net/publication/322095680
CITATIONS READS
8 3,228
2 authors, including:
Triyono Triyono
Indonesia Institute of Sciences
15 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Triyono Triyono on 28 December 2017.
Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana/Asep Koswara dan Triyono. –
Jakarta: LIPI Press, 2011.
x + 46 hlm.; 29,7 x 21 cm
ISBN 978-979-799-676-5
1. Monitoring dan Evaluasi 2. Sekolah Siaga Bencana
3. Panduan
371.39
Diterbitkan oleh:
LIPI Press, anggota Ikapi
Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350
Telp. (021) 314 0228, 314 6942. Faks. (021) 314 4591
E-mail: bmrlipi@centrin.net.id
lipipress@centrin.net.id
press@mail.lipi.go.id
PANDUAN MONITORING
DAN EVALUASI
SEKOLAH SIAGA BENCANA
Penulis:
Asep Koswara
Triyono
LIPI Press
PANDUAN MENGUKUR TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT
iv DAN KOMUNITAS SEKOLAH
Terima kasih kepada:
Kurnia Hakim (Compress LIPI), Tasril Mulyadi (Compress LIPI),
Tim Compress LIPI, Faisal (TDMRC), Khairul Anwar (TDMRC),
JICA-JST, SDN 2 Banda Aceh,
SMPN 1 Banda Aceh, SMAN 1 Banda Aceh,
SMAN 6 Banda Aceh, MAN 2 Banda Aceh, dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh.
PANDUAN MENGUKUR TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT
vi DAN KOMUNITAS SEKOLAH
KATA PENGANTAR
LIPI telah menggagas Sekolah Siaga Bencana sejak tahun 2008 dengan didukung oleh institusi terkait
pengurangan risiko bencana, mulai dari dukungan tingkat daerah, nasional dan internasional, dan
sampai saat ini sekolah siaga bencana terus mengalami perkembangan. Gagasan tersebut lebih
mengedepankan faktor nonstruktur, seperti pengetahuan tentang fenomena gempa dan tsunami,
rencana dan tindakan untuk merespons kondisi darurat bencana untuk semua komponen (sekolah,
guru, dan siswa), sistem peringatan bencana, peningkatan kemampuan mobilisasi sumber daya, dan
lain sebagainya.
Sebelumnya pada tahun 2008, COMPRESS LIPI pernah membuat buku yang berjudul Membangun
Sekolah Siaga Bencana. Sebagai tindak lanjut dari buku tersebut, maka di tahun 2011 ini diberi kesempatan
untuk membuat buku yang berjudul Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana. Harapannya
dengan adanya buku ini, sekolah yang memiliki Program Sekolah Siaga Bencana atau sejenisnya dapat
melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala, baik oleh pihak sekolah itu sendiri maupun oleh
pihak lain. Dengan adanya panduan ini, terhadap pihak sekolah maupun pihak di luar sekolah dapat
menggunakan panduan ini untuk melihat perkembangan dan kemajuan sekolah siaga bencana yang
telah dirintis.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada penulis yang telah mencurahkan pikirannya sehingga
buku ini dapat terbit. Semoga buku ini berguna dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah di Indonesia yang
ingin meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah siaga bencana.
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Output 3
E. Ruang Lingkup 3
BAB II PROSEDUR DAN MEKANISME MONITORING DAN EVALUASI SEKOLAH SIAGA BENCANA 4
A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 4
B. Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 4
C. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 6
D. Prosedur Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 7
1. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Siaga Bencana 7
2. Instrumen Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (SSB) 7
E. Pengolahan dan Analisis Data 8
1. Pengolahan dan Analisis Data Monitoring 8
2. Pengolahan dan Analisis Data Evaluasi 9
DAFTAR PUSTAKA 13
Daftar Tabel
Tabel 1. Daftar instrument monitoring Sekolah Siaga Bencana 7
Tabel 2. Nilai indeks ketercapaian Monitoring Sekolah Siaga Bencana 8
Tabel 3. Matriks jumlah pertanyaan Monitoring 8
Tabel 4. Bobot masing-masing parameter untuk indeks komunitas sekolah (%) 12
Tabel 5. Nilai indeks ketercapaian Evaluasi Sekolah Siaga Bencana 13
A. Latar Belakang
Kejadian bencana alam yang melanda Indonesia telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit, baik
dalam bentuk kehilangan harta benda maupun korban jiwa. Kerugian korban jiwa akibat bencana alam
dapat berupa orang meninggal ataupun hilang. Banyaknya korban meninggal dan hilang mencerminkan
kurangnya kesiapan dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Kekurangsiapan
masyarakat dapat dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai fenomena ben-
cana alam tersebut. Minimnya pengetahuan dan informasi mengenai fenomena alam ternyata bukan
hanya milik masyarakat awam dengan pendidikan yang rendah saja. Hasil kajian yang dilakukan oleh LIPI
pada tahun 2006 menyebutkan bahwa seorang guru sekolah dasar di Aceh menganggap bahwa gempa
bumi yang terjadi pada waktu itu sebagai salah satu bentuk sakratulmaut yang sedang menjemput
dirinya (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Komunitas sekolah merupakan salah satu pemangku kepentingan yang sangat penting untuk
kesiapsiagaan mengantisipasi bencana alam. Komunitas sekolah adalah agent of change yang sangat
potensial untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang fenomena gempa bumi dan tsunami serta
memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Selain itu, sekolah sebagai sebuah tempat
belajar mengajar juga memiliki risiko jika terjadi bencana. Berdasarkan rencana nasional penanggulangan
bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2010 sampai 2014, sedikitnya terdapat
23 provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap gempa bumi di Indonesia dan lebih dari
130.000 bangunan sekolah berpotensi terhantam gempa bumi dan juga mengancam siswa sekolah
beserta seluruh fasilitasnya. Hasil kajian yang dilakukan oleh LIPI juga menunjukkan bahwa komunitas
sekolah di tujuh lokasi (Kota Bengkulu, Kabupaten Aceh Besar, Serang, Cilacap, Sikka, Biak, dan Ternate)
masih kurang siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami.
