat khususnya bagi
masyarakat Indonesia.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
akupresure.
2. Pembinaan kelestarian dan pengembangan asman pemanfaatan TOGA dan
Akupresure

1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami pembentukan kelompok asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan akupresur
1.3.2. Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami bagaimana pembentukan kelompok
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan Akupresure.
2. Mahasiswa mampu memahami bagaimana pembinaan pelestarian dan
pengembangan asman pemanfaatan TOGA dan Akupresure

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri Pemanfaatan Toga dan


Akupresure
2.1.1. Penyiapan SDM
a) Pembentukan tim pelatih tingkat provinsi melalui pelatihan bagi
pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur oleh
kementrian kesehatan. Kepala dinas kesehatan provinsi menetapkan
tim pelatihan tingkat provinsi melalui surat keputusan (SK).
b) Pembentukan tim pelatih tingkat kabupaten/kota melalui pelatihan bagi
pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur oleh
dinas kesehatan provinsi menetapkan tim pelatihan tingkat
kabupaten/kota melalui surat keputusan (SK).
c) Pembentukan fasilitator melalui pelatihan bagi fasilitator (TOF)
asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, kepala puskesmas menetapkan fasilitator tingkat
puskesmas melalui surat keputusan (SK).

2.1.2. Sosialisasi dan Orientasi Kader


a) Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan sosialisasi
internal kepada lintas program dan yang difasilitasi oleh kepala
puskesmas.
b) Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan sosialisasi
tingkat sector yang terkait serta mitra lainnya melalui forum lokakarya
mini dalam rangka yang difasilitasi oleh kepala puskesmas.
c) Puskesmas mengembangkan upaya kesehatan masyarakan (UKM)
kesehatan tradisional dengan dukungan lintas sector.
d) Fasilitator melakukan orientasi asuhan mandiri pemanfaatan toga dan
akupresur serta ketrampilan bagi kader didampingi oleh pelatih tingkat
kabupaten/kota yang sudah memiliki sertifikat TOT, menggunakan
modul dan bahan belajar yang sudah ditetapkan.

2.1.3. Syarat Terbentuknya Kelompok Asman Pemanfaatan Toga Dan Akupresur


a) Saling mempercayai
b) Saling terbuka

3
c) Mengakui kelebihan dan kelemahan anggota lain
d) Menerima umpan balik
e) Saling belajar
f) Memupuk kebersamaan

2.1.4. Langkah-langkah Pembentukan Kelompok


a) Mengidentifikasi kelompok yang sudah ada di masyarakat contohnya
dasa wisma, kelompok tani, kelompok nelayan, dll.
b) Mensosialisasikan asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur
kepada masyarakat.
c) Kader membentuk asuhan mandiri dalam kriteria 1 kelompok terdiri
atas 5 sampai 10 kepala keluarga (KK) melalui langkah-langkah :
1. Forming
Kader memfasilitasi kepada keluarga binaan dalam kelompok
untuk saling mengenal lebih dekat atau sama yang lainnya,
misalnya untuk menceritakan pengalamannya dalam
memanfaatkan toga atau memberikan informasi tentang toga yang
mereka miliki dirumah masing-masing.
2. Storming
Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk bersama-
sama membicarakan kegiatan kelompok dan semua anggota
kelompok diberikan kesempatan untuk berbicara dan memberikan
ide.
3. Norming
Setelah semua saling mengenal kader mengajak para anggota
kelompok untuk bersama-sama membuat struktur organisasi
misalnya ketua kelompok, wakil ketua, sekertaris dan semua
membuat tata tertib yang harus ditaati bersama.
4. Performing
Pada tahap selanjutnya adalah performing dimana pada saat
pembentukan asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur
setiap struktur anggota sudah mempunyai tugasnya masing-
masing, sehingga setiap anggota saling tergantung dan
membutukan satu sama lain.

4
2.1.5. Pasca Pembentukan Kelompok Asman
Setelah terbentuknya kelompok asuhan mandiri, kader didampingi
fasilitator dan mitra melakukan pendekatan kepada kelompok yang
bertujuan untuk menghapus rasa cemas, menempatkan kelompok pada
posisi yang tepat, menciptakan suasana yang kondusif, menumbuhan rasa
percaya diri, memberi kesempatan untuk setiap anggota kelompok
berkembang dan mengadakan evalusi terhadap perbedaan pendapat.
Kader melakukan pembinaan asuhan mandiri pemnafaatan toga dan
akupresur melalui pembekalan pengetahuan dan ketrampilan yang
dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali dan berkesinambungan
disesuaikan dengan jadwal yang telah dibuat bersama dengan didampingi
oleh fasilitator dan mitra.
Pembentukan kelompok asuhan mandiri adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang
bersifat swadaya.

