net/publication/322095680
CITATIONS
READS
8
3,228
2 authors, including:
Triyono Triyono
Indonesia Institute of Sciences
15 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Triyono Triyono on 28 December 2017.
Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana/Asep Koswara dan Triyono.
– Jakarta: LIPI Press, 2011.
x + 46 hlm.; 29,7 x 21 cm
ISBN 978-979-799-676-5
1. Monitoring dan Evaluasi 2. Sekolah Siaga Bencana
3. Panduan
371.39
Diterbitkan oleh:
LIPI Press, anggota Ikapi
Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta
10350 Telp. (021) 314 0228, 314 6942. Faks. (021)
314 4591
E-mail: bmrlipi@centrin.net.id
lipipress@centrin.net.id
press@mail.lipi.go.id
PANDUAN MONITORING
DAN EVALUASI
SEKOLAH SIAGA
BENCANA
Penulis:
Asep Koswara
Triyono
LIPI Press
PANDUAN MENGUKUR TINGKAT KESIAPSIAGAAN
iv MASYARAKAT DAN KOMUNITAS SEKOLAH
Terima kasih
kepada: Kurnia Hakim (Compress LIPI), Tasril Mulyadi
(Compress LIPI), Tim Compress LIPI, Faisal (TDMRC),
Khairul Anwar (TDMRC),
JICA-JST, SDN 2 Banda
Aceh, SMPN 1 Banda Aceh, SMAN 1 Banda
Aceh, SMAN 6 Banda Aceh, MAN 2 Banda
Aceh, dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh.
PANDUAN MENGUKUR TINGKAT KESIAPSIAGAAN
vi MASYARAKAT DAN KOMUNITAS SEKOLAH
KATA PENGANTAR
LIPI telah menggagas Sekolah Siaga Bencana sejak tahun 2008 dengan didukung oleh institusi
terkait pengurangan risiko bencana, mulai dari dukungan tingkat daerah, nasional dan
internasional, dan sampai saat ini sekolah siaga bencana terus mengalami perkembangan.
Gagasan tersebut lebih mengedepankan faktor nonstruktur, seperti pengetahuan tentang
fenomena gempa dan tsunami, rencana dan tindakan untuk merespons kondisi darurat
bencana untuk semua komponen (sekolah, guru, dan siswa), sistem peringatan bencana,
peningkatan kemampuan mobilisasi sumber daya, dan lain sebagainya.
Sebelumnya pada tahun 2008, COMPRESS LIPI pernah membuat buku yang berjudul
Membangun Sekolah Siaga Bencana. Sebagai tindak lanjut dari buku tersebut, maka di tahun 2011
ini diberi kesempatan untuk membuat buku yang berjudul Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah
Siaga Bencana. Harapannya dengan adanya buku ini, sekolah yang memiliki Program Sekolah Siaga
Bencana atau sejenisnya dapat melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala, baik oleh
pihak sekolah itu sendiri maupun oleh pihak lain. Dengan adanya panduan ini, terhadap pihak
sekolah maupun pihak di luar sekolah dapat menggunakan panduan ini untuk melihat
perkembangan dan kemajuan sekolah siaga bencana yang telah dirintis.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada penulis yang telah mencurahkan pikirannya
sehingga buku ini dapat terbit. Semoga buku ini berguna dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah di
Indonesia yang ingin meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah siaga bencana.
Jakarta, Desember
2011 Kepala Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Output 3
E. Ruang Lingkup 3
BAB II PROSEDUR DAN MEKANISME MONITORING DAN EVALUASI SEKOLAH SIAGA BENCANA 4
A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 4
B. Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 4
C. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 6
D. Prosedur Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 7
1. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Siaga Bencana 7
2. Instrumen Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (SSB) 7
E. Pengolahan dan Analisis Data 8
1. Pengolahan dan Analisis Data Monitoring 8
2. Pengolahan dan Analisis Data Evaluasi 9
DAFTAR PUSTAKA 13
DAfTAR TAbEl
Tabel 1. Daftar instrument monitoring Sekolah Siaga Bencana 7
Tabel 2. Nilai indeks ketercapaian Monitoring Sekolah Siaga Bencana 8
Tabel 3. Matriks jumlah pertanyaan Monitoring 8
Tabel 4. Bobot masing-masing parameter untuk indeks komunitas sekolah (%) 12
Tabel 5. Nilai indeks ketercapaian Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 13
A. lATAR bElAKANG
Kejadian bencana alam yang melanda Indonesia telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit,
baik dalam bentuk kehilangan harta benda maupun korban jiwa. Kerugian korban jiwa akibat
bencana alam dapat berupa orang meninggal ataupun hilang. Banyaknya korban meninggal dan
hilang mencerminkan kurangnya kesiapan dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi
bencana alam. Kekurangsiapan masyarakat dapat dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan dan
informasi mengenai fenomena ben- cana alam tersebut. Minimnya pengetahuan dan informasi
mengenai fenomena alam ternyata bukan hanya milik masyarakat awam dengan pendidikan yang
rendah saja. Hasil kajian yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa seorang
guru sekolah dasar di Aceh menganggap bahwa gempa bumi yang terjadi pada waktu itu
sebagai salah satu bentuk sakratulmaut yang sedang menjemput dirinya (LIPI-UNESCO/ISDR,
2006).
Komunitas sekolah merupakan salah satu pemangku kepentingan yang sangat penting
untuk kesiapsiagaan mengantisipasi bencana alam. Komunitas sekolah adalah agent of change yang
sangat potensial untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang fenomena gempa bumi dan
tsunami serta memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Selain itu, sekolah
sebagai sebuah tempat belajar mengajar juga memiliki risiko jika terjadi bencana. Berdasarkan
rencana nasional penanggulangan bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun
2010 sampai 2014, sedikitnya terdapat 23 provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi
terhadap gempa bumi di Indonesia dan lebih dari
130.000 bangunan sekolah berpotensi terhantam gempa bumi dan juga mengancam siswa
sekolah beserta seluruh fasilitasnya. Hasil kajian yang dilakukan oleh LIPI juga menunjukkan
bahwa komunitas sekolah di tujuh lokasi (Kota Bengkulu, Kabupaten Aceh Besar, Serang, Cilacap,
Sikka, Biak, dan Ternate) masih kurang siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami.