Oleh karena itu, berbagai inisiatif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan komunitas
sekolah dilakukan di Indonesia di berbagai tingkatan administrasi. Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/
MPN/2010 mengenai pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah menjadi dasar dalam
melakukan berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana untuk mewujudkan budaya kesiapsiagaan
dan keselamatan terhadap bencana di sekolah. Inisiatif meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan
komunitas sekolah juga sudah mulai dilakukan oleh LIPI di berbagai daerah yang rawan gempa bumi dan
tsunami di Indonesia melalui pendidikan kesiapsiagaan komunitas sekolah. Tahun 2008, LIPI menginisiasi
pembentukan model sekolah siaga bencana di Kota Bengkulu. Pada tahun 2009, bekerjasama dengan
UNESCO, pembentukan model sekolah siaga bencana juga dilakukan LIPI di Maumere dan Kota Banda
B. Tujuan
Tujuan Umum
Memantau dan mengevaluasi Sekolah Siaga Bencana (SSB).
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari panduan ini adalah memandu dalam melakukan pemantauan dan evaluasi kesiap-
siagaan SSB mulai dari tingkat guru, siswa dan sekolah.
Pemantauan (monitoring) adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi untuk penyempurnaan program selanjutnya. Monitoring Sekolah Siaga Bencana (SSB)
dilakukan dengan tujuan:
a) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
b) Mengidentifikasi masalah yang timbul sehingga dapat segera diatasi
c) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan pengembangan sekolah siaga bencana yang digunakan
sudah sesuai/tepat untuk mencapai tujuan program
d) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan
e) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpang dari tujuan.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja program
untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program. Evaluasi Sekolah Siaga Ben-
cana (SSB) dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai
pengembangan sekolah siaga bencana, keluaran, manfaat, dan dampak dari sekolah siaga bencana yang
baru selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan kepu-
tusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program selanjutnya.
C. Sasaran
Panduan monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana ini sasarannya digunakan untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi ke sekolah siaga bencana yang telah dikembangkan dengan menggunakan
kerangka kerja (framework) kesiapsiagaan LIPI-UNESCO/ISDR. Namun tidak menutup kemungkinan
dapat dijadikan acuan bagi para pemangku kepentingan lainnya yang sedang mengembangkan model
sekolah siaga bencana yang disesuaikan dengan konteks programnya.
2
D. Output
Output dari monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana ini diharapkan adalah persentase capaian
dari setiap indikator parameter kesiapsiagaan dan indeks tingkat kesiapsiagaan sekolah siaga bencana
di akhir program.
E. Ruang Lingkup
Monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana dilakukan untuk melihat kesiapsiagaan sekolah siaga
bencana secara nonstruktur. Sekolah dikatakan siaga secara nonstruktur apabila sekolah telah me-
menuhi indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan.
3
BAB II
PROSEDUR DAN MEKANISME MONITORING
DAN EVALUASI SEKOLAH SIAGA BENCANA
Tahapan inisiasi sekolah siaga bencana dimulai dengan pemilihan sekolah yang akan dijadikan
sebagai pilot. Pemilihan sekolah tersebut mempertimbangkan beberapa kriteria di antaranya faktor ker-
entanan, kapasitas, dan risiko sekolah ataupun dengan pertimbangan khusus berdasarkan rekomendasi
dari Dinas Pendidikan. Kemudian dilakukan studi awal untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan dengan
menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara dan observasi sekolah. Dari hasil studi awal
tersebut diharapkan dihasilkan diagnosa awal untuk menentukan prioritas parameter kesiapsiagaan yang
akan digunakan untuk selanjutnya dalam tahap proses pemfasilitasian peningkatan dari setiap parameter
kesiapsiagaan. Tahap proses pemfasilitasian peningkatan setiap parameter kesiapsiagaan dilakukan
dengan memberikan bimbingan teknis dan praktik kepada sekolah seperti pembuatan ornamen sekolah,
pembentukan gugus siaga bencana, dan latihan simulasi evakuasi gempa bumi dan tsunami. Seperti
yang terlihat dalam gambar 1, diharapkan dengan mekanisme kerjasama dengan lembaga lokal maupun
instansi terkait di daerah, sekolah dapat mengembangkan secara mandiri dalam mencapai setiap indika-
tor parameter kesiapsiagaan.
5
C. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana
Mekanisme Monitoring Sekolah Siaga Bencana
Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan dengan memverifikasi setiap capaian indikator dari set-
iap parameter kesiapsiagaan. Secara umum monitoring dilakukan mencakup aspek masukan (input),
aspek proses (aktivitas) dan aspek keluaran (output) dalam mengembangkan sekolah siaga bencana.
Pertanyaan-pertanyaan kunci dalam monitoring sekolah siaga bencana antara lain:
a) Masalah-masalah apa yang timbul?
b) Apakah program berjalan sesuai jadwal?
c) Apakah program menghasilkan output yang direncanakan?
d) Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana?
e) Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program?
Selama proses pengembangan secara mandiri tahap monitoring dapat dilakukan untuk melihat
capaian sekolah dalam memenuhi indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan. Output dari monitor-
ing sekolah siaga bencana adalah persentase capaian sekolah dalam memenuhi indikator dari setiap
parameter kesiapsiagaan. Selanjutnya, diakhir program dalam kurun waktu yang disepakati dilakukan
evaluasi terhadap sekolah siaga bencana tersebut. Output dari evaluasi ini adalah tingkat kesiapsiagaan
suatu sekolah siaga bencana. Mekanisme monitoring dan evaluasi sekolah siaga bencana terlihat dalam
Gambar 3.
Studi Awal
Tingkat
Kesiapsiaga EVALUASI
an
MONITORING :
- Verifikasi setiap SEKOLAH
capaian indikator SIAGA
BENCANA :
parameter
kesiapsiagaan :
PENGEMBA Tinggi
NGAN Sedang
MANDIRI
SSB Rendah
Tinggi
Sedang
Triyono (2011)
Rendah
Gambar 3. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (Triyono, 2011)
6
D. Prosedur Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana
1. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Siaga Bencana
Monitoring dan evaluasi siaga bencana dapat dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal sekolah.
