Anda di halaman 1dari 23

AMTSALUL QURAN

MAKALAH

DISKUSI KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Diskusi Kelompok

Mata Kuliah: Ulumul Quran

Pembimbing: - Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ. M.A.

- Suparman, M.Ag.

Disusun Oleh : Kelompok 13

1.Irfan Izzatur Rahman ( 1195010064 )

2.Ja’far Tahmid Aqimuddin ( 1195010069 )

3.Marshanda Suci Meisya ( 1195010081 )

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM (SPI)


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas amtsalul quran. Dalam penyusunan makalah
ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai amtsalul
quran. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, September 2019

Tim Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Puasa.......................................................3


2.1.1 Pengertian Puasa.........................................................................3
2.1.2 Dasar Hukum Puasa....................................................................4
2.2 Syarat Wajib, Rukun dan Hal Yang Membatalkan Puasa......................9
2.2.1 Syarat Wajib Puasa.....................................................................9
2.2.2 Rukun Puasa...............................................................................12
2.2.3 Hal Yang Membatalkan Puasa....................................................14
2.3 Macam-Macam Puasa.............................................................................21
2.3.1 Puasa Wajib................................................................................21
2.3.2 Puasa Sunnah..............................................................................24
2.3.3 Puasa Haram...............................................................................26
2.3.4 Puasa Makruh.............................................................................26
2.4 Hukum-Hukum Yang Terpenting dalam Islam......................................27
2.4.1 Hal-Hal Yang Diperbolehkan Bagi Orang Puasa.......................27
2.4.2 Hal-Hal Yang Dimakruhkan Dalam Puasa.................................29
2.4.3 Hal-Hal Yang Disunnahkan Dalam Puasa..................................29
2.5 Hikmah Puasa.........................................................................................31

BAB III Penutup...............................................................................................33

3.1 Simpulan.................................................................................................33
3.2 Saran.......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................i

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Yang membuat Al-Qur’an menjadi bentuk yang mengagumkan yaitu
hakikatnya yang sama mengenai arti dan tujuan. Sighatnya itu dicetak dalam
acuan yang baik sehingga menghadirkan orang kepada pemahaman-
pemahaman dan mengkiaskannya kepada apa yang telah diketahui dengan
yakin.

Tamsil (perumpamaan, membuat permisalan), merupakan kerangka


yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup di dalam
pikiran. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik dan
mempesona oleh tamsil. Karena itulah, tamsil dianggap lebih dapat
mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan, dan membuat
akal merasa puas. Tamsil adalah salah satu metode Alqur’an dalam
mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya.

Jauh sebelum ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


seperti saat ini, Alqur’an telah mendorong umat manusia untuk melakukan
kajian terhadap seluruh alam ini berikut segala yang ada didalamnya, dengan
ditampilkannya tamsil yang cukup banyak. Diantaranya adalah
mengilustrasikan fenomena alam, karakter manusia, tingkah laku, status,
amalan, siksa, pahala, dan ideology umat manusia selama hidup didalamnya.
Semua ini adalah untuk kepentingan umat manusia, agar mereka sadar kalau
kebenaran yang hakiki hanya datang dari Allah SWT. seperti firman-Nya
dalam surat Az-Zumar ayat 27:

4
5

َ ‫يتَ َذ َّكرو‬
﴿‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ع‬َ‫ل‬ ٍ
‫ل‬ ‫ث‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ‫ن‬ ِ ‫آن‬
‫م‬ ِ ‫َّاس يِف ه َذا الْ ُق ر‬
ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫ولََق ْد ضربنا ل‬
ُ َ ُْ َ َ َ ِّ ْ ْ َ َْ َ َ َ
﴾۲۷
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”
Tidak ada satu kitab pun didunia ini yang mampu membuat tamsil yang
kesempurnaannya sebanding dengan Alqur’an, apalagi melebihi Alqur’an.
Tamsil yang dibuat Alqur’an mampu menembus waktu dan tabir alam, yang
bersifat rasional dan ilmiah.
Namun, meski demikian masih banyak juga manusia yang tetap juga
membantah isi dalam Alqur’an dan tidak mau mempercayainya, padahal
kebenaran sudah benar-benar ada. Maka tepat sekali Alqur’an mengatakan
bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling banyak membantah. Seperti
yang disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 54:

ِ ‫آن لِلن‬
‫َّاس ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل َو َك ا َن اإلنْ َس ا ُن‬ ِ ‫ولََق ْد ص َّر ْفنَا يِف ه َذا الْ ُق ر‬
ْ َ َ َ
﴾۵٤﴿ ‫شي ٍء ج َداَل‬
َ ْ َ ‫أَ ْكَثَر‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia
adalah makhluk yang paling banyak membantah” (Q.S. Al-Kahfi: 54).
Term al-Amtsal terdapat dalam ‘Ulum al-Qur’an, khususnya pengantar
Ilmu Tafsir. Amtsal adalah “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan
sesuatu yang inderawi (konkret)”. Sayyid Quthub mengatakan bahwa, amtsal
dalam Alqur’an merupakan sarana untuk mengabarkan kondisi bangsa-bangsa
pada masa lampau dan untuk mengabarkan akhlaknya yang sudah sirna.