Oleh karena itu, berbagai inisiatif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan
komunitas sekolah dilakukan di Indonesia di berbagai tingkatan administrasi. Surat Edaran
Mendiknas No. 70a/SE/ MPN/2010 mengenai pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di
sekolah menjadi dasar dalam melakukan berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana untuk
mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah. Inisiatif
meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan komunitas sekolah juga sudah mulai dilakukan oleh
LIPI di berbagai daerah yang rawan gempa bumi dan tsunami di Indonesia melalui pendidikan
kesiapsiagaan komunitas sekolah. Tahun 2008, LIPI menginisiasi pembentukan model sekolah siaga
bencana di Kota Bengkulu. Pada tahun 2009, bekerjasama dengan UNESCO, pembentukan model
sekolah siaga bencana juga dilakukan LIPI di Maumere dan Kota Banda
PANDUAN MENGUKUR TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT
DAN KOMUNITAS SEKOLAH 1
Aceh. Di Kota Banda Aceh pengembangan model sekolah siaga bencana ini bekerjasama pula
dengan TDMRC-UNSYIAH. Pembentukan model sekolah siaga bencana yang dilakukan
menggunakan kerangka kerja (framework) kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI-
UNESCO/ISDR pada tahun 2006 dengan lima parameter kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap,
sistem peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan, dan mobilisasi sumber daya.
Namun, seberapa jauh upaya peningkatan kesiapsiagaan komunitas sekolah dan seberapa
efektif model sekolah siaga bencana dan kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan berbasis sekolah telah
dilaksanakan belum diketahui karena belum adanya alat atau metode untuk mengetahui
keberhasilan dan efektivitas model sekolah siaga bencana tersebut. Oleh karena itu panduan
untuk melakukan pemantauan dan evaluasi model sekolah siaga bencana diperlukan.
Diharapkan panduan ini dapat digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan dan
kemajuan sekolah siaga bencana yang sudah dirintis dan dapat mengambil langkah untuk
mengembangkan sekolah siaga bencana yang efektif dan implementif di sekolah. Sehingga tujuan
utama untuk mewujudkan pengurangan risiko bencana di sekolah dapat terwujud.
b. TUjUAN
Tujuan Umum
Memantau dan mengevaluasi Sekolah Siaga Bencana (SSB).
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari panduan ini adalah memandu dalam melakukan pemantauan dan evaluasi
kesiap- siagaan SSB mulai dari tingkat guru, siswa dan sekolah.
Pemantauan (monitoring) adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program sehingga
dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program selanjutnya. Monitoring Sekolah
Siaga Bencana (SSB) dilakukan dengan tujuan:
a) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
b) Mengidentifikasi masalah yang timbul sehingga dapat segera diatasi
c) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan pengembangan sekolah siaga bencana yang
digunakan sudah sesuai/tepat untuk mencapai tujuan program
d) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan
e) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpang dari tujuan.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja
program untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program. Evaluasi
Sekolah Siaga Ben- cana (SSB) dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari
pengalaman mengenai pengembangan sekolah siaga bencana, keluaran, manfaat, dan dampak dari
sekolah siaga bencana yang baru selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai
umpan balik bagi pengambilan kepu- tusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan pengendalian program selanjutnya.
C.SASARAN
Panduan monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana ini sasarannya digunakan untuk
melakukan pemantauan dan evaluasi ke sekolah siaga bencana yang telah dikembangkan
dengan menggunakan kerangka kerja (framework) kesiapsiagaan LIPI-UNESCO/ISDR. Namun tidak
menutup kemungkinan dapat dijadikan acuan bagi para pemangku kepentingan lainnya yang
sedang mengembangkan model sekolah siaga bencana yang disesuaikan dengan konteks
programnya.
2
D.OUTPUT
Output dari monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana ini diharapkan adalah persentase
capaian dari setiap indikator parameter kesiapsiagaan dan indeks tingkat kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana di akhir program.
E.RUANG lINGKUP
Monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana dilakukan untuk melihat kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana secara nonstruktur. Sekolah dikatakan siaga secara nonstruktur apabila sekolah
telah me- menuhi indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan.
3
bAb II
PROSEDUR DAN mEKANISmE mONITORING
DAN EvAlUASI SEKOlAH SIAGA bENCANA
Tahapan inisiasi sekolah siaga bencana dimulai dengan pemilihan sekolah yang akan
dijadikan sebagai pilot. Pemilihan sekolah tersebut mempertimbangkan beberapa kriteria di
antaranya faktor ker- entanan, kapasitas, dan risiko sekolah ataupun dengan pertimbangan khusus
berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan. Kemudian dilakukan studi awal untuk mengetahui
tingkat kesiapsiagaan dengan menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara dan
observasi sekolah. Dari hasil studi awal tersebut diharapkan dihasilkan diagnosa awal untuk
menentukan prioritas parameter kesiapsiagaan yang akan digunakan untuk selanjutnya dalam tahap
proses pemfasilitasian peningkatan dari setiap parameter kesiapsiagaan. Tahap proses
pemfasilitasian peningkatan setiap parameter kesiapsiagaan dilakukan dengan memberikan
bimbingan teknis dan praktik kepada sekolah seperti pembuatan ornamen sekolah, pembentukan
gugus siaga bencana, dan latihan simulasi evakuasi gempa bumi dan tsunami. Seperti yang
terlihat dalam gambar 1, diharapkan dengan mekanisme kerjasama dengan lembaga lokal maupun
instansi terkait di daerah, sekolah dapat mengembangkan secara mandiri dalam mencapai setiap
indika- tor parameter kesiapsiagaan.
5
C.mEKANISmE mONITORING DAN EvAlUASI SEKOlAH SIAGA
bENCANA mekanisme monitoring Sekolah Siaga bencana
Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan dengan memverifikasi setiap capaian indikator dari set-
iap parameter kesiapsiagaan. Secara umum monitoring dilakukan mencakup aspek masukan
(input), aspek proses (aktivitas) dan aspek keluaran (output) dalam mengembangkan sekolah siaga
bencana. Pertanyaan-pertanyaan kunci dalam monitoring sekolah siaga bencana antara lain:
a) Masalah-masalah apa yang timbul?
b) Apakah program berjalan sesuai jadwal?
c) Apakah program menghasilkan output yang direncanakan?
d) Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana?
e) Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program?