Internal sekolah dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Wakil maupun guru yang diberi mandat untuk
melaksanakan monitoring dan evaluasi ini. Adapun pihak eksternal yang dapat melakukan monitoring
dan evaluasi sekolah siaga bencana ini antara lain pengawas sekolah atau dari dinas pendidikan daerah
setempat, penyandang dana dari program pembentukan sekolah siaga bencana itu sendiri, bahkan
perguruan tinggi setempat. Adapun kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh pelaksana monitoring
dan evaluasi sekolah siaga bencana (Rafliana, 2010) adalah:
a) Memahami standar pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
b) Memiliki pengetahuan tentang undang-undang terkait penanggulangan bencana
c) Memahami filosofi lima parameter kesiapsiagaan
d) Menguasai keterkaitan antar parameter kesiapsiagaan
e) Memahami letak/posisi dan peran lima parameter kesiapsiagaan dalam Sisdiknas
f ) Mampu menggali informasi yang dimiliki sekolah khususnya terkait masing-masing parameter
kesiapsiagaan
Secara khusus, kriteria yang harus dimiliki oleh pelaksana monitoring dan evaluasi sekolah siaga
bencana adalah:
a) Menguasai variabel/indikator setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga bencana.
b) Mengetahui konsep standar isi dalam Sisdiknas (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
penilaian, materi ajar, dan proses belajar).
c) Memahami filosofi manajemen risiko dan bagaimana manajemen risiko menjadi muatan atau
tagihan masing-masing indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga bencana.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument evaluasi Sekolah Siaga Bencana berupa kajian
kesiapsiagaan komunitas sekolah. Di dalam instrument tersebut terdapat daftar pertanyaan yang terdiri
dari tiga seri, yaitu Seri S1 kuesioner untuk sekolah, seri S2 kuesioner untuk guru dan seri S3 kuesioner
untuk murid. Seri S1 ada enam bagian, antara lain pengenalan tempat, keterangan sekolah, kebijakan
7
kesiapsiagaan bencana, rencana tanggap darurat, peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Seri
S2 ada enam bagian, antara lain pengenalan tempat, pengetahuan tentang bencana, rencana kegiatan
dari bencana, peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan identitas guru. Sedangkan untuk Seri S3
ada tujuh bagian, antara lain pengenalan tempat, pengetahuan tentang bencana, rencana kegiatan dari
bencana, peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan identitas murid.
Untuk mempermudah pengolahan data, dibuat matriks jumlah pertanyaan dari masing-masing seri
(S1, S2, dan S3) sebagai berikut:
Parameter
Seri Total
K PS EP WS RMC
Sekolah (S1) 12 14 8 17 9 60
Guru (S2) 10 - 8 17 4 39
Siswa (S3) 9 - 6 14 3 32
Total 31 14 32 48 16 131
8
◊ Indeks Guru (S2)
Untuk mengetahui nilai indeks guru, persamaannya adalah sebagai berikut:
S2 = (10/39) x indeks K + (8/39) x indeks EP + (17/39) x indeks WS + (4/39) x indeks RMC
S2 = 0,26 x indeks K + 0,21 x indeks EP + 0,44 x indeks WS + 0,10 x indeks RMC
Dari nilai indek KS total yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan kategori yang tercantum
pada Tabel 2. Misalkan di sekolah A diperoleh nilai indeks KS total sama dengan 75, artinya sekolah terse-
but telah mencapai indikator dari setiap parameter sekolah siaga bencana dengan kategori ketercapaian
tinggi.
Untuk melengkapi analisis indeks, maka analisis deskriptif dilakukan juga. Analisis tersebut mengacu
kepada daftar pertanyaan sebagai berikut.
a) Masalah-masalah apa yang timbul?
b) Apakah program berjalan sesuai jadwal?
c) Apakah program menghasilkan output yang direncanakan?
d) Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana?
e) Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program?
9
Kajian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah menggunakan framework yang dikembangkan LIPI
bekerja sama dengan UNESCO/ISDR tahun 2006. Kajian kesiapsiagaan didasarkan atas lima parameter,
yaitu 1) pengetahuan tentang fenomena gempa dan tsunami serta risiko bencana; 2) kebijakan dan
panduan; 3) rencana tanggap darurat; 4) sistem peringatan bencana; dan 5) mobilisasi sumber daya.
a) Pengetahuan tentang gempa dan tsunami serta risiko bencana mencakup pengertian bencana alam,
kejadian yang menimbulkan bencana, penyebab gempa, ciri-ciri gempa kuat dan bangunan tahan
gempa serta tindakan yang dilakukan apabila terjadi gempa. Sedangkan pengetahuan tentang
tsunami mencakup penyebab dan tanda-tanda terjadinya tsunami, bangunan tahan tsunami dan
tindakan yang dilakukan ketika air laut tiba-tiba surut.
b) Kebijakan dan panduan meliputi kebijakan pendidikan yang terkait dengan kesiapsiagaan komu-
nitas sekolah, UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Surat Edaran 70a/MPN/2010), peraturan Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota, Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Gugus Siaga Bencana di sekolah, dan kebijakan
sekolah tentang pengintegrasian materi kesiapsiagaan dalam mata pelajaran yang relevan atau
kegiatan ekstra kurikuler di sekolah serta mobilisasi sumber daya di sekolah untuk peningkatan
kesiapsiagaan komunitas sekolah.
c) Rencana tanggap darurat terkait dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan agar korban
bencana dapat diminimalkan. Rencana yang berkaitan dengan evakuasi mencakup tempat-tempat
evakuasi, peta dan jalur evakuasi, peralatan dan perlengkapan, latihan/simulasi dan prosedur tetap
(protap) evakuasi. Penyelamatan dokumen-dokumen penting sekolah juga perlu dilakukan, seperti
copy atau salinan dokumen perlu disimpan di tempat yang aman.
d) Parameter peringatan bencana yang meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan ter-
jadinya bencana. Peringatan dini bertujuan untuk mengurangi korban jiwa, karena itu pengetahuan
tentang tanda/bunyi peringatan, pembatalan dan kondisi aman dari bencana sangat diperlukan.
