MAKALAH
DISKUSI KELOMPOK
- Suparman, M.Ag.
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas amtsalul quran. Dalam penyusunan makalah
ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai amtsalul
quran. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Kelompok 13
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
3.1 Simpulan.................................................................................................33
3.2 Saran.......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................i
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
َ يتَ َذ َّكرو
﴿ن م هَّ
ل عَل ٍ
ل ث م ل ك
ُ ن ِ آن
م ِ َّاس يِف ه َذا الْ ُق ر
ِ ن لِولََق ْد ضربنا ل
ُ َ ُْ َ َ َ ِّ ْ ْ َ َْ َ َ َ
﴾۲۷
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”
Tidak ada satu kitab pun didunia ini yang mampu membuat tamsil yang
kesempurnaannya sebanding dengan Alqur’an, apalagi melebihi Alqur’an.
Tamsil yang dibuat Alqur’an mampu menembus waktu dan tabir alam, yang
bersifat rasional dan ilmiah.
Namun, meski demikian masih banyak juga manusia yang tetap juga
membantah isi dalam Alqur’an dan tidak mau mempercayainya, padahal
kebenaran sudah benar-benar ada. Maka tepat sekali Alqur’an mengatakan
bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling banyak membantah. Seperti
yang disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 54:
ِ آن لِلن
َّاس ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل َو َك ا َن اإلنْ َس ا ُن ِ ولََق ْد ص َّر ْفنَا يِف ه َذا الْ ُق ر
ْ َ َ َ
﴾۵٤﴿ شي ٍء ج َداَل
َ ْ َ أَ ْكَثَر
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia
adalah makhluk yang paling banyak membantah” (Q.S. Al-Kahfi: 54).
Term al-Amtsal terdapat dalam ‘Ulum al-Qur’an, khususnya pengantar
Ilmu Tafsir. Amtsal adalah “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan
sesuatu yang inderawi (konkret)”. Sayyid Quthub mengatakan bahwa, amtsal
dalam Alqur’an merupakan sarana untuk mengabarkan kondisi bangsa-bangsa
pada masa lampau dan untuk mengabarkan akhlaknya yang sudah sirna.
5
6
pelajaran yang berharga yang dapat kita jadikan landasan dalam menjalani
hidup didunia ini.
6
7
BAB II
PEMBAHASAN
آس ٍن َوأَْن َه ٌارِ ِ مثَل اجْل ن َِّة الَّيِت و ِع َد الْمَّت ُق و َن فِيه ا أَْنه ار ِمن م ٍاء َغ
َ َ ٌ ْ َ رْي ُ ُ َ ُ َ
ني َوأَْن َه ٌار ِم ْن َّ ِِم ْن لَنَب ٍ مَلْ َيَتغََّي ْر طَ ْع ُم هُ َوأَْن َه ٌار ِم ْن مَخْ ٍر لَ َّذ ٍة ل
َ ِلش ا ِرب
7
8
8
9
9
10
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Hujuraat: 12).
Dikatakan dhimni karena dalam ayat ini tidak terdapat tasybih sharih.
10
11
11
12
materi dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi lain Islam tidak memberikan
pengaruh “nur”nya terhadap hati mereka karena Allah menghilangkan cahaya
(nur) yang ada dalam api itu, “…Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka…” dan membiarkan unsur “membakar” yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air (اءPPP)الم, Allah
menyerupakan mereka dengan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap
gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia
meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena
takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan, dan khithabnya bagi mereka tidak ubahnya dengan petir yang
turun menyambar.
ِ ِ َّ أَْن ز َل ِمن
الس ْي ُل
َّ احتَ َم َل ْ َت أ َْوديَ ةٌ بَِق َد ِر َها ف ْ َالس َماء َم اءً فَ َس ال َ َ
اع َزبَ ٌدٍ ََزبَ ًدا َرابِيً ا َومِم َّا يُوقِ ُدو َن َعلَْي ِه يِف النَّا ِر ابْتِغَ اءَ ِحْليَ ٍة أ َْو َمت
ب ه ذ
ْ يفَ د ب الز
َّ ا َم
َّ أَف ل ِ ض ِرب اللَّه احْل َّق والْب
اط ي ك ِِم ْثلُ ه َك َذل
ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ
ِ ِ ج َف اء وأ ََّما م ا يْن َف ع النَّاس َفيم ُكث يِف األر
بُ ض ِر ْ َك ي َ ض َك َذل ْ ُ َْ َ ُ َ َ َ ً ُ
﴾۱۷:ال ﴿الرعد ْ ُاللَّه
َ َاألمث
Artinya: ”Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka
lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat
12
13
perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Q.S. Ar-Ra’d: 17).