Selama proses pengembangan secara mandiri tahap monitoring dapat dilakukan untuk
melihat capaian sekolah dalam memenuhi indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan. Output
dari monitor- ing sekolah siaga bencana adalah persentase capaian sekolah dalam memenuhi
indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan. Selanjutnya, diakhir program dalam kurun waktu
yang disepakati dilakukan evaluasi terhadap sekolah siaga bencana tersebut. Output dari evaluasi
ini adalah tingkat kesiapsiagaan suatu sekolah siaga bencana. Mekanisme monitoring dan evaluasi
sekolah siaga bencana terlihat dalam Gambar 3.
Studi Awal
Tingkat Kesiapsiaga an
EVALUASI
MONITORING :
- Verifikasi setiap capaian indikator parameter kesiapsiagaan
SEKOLAH :
SIAGA BENCANA :
PENGEMBA Tinggi
NGAN MANDIRI SSB Sedang Rendah
Tinggi
Sedang Rendah
Triyono (2011)
Gambar 3. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (Triyono, 2011)
D.PROSEDUR mONITORING DAN EvAlUASI SEKOlAH SIAGA bENCANA
1.Pelaksana monitoring dan Evaluasi Siaga bencana
Monitoring dan evaluasi siaga bencana dapat dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal
sekolah. Internal sekolah dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Wakil maupun guru yang diberi
mandat untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi ini. Adapun pihak eksternal yang dapat
melakukan monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana ini antara lain pengawas sekolah atau
dari dinas pendidikan daerah setempat, penyandang dana dari program pembentukan sekolah
siaga bencana itu sendiri, bahkan perguruan tinggi setempat. Adapun kompetensi minimal yang
harus dimiliki oleh pelaksana monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana (Rafliana, 2010)
adalah:
a) Memahami standar pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
b) Memiliki pengetahuan tentang undang-undang terkait penanggulangan bencana
c) Memahami filosofi lima parameter kesiapsiagaan
d) Menguasai keterkaitan antar parameter kesiapsiagaan
e) Memahami letak/posisi dan peran lima parameter kesiapsiagaan dalam Sisdiknas
f) ) Mampu menggali informasi yang dimiliki sekolah khususnya terkait masing-masing
parameter kesiapsiagaan
Secara khusus, kriteria yang harus dimiliki oleh pelaksana monitoring dan evaluasi sekolah siaga
bencana adalah:
a) Menguasai variabel/indikator setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga bencana.
b) Mengetahui konsep standar isi dalam Sisdiknas (standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, penilaian, materi ajar, dan proses belajar).
c) Memahami filosofi manajemen risiko dan bagaimana manajemen risiko menjadi muatan
atau tagihan masing-masing indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga
bencana.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument evaluasi Sekolah Siaga Bencana berupa
kajian kesiapsiagaan komunitas sekolah. Di dalam instrument tersebut terdapat daftar pertanyaan
yang terdiri dari tiga seri, yaitu Seri S1 kuesioner untuk sekolah, seri S2 kuesioner untuk guru
dan seri S3 kuesioner untuk murid. Seri S1 ada enam bagian, antara lain pengenalan tempat,
keterangan sekolah, kebijakan
kesiapsiagaan bencana, rencana tanggap darurat, peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya.
Seri S2 ada enam bagian, antara lain pengenalan tempat, pengetahuan tentang bencana, rencana
kegiatan dari bencana, peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan identitas guru. Sedangkan
untuk Seri S3 ada tujuh bagian, antara lain pengenalan tempat, pengetahuan tentang bencana,
rencana kegiatan dari bencana, peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan identitas
murid.
Untuk mempermudah pengolahan data, dibuat matriks jumlah pertanyaan dari masing-masing
seri (S1, S2, dan S3) sebagai berikut:
Parameter
Seri Total
K PS EP WS RMC
Sekolah (S1) 12 14 8 17 9 60
Guru (S2) 10 - 8 17 4 39
Siswa (S3) 9 - 6 14 3 32
Total 31 14 32 48 16 131
Dari nilai indek KS total yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan kategori yang
tercantum pada Tabel 2. Misalkan di sekolah A diperoleh nilai indeks KS total sama dengan 75,
artinya sekolah terse- but telah mencapai indikator dari setiap parameter sekolah siaga bencana
dengan kategori ketercapaian tinggi.
Untuk melengkapi analisis indeks, maka analisis deskriptif dilakukan juga. Analisis tersebut
mengacu kepada daftar pertanyaan sebagai berikut.
a) Masalah-masalah apa yang timbul?
b) Apakah program berjalan sesuai jadwal?
c) Apakah program menghasilkan output yang direncanakan?
d) Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana?
e) Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program?
Tahap selanjutnya adalah pengambilan data lapangan. Subjek kajian kesiapsiagaan komunitas
seko- lah terdiri dari tiga, yaitu 1) sekolah sebagai institusi; 2) guru; dan 3) siswa. Oleh karena itu,
pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan pada
masing-masing subjek penelitian. Instrumen kesiapsiagaan sekolah terdiri dari tiga set, yaitu (S1)
berupa kuesioner untuk sekolah sebagai institusi; (S2) berisi kuesioner untuk Guru dan S3
kuesioner untuk siswa.
◊ Kuesioner (S1)
Daftar isian kuesioner ini diberikan kepada pengelola sekolah (kepala sekolah atau wakilnya) untuk
diisi sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya.
◊ Kuesioner (S2)
Daftar kuesioner S2 diberikan kepada guru pada masing-masing sekolah untuk diisi. Jumlah
guru yang diharapkan mengisi kuesioner pada masing-masing sekolah adalah 10 orang guru.
◊ Kuesioner (S3)
Daftar kuesioner S3 diperuntukkan untuk murid pada masing-masing sekolah. Untuk tingkat
sekolah dasar, siswa kelas 4 dan kelas 5 dipilih sebagai responden. Sedangkan untuk tingkat
SMP dan SMA siswa yang dipilih sebagai responden adalah siswa kelas 8 dan kelas 11. Pemilihan
siswa-siswa tersebut didasarkan pada pertimbangan: 1) Tidak mengganggu kegiatan belajar. Siswa
kelas paling atas (SD/MI kelas 6, SMP dan SMA kelas 9 dan 12 kemungkinan disibukkan dengan
beberapa kegiatan berkaitan dengan persiapan ujian sekolah dan ujian nasional. 2) Apabila akan
dilakukan monitoring dan evaluasi tingkat kesiapsiagaan siswa pada tahun berikutnya para siswa
tersebut masih dapat dijadikan respon- den.