Penyiapan peralatan dan perlengkapan untuk mengetahui peringatan sangat diperlukan, demikian
juga dengan latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, ke mana
dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu sesuai dengan lokasi di mana
masyarakat sedang berada saat terjadi bencana.
e) Parameter mobilisasi sumber daya adalah kemampuan sekolah dalam memobilisasi sumber daya
manusia (SDM) guru dan siswa, pendanaan, dan prasarana-sarana penting untuk keadaan darurat.
Mobilisasi sumber daya ini sangat diperlukan untuk mendukung kesiapsiagaan. Mobilisasi SDM
berupa peningkatan kesiapsiagaan guru dan siswa yang diperoleh melalui berbagai pelatihan,
workshop atau ceramah serta penyediaan materi-materi kesiapsiagaan di sekolah yang dapat diakses
oleh semua komponen komunitas sekolah. Penyiapan dan peningkatan kemampuan gugus siaga
bencana juga sangat diperlukan, termasuk kelompok peringatan bencana, kelompok pertolongan
pertama, kelompok evakuasi dan penyelamatan serta kelompok logistik yang dibutuhkan oleh
komunitas sekolah.
Komunitas Sekolah dalam kajian kesiapsiagaan mengantisipasi bencana gempa dan tsunami ini
adalah:
a) Sekolah sebagai institusi (S1)
b) Guru (S2)
c) Siswa (S3)
Tahap selanjutnya adalah pengambilan data lapangan. Subjek kajian kesiapsiagaan komunitas seko-
lah terdiri dari tiga, yaitu 1) sekolah sebagai institusi; 2) guru; dan 3) siswa. Oleh karena itu, pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan pada masing-masing subjek
penelitian. Instrumen kesiapsiagaan sekolah terdiri dari tiga set, yaitu (S1) berupa kuesioner untuk sekolah
sebagai institusi; (S2) berisi kuesioner untuk Guru dan S3 kuesioner untuk siswa.
10
◊ Kuesioner (S1)
Daftar isian kuesioner ini diberikan kepada pengelola sekolah (kepala sekolah atau wakilnya) untuk diisi
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya.
◊ Kuesioner (S2)
Daftar kuesioner S2 diberikan kepada guru pada masing-masing sekolah untuk diisi. Jumlah guru yang
diharapkan mengisi kuesioner pada masing-masing sekolah adalah 10 orang guru.
◊ Kuesioner (S3)
Daftar kuesioner S3 diperuntukkan untuk murid pada masing-masing sekolah. Untuk tingkat sekolah
dasar, siswa kelas 4 dan kelas 5 dipilih sebagai responden. Sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA
siswa yang dipilih sebagai responden adalah siswa kelas 8 dan kelas 11. Pemilihan siswa-siswa tersebut
didasarkan pada pertimbangan: 1) Tidak mengganggu kegiatan belajar. Siswa kelas paling atas (SD/MI
kelas 6, SMP dan SMA kelas 9 dan 12 kemungkinan disibukkan dengan beberapa kegiatan berkaitan
dengan persiapan ujian sekolah dan ujian nasional. 2) Apabila akan dilakukan monitoring dan evaluasi
tingkat kesiapsiagaan siswa pada tahun berikutnya para siswa tersebut masih dapat dijadikan respon-
den.
Dalam mengisi kuesioner (S3) siswa dipandu oleh fasilitator. Untuk siswa tingkat SD fasilitator
membacakan satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuessioner dan mempersilahkan siswa untuk
menjawab sesuai dengan pertanyaan yang dibacakan. Setelah semua pertanyaan kuesioner dibacakan
dan daftar pertanyaan telah diisi semua, siswa dipersilahkan untuk meneliti kembali kuesionernya. Untuk
tingkat SMP dan SMA, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam kuesiner dan langsung mengisi
jawabannya, tanpa dibacakan oleh fasilitator. Fasilitator memberikan penjelasan apabila ada siswa yang
meminta klarifikasi tentang beberapa pertanyaaan dalam kuestioner.
Kuesioner yang telah dikoreksi (pastikan jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah sampel sekolah,
guru dan siswa yang sudah ditentukan sebelumnya) kemudian masing-masing kuesioner (S1, S2, dan S3)
diberi nomor urut. Setelah diberi nomor urut, kuesioner siap untuk dimasukkan ke dalam pengolahan
data.
Teknik analisis data dalam kajian ini menggunakan tabel-tabel frekuensi (frequency tabulation) dan
tabel-tabel silang (cross tabulation), diagram dan angka-angka indeks. Tabel dan diagram tersebut digu-
nakan untuk mendeskripsikan kondisi kesiapsiagaan komunitas sekolah di daerah kajian menghadapi
bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Analisis indeks dalam kajian ini dimanfaatkan untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan komunitas
sekolah menghadapi bencana alam, utamanya gempa bumi dan tsunami. Indeks merupakan angka
yang dapat dibandingkan antara satu bilangan dengan bilangan lain yang memuat informasi tentang
kharakteristik tertentu pada waktu dan tempat yang sama atau berlainan. Untuk menyederhanakan dan
memudahkan dimengerti, nilai indeks dikalikan seratus. Angka indeks dalam penelitian ini terdiri dari
indeks tiap parameter, yaitu pengetahuan tentang bencana (knowledge–K), rencana tanggap darurat
(emergency planning–EP), peringatan bencana (warning system–WS), mobilisasi sumber daya (resource
mobilization capacity–RMC) pada setiap sumber data survei/angket. Kemudian ada indeks gabungan
(composite index) antar parameter dalam satu sumber data (indeks S1, indeks S2, indeks S3). Selain itu,
juga ada indeks gabungan dari parameter yang sama berasal dari beberapa sumber data, seperti indeks
K untuk komunitas sekolah, dsb. Dalam penilaian angka indeks kesiapsiagaan ini semakin besar angka
indeks menunjukkan semakin tinggi tingkat kesiapsiagaannya (preparedness rate) dari subjek yang
sedang dikaji.