Oleh karena itu, penulis ingin membahas sedikit tentang “Amtsalul


Qur’an”, semoga dengan tamsil-tamsil Alqur’an ini kita dapat mengambil

5
6

pelajaran yang berharga yang dapat kita jadikan landasan dalam menjalani
hidup didunia ini.

1.2 Rumusan Masalah


Yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apakah pengertian dari amtsal?
2. Ada berapa macam jenis amtsal dalam Alqur’an?
3. Apa sajakah faedah-faedah amtsal dalam Alqur’an?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian amtsal.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam jenis amtsal didalam Al-
qur’an.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faedah-faedah amtsal dalam Alqur’an.
1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini supaya penulis khususnya dan mahasiswa


mahasiswi yang mengambil mata kuliah Ulumul Qur’an umumnya dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan amtsal qur’an, sehingga
dapat menambah pengetahuan kita tentang ilmu-ilmu dalam Alqur’an serta
tafsirnya.

6
7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Amtsal


Secara bahasa amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal,
mitsal, dan matsil adalah sama dengan kata syabah, syibh, dan syabih, baik lafadz
maupun maknanya, yang berarti perumpamaan, ibarat, tamsil, contoh, ‘ibrah, dan
lain sebagainya. Menurut terminologinya ada tiga pengertian:
1. Menurut ulama ahli adab, amtsal berarti “Ucapan yang banyak
mengumpamakan keadaan sesuatu, diceritakan dengan sesuatu yang dituju”.
2. Menurut ulama ahli bayan, amtsal adalah “Ungkapan majaz yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan (daam ilmu balaghah disebut
tasybih).”
3. Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah “Menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena
dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.”

Dasar pengembangan ilmu amtsalul qur’an adalah hadits Rasul yang


diriwayatkan oleh Baihaqi: “Sesungguhnya Alqur’an diturunkan atas lima cara,
1. Halal, 2. Haram, 3. Muhkam, 4. Mutasyabih, 5. Amtsal. Oleh karena itu
pelajari yang halal dan hindari yang haram, ikuti yang muhkam dan berimanlah
dengan mutasyabih, dan ambil pelajaran dari amtsal” (HR. Baihaqi).

Amtsal juga digunakan untuk mengungkapkan suatu keadaan dan kisah


yang menakjubkan, dengan makna inilah lafadz amtsal ditafsirkan dalam banyak
ayat. Contohnya:

‫آس ٍن َوأَْن َه ٌار‬ِ ِ ‫مثَل اجْل ن َِّة الَّيِت و ِع َد الْمَّت ُق و َن فِيه ا أَْنه ار ِمن م ٍاء َغ‬
‫َ َ ٌ ْ َ رْي‬ ُ ُ َ ُ َ
‫ني َوأَْن َه ٌار ِم ْن‬ َّ ِ‫ِم ْن لَنَب ٍ مَلْ َيَتغََّي ْر طَ ْع ُم هُ َوأَْن َه ٌار ِم ْن مَخْ ٍر لَ َّذ ٍة ل‬
َ ِ‫لش ا ِرب‬

7
8

‫ات َو َم ْغ ِف َرةٌ ِم ْن َرهِّبِ ْم َك َم ْن‬


ِ ‫عس ٍل مص ًّفى وهَل م فِيه ا ِمن ُك ِّل الثَّم ر‬
ََ ْ َ ُْ َ َ ُ َ َ
﴾۱۵ : ‫يما َف َقطَّ َع أ َْم َعاءَ ُه ْم ﴿حممد‬ ِ‫هو خالِ ٌد يِف النَّا ِر وس ُقوا ماء مَح‬
ً ًَ َُ َ َُ
Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan
kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai
dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu
yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat
rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring;
dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam
neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga
memotong-motong ususnya?.” (Q.S. Muhammad: 15).
Yaitu kisah dan sifatnya yang menjadikan surga itu menakjubkan.
Az-Zamakhsyari dalam Al-Kasysyaf, mengisyaratkan ada tiga makna terkait
dalam matsal ini, katanya: “Amtsal digunakan untuk menggambarkan sesuatu
keadaan, sifat atau kisah yang menakjubkan, ada makna keempat yang dipakai
oleh ulama bahasa Arab yaitu majaz murakkab (ungkapan metafora) yang
memiliki hubungan yang serupa ketika digunakan. Asalnya adalah sebagai
isti’arah tamtsiliyyah.”
Ibnu Al-Qayyim dalam masalah amtsal dalam Alqur’an menjelaskan
bahwa “Amtsal adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam
hukum, mendekatkan yang rasional kepada yang inderawi, atau salah satu dari dua
indera dengan yang lain karena adanya kemiripan.” Lebih lanjut beliau
mengemukakan sejumlah contoh, yang sebagian besar contohnya berupa
penggunaan tasyih sharih (penyerupaan yang jelas), diantaranya:

ِ َ َ‫الس م ِاء فَاخَتل‬ ِ ٍ ُّ ‫إِمَّنَا َمثَ ُل احْلَيَ ِاة‬


ُ َ‫ط بِ ه َنب‬
‫ات‬ ْ َ َّ ‫الد ْنيَا َك َم اء أَْنَزلْنَ اهُ م َن‬
ِ ‫ض مِم َّا يأْ ُك ل النَّاس واأل ْنع ام حىَّت إِذَا أَخ َذ‬
‫ض ُز ْخُر َف َه ا‬
ُ ‫األر‬
ْ ‫ت‬ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ ِ ‫األر‬ ْ

8
9

‫اه ا أ َْمُرنَا لَْيال أ َْو َن َه ًارا‬ ‫ت‬


ََ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ر‬ ِ َ‫و َّازيَّنت وظَ َّن أَهلُه ا أَنَّهم ق‬
‫اد‬
َ َْ َ ُ ُْ َ ْ َ َْ َ
ِ ‫ص ل اآلي‬ ِ‫س َك َذل‬ ِ ‫فَجع ْلنَاه ا ح‬
‫ات‬ َ ُ ِّ ‫ف‬َ ‫ن‬
ُ ‫ك‬
َ ْ ِ‫يدا َك أَ ْن مَلْ َت ْغ َن ب‬
ِ ‫األم‬ ً ‫ص‬ َ َ ََ
﴾۲٤:‫ك ُرو َن﴿يونوس‬ َّ ‫لَِقوٍم َيَت َف‬
ْ
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah
seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan
suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab
Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya)
laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada
orang-orang yang berpikir.” (Q.S. Yunus: 24).
Sebagian lagi berupa penggunaan tasybih dhimni (penyerupaan secara
tidak tegas/ tidak langsung), contohnya:

‫ض الظَّ ِّن إِمْثٌ َوال‬ ‫ع‬ ‫ب‬ َّ


‫ن‬ ِ
‫إ‬ ‫ن‬
ِّ َّ
‫ظ‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ِ ‫يا أَيُّه ا الَّ ِذين آمنُوا اجتَنِب وا َكثِ ريا‬
‫م‬
َ َْ َ ً ُ ْ َ َ َ َ
‫َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل حَلْ َم‬
َ‫بأ‬ ُّ ِ‫ض ا أَحُي‬
ً ‫ض ُك ْم َب ْع‬
ُ ‫ب َب ْع‬
ْ َ‫جَتَ َّس ُس وا َوال َي ْغت‬
:‫يم﴿احلوج ورات‬ ‫ح‬ِ ‫يه ميتً ا فَ َك ِرهتُم وه و َّات ُق وا اللَّه إِ َّن اللَّه َت َّواب ر‬ِ ‫َخ‬
ِ‫أ‬
ٌ َ ٌ َ َ َ ُُ ْ ْ َ
﴾۱۲
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

9
10

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Hujuraat: 12).
Dikatakan dhimni karena dalam ayat ini tidak terdapat tasybih sharih.

2.2 Macam-macam Amtsal


Menurut ahli Balaghah, tamsil harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu:
bentuk kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dan tepat, perumpamaannya
baik dan kinayahnya harus indah. Adapun rukun tamsil ada empat macam, yaitu:
1. Wajah syabah yaitu pengertian yang dapat dipahami dari perumpamaan
tersebut, yang sama-sama ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
2. Adat tasybih, yaitu terdiri dari kaf, mitsl, kaana, dan semua lafadz yang
menunjukkan perumpamaan.
3. Musyabbah, yaitu subyek sasaran perumpamaan.
4. Musyabbah bih, yaitu obyek yang dijadikan perumpamaan.
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi membagi amtsal dalam Alqur’an menjadi
dua macam, yaitu amtsal dzahir (jelas), dan amtsal khafiy (tersembunyi).
Sedangkan Manna’ Al-Qathan membaginya menjadi tiga macam, yaitu amtsal
musharrahah, amtsal kaminah, dan amtsal mursalah.
1) Amtsal musharrahah, yaitu lafadznya jelas menggunakan kalimat mitsal atau
sesuatu yang menunjukkan perumpamaan/ penyerupaan (tasybih). Amtsal
seperti ini banyak ditemukan dalam Alqur’an, berikut beberapa contohnya:
a. Firman Allah mengenai orang munafik:

‫ب اللَّ ُه‬ ‫ه‬ ‫ذ‬


َ ‫ه‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫اء‬ ‫َض‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬َّ ‫ل‬
َ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ار‬َ‫ن‬ ‫د‬ ‫ق‬
َ ‫و‬‫ت‬‫اس‬ ‫ي‬ ِ َّ‫مثلُهم َكمث ِل ال‬
‫ذ‬
َ َ ُ َْ َ ْ َ َ ً ْ َْ َ َ َ ْ ُ ََ
ِ ٍ ِ
‫ص ٌّمﻣ بُ ْك ٌم عُ ْم ٌي‬ُ ﴾۱۷﴿‫بِنُو ِره ْم َوَتَر َك ُه ْم يِف ظُلُ َمات الﱠ يُْبصُرو َن‬
‫ات‬ ِ ِ ِ َّ ‫ب ِمن‬ ٍ ِّ‫ص ي‬ ِ ‫َفهم اَل ير‬
ٌ ‫الس َماء في ه ظُلُ َم‬ َ ‫ك‬
َ َْ ‫َو‬ ‫أ‬ ﴾ ۱۸ ﴿ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ج‬
ُ َْ ْ ُ
‫اع ِق َح َذ َر‬ِ ‫الص و‬ َّ ‫ن‬ ِ ‫ور ْع ٌد وب ر ٌق جَي علُ و َن أَص ابِعهم يِف آ َذاهِنِم‬
‫م‬
َ َ ْ ْ َُ َ َْ ْ َ َ َ َ

10
11

‫ف‬ ِ ِ‫ط بِالْ َك اف‬ ِ‫ت واللَّه حُم‬ ِ ‫الْم و‬


ُ َ‫اد الَْب ْر ُق خَي ْط‬ ُ ‫﴾ يَ َك‬۱٩﴿‫ين‬ َ ‫ر‬ ٌ ‫ي‬ ُ َ ْ َ
‫َض اءَ هَلُ ْم َم َش ْوا فِي ِه َوإِ َذا أَظْلَ َم َعلَْي ِه ْم قَ ُاموا َولَ ْو‬
َ ‫ص َار ُه ْم ُكلَّ َم ا أ‬
َ ْ‫أَب‬
‫ص ا ِر ِه ْم إِ َّن اللَّهَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء‬ ِ
َ ْ‫ب بِ َس ْمع ِه ْم َوأَب‬َ ‫َش اءَ اللَّهُ لَ َذ َه‬
﴾۲٠-۱۷:‫﴾ ﴿البقرة‬۲٠﴿‫قَ ِد ٌير‬
Artinya: “(17) Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat. (18) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan
kembali (ke jalan yang benar). (19) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat
telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan
mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (20) Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika
Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah:
17-20).
Di dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang
munafik, matsal yang bekenaan dengan api (‫ )النار‬dalam firmanNya “…adalah
seperti orang yang menyalakan api…”, karena di dalam api terdapat unsur
cahaya; dan matsal yang berkenaan dengan air (‫)الماء‬, “…atau seperti (orang-
orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…” karena di dalam air terdapat
materi kehidupan. Wahyu yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi
hati dan menghidupkannya.
Allah juga menyebutkan kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam dua
keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk
penerangan dan kemanfa’atan; mengingat mereka memperoleh kemanfa’atan

11
12

materi dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi lain Islam tidak memberikan
pengaruh “nur”nya terhadap hati mereka karena Allah menghilangkan cahaya
(nur) yang ada dalam api itu, “…Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka…” dan membiarkan unsur “membakar” yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air (‫اء‬PPP‫)الم‬, Allah
menyerupakan mereka dengan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap
gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia
meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena
takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan, dan khithabnya bagi mereka tidak ubahnya dengan petir yang
turun menyambar.

b. Matsal ‫ الماء‬dan ‫ النار‬juga digunakan untuk menggambarkan yang haq dan


yang bathil, dalam surat Ar-Ra’d ayat 17:

ِ ِ َّ ‫أَْن ز َل ِمن‬
‫الس ْي ُل‬
َّ ‫احتَ َم َل‬ ْ َ‫ت أ َْوديَ ةٌ بَِق َد ِر َها ف‬ ْ َ‫الس َماء َم اءً فَ َس ال‬ َ َ
‫اع َزبَ ٌد‬ٍ َ‫َزبَ ًدا َرابِيً ا َومِم َّا يُوقِ ُدو َن َعلَْي ِه يِف النَّا ِر ابْتِغَ اءَ ِحْليَ ٍة أ َْو َمت‬
‫ب‬ ‫ه‬ ‫ذ‬
ْ ‫ي‬‫ف‬َ ‫د‬ ‫ب‬ ‫الز‬
َّ ‫ا‬ ‫َم‬
َّ ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ل‬ ِ ‫ض ِرب اللَّه احْل َّق والْب‬
‫اط‬ ‫ي‬ ‫ك‬ ِ‫ِم ْثلُ ه َك َذل‬
ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ
ِ ِ ‫ج َف اء وأ ََّما م ا يْن َف ع النَّاس َفيم ُكث يِف األر‬
‫ب‬ُ ‫ض ِر‬ ْ َ‫ك ي‬ َ ‫ض َك َذل‬ ْ ُ َْ َ ُ َ َ َ ً ُ
﴾۱۷:‫ال ﴿الرعد‬ ْ ُ‫اللَّه‬
َ َ‫األمث‬
Artinya: ”Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka
lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat

12
13

perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Q.S. Ar-Ra’d: 17).