Dalam mengisi kuesioner (S3) siswa dipandu oleh fasilitator. Untuk siswa tingkat SD
fasilitator membacakan satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuessioner dan
mempersilahkan siswa untuk menjawab sesuai dengan pertanyaan yang dibacakan. Setelah semua
pertanyaan kuesioner dibacakan dan daftar pertanyaan telah diisi semua, siswa dipersilahkan
untuk meneliti kembali kuesionernya. Untuk tingkat SMP dan SMA, siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan dalam kuesiner dan langsung mengisi jawabannya, tanpa dibacakan oleh fasilitator.
Fasilitator memberikan penjelasan apabila ada siswa yang meminta klarifikasi tentang beberapa
pertanyaaan dalam kuestioner.
Kuesioner yang telah dikoreksi (pastikan jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah sampel
sekolah, guru dan siswa yang sudah ditentukan sebelumnya) kemudian masing-masing kuesioner
(S1, S2, dan S3) diberi nomor urut. Setelah diberi nomor urut, kuesioner siap untuk
dimasukkan ke dalam pengolahan data.
Teknik analisis data dalam kajian ini menggunakan tabel-tabel frekuensi (frequency
tabulation) dan tabel-tabel silang (cross tabulation), diagram dan angka-angka indeks. Tabel dan
diagram tersebut digu- nakan untuk mendeskripsikan kondisi kesiapsiagaan komunitas sekolah di
daerah kajian menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Analisis indeks dalam kajian ini dimanfaatkan untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan
komunitas sekolah menghadapi bencana alam, utamanya gempa bumi dan tsunami. Indeks
merupakan angka yang dapat dibandingkan antara satu bilangan dengan bilangan lain yang
memuat informasi tentang kharakteristik tertentu pada waktu dan tempat yang sama atau
berlainan. Untuk menyederhanakan dan memudahkan dimengerti, nilai indeks dikalikan seratus.
Angka indeks dalam penelitian ini terdiri dari indeks tiap parameter, yaitu pengetahuan tentang
bencana (knowledge–K), rencana tanggap darurat (emergency planning–EP), peringatan bencana
(warning system–WS), mobilisasi sumber daya (resource mobilization capacity–RMC) pada setiap
sumber data survei/angket. Kemudian ada indeks gabungan (composite index) antar parameter
dalam satu sumber data (indeks S1, indeks S2, indeks S3). Selain itu, juga ada indeks gabungan dari
parameter yang sama berasal dari beberapa sumber data, seperti indeks K untuk komunitas
sekolah, dsb. Dalam penilaian angka indeks kesiapsiagaan ini semakin besar angka indeks
menunjukkan semakin tinggi tingkat kesiapsiagaannya (preparedness rate) dari subjek yang
sedang dikaji.
Indeks per parameter sekolah (S1), guru (S2), siswa (S3), dalam kajian ini menggunakan angka
indeks gabungan tanpa ditimbang. Seluruh pertanyaan dalam parameter tersebut diasumsikan
mempunyai bobot sama. Penghitungan nilai indeks menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Skor Riil
Indeks X 100
= Parameter Skor
Maksimum Parameter
Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam parameter yang
diindeks (masing-masing pertanyaan memiliki nilai satu). Apabila dalam satu pertanyaan
terdapat sub-sub pertanyaan (misal a, b, c, dan d), setiap sub pertanyaan tersebut diberi skor 1/
jumlah sub pertanyaan. Jumlah skor riil parameter diperoleh dengan menjumlahkan skor riil seluruh
pertanyaan dalam parameter yang bersangkutan. Nilai indeks berada pada kisaran antara 0–100,
sehingga semakin tinggi nilai indeks semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaannya. Setelah dihitung
indeks parameter dari satu responden siswa dan guru, dapat ditentukan nilai indeks keseluruhan
sampel. Apabila jumlah sampel adalah n, indeks keseluruhan sampel dapat dihitung dengan
menjumlahkan indeks seluruh sampel dibagi dengan jumlah sampel (n).
Indeks gabungan dari beberapa parameter dihitung menggunakan indeks gabungan ditimbang,
di mana masing-masing parameter mempunyai bobot berbeda. Indeks gabungan dalam kajian ini
meliputi indeks siswa, guru dan sekolah).
Parameter
No Komunitas Sekolah
Jumlah
K PS EP WS RMC
1. Sekolah (S1) - 10 14 4 6 34
2. Guru (S2) 30 - 7 2 3 42
3. Siswa (S3) 20 - 2 1 1 24
Jumlah 50 10 23 7 10 100
Indeks EP (KS) = 0,61* indeks EP(S1) + 0,30* indeks EP(S2) + 0,09* indeks EP
(S3) Indeks WS (KS) = 0,57* indeks WS (S1) + 0,29* indeks WS (S2) + 0,14*
indeks WS (S3)
Indeks RMC (KS) = 0,60* indeks RMC (S1) + 0,30*indeks RMC (S2) + 0,10* RMC (S3)
Indeks KS total = 0,50* indeks K (KS) + 0,10* indeks PS (KS) + 0,23* indeks EP (KS) + 0,07*
indeks WS (KS) + 0,10*indeks RMC (KS).
Setelah pengolahan data selesai akan didapatkan nilai tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah.
Dengan mengacu pada nilai indeks berikut.
Maka dapat diketahui tingkat kesiapsiagaan pada level tinggi, sedang, atau rendah. Selain itu,
dapat juga dilihat indeks masing-masing parameter, yaitu pengetahuan, peringatan bencana,
rencana tanggap darurat, kebijakan dan mobilisasi sumber daya. Indeks masing-masing parameter
ini dapat dipakai seba- gai masukan apabila akan melakukan intervensi dari hasil dilakukannya
evaluasi sekolah siaga bencana ini. Misalnya, indeks pengetahuan siswa rendah maka diperlukan
adanya pendidikan tentang bencana melalui tambahan materi tentang bencana pada mata
pelajaran yang relevan. Demikian juga apabila indeks rencana tanggap darurat nilainya rendah
diperlukan sosialisasi atau simulasi tentang pentingnya evakuasi, pertolongan dan penyelamatan.
DAfTAR PUSTAKA
COMPRESS LIPI-UNESCO. 2009. Cerita dari Aceh: Membangun Kapasitas dan Sekolah Siaga Bencana.
COMPRESS LIPI-UNESCO. 2009. Cerita dari Maumere: Membangun Sekolah Siaga Bencana.
Hidayati, D. Widayatun. Triyono. 2010. Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota Bengkulu.
Puslit Oseanografi-LIPI.