Indeks per parameter sekolah (S1), guru (S2), siswa (S3), dalam kajian ini menggunakan angka indeks
gabungan tanpa ditimbang. Seluruh pertanyaan dalam parameter tersebut diasumsikan mempunyai
bobot sama. Penghitungan nilai indeks menggunakan rumus sebagai berikut:
11
Jumlah Skor Riil Parameter
Indeks = _________________________ X 100
Skor Maksimum Parameter
Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam parameter yang diindeks
(masing-masing pertanyaan memiliki nilai satu). Apabila dalam satu pertanyaan terdapat sub-sub
pertanyaan (misal a, b, c, dan d), setiap sub pertanyaan tersebut diberi skor 1/ jumlah sub pertanyaan.
Jumlah skor riil parameter diperoleh dengan menjumlahkan skor riil seluruh pertanyaan dalam parameter
yang bersangkutan. Nilai indeks berada pada kisaran antara 0–100, sehingga semakin tinggi nilai indeks
semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaannya. Setelah dihitung indeks parameter dari satu responden
siswa dan guru, dapat ditentukan nilai indeks keseluruhan sampel. Apabila jumlah sampel adalah n,
indeks keseluruhan sampel dapat dihitung dengan menjumlahkan indeks seluruh sampel dibagi dengan
jumlah sampel (n).
Indeks gabungan dari beberapa parameter dihitung menggunakan indeks gabungan ditimbang, di
mana masing-masing parameter mempunyai bobot berbeda. Indeks gabungan dalam kajian ini meliputi
indeks siswa, guru dan sekolah).
Parameter
No Komunitas Sekolah
K PS EP WS RMC Jumlah
1. Sekolah (S1) - 10 14 4 6 34
2. Guru (S2) 30 - 7 2 3 42
3. Siswa (S3) 20 - 2 1 1 24
Jumlah 50 10 23 7 10 100
Indeks EP (KS) = 0,61* indeks EP(S1) + 0,30* indeks EP(S2) + 0,09* indeks EP (S3)
Indeks WS (KS) = 0,57* indeks WS (S1) + 0,29* indeks WS (S2) + 0,14* indeks WS (S3)
12
Indeks RMC (KS) = 0,60* indeks RMC (S1) + 0,30*indeks RMC (S2) + 0,10* RMC (S3)
Indeks KS total = 0,50* indeks K (KS) + 0,10* indeks PS (KS) + 0,23* indeks EP (KS) + 0,07* indeks
WS (KS) + 0,10*indeks RMC (KS).
Setelah pengolahan data selesai akan didapatkan nilai tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah. Dengan
mengacu pada nilai indeks berikut.
Maka dapat diketahui tingkat kesiapsiagaan pada level tinggi, sedang, atau rendah. Selain itu, dapat juga
dilihat indeks masing-masing parameter, yaitu pengetahuan, peringatan bencana, rencana tanggap
darurat, kebijakan dan mobilisasi sumber daya. Indeks masing-masing parameter ini dapat dipakai seba-
gai masukan apabila akan melakukan intervensi dari hasil dilakukannya evaluasi sekolah siaga bencana
ini. Misalnya, indeks pengetahuan siswa rendah maka diperlukan adanya pendidikan tentang bencana
melalui tambahan materi tentang bencana pada mata pelajaran yang relevan. Demikian juga apabila
indeks rencana tanggap darurat nilainya rendah diperlukan sosialisasi atau simulasi tentang pentingnya
evakuasi, pertolongan dan penyelamatan.
DAFTAR PUSTAKA
COMPRESS LIPI-UNESCO. 2009. Cerita dari Aceh: Membangun Kapasitas dan Sekolah Siaga Bencana.
COMPRESS LIPI-UNESCO. 2009. Cerita dari Maumere: Membangun Sekolah Siaga Bencana.
Hidayati, D. Widayatun. Triyono. 2010. Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota Bengkulu. Puslit
Oseanografi-LIPI.
Indonesian Institute of Science (LIPI)-UNESCO/ISDR. 2006. Framework Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah. Jakarta.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga bencana. Jakarta.
Permana, H., et al. 2008. Membangun Sekolah Siaga Bencana. Program Pendidikan Publik dan Kesiap-
siagaan Masyarakat. Puslit Osenaografi-LIPI.
Triyono. 2011. Membangun Sekolah Siaga Bencana (Dengan Pendekatan 5 Parameter Kesiapsiagaan).
Presentasi Disampaikan dalam Pelatihan Calon Fasilitator untuk Merintis Sekolah Siaga Bencana
TDMRC Unsyiah. Banda Aceh: 19 Juni 2011.
Rafliana, Irina. 2010. Panduan Fasilitator dalam Memfasilitasi Pelatihan Kesiapsiagaan Guru Yayasan
Pendidikan Cikini. Jakarta: 22–23 Januari 2010.
13
LAMPIRAN 1:
INSTRUMEN MONITORING SEKOLAH SIAGA BENCANA
Daftar pertanyaan monitoring kesiapsiagaan sekolah (S1)
PENGENALAN TEMPAT
1. Nama Sekolah
2. Alamat sekolah
3. Alamat Email / telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
9. Nama Informan
10 Jabatan
11 Berdiri SSB tahun
1. PENGETAHUAN
PENGETAHUAN:
◊ KEJADIAN ALAM DAN BENCANA (TIPE, SUMBER, BESARAN, LOKASI)
A. Tipe-tipe sumber, penyebab dan intensitas bencana
1) Apakah ada kalender kejadian tentang bencana yang sering terjadi di sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.) tentang informasi terkait tipe-tipe,
sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah ada dokumen silabus, rpp dalam pelajaran kesiapsiagaan (menjadi pelajaran muatan
lokal)?
a. ya b. tidak
8) Apakah ada kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang bisa mengurangi risiko
bencana termasuk di dalamnya pilihan melakukan relokasi sekolah atau retrofit gedung dan
infrastruktur sekolah jika diperlukan?
a. ya b. tidak
◊ KAPASITAS SEKOLAH
Fasilitas yang dimiliki sekolah untuk penyelamatan diri dari bencana
11) Sekolah melakukan identifikasi (menginventarisasi dan pengecekan secara berkala) yang terkait
tentang fasilitas yang bisa digunakan untuk menyelamatkan diri dari bencana
a. ya b. tidak
14) Apakah ada SK (Surat keputusan) sekolah untuk Gugus Siaga Bencana Sekolah?