13
14
14
15
B. Ayat yang senada dengan perkataan ( الخبر كالمعاينة ليسKabar itu tidak sama
dengan menyaksikan sendiri), seperti firman Allah tentang Ibrahim dalam
surat Al-Baqarah ayat 260:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah
kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku
tetap mantap (dengan imanku)"….”
C. Ayat yang senada dengan perkataan ( تدين تدان كماSebagaiman kamu telah
menghutangkan, maka kamu akan dibayar), contohnya dalam surat An-Nisa’
ayat 123:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
D. Ayat yang senada dengan perkataan رتينPPر مPPؤمن من جحPPدغ المPP( اليلOrang
Mukmin tidak disengat dua kali dari lubang yang sama), contohnya firman
Allah melalui lisan Ya’qub dalam surat Yusuf ayat 64:
“Berkata Yakub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)
kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada
kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang.”
Artinya:” Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.”
c. Q.S. Al-Maidah ayat 100:
ِ ِدي
﴾٦﴿ن
َ
لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َويِل
Artinya: “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
“Sudah menjadi tradisi orang, menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk
membela, membenarkan perbuatannya) ketika ia meninggalkan agama, padahal
hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Alqur’an bukan untuk
dijaikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan diamalkan isi kandungannya.”
Demikian menurut Ar-Razi.
Kedua, ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang
mempergunakan Alqur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh.
Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus dari manusia,
lalu ia mengatakan:
16
17
Artinya: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain
Allah.” (Q.S. An-Najm: 58).
Atau ia diajak berbicara oleh penganut ajaran sesat yang berusaha
membujuknya agar mengikuti ajaran mereka, maka ia menjawab: “Untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku” (Q.S.Al-Kafirun: 6).
“Tetapi berdosa besar bagi seseorang yang dengan sengaja berpura-pura pandai
lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal, sampai-sampai ia terlihat bagai
sedang bersenda gurau.”
17
18
ت ت
َ بنْ َ
أ ٍ َّمثَ ل الَّ ِذين يْن ِف ُق و َن أَم واهَل م يِف س بِ ِيل اللَّ ِه َكمثَ ِل حب
ة
ْ َ َ َ َ ُْ َ ْ َُ ُ َ
ف لِ َم ْن ِ س بع س نَابِل يِف ُك ِّل س ْنبلَ ٍة ِمائَ ةُ حبَّ ٍة واللَّه ي
ُ ض اع َُُ َ َ ُ ُ َ َ َْ َ
﴾۲٦١:يم﴿البقرة ِيشاء واللَّه و ِاسع عل
ٌ َ ٌ َُ َُ ََ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.”