Indonesian Institute of Science (LIPI)-UNESCO/ISDR. 2006. Framework Kesiapsiagaan Masyarakat
dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana di Sekolah. Jakarta.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga bencana. Jakarta.
Permana, H., et al. 2008. Membangun Sekolah Siaga Bencana. Program Pendidikan Publik dan
Kesiap- siagaan Masyarakat. Puslit Osenaografi-LIPI.
Triyono. 2011. Membangun Sekolah Siaga Bencana (Dengan Pendekatan 5 Parameter
Kesiapsiagaan). Presentasi Disampaikan dalam Pelatihan Calon Fasilitator untuk Merintis
Sekolah Siaga Bencana TDMRC Unsyiah. Banda Aceh: 19 Juni 2011.
Rafliana, Irina. 2010. Panduan Fasilitator dalam Memfasilitasi Pelatihan Kesiapsiagaan Guru
Yayasan Pendidikan Cikini. Jakarta: 22–23 Januari 2010.
LAMPIRAN 1:
INSTRUMEN MONITORING SEKOlAH SIAGA BENCANA
DAfTAR PERTANYAAN MONITORING KESIAPSIAGAAN SEKOlAH (S1)
PENGENALAN TEMPAT
1. Nama Sekolah
2. Alamat sekolah
3. Alamat Email / telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
9. Nama Informan
10 Jabatan
11 Berdiri SSB tahun
1. PENGETAHUAN
PENGETAHUAN:
◊ KEJADIAN ALAM DAN BENCANA (TIPE, SUMBER, BESARAN, LOKASI)
A. Tipe-tipe sumber, penyebab dan intensitas bencana
1) Apakah ada kalender kejadian tentang bencana yang sering terjadi di sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.) tentang informasi terkait
tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah ada dokumen silabus, rpp dalam pelajaran kesiapsiagaan (menjadi pelajaran
muatan lokal)?
a. ya b. tidak
8) Apakah ada kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang bisa mengurangi
risiko bencana termasuk di dalamnya pilihan melakukan relokasi sekolah atau retrofit
gedung dan infrastruktur sekolah jika diperlukan?
a. ya b. tidak
◊ KAPASITAS SEKOLAH
fasilitas yang dimiliki sekolah untuk penyelamatan diri dari bencana
11) Sekolah melakukan identifikasi (menginventarisasi dan pengecekan secara berkala) yang
terkait tentang fasilitas yang bisa digunakan untuk menyelamatkan diri dari bencana
a. ya b. tidak
14) Apakah ada SK (Surat keputusan) sekolah untuk Gugus Siaga Bencana Sekolah?
a. ya b. tidak
16) Apakah ada Surat/Dokumen yang menyatakan adanya alokasi dana untuk kegiatan
kesiap- siagaan?
a. ya b. tidak
17) Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan adanya latihan/simulasi evakuasi secara regular?
a. ya b. tidak
18) Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan masuknya materi kesiapsiagaan dalam
proses belajar-mengajar?
a. ya b. tidak
15
b. Tersedianya fakta/data pelaksanaan kebijakan pendidikan kesiapsiagaan bencana
19) Apakah ada sosilasisasi Surat Edaran Kemendiknas tentang Pengarusutamaan PRB di Sekolah?
a. ya b. tidak
20) Apakah ada struktur, personel, dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Gugus Siaga
Bencana Sekolah?
a. ya b. tidak
23) Apakah ada laporan dalam bentuk laporan tertulis, foto, video dll. tentang
latihan/simulasi evakuasi?
a. ya b. tidak
24) Apakah ada dokumen pelaksanaan penyampaian materi kesiapsiagaan dalam proses
belajar- mengajar?
a. ya b. tidak
◊ PANDUAN
A. Panduan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana di sekolah
25) Apakah ada dokumen tentang panduan pelaksanaan program pengurangan risiko
bencana di sekolah?
a. ya b. tidak
28) Apakah ada prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap untuk gugus siaga bencana?
a. ya b. tidak
40) Apakah ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan yang aman?
a. ya b. tidak
◊ FASILITAS-FASILITAS PENTING (RUMAH SAKIT, PEMADAM KEBAKARAN, POLISI, PAM, PLN, TELKOM)
46) Apakah ada jaringan yang terhubung dengan peringatan bencana yang resmi dari pemerintah?
a. ya b. tidak
47) Apakah bunyi tidak bermakna ganda, jelas dan dipahami warga sekolah?
a. ya b. tidak
51) Apakah ada sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan responnya?
a. ya b. tidak
56) Mengadakan pelatihan/ latihan dengan lembaga terkait di lingkungan sekolah secara
berkala untuk peningkatan skill SDM:
a. ya b. tidak
58) Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan materi dan bahan ajar untuk
peningkatan pengetahuan terhadap PRB di sekolah?
a. ya b. tidak
59) Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan peralatan (tandu, alat-alat evakuasi,
alat komunikasi dll.) dan logistik sebagai pemenuhan kebutuhan dasar sekolah untuk keadaan
darurat bencana, yang di periksa secara regular?
a. ya b. tidak
61) Apakah ada jumlah kesepakatan dan keikutsertaan warga sekolah dalam kegiatan PRB,
seperti: pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
1. PENGETAHUAN
1) Apakah di sekolah bapak/ibu memiliki kalender kejadian bencana yang sering
terjadi di sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah di sekolah bapak/ibu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.)
tentang informasi terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah di sekolah bpk/ibu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata
pelajaran yang relevan?
a. ya b. tidak
5) Apakah di sekolah bpk/ibu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam
pelajaran muatan lokal?
a. ya b. tidak
8) Apakah menurut bapak/ibu pelaksanaan pelajaran dan kegiatan sesuai dengan silabus
dan RPP, dan evaluasi terhadap pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan sesuai dengan
indikator yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang telah ditetapkan?
a. ya b. tidak
10) Apakah sekolah bpk/ibu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll.?
a. ya b. tidak
12) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap
untuk gugus siaga bencana di sekolah?
a. ya b. tidak
13) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya tempat evakuasi di sekolah ini apabila ada bencana?
a. ya b. tidak
15) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
16) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
29) Apakah sekolah bapak/ibu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana
dari pemerintah (BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggung
jawabkan?
a. ya b. tidak
30) Apakah di sekolah bapak/ibu ada jaringan yang terhubung dengan peringatan
bencana yang resmi dari pemerintah?