a. ya b. tidak
16) Apakah ada Surat/Dokumen yang menyatakan adanya alokasi dana untuk kegiatan kesiap-
siagaan?
a. ya b. tidak
17) Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan adanya latihan/simulasi evakuasi secara regular?
a. ya b. tidak
18) Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan masuknya materi kesiapsiagaan dalam proses
belajar-mengajar?
a. ya b. tidak
15
B. Tersedianya fakta/data pelaksanaan kebijakan pendidikan kesiapsiagaan bencana
19) Apakah ada sosilasisasi Surat Edaran Kemendiknas tentang Pengarusutamaan PRB di Sekolah?
a. ya b. tidak
20) Apakah ada struktur, personel, dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Gugus Siaga Bencana
Sekolah?
a. ya b. tidak
23) Apakah ada laporan dalam bentuk laporan tertulis, foto, video dll. tentang latihan/simulasi
evakuasi?
a. ya b. tidak
24) Apakah ada dokumen pelaksanaan penyampaian materi kesiapsiagaan dalam proses belajar-
mengajar?
a. ya b. tidak
◊ PANDUAN
A. Panduan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana di sekolah
25) Apakah ada dokumen tentang panduan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana di
sekolah?
a. ya b. tidak
28) Apakah ada prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap untuk gugus siaga bencana?
a. ya b. tidak
16
32) Apakah ada rambu evakuasi?
a. ya b. tidak
40) Apakah ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan yang aman?
a. ya b. tidak
17
4. SISTEM PERINGATAN BENCANA
◊ TRADISIONAL LOKAL
Memiliki alat peringatan bencana yang sederhana
44) Apakah ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng, tiang bendera)?
a. ya b. tidak
46) Apakah ada jaringan yang terhubung dengan peringatan bencana yang resmi dari pemerintah?
a. ya b. tidak
47) Apakah bunyi tidak bermakna ganda, jelas dan dipahami warga sekolah?
a. ya b. tidak
51) Apakah ada sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan responnya?
a. ya b. tidak
18
54) Apakah sekolah tergabung dalam forum PRB
a. ya b. tidak
56) Mengadakan pelatihan/ latihan dengan lembaga terkait di lingkungan sekolah secara berkala
untuk peningkatan skill SDM:
a. ya b. tidak
58) Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan materi dan bahan ajar untuk peningkatan
pengetahuan terhadap PRB di sekolah?
a. ya b. tidak
59) Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan peralatan (tandu, alat-alat evakuasi, alat
komunikasi dll.) dan logistik sebagai pemenuhan kebutuhan dasar sekolah untuk keadaan darurat
bencana, yang di periksa secara regular?
a. ya b. tidak
61) Apakah ada jumlah kesepakatan dan keikutsertaan warga sekolah dalam kegiatan PRB, seperti:
pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
19
Daftar pertanyaan monitoring kesiapsiagaan guru (S2)
SEKOLAH SIAGA BENCANA (SSB)
PENGENALAN TEMPAT
1. No. urut kuesioner
2. Alamat sekolah
3. Alamat Email/telepon/fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan/Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
IDENTITAS GURU
1. Nama guru
2. Umur tahun
1. Laki-laki
3. Jenis kelamin
2. Perempuan
1. Tamat SMA/sederajat
Tingkat pendidikan terakhir 2. Tamat D1/D2
4.
yang ditamatkan 3. Tamat akademik/D3
4. Tamat perguruan tinggi/universitas (S1/S2/S3)
5. Kelas yang diajar
6. Mata pelajaran yang ajar
IDENTITAS PEMERIKSA
1 Nama pemeriksa
2 Tanggal pemeriksaan
1. PENGETAHUAN
1) Apakah di sekolah bapak/ibu memiliki kalender kejadian bencana yang sering terjadi di
sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah di sekolah bapak/ibu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.) tentang
informasi terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
3) Apakah bapak/ibu mampu menjelaskan mengenai tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas
bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah di sekolah bpk/ibu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata pelajaran
yang relevan?
a. ya b. tidak
20
5) Apakah di sekolah bpk/ibu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam pelajaran
muatan lokal?
a. ya b. tidak
6) Apakah di sekolah bpk/ibu materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler?
a. ya b. tidak
8) Apakah menurut bapak/ibu pelaksanaan pelajaran dan kegiatan sesuai dengan silabus dan
RPP, dan evaluasi terhadap pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan sesuai dengan indikator yang
ditetapkan dalam standar kompetensi yang telah ditetapkan?
a. ya b. tidak
10) Apakah sekolah bpk/ibu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll.?
a. ya b. tidak
12) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap untuk
gugus siaga bencana di sekolah?
a. ya b. tidak
13) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya tempat evakuasi di sekolah ini apabila ada bencana?
a. ya b. tidak
15) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
16) Apakah bapak/ibu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
21
20) Apakah di sekolah bapak/ibu ada petugas kesehatan yang terlatih?
a. ya b. tidak
21) Apakah sekolah bapak/ibu mempunyai back up/copy/ salinan/duplikat dokumen-dokumen
penting yang disimpan di tempat aman?
a. ya b. tidak
22) Apakah di sekolah bapak/ibu ada daftar alokasi kebutuhan dasar sekolah, seperti air minum,
makanan awet/tahan lama, dan obat-obatan?
a. ya b. tidak
23) Apakah di sekolah bapak/ibu ada peralatan dan perlengkapan untuk keadaan darurat?
a. ya b. tidak
24) Apakah di sekolah bapak/ibu ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan evakuasi
yang aman?
a. ya b. tidak
25) Apakah di sekolah bapak/ibu ada daftar alamat dan nomor telepon penting, seperti: nomor rumah
sakit, pemadam kebakaran, polisi, PAM, PLN, Telkom?
a. ya b. tidak
26) Apakah di sekolah bapak/ibu ada surat/dokumen yang menyatakan kerjasama sekolah dengan
instansi penting?