2.1.6. Sumber Pendanaan Kelompok


1. Swadaya
2. Bantuan fasilitasi pemerintah
3. Bantuan lain yang tidak terikat

2.1.7. Tingkat Kelompok Asuhan Mandiri


a) Aman
Metode dan bahan yang digunakan aman, bermanfaat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara empiris.
b) Norma
Mengikuti nilai-nilai budaya, agama dan sosialisai yang berlaku
dimasyarakat setempat.
c) Praktis
Dapat dilakukan secara mandiri dengan bahan dan alat yang mudah
didapat.
d) Partisipatif aktif
Adanya dukungan dan peran masyarakat baik berupa tenaga, sarana,
prasarana maupun dana.
Dalam melakukan kegiatan dikelompoknya sesuai dengan kebutuhan
kelompok minimal sebulan sekali dipimpin oleh kader dan didampingi oleh
fasilitator puskesmas dan mitra meliputi kegiatan sebagai berikut:

5
a) Setiap keluarga dalam anggota kelompok harus mempelajari cara
pemanfaatan toga dan akupresur.
b) Kader didampingi oleh fasilitator puskesmas dan mitra mengajarkan
keluarga binaan tentang pemnafaatan hasil toga.
c) Kader didampingi oleh fasilitator puskesmas mengajarkan pelatihan
ketrampilan-ketrampilan untuk diterapkan kepada keluarga apapila
terjadi gangguan sakit ringan.
d) Setiap keluarga dalam anggota asuhan mandiri pemnafaatan toga harus
memnafaatkan toga dan akupresur untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
e) Setiap keluarga atau anggota kelompok harus membagikan
pengetahuannya kepada keluarga lain dalam memanfaatkan toga dan
akupresur.

2.2. Pembinaan Kelestarian dan Pengembangan Asman Pemanfaatan Toga Dan


Akupresure.
Bentuk pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat
sampai ketingkat desa/kelurahan bersama mitra sesuai dengan fungsi dan
tugasnya masing-masing. Pembinaan ditunjukan untuk pelaksanaan asuhan
mandiri secara aman dan benar sesuai dengan petunjuk dan pedoman
pemanfaatan toga dan akupresur.
2.2.1. Pelaksanaan Pembinaan Asuhan Mandiri
a) Tingkat Pusat
Kementrian Kesehatan RI dalam hal ini direktorat pelayanan
kesehatan tradisional, lintas program dan lintas sector terkait.
b) Tingkat Provinsi
Pemegang program kesehatan tradisional, lintas program dan lintas
sector terkait.
c) Tingkat Kabupaten/Kota
Pemegang program kesehatan tradisional, lintas program dan lintas
sector terkait.
d) Di Lingkungan Puskesmas
Pemegang program kesehatan tradisional, lintas program dan lintas
sector terkait.

6
2.2.2. Bentuk Pembinaan Asuhan Mandiri
a) Tingkat Pusat
1. Membuat kebijakan yang mendukung pelaksanaan kegiatan
asuhan mandiri (norma, standar, prosedur, dan kriteria/NSPK)
2. Membentuk tim pelatih tingkat provinsi.
3. Melakukan evaluasi pelatihan asuhan mandiri tingkat provinsi.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan mandiri.
b) Tingkat Provinsi
1. Membuat kebijakan daerah dalam pelaksanaan asuhan mandiri
pemanfaatan toga dan akupresur tingkat provinsi
2. Membentuk tim pelatih tingkat kabupaten/kota.
3. Melakukan evaluasi pelatihan asuhan mandiri tingkat provinsi.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan mandiri.
c) Tingkat Kabupaten/Kota
1. Membuat kebijakan daerah dalam pelaksanaan asuhan mandiri
pemanfaatan toga dan akupresur tingkat kabupaten/kota.
2. Melakukan pelatihan fasilitator bagi petugas puskesmas.
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan dalam melaksanakan
asuhan mandiri.
4. Mengevaluasi sejauh mana pembentukan asuhan mandiri
berjalan.
d) Di Puskesmas
1. Membuat kebijakan terkait dengan pelaksanaan asuhan mandiri.
2. Melakukan orientasi kepada kader.
3. Pendampingan kepada kader dalam pelaksanaan penyeluhan
kepada masyarakat.
4. Melakukan pembinaan, pengawasan terhadap kader dan keluarga
binaan dalam pelaksanaan asuhan mandiri.
5. Melakukan evalusi kegiatan kelompok dalam asuhan mandiri.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
TOGA atau Taman Obat Keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat
obat untuk kesehatan keluarga yang ditata menjadi sebuah taman dan memiliki
nilai keindahan. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional adalah upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi
gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh individu dalam keluarga,
kelompok atau masyarakat dengan memanfaatkan TOGA dan keterampilan.
Menanam berbagai tanaman obat-obatan untuk memberikan pelayanan kesehatan
tradisional.
Sedangkan Pelayanan Kesehatan Tradisional itu sendiri adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat khususnya bagi
masyarakat Indonesia.

3.2. Saran
1. Dukungan dan Kerjasama lintas sektoral terkait (PKK Kelurahan, PKK
Kecamatan, Dinas Pertanian, UPT BLUD Puskesmas, Dinas Kesehatan dan
OPD Terkait) perlu ditingkatkan dengan baik secara intensif dan kontinuitas
dalam memberikan pembinaan demi kemajuan kelompok maupun kelomnpok
binaan lainnya di setiap wilayah puskesmas yang ada.
2. Lintas sektoral senantiasa mengangkat keberadaan kelompok TOGA di jajaran
atas sebagai bentuk dan upaya dalam mengenalkan tentang pemanfaatan
tanaman obat di masyarakat luas.
3. Adanya program khusus dari Kecamatan, Kelurahan dan atau Lintas Sektor
terkait pelatihan dan peningkatan kapasitas melalui studi banding, terkait
tentang pengembangan TOGA untuk dijadikan produk inovatif, kreatif dan
bisa dijadikan sebagai badan usaha kelompok berbasis masyarakat.
4. Adanya perhatian khususnya berupa dana untuk mendukung TOGA agar tetap
eksis.

8
DAFTAR PUSTAKA
Users/use/Downloads/scribdfull.com_pembentukan-kelompok-asman
file:///C:/Users/use/Pictures/PMK-NO-9-2016-ttg-Asman-TOGA.pdf

Anda mungkin juga menyukai