a. ya b. tidak
31) Apakah sekolah bapak/ibu melakukan pengecekan secara berkala terhadap alat
peringatan bencana, alat penerima resmi dan jaringan?
a. ya b. tidak
32) Apakah bapak/ibu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi
bencana, suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya?
a. ya b. tidak
33) Apakah di sekolah bapak/ibu ada tempat khusus untuk menyimpan peralatan peringatan
bencana yang mudah diakses dan aman?
a. ya b. tidak
34) Apakah di sekolah bapak/ibu ada prosedur tetap tentang peringatan bencana termasuk
tanda/ bunyi peringatan dan mekanisme pelaksanaan untuk peringatan, pembatalan
peringatan dan tanda keadaan sudah aman?
a. ya b. tidak
35) Apakah bapak/ibu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan
bagaimana meresponsnya?
a. ya b. tidak
37) Apakah bapak/ibu membuat daftar checklist berupa pelatihan/bimbingan penyediaan materi
dan bahan ajar untuk peningkatan pengetahuan terhadap PRB di sekolah?
a. ya b. tidak
38) Apakah bapak/ibu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan, buku,
dan modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga
sekolah?
a. ya b. tidak
39) Apakah bapak/ibu ikut serta dengan warga sekolah terlibat dalam pelatihan, musyawarah
guru, pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
DAfTAR PERTANYAAN MONITORING KESIAPSIAGAAN MURID (S3)
SEKOlAH SIAGA bENCANA (SSb)
PENGENALAN TEMPAT
1. No. urut kuesioner
2. Alamat sekolah
3. Alamat Email / telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
IDENTITAS MURID
1. Nama siswa
2. Umur tahun
1. Laki-laki
3. Jenis kelamin
2. Perempuan
5. Kelas
6. Mata pelajaran yang ajar
IDENTITAS PEMERIKSA
1 Nama pemeriksa
2 Tanggal pemeriksaan
1. PARAMETER PENGETAHUAN
1) Apakah di sekolah kamu memiliki kalender kejadian bencana yang sering terjadi di sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah di sekolah kamu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.) tentang
informasi terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata
pelajaran yang relevan?
a. ya b. tidak
5) Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam pelajaran
muatan lokal?
a. ya b. tidak
6) Apakah di sekolah kamu materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam kegiatan
ekstra kurikuler?
a. ya b. tidak
9) Apakah sekolah kamu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll.?
a. ya b. tidak
10) Apakah kamu mengetahui adanya gugus sekolah siaga bencana, seperti kelompok
peringatan bencana, evakuasi, pertolongan pertama, logistik, dan keamanan?
a. ya b. tidak
13) Apakah kamu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
14) Apakah kamu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
19) Apakah di sekolah kamu ada daftar alokasi kebutuhan dasar sekolah, seperti: air minum,
makanan awet/tahan lama, dan obat-obatan?
a. ya b. tidak
20) Apakah di sekolah kamu ada peralatan dan perlengkapan untuk keadaan darurat?
a. ya b. tidak
21) Apakah di sekolah kamu ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan evakuasi
yang aman?
a. ya b. tidak
22) Apakah di sekolah kamu ada daftar alamat dan nomor telepon penting, seperti nomor
rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, PAM, PLN, dan Telkom?
a. ya b. tidak
24) Apakah di sekolah kamu ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng,
tiang bendera, dll.) sebagai tanda peringatan bencana?
a. ya b. tidak
25) Apakah sekolah kamu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana dari
pemerintah (BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggungjawabkan?
a. ya b. tidak
26) Apakah kamu pernah terlibat dalam melakukan pengecekan secara berkala terhadap
alat peringatan bencana, alat penerima resmi dan jaringan?
a. ya b. tidak
27) Apakah kamu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi
bencana, suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya?
a. ya b. tidak
29) Apakah kamu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan
bagaimana meresponsnya?
a. ya b. tidak
30) Apakah kamu pernah mengikuti pelatihan/latihan oleh lembaga lain terkait kebencanaan?
a. ya b. tidak
31) Apakah sekolah kamu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading,
perpustakaan, buku, dan modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan
dapat diakses oleh warga sekolah?
a. ya b. tidak
32) Apakah kamu pernah ikut serta dengan warga sekolah terlibat dalam pelatihan, musyawarah
guru, pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
Contoh Perhitungan Indeks Ketercapaian
Parameter monitoring Sekolah Siaga
bencana
mONITORING mURID
Parameter Rencana Parameter Mobilisasi
Parameter Parameter Sistem
Nama tanggap Darurat/ Sumber Daya/
No. Pengetahuan/ Peringatan Bencana/
Responden Emergency Planning Resource
knowledge (K) Warning System (WS)
(EP) Mobilization Capacity
(RMC)
1 Murid A…. 9 6 14 3
2 Murid B…… 9 6 14 3
3 Murid C…… 9 6 14 3
4 Murid D….. 9 6 14 3
5 Murid E…… 9 6 14 3
6 Murid F…… 9 6 14 3
7 Murid G….. 9 6 14 3
8 Murid H….. 9 6 14 3
9 Murid I…… 9 6 14 3
10 Murid J…… 9 6 14 3
11 Murid K…… 9 6 14 3
12 Murid L…… 9 6 14 3
13 Murid M…. 9 6 14 3
14 Murid N….. 9 6 14 3
15 Murid O….. 9 6 14 3
16 Siswa P…… 9 6 14 3
17 Murid Q…. 9 6 14 3
18 Murid R…… 9 6 14 3
19 Murid S…… 9 6 14 3
20 Murid T…… 9 6 14 3
∑ 20 Murid 180 120 280 60
Rata-rata 180/20 = 9 120/20 = 6 280/20 = 14 60/20 = 3
»K =
9
3 x100 28,12
2
6
» EP = x100 18,75