a. ya b. tidak
27) Apakah di sekolah bapak/ibu ada foto/dokumen yang menunjukkan adanya simulasi secara
regular?
a. ya b. tidak
29) Apakah sekolah bapak/ibu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana dari
pemerintah (BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggung jawabkan?
a. ya b. tidak
30) Apakah di sekolah bapak/ibu ada jaringan yang terhubung dengan peringatan bencana yang
resmi dari pemerintah?
a. ya b. tidak
31) Apakah sekolah bapak/ibu melakukan pengecekan secara berkala terhadap alat peringatan
bencana, alat penerima resmi dan jaringan?
a. ya b. tidak
32) Apakah bapak/ibu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi bencana,
suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya?
a. ya b. tidak
33) Apakah di sekolah bapak/ibu ada tempat khusus untuk menyimpan peralatan peringatan bencana
yang mudah diakses dan aman?
a. ya b. tidak
22
34) Apakah di sekolah bapak/ibu ada prosedur tetap tentang peringatan bencana termasuk tanda/
bunyi peringatan dan mekanisme pelaksanaan untuk peringatan, pembatalan peringatan dan
tanda keadaan sudah aman?
a. ya b. tidak
35) Apakah bapak/ibu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan bagaimana
meresponsnya?
a. ya b. tidak
37) Apakah bapak/ibu membuat daftar checklist berupa pelatihan/bimbingan penyediaan materi dan
bahan ajar untuk peningkatan pengetahuan terhadap PRB di sekolah?
a. ya b. tidak
38) Apakah bapak/ibu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan, buku, dan
modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah?
a. ya b. tidak
39) Apakah bapak/ibu ikut serta dengan warga sekolah terlibat dalam pelatihan, musyawarah guru,
pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
23
Daftar pertanyaan monitoring kesiapsiagaan murid (S3)
SEKOLAH SIAGA BENCANA (SSB)
PENGENALAN TEMPAT
1. No. urut kuesioner
2. Alamat sekolah
3. Alamat Email / telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
IDENTITAS MURID
1. Nama siswa
2. Umur tahun
1. Laki-laki
3. Jenis kelamin
2. Perempuan
5. Kelas
6. Mata pelajaran yang ajar
IDENTITAS PEMERIKSA
1 Nama pemeriksa
2 Tanggal pemeriksaan
1. PARAMETER PENGETAHUAN
1) Apakah di sekolah kamu memiliki kalender kejadian bencana yang sering terjadi di sekolah?
a. ya b. tidak
2) Apakah di sekolah kamu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll.) tentang informasi
terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana?
a. ya b. tidak
3) Apakah kamu mampu menjelaskan mengenai tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas
bencana?
a. ya b. tidak
4) Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata pelajaran
yang relevan?
a. ya b. tidak
5) Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam pelajaran muatan
lokal?
a. ya b. tidak
24
6) Apakah di sekolah kamu materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam kegiatan ekstra
kurikuler?
a. ya b. tidak
9) Apakah sekolah kamu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll.?
a. ya b. tidak
10) Apakah kamu mengetahui adanya gugus sekolah siaga bencana, seperti kelompok peringatan
bencana, evakuasi, pertolongan pertama, logistik, dan keamanan?
a. ya b. tidak
13) Apakah kamu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
14) Apakah kamu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
19) Apakah di sekolah kamu ada daftar alokasi kebutuhan dasar sekolah, seperti: air minum, makanan
awet/tahan lama, dan obat-obatan?
a. ya b. tidak
20) Apakah di sekolah kamu ada peralatan dan perlengkapan untuk keadaan darurat?
a. ya b. tidak
21) Apakah di sekolah kamu ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan evakuasi yang
aman?
a. ya b. tidak
25
22) Apakah di sekolah kamu ada daftar alamat dan nomor telepon penting, seperti nomor rumah
sakit, pemadam kebakaran, polisi, PAM, PLN, dan Telkom?
a. ya b. tidak
24) Apakah di sekolah kamu ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng, tiang
bendera, dll.) sebagai tanda peringatan bencana?
a. ya b. tidak
25) Apakah sekolah kamu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana dari pemerintah
(BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggungjawabkan?
a. ya b. tidak
26) Apakah kamu pernah terlibat dalam melakukan pengecekan secara berkala terhadap alat
peringatan bencana, alat penerima resmi dan jaringan?
a. ya b. tidak
27) Apakah kamu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi bencana,
suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya?
a. ya b. tidak
29) Apakah kamu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan bagaimana
meresponsnya?
a. ya b. tidak
30) Apakah kamu pernah mengikuti pelatihan/latihan oleh lembaga lain terkait kebencanaan?
a. ya b. tidak
31) Apakah sekolah kamu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan,
buku, dan modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga
sekolah?
a. ya b. tidak
32) Apakah kamu pernah ikut serta dengan warga sekolah terlibat dalam pelatihan, musyawarah guru,
pertemuan desa, jambore murid, dll.?