Wahyu yang diturunkan Allah dari langit untuk menghidupkan hati


diserupakan dengan air hujan yang diturunkannya untuk menghidupkan bumi
dan tumbuh-tumbuhan. Hati diserupakan dengan lembah, arus air yang
mengalir di lembah akan menghanyutkan buih dan sampah. Begitu pula
hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan berpengaruh terhadap nafsu
syahwat, dengan menghilangkannya. Inilah matsal ‫ الماء‬dalam firmanNya
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit,…”. Demikianlah Allah
membuat matsal bagi yang haq dan yang bathil.

Mengenai matsal ‫ النار‬, dalam firmanNya “…Dan dari apa (logam)


yang mereka lebur dalam api..”. Logam, baik emas, perak, tembaga,
maupun besi,ketika dituangkan ke dalam api, maka api akan menghilangkan
kotoran dan karat yang melekat padanya, memisahkannya dari substansi yang
dapat dimanfa’atkan, sehingga karat itu hilang dengan sia-sia. Begitu pula
syahwat akan dilemparkan dan dibuang dengan sia-sia oleh hati orang
mukmin seperti arus air menghanyutkan sampah atau api yang melemparkan
karat logam.

Menurut As-Suyuthi, firman Allah “Allah telah menurunkan air


(hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya,…”, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan melalui jalur ‘Ali, dari Ibnu
‘Abbas yang berkata:”Ayat ini merupakan perumpamaan tentang hati yang
mengemban (suatu beban) menurut ukuran keyakinan atau keraguannya.
Dalam hal ini, ayat “…Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak
ada harganya…” merupakan sebuah perumpamaan tentang keraguan (syakk).
Sedangkan ayat “…adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia
tetap di bumi…” merupakan perumpamaan tentang keyakinan. Kemudian

13
14

sebagaimana halnya perhiasan yang dimasukkan ke dalam api, yang murni


akan diambil, sedangkan kerak atau kotorannya akan ditinggalkan dalam api;
demikian pula Allah hanya akan menerima keyakinan dan akan meninggalkan
keraguan.” Selanjutnya dalam sebuah riwayat, Imam ‘Atha’ menegaskan
bahwa ayat tersebut mengandung perumpamaan yang dibuat oleh Allah bagi
Mukmin dan kafir.

2) Amtsal kaminah, yaitu perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas


(samar), atau yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil, tetapi
ia menunjukkan makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat padat,
dan mempunyai pengarh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya. Contoh diantaranya:
A. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan ‫ير‬PP‫ الوسط خ‬P‫( اﻷمور‬sebaik-
baik urusan adalah pertengahannya), yaitu:
a). Firman Allah mengenai sapi betina:
“…sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu;…” (Q.S. Al-Baqarah: 68).
b). FirmanNya tentang nafkah:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-
lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian.” (Q.S. Al-Furqaan:67).
c). FirmanNya mengenai shalat:
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (Q.S. Al-Isra’:
110).
d) FirmanNya mengenai infaq:

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan


janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.” (Q.S. Al-Isra’: 29).

14
15

B. Ayat yang senada dengan perkataan ‫( الخبر كالمعاينة ليس‬Kabar itu tidak sama
dengan menyaksikan sendiri), seperti firman Allah tentang Ibrahim dalam
surat Al-Baqarah ayat 260:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah
kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku
tetap mantap (dengan imanku)"….”
C. Ayat yang senada dengan perkataan ‫( تدين تدان كما‬Sebagaiman kamu telah
menghutangkan, maka kamu akan dibayar), contohnya dalam surat An-Nisa’
ayat 123:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
D. Ayat yang senada dengan perkataan ‫رتين‬PP‫ر م‬PP‫ؤمن من جح‬PP‫دغ الم‬PP‫( اليل‬Orang
Mukmin tidak disengat dua kali dari lubang yang sama), contohnya firman
Allah melalui lisan Ya’qub dalam surat Yusuf ayat 64:
“Berkata Yakub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)
kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada
kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang.”

3) Amtsal mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz


tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat tersebut berlaku sebagai matsal.
Beberapa contoh diantaranya:
a. Q.S. Yusuf ayat 51:

…‫ْح ُّق‬ ِ َ‫…قَال‬


ْ ‫ت ْامَرأَةُ الْ َع ِزي ِز اآل َن َح‬
َ ‫ص ال‬
َ ‫ص َح‬
Artinya: “…Berkata istri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu,…”
b. Q.S. An-Najm ayat 58:

ِ ‫ون اللَّ ِه َك‬


ٌ‫اش َفة‬ ِ ‫لَيس هَل ا ِمن د‬
ُ ْ َ َ ْ
15
16

Artinya:” Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.”
c. Q.S. Al-Maidah ayat 100:

ِ ِ‫ك َك ْث رةُ اخْلَب‬


‫يث‬ َ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫َع‬
ْ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ي‬
َِّّ‫يث َوالط‬ُ ِ‫قُ ل اَل يَس تَ ِوي الْ َخب‬
َ َ َ ْ َ ُ ْ ْ
‫اب لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬
ِ ‫فَ َّات ُقوا اللَّهَ يا أُويِل األلْب‬
َ َ
Artinya: “Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."
d. Dan banyak contoh-contoh lainnya.
Para ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka namakan
amtsal mursalah, apa atau bagaimanakah hukum mempergunakannya sebagai
matsal?
Pertama, sebagian ahli ilmu memandang hal demikian sebagai telah keluar
dari adab Alquran. Berkata Ar-Razi ketika menafsirkan surat Al-Kafirun ayat 6:

ِ ‫ِدي‬
﴾٦﴿‫ن‬
َ
‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َويِل‬
Artinya: “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
“Sudah menjadi tradisi orang, menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk
membela, membenarkan perbuatannya) ketika ia meninggalkan agama, padahal
hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Alqur’an bukan untuk
dijaikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan diamalkan isi kandungannya.”
Demikian menurut Ar-Razi.
Kedua, ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang
mempergunakan Alqur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh.
Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus dari manusia,
lalu ia mengatakan:

ِ ‫ون اللَّ ِه َك‬


﴾۵۸﴿ٌ‫اش َفة‬ ِ ‫لَيس هَل ا ِمن د‬
ُ ْ َ ْ َ

16
17

Artinya: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain
Allah.” (Q.S. An-Najm: 58).
Atau ia diajak berbicara oleh penganut ajaran sesat yang berusaha
membujuknya agar mengikuti ajaran mereka, maka ia menjawab: “Untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku” (Q.S.Al-Kafirun: 6).
“Tetapi berdosa besar bagi seseorang yang dengan sengaja berpura-pura pandai
lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal, sampai-sampai ia terlihat bagai
sedang bersenda gurau.”

2.3 Faedah-faedah Amtsal Dalam Alqur’an


Ada beberapa faedah-faedah mempelajari Amtsal dalam Alqur’an, antara lain:
1) Menonjolkan/ menampilkan sesuatu yang ma’qul (yang hanya bsa
dijangkau akal, abstrak) dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan indera
manusia, sehingga akal mudah menerimanya, sebab pengertian-pengertian
abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika ia dituangkan dalam
bentuk inderawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya, dalam surat
Al-Baqarah ayat 264 Allah membuat perumpamaan bagi keadaan orang
yang menafkahkan harta dengan riya’, dimana ia tidak akan mendapatkan
pahala sedikitpun dari perbuatanya itu.

‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِ الْ َم ِّن َواألَ َذى‬ ‫وا‬ ‫ل‬


ُ ِ ‫ي ا أَيُّه ا الَّ ِذين آمنُ وا اَل ُتب‬
‫ط‬
َ ْ َ َ َ َ
ِ ‫َّاس واَل ي ْؤ ِمن بِاللَّ ِه والْي وِم‬
‫اآلخ ِر‬ ِ ‫ن‬‫ال‬ ‫اء‬ ‫ئ‬
َ ِ
‫ر‬ ‫ه‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬‫م‬ ‫ق‬ ِ ‫َكالَّ ِذي يْن‬
‫ف‬
َ
ْ َ ُ ُ َ َ ُ َ ُ ُ
‫ص ْل ًدا‬ ‫ه‬ ‫ك‬
َ ‫ر‬‫ت‬ ‫ف‬
َ ‫ل‬ ِ
‫ب‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫اب‬ ‫َص‬‫أ‬َ‫ف‬ ‫اب‬ ‫ر‬ ‫ت‬
ُ ِ ‫فَمَثلُ ه َكمثَ ِل ص ْفو ٍان علَي‬
‫ه‬
َ
َ ُ َ ٌ َ َُ َ ٌ َ ْ َ َ َ َ ُ َ
‫اَل َي ْق ِد ُرو َن َعلَى َش ْي ٍء مِم َّا َك َس بُوا َواللَّهُ اَل َي ْه ِدي الْ َق ْو َم‬
﴾۲٦٤:‫ين﴿البقرة‬ ِ
‫ر‬ ِ‫الْ َكاف‬
َ

17
18

Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan


(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir.”

2) Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal-hal yang abstrak.