3
2
» WS =
14
x100 43,75
32
» RMC=
3
x100 9,37
32
» Maka indeks murid (IM) di sekolah tertentu = K + EP + WS + RMC
» IM = K + EP + WS + RMC
» IM = 28,12 + 18,75 + 43,75 + 9,37
» IM = 100
mONITORING GURU
Parameter
Parameter Rencana
Parameter Parameter Sistem Mobilisasi Sumber
Nama tanggap Darurat/
No. Pengetahuan/ Peringatan Daya/Resource
Responden Emergency Planning
knowledge (K) Bencana/ Warning Mobilization
(EP)
System (WS) Capacity (RMC)
1 Guru A….. 10 17 8 4
2 Guru B….. 10 17 8 4
3 Guru C….. 10 17 8 4
4 Guru D….. 10 17 8 4
5 Guru E….. 10 17 8 4
6 Guru F….. 10 17 8 4
7 Guru G….. 10 17 8 4
8 Guru H….. 10 17 8 4
9 Guru I….. 10 17 8 4
10 Guru J….. 10 17 8 4
11 Guru K….. 10 17 8 4
12 Guru L….. 10 17 8 4
13 Guru M….. 10 17 8 4
14 Guru N….. 10 17 8 4
15 Guru O….. 10 17 8 4
16 Guru P….. 10 17 8 4
17 Guru Q….. 10 17 8 4
18 Guru R….. 10 17 8 4
19 Guru S….. 10 17 8 4
20 Guru T….. 10 17 8 4
20 guru 200 340 160 80
Rata-rata 200/20 = 10 340/20 = 17 160/20 = 8 80/20 = 4
Nilai indeks per parameter
10
» Indeks Parameter K x100 100
:
10
17
» Indeks Parameter EP : x100 100
17
8
» Indeks Parameter WS : x100 100
8
4
» Indeks Parameter RMC : x100 100
4
Indeks Guru di sekolah tertentu: jumlah soal Pn / total soal guru x indeks Pn
»K =
10
x100 25,64
39
» EP = 8
x100 20,51
39
» WS =
17
x100 43,59
39
» RMC = 4
x100 10,25
39
» Maka indeks guru (IG) di sekolah tertentu = K + EP + WS + RMC
» IG = K + EP + WS + RMC
» IG = 25,64 + 20,51 + 43,59 + 10,25
» IG = 100
mONITORING SEKOlAH
Parameter Parameter
Parameter
Parameter Sistem Mobilisasi
Parameter Rencana tanggap
Nama Kebijakan Peringatan Sumber Daya
No. Pengetahuan / Darurat /
Responden dan Bencana / / Resource
knowledge (K) Emergency
Panduan / Warning Mobilization
Planning (EP)
policy (PS) System (WS) Capacity
(RMC)
1 Kepala sekolah 12 14 8 17 9
»K =
12
x100 20
60
» PS =
14
x100 23,33
60
8
» EP =
60 x100 13,33
» WS =
17
x100 28,33
60
» RMC=
9
x100 15
60
» Maka indeks sekolah (ISE) di sekolah tertentu = K + PS + EP + WS + RMC
» ISE = K + PS + EP + WS + RMC
» ISE = 20 + 23,33 + 13,33 + 28,33 + 15
» ISE = 100
6 indeks parameter EP
» EP siswa = x100 27,27
22
» EP guru =
8
2 x100 36,36
2
» EP sekolah =
8 x100 36,36
22
» Maka indek parameter ∑EP = EP siswa + EP guru + EP sekolah
= 27,27 + 36,36 + 36,36
= 100
4) Indeks Parameter WS = jumlah soal WS / total soal seluruh parameter x indeks parameter WS
» WS siswa =
14
x100 29,16
48
» WS guru =
17
x100 35,42
48
17
» WS sekolah= x100
35,42 48
» Maka indek parameter WS = WS siswa + WS guru + WS sekolah
= 529,16 + 35,42 + 35,42
= 100
5) Indeks Parameter RMC = jumlah soal RMC / total soal seluruh parameter x indeks parameter RMC
3
» RMC siswa = x100 18,75
16
4
» RMC guru = x100 25
16
9
» RMC sekolah x100 56,25
= 16
» Maka indek parameter ∑RMC = RMC siswa + RMC guru + RMC sekolah
= 18,75 + 25 + 56,25
= 100
Indeks Ketercapaian (∑IK) monitoring Setiap Indikator Parameter SSb Di Sekolah Tertentu
∑IK = ( jumlah soal Pn : total jumlah soal seluruh parameter x nilai indeks Pn) + …+ …+ …+
∑IK = IK K + IK PS + IK EP + IK WS + IK RMC
31
IK P1= x100 23,66
131
14
IK P2 = x100 = 10,68
131
IK P3 =
22
131 x 100 = 16,79
48
IK P4 =
131 x100 36,64
IK P5 =
16
131 x100 12,21
Jadi, ∑ IK = 23,66 + 10,68 + 16,70 + 36,64 + 12,21
∑ IK = 100
lAmPIRAN 2:
INSTRUmEN EvAlUASI SEKOlAH SIAGA bENCANA
DAfTAR PERTANyAAN SURvEI KESIAPSIAGAAN SEKOlAH (S1)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
Jika salah satu jawaban dari pertanyaan no. 45 adalah ‘ya’, bantuan/bimbingan apa saja yang diterima
44.
sekolah ini?
a. Penyediaan bahan dan materi Ya Tidak
b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan Ya Tidak
c. Pelatihan dan simulasi evakuasi Ya Tidak
d. Bantuan pendanaan Ya Tidak
Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana sudah mempunyai bahan/peralatan untuk
45.
melaksanakan tugas?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana telah meningkatkan pengetahuan dan
46.
keterampilan untuk melaksanakan?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
DAfTAR PERTANyAAN SURvEI KESIAPSIAGAAN GURU (S2)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
12. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang relatif aman terhadap tsunami?
a. Rumah bertingkat yang kokoh Ya Tidak Tidak tahu
b. Adanya ruang-ruang kosong untuk jalannya air Ya Tidak Tidak tahu
Bangunan yang bagian panjangnya tegak lurus dengan garis
c. Ya Tidak Tidak tahu
pantai
Berlari menjauh dari laut
Menurut ibu/bapak, apa yang harus dilakukan seandainya air laut
13. Mendekati pantai/mengambil ikan
tiba- tiba surut ? Tidak melakukan apa-apa
14. Dari mana saja ibu/bapak mendapat informasi tentang gempa dan/atau tsunami?
a. Radio Ya Tidak
b. TV Ya Tidak
c. Koran, majalah, buletin Ya Tidak
d. Buku saku, poster, leaflet, billboard, rambu peringatan Ya Tidak
e. Sosialisasi, seminar, pertemuan Ya Tidak
f. Saudara, kerabat, teman, tetangga Ya Tidak
g. Petugas pemerintah Ya Tidak
h. LSM dan lembaga non pemerintah lainnya(misal PMI) Ya Tidak
15. Apakah ibu/bapak pernah memberikan pelajaran kepada murid tentang:
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
16. Apakah ibu/bapak pernah membicarakan/menginformasikan kepada murid tentang:
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)
Untuk mengantisipasi terjadinya gempa bumi dan tsunami, apakah ibu/bapak telah menyiapkan
17.
hal-hal sbb?