a. ya b. tidak
26
Contoh Perhitungan Indeks Ketercapaian Parameter
Monitoring Sekolah Siaga Bencana
Monitoring Murid
Parameter Rencana Parameter Mobilisasi
Parameter Parameter Sistem
Nama tanggap Darurat/ Sumber Daya/
No. Pengetahuan/ Peringatan Bencana/
Responden Emergency Planning Resource Mobilization
knowledge (K) Warning System (WS)
(EP) Capacity (RMC)
1 Murid A…. 9 6 14 3
2 Murid B…… 9 6 14 3
3 Murid C…… 9 6 14 3
4 Murid D….. 9 6 14 3
5 Murid E…… 9 6 14 3
6 Murid F…… 9 6 14 3
7 Murid G….. 9 6 14 3
8 Murid H….. 9 6 14 3
9 Murid I…… 9 6 14 3
10 Murid J…… 9 6 14 3
11 Murid K…… 9 6 14 3
12 Murid L…… 9 6 14 3
13 Murid M…. 9 6 14 3
14 Murid N….. 9 6 14 3
15 Murid O….. 9 6 14 3
16 Siswa P…… 9 6 14 3
17 Murid Q…. 9 6 14 3
18 Murid R…… 9 6 14 3
19 Murid S…… 9 6 14 3
20 Murid T…… 9 6 14 3
∑ 20 Murid 180 120 280 60
Rata-rata 180/20 = 9 120/20 = 6 280/20 = 14 60/20 = 3
9
»» K = x100 = 28,12
32
6
»» EP = x100 = 18,75
32
14
»» WS = x100 = 43,75
32
3
»» RMC = x100 = 9,37
32
»» Maka indeks murid (IM) di sekolah tertentu = K + EP + WS + RMC
»» IM = K + EP + WS + RMC
»» IM = 28,12 + 18,75 + 43,75 + 9,37
»» IM = 100
Monitoring Guru
Parameter
Parameter Rencana
Parameter Parameter Sistem Mobilisasi Sumber
Nama tanggap Darurat/
No. Pengetahuan/ Peringatan Bencana/ Daya/Resource
Responden Emergency Planning
knowledge (K) Warning System (WS) Mobilization
(EP)
Capacity (RMC)
1 Guru A….. 10 17 8 4
2 Guru B….. 10 17 8 4
3 Guru C….. 10 17 8 4
4 Guru D….. 10 17 8 4
5 Guru E….. 10 17 8 4
6 Guru F….. 10 17 8 4
7 Guru G….. 10 17 8 4
8 Guru H….. 10 17 8 4
9 Guru I….. 10 17 8 4
10 Guru J….. 10 17 8 4
11 Guru K….. 10 17 8 4
12 Guru L….. 10 17 8 4
13 Guru M….. 10 17 8 4
14 Guru N….. 10 17 8 4
15 Guru O….. 10 17 8 4
16 Guru P….. 10 17 8 4
17 Guru Q….. 10 17 8 4
18 Guru R….. 10 17 8 4
19 Guru S….. 10 17 8 4
20 Guru T….. 10 17 8 4
20 guru 200 340 160 80
Rata-rata 200/20 = 10 340/20 = 17 160/20 = 8 80/20 = 4
10
»» Indeks Parameter K :x100 = 100
10
17
»» Indeks Parameter EP : x100 = 100
17
8
»» Indeks Parameter WS : x100 = 100
8
4
»» Indeks Parameter RMC : x100 = 100
4
Indeks Guru di sekolah tertentu: jumlah soal Pn / total soal guru x indeks Pn
10
»» K = x100 = 25,64
39
8
»» EP = x100 = 20,51
39
17
»» WS = x100 = 43,59
39
4
»» RMC = x100 = 10,25
39
»» Maka indeks guru (IG) di sekolah tertentu = K + EP + WS + RMC
»» IG = K + EP + WS + RMC
»» IG = 25,64 + 20,51 + 43,59 + 10,25
»» IG = 100
Monitoring Sekolah
Parameter Parameter
Parameter
Parameter Sistem Mobilisasi
Parameter Rencana tanggap
Nama Kebijakan dan Peringatan Sumber Daya /
No. Pengetahuan / Darurat /
Responden Panduan / Bencana / Resource
knowledge (K) Emergency
policy (PS) Warning System Mobilization
Planning (EP)
(WS) Capacity (RMC)
1 Kepala sekolah 12 14 8 17 9
12
»» Indeks Parameter K : x100 = 100
12
14
»» Indeks Parameter PS : x100 = 100
14
8
»» Indeks Parameter EP : x100 = 100
8
12
»» K = x100 = 20
60
14
»» PS = x100 = 23,33
60
8
»» EP = x100 = 13,33
60
17
»» WS = x100 = 28,33
60
9
»» RMC = x100 = 15
60
»» Maka indeks sekolah (ISE) di sekolah tertentu = K + PS + EP + WS + RMC
»» ISE = K + PS + EP + WS + RMC
»» ISE = 20 + 23,33 + 13,33 + 28,33 + 15
»» ISE = 100
4) Indeks Parameter WS = jumlah soal WS / total soal seluruh parameter x indeks parameter WS
14
»» WS siswa = x100 = 29,16
48
17
»» WS guru = x100 = 35,42
48
»» WS sekolah= 17 x100 = 35,42
48
»» Maka indek parameter WS = WS siswa + WS guru + WS sekolah
= 529,16 + 35,42 + 35,42
= 100
5) Indeks Parameter RMC = jumlah soal RMC / total soal seluruh parameter x indeks parameter RMC
3
»» RMC siswa = x100 = 18,75
16
4
»» RMC guru = x100 = 25
16
9
»» RMC sekolah = x100 = 56,25
16
»» Maka indek parameter ∑RMC = RMC siswa + RMC guru + RMC sekolah
= 18,75 + 25 + 56,25
= 100
Indeks Ketercapaian (∑IK) Monitoring Setiap Indikator Parameter SSB Di Sekolah Tertentu
∑IK = ( jumlah soal Pn : total jumlah soal seluruh parameter x nilai indeks Pn) + …+ …+ …+
∑IK = IK K + IK PS + IK EP + IK WS + IK RMC
31
IK P1= x100 = 23,66
131
14
IK P2 = x100 = 10,68
131
22 100 = 16,79
IK P3 = x
131
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
Jika salah satu jawaban dari pertanyaan no. 45 adalah ‘ya’, bantuan/bimbingan apa saja yang diterima
44.
sekolah ini?
a. Penyediaan bahan dan materi Ya Tidak
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
12. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang relatif aman terhadap tsunami?
a. Rumah bertingkat yang kokoh Ya Tidak Tidak tahu
Tamat SMA/sederajat
Tamat D1/D2
37. Tingkat Pendidikan
Tamat Akademik/D3
Tamat perguruan tinggi/universitas (S1/S2/S3)
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
5. Apakah hari dan jam terjadinya gempa bumi dapat diketahui ? Ya Tidak Tidak tahu
6. Apakah ciri-ciri gempa kuat ?
a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak tahu
14. Dari mana saja pengetahuan tentang bencana tersebut di atas kamu peroleh ?
a. Sekolah Ya Tidak
a. Tradisional/kesepakatan lokal (kentongan, lonceng, bedug, dll.) Ya Tidak Tidak tahu