18
19
5) Menjauhkan dan menghindarkan dari perbuatan tercela, jika isi matsal berupa
sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing
dalam surat Al-Hujurat ayat 12:
6) Untuk memuji orang yang diberi matsal. Seperti firman Allah tentang para
sahabat dalam surat Al-Fath ayat 29:
ين َم َع هُ أ َِش دَّاءُ َعلَى الْ ُك َّفا ِر ُرمَحَ اءُ َبْيَن ُه ْم ِ َّول اللَّ ِه وال
َ َ ُ حُمَ َّم ٌد َر ُس
ذ
اه ْم يِف ِ ض وانًا ِ ض ال ِمن اللَّ ِه و
ُ يم َ س َ َ َ ْ ََت َر ُاه ْم ُر َّك ًع ا ُس َّج ًدا َيْبَتغُ و َن ف
ْ ر
ك َمَثلُ ُه ْم يِف الت َّْو َر ِاة و َمَثلُ ُه ْم يِف ِود َذل
ِ الس ج ُّ ِ
ر َثَأ نمِ وه ِهمِ وج
َ َ ُ ْ ْ ُُ
اس َت َوى َعلَى ُس وقِ ِه ْ َظ ف َ َاس َت ْغل
ْ ََخَر َج َشطْأَهُ فَ َآز َرهُ ف
ِ
ْ اإلجْن ِيل َكَز ْر ٍع أ
ين َآمنُ وا َو َع ِملُ وا ِ َّظ هِبِم الْ ُك َّفار وع د اللَّه ال
ذ َ يِيع ِجب ال ُّز َّراع لِيغ
َ ُ َ َ ََ ُ َ َ ُ ُْ
﴾۲٩﴿يما ِ ات ِمْنهم م ْغ ِفر ًة وأَجرا ع
ظ ِ الصاحِل
ً َ ًْ َ َ َ ْ ُ َ َّ
Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
19
20
mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Demikianlah keadaan para sahabat, pada mulanya mereka hanya golongan
minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan
mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
7) Dengan matsal tersebut, untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya perumpaman tentang
orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga ia tidak
mengamalkannya, diterangkan dalam surat Al-A’raaf ayat 175-176:
َواتْ ُل َعلَْي ِه ْم َنبَ أَ الَّ ِذي آَتْينَ اهُ آيَاتِنَ ا فَانْ َس لَ َخ ِمْن َه ا فَأَْتَب َع ُه
﴾ولَ ْو ِش ْئنَا لََر َف ْعنَ اهُ هِبَ ا
َ ١۷۵﴿ين َ ِ
و ا غ
َ ل
ْ ا نَ
ِ الش يطَا ُن فَ َك ا َن
م ْ َّ
ب إِ ْنِ ض و َّاتبَ َع َه واهُ فَمَثلُ هُ َكمثَ ِل الْ َك ْل ِ األر ىَلِإ د
َ ل
َ َخأ َّه
نكِ َول
َ َ َ َ ْ ْ ُ َ
ين ِ َّث َذلِ ك مث ل الْ َق وِم ال
ذ ْ ه ل
ْ ي ه ك
ْ رتْ ت
َ َو أ ث
ْ ه ل
ْ ي ِ حَتْ ِم ل علَي
ه
َ ْ ُ َ َ َ ََُ ُ ْ ََ َْ ْ
ِ
﴾١۷٦﴿ص لَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُرو َن َ ص َ ص الْ َق ِ ص ُ َْك َّذبُوا بِآيَاتنَا فَاق
Artinya: “(175) Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda),
maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (176) Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
20
21
8) Untuk memberikan rasa berkesan dan membekas dalam jiwa, karena amtsal
lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan
peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Diantaranya, Allah banyak
menyebut amtsal di dalam Alqur’an untuk peringatan dan pelajaran. Allah
berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 27:
21
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah “Menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.”
Amtsal dalam Alqur’an mengandung makna tasybih, yaitu penyerupaan
sesuatu dengan sesuatu yang serupa lainnya, dan membuat setara antara keduanya
dalam hukum.
Tujuan dibuatnya perumpamaan (tamsil) dalam Alqur’an adalah agar
manusia mau melakukan kajian terhadap kandungan Alqur’an, termasuk untuk
mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh umat-umat yang lampau.
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi membagi amtsal dalam Alqur’an menjadi
dua macam, yaitu amtsal dzahir (jelas), dan amtsal khafiy (tersembunyi).
Sedangkan Manna’ Al-Qathan membaginya menjadi tiga macam, yaitu amtsal
musharrahah, amtsal kaminah, dan amtsal mursalah.
Faedah-faedah mempelajari amtsal Alqur’an, diantaranya: sebagai
ungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk konkrit yang dapat ditangkap
indera manusia, dapat mengungkapkan kenyataan daan mengkonkritkan hal-hal
yang abstrak, dapat mengumpulkan makna-makna yang indah dan menarik dalam
ungkapan yang singkat dan padat, mendorong agar giat dan rajin beramal serta
melakukan hal-hal yang menarik dalam Alqur’an, menghindari dari perbuatan
yang tercela,
22
23
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan Efendi, Hadits Web: Kumpulan & Referensi Belajar Hadits, (http://opi.
110mb.com), dari situs: http://www.alsofwah.or.id/?pilih
=lihathadits&id=50.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Alqur’an, cet. 1, penerj. H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
23