Menyiapkan copy/salinan dokumen-dokumen kelas/mata
a. pelajaran yang diajarkan dan menyimpannya di tempat yang Ya Tidak
aman
b. Melatih siswa untuk menyelamatkan diri Ya Tidak
c. Memaku/mengikat rak-rak buku ke dinding atau lantai Ya Tidak
Meletakkan barang-barang yang berat (buku-buku, alat
d. Ya Tidak
peraga, dll.) di tempat rendah dan aman
Seandainya terjadi bencana gempa bumi ketika sedang mengajar, apakah ibu/bapak akan melakukan
18.
tindakan- tindakan sebagai berikut ?
a. Menenangkan diri sendiri dan siswa Ya Tidak
Memberikan aba-aba agar siswa berlindung di bawah meja
b. Ya Tidak
yang kokoh sampai getaran gempa berhenti
Memandu siswa untuk menjauh dari rak-rak buku/barang dan
c. Ya Tidak
benda-benda yang tergantung atau jendela kaca
Tamat SMA/sederajat
Tamat D1/D2
37. Tingkat Pendidikan
Tamat Akademik/D3
Tamat perguruan tinggi/universitas (S1/S2/S3)
DAfTAR PERTANyAAN SURvEI KESIAPSIAGAAN mURID (S3)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
5. Apakah hari dan jam terjadinya gempa bumi dapat diketahui ? Ya Tidak Tidak tahu
6. Apakah ciri-ciri gempa kuat ?
a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak tahu
Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras
b. Ya Tidak Tidak tahu
sehingga orang tidak bisa berdiri
Getaran gempa terjadi cukup lama dan diikuti oleh gempa
c. Ya Tidak Tidak tahu
susulan yang lebih kecil
d. Bangunan retak atau roboh Ya Tidak Tidak tahu
7. Apabila terjadi gempa pada saat kamu berada di sekolah, apa yang akan kamu lakukan ?
Berlindung di bawah meja yang kokoh sambil berpegang
a. Ya Tidak
pada kaki meja
Menjauh dari rak-rak buku/barang dan benda-benda yang
b. Ya Tidak
tergantung
c. Menjauh dari jendela /dinding kaca Ya Tidak
d. Keluar ruangan secara teratur (tidak berdesak-desakan) Ya Tidak
e. Berlari menuju lapangan terbuka saat terjadi gempa Ya Tidak
8. Apakah setiap gempa bumi menyebabkan tsunami ? Ya Tidak Tidak tahu
9. Apakah kamu pernah mengetahui/mengalami tsunami berikut ini ?
a. Krakatau 1883 Ya Tidak
b. Simelue 1907 Ya Tidak
c. Flores 1992 Ya Tidak
d. Aceh dan Nias tanggal 26 Desember 2004 Ya Tidak
e. Pangandaran Juli 2006 Ya Tidak
10. Apakah kejadian berikut ini menyebabkan tsunami ?
a. Gempa bumi di bawah laut Ya Tidak Tidak tahu
b. Gunung meletus di bawah laut Ya Tidak Tidak tahu
c. Longsoran di bawah laut Ya Tidak Tidak tahu
d. Badai/puting beliung Ya Tidak Tidak tahu
11. Apa tanda-tanda tsunami ?
a. Gempa kuat (menyebabkan orang tidak bisa berdiri) Ya Tidak Tidak tahu
b. Air laut tiba-tiba surut Ya Tidak Tidak tahu
c. Gelombang besar di cakrawala (batas pandang di pantai) Ya Tidak Tidak tahu
d. Bunyi yang keras seperti ledakan Ya Tidak Tidak tahu
• Berlari menjauh dari laut
12. Seandainya air laut tiba-tiba surut, apa yang akan kamu lakukan? • Mendekati
pantai/mengambil ikan
• Tidak melakukan apa-apa
13. Untuk kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami, apa saja yang perlu kamu lakukan?
a. Menambah pengetahuan tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
Menyimpan buku-buku dan peralatan sekolah di tempat yang
b.
aman dan mudah dijangkau Ya Tidak
14. Dari mana saja pengetahuan tentang bencana tersebut di atas kamu peroleh ?
a. Sekolah Ya Tidak
Media cetak (koran, majalah, tabloid) dan elektronik
b. Ya Tidak
(TV/Radio/internet)
c. Buku, komik, poster, leaflet, papan pengumuman, selebaran Ya Tidak
Mendengar informasi tentang gempa dan tsunami dari
d. Ya Tidak
radio, TV dan media lain
15. Apakah kamu pernah mendapat pelajaran berikut di sekolah ?
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
16. Apakah kamu pernah mendapatkan pengetahuan berikut ini?
a. Peringatan bencana Ya Tidak
b. Pertolongan pertama Ya Tidak
d. Penyelamatan dan evakuasi Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
Apakah kamu pernah membicarakan gempa dan tsunami dengan
17. Ya Tidak
teman atau keluarga ?
III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)
18. Apa saja yang perlu kamu siapkan sebelum terjadi gempa dan tsunami ?
a. Mengikuti latihan penyelamatan diri Ya Tidak Tidak tahu
b. Mengetahui tempat yang aman Ya Tidak Tidak tahu
Mencatat alamat-alamat atau nomor telepon penting
c. Ya Tidak Tidak tahu
keluarga dan kerabat
Mengetahui tempat-tempat penting seperti : rumah sakit,
d. Ya Tidak Tidak tahu
pemadam kebakaran, polisi, PMI, PLN
d. Mengetahui tempat mengungsi anggota keluarga Ya Tidak Tidak tahu
19. Apa saja yang perlu kamu selamatkan jika terjadi gempa dan tsunami ?
a. Diri sendiri Ya Tidak
b. Raport/ijazah Ya Tidak
c. Tas/kantong/kotak yang berisi buku dan keperluan sekolah Ya Tidak
d. Surat-surat dan barang-barang penting lainnya Ya Tidak
e. Barang-barang kesayangan Ya Tidak
20. Apakah kamu bisa mendapatkan materi berikut ini di sekolah ?
a. Buku-buku tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
Poster, leaflet (selebaran), buku saku, komik, kliping koran
b. Ya Tidak
tentang gempa dan tsunami
c. VCD, kaset tentang gempa dan tsunami Ya Tidak