3) Mengumpulkan/ menghimpun makna yang menarik lagi indah dalam satu
ungkapan yang singkat dan padat, seperti amtsal kaminah dan amtsal
mursalah dalam ayat-ayat diatas.
4) Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai isi matsal, jika ia
merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya, Allah membuat matsal
bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu
akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak. Perumpamaan ini
tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 261:

‫ت‬ ‫ت‬
َ ‫ب‬‫ن‬ْ َ
‫أ‬ ٍ َّ‫مثَ ل الَّ ِذين يْن ِف ُق و َن أَم واهَل م يِف س بِ ِيل اللَّ ِه َكمثَ ِل حب‬
‫ة‬
ْ َ َ َ َ ُْ َ ْ َُ ُ َ
‫ف لِ َم ْن‬ ِ ‫س بع س نَابِل يِف ُك ِّل س ْنبلَ ٍة ِمائَ ةُ حبَّ ٍة واللَّه ي‬
ُ ‫ض اع‬ َُُ َ َ ُ ُ َ َ َْ َ
﴾۲٦١:‫يم﴿البقرة‬ ِ‫يشاء واللَّه و ِاسع عل‬
ٌ َ ٌ َُ َُ ََ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.”

18
19

5) Menjauhkan dan menghindarkan dari perbuatan tercela, jika isi matsal berupa
sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing
dalam surat Al-Hujurat ayat 12:

‫ض الظَّ ِّن إِمْثٌ َوال‬ ِ ِ ِ ‫يا أَيُّه ا الَّ ِذين آمنُوا‬


َ ‫اجتَنبُوا َكث ًريا م َن الظَّ ِّن إِ َّن َب ْع‬ ْ َ َ َ َ
‫َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل حَلْ َم‬ ‫أ‬ ‫ب‬ُّ ِ‫جَت َّسس وا وال ي ْغتَب بعض ُكم بعض ا أَحُي‬
َ ً َْ ْ ُ َْ ْ َ َ ُ َ
﴾١۲﴿‫يم‬ ‫ح‬ِ ‫َخ ِيه ميتًا فَ َك ِرهتُموه و َّات ُقوا اللَّه إِ َّن اللَّه َت َّواب ر‬
ِ‫أ‬
ٌ َ ٌ َ َ َُ ُ ْ َْ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”

6) Untuk memuji orang yang diberi matsal. Seperti firman Allah tentang para
sahabat dalam surat Al-Fath ayat 29:

‫ين َم َع هُ أ َِش دَّاءُ َعلَى الْ ُك َّفا ِر ُرمَحَ اءُ َبْيَن ُه ْم‬ ِ َّ‫ول اللَّ ِه وال‬
َ َ ُ ‫حُمَ َّم ٌد َر ُس‬
‫ذ‬
‫اه ْم يِف‬ ِ ‫ض وانًا‬ ِ ‫ض ال ِمن اللَّ ِه و‬
ُ ‫يم‬ َ ‫س‬ َ َ َ ْ َ‫َت َر ُاه ْم ُر َّك ًع ا ُس َّج ًدا َيْبَتغُ و َن ف‬
ْ ‫ر‬
‫ك َمَثلُ ُه ْم يِف الت َّْو َر ِاة و َمَثلُ ُه ْم يِف‬ ِ‫ود َذل‬
ِ ‫الس ج‬ ُّ ِ
‫ر‬ َ‫ث‬َ‫أ‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫وه ِهم‬ِ ‫وج‬
َ َ ُ ْ ْ ُُ
‫اس َت َوى َعلَى ُس وقِ ِه‬ ْ َ‫ظ ف‬ َ َ‫اس َت ْغل‬
ْ َ‫َخَر َج َشطْأَهُ فَ َآز َرهُ ف‬
ِ
ْ ‫اإلجْن ِيل َكَز ْر ٍع أ‬
‫ين َآمنُ وا َو َع ِملُ وا‬ ِ َّ‫ظ هِبِم الْ ُك َّفار وع د اللَّه ال‬
‫ذ‬ َ ‫ي‬ِ‫يع ِجب ال ُّز َّراع لِيغ‬
َ ُ َ َ ََ ُ َ َ ُ ُْ
﴾۲٩﴿‫يما‬ ِ ‫ات ِمْنهم م ْغ ِفر ًة وأَجرا ع‬
‫ظ‬ ِ ‫الصاحِل‬
ً َ ًْ َ َ َ ْ ُ َ َّ
Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama

19
20

mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Demikianlah keadaan para sahabat, pada mulanya mereka hanya golongan
minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan
mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
7) Dengan matsal tersebut, untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya perumpaman tentang
orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga ia tidak
mengamalkannya, diterangkan dalam surat Al-A’raaf ayat 175-176:

‫َواتْ ُل َعلَْي ِه ْم َنبَ أَ الَّ ِذي آَتْينَ اهُ آيَاتِنَ ا فَانْ َس لَ َخ ِمْن َه ا فَأَْتَب َع ُه‬
‫﴾ولَ ْو ِش ْئنَا لََر َف ْعنَ اهُ هِبَ ا‬
َ ١۷۵﴿‫ين‬ َ ِ
‫و‬ ‫ا‬ ‫غ‬
َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ن‬َ
ِ ‫الش يطَا ُن فَ َك ا َن‬
‫م‬ ْ َّ
‫ب إِ ْن‬ِ ‫ض و َّاتبَ َع َه واهُ فَمَثلُ هُ َكمثَ ِل الْ َك ْل‬ ِ ‫األر‬ ‫ىَل‬ِ‫إ‬ ‫د‬
َ ‫ل‬
َ ‫َخ‬‫أ‬ ‫َّه‬
‫ن‬‫ك‬ِ َ‫ول‬
َ َ َ َ ْ ْ ُ َ
‫ين‬ ِ َّ‫ث َذلِ ك مث ل الْ َق وِم ال‬
‫ذ‬ ْ ‫ه‬ ‫ل‬
ْ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ك‬
ْ ‫ر‬‫ت‬ْ ‫ت‬
َ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ث‬
ْ ‫ه‬ ‫ل‬
ْ ‫ي‬ ِ ‫حَتْ ِم ل علَي‬
‫ه‬
َ ْ ُ َ َ َ ََُ ُ ْ ََ َْ ْ
ِ
﴾١۷٦﴿‫ص لَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُرو َن‬ َ ‫ص‬ َ ‫ص الْ َق‬ ِ ‫ص‬ ُ ْ‫َك َّذبُوا بِآيَاتنَا فَاق‬
Artinya: “(175) Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda),
maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (176) Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu

20
21

membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-


orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-
kisah itu agar mereka berpikir.”

8) Untuk memberikan rasa berkesan dan membekas dalam jiwa, karena amtsal
lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan
peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Diantaranya, Allah banyak
menyebut amtsal di dalam Alqur’an untuk peringatan dan pelajaran. Allah
berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 27:

﴿‫آن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّ ُه ْم َيتَ َذ َّكُرو َن‬


ِ ‫َّاس يِف ه َذا الْ ُقر‬
ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫ولََق ْد ضربنا ل‬
ْ َ َْ َ َ َ
﴾۲۷
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini setiap
macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”
Juga firman Allah dalam surat Al-‘Ankabuut ayat 43:

﴾٤۳﴿‫َّاس َو َما َي ْع ِقلُ َها إِالﱠ الْ َعالِ ُمو َن‬


ِ ‫ض ِربُ َها لِلن‬
ْ َ‫ال ن‬
ُ َ‫األمث‬
ْ ‫ك‬ َ ‫َوتِْل‬
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”

21
22

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah “Menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.”
Amtsal dalam Alqur’an mengandung makna tasybih, yaitu penyerupaan
sesuatu dengan sesuatu yang serupa lainnya, dan membuat setara antara keduanya
dalam hukum.
Tujuan dibuatnya perumpamaan (tamsil) dalam Alqur’an adalah agar
manusia mau melakukan kajian terhadap kandungan Alqur’an, termasuk untuk
mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh umat-umat yang lampau.
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi membagi amtsal dalam Alqur’an menjadi
dua macam, yaitu amtsal dzahir (jelas), dan amtsal khafiy (tersembunyi).
Sedangkan Manna’ Al-Qathan membaginya menjadi tiga macam, yaitu amtsal
musharrahah, amtsal kaminah, dan amtsal mursalah.
Faedah-faedah mempelajari amtsal Alqur’an, diantaranya: sebagai
ungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk konkrit yang dapat ditangkap
indera manusia, dapat mengungkapkan kenyataan daan mengkonkritkan hal-hal
yang abstrak, dapat mengumpulkan makna-makna yang indah dan menarik dalam
ungkapan yang singkat dan padat, mendorong agar giat dan rajin beramal serta
melakukan hal-hal yang menarik dalam Alqur’an, menghindari dari perbuatan
yang tercela,

22
23

3.2 Saran

Kami sebagai pemakalah menyadari masih banyak kekurangan mengenai isi


dari makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pembimbing khususnya, serta dari teman-teman semua agar makalah ini
dapat ditulis dengan lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alqur’an, Jakarta: Amzah, 2005.

Departemen Agama, Al-Hikmah: Alqur’an dan terjemahannya, Bandung:


Diponegoro, 2005.

Fuad Kauma, Tamsil Alqur’an: Memahami Pesan-pesan Moral dalam Ayat-ayat


Tamsil, cet. 1, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.

Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Alqur’an (Mabahits fi ‘Ulumul


Qur’an), penerj. Mudzakir,AS, cet. 14, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa,
2011.

Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Alqur’an 2, penerj. Halimuddn S.H., cet. 1,


Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudra Ilmu-ilmu Alqur’an:
Ringkasan Kitab Al-Itqan Fi Ulum Alqur’an Karya Al-Imam Jalal Al-Din
Al-Suyuthi, cet. 1, Bandung: Mizan Pustaka, 2003.

Muhammad Al-Khidr Husain, Balaghatul Qur’an.


Muhammad Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, Jakarta: Intimedia, 2002.

Sofyan Efendi, Hadits Web: Kumpulan & Referensi Belajar Hadits, (http://opi.
110mb.com), dari situs: http://www.alsofwah.or.id/?pilih
=lihathadits&id=50.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Alqur’an, cet. 1, penerj. H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.

23

Anda mungkin juga menyukai