MODUL
SMA Terbuka
GEOGRAFI
KELAS XII SEMESTER 1
2018
GEOGRAFI
Kelas XII Semester 1
SMA Terbuka
Diterbitkan oleh :
Pengarah
Penanggung Jawab
Koordinator Pelaksana
Kustimi, M.Pd.
Staf Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik Provinsi Jawa Barat.
Tim SEAMOLEC.
Suamin, S.Pd.
Tim Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik Provinsi Jawa Barat.
Drs. H. Jumdiat Marzuki, M.M.
Tim Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik Provinsi Jawa Barat.
Dr. Sundari, M.Pd.
Tim Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik Provinsi Jawa Barat.
Dra. Dedeh Suatini. M.Pd.
Kepala SMA Negeri 2 Padalarang Kab. Bandung.
Aip Syarif Hasan Effendi, M.Pd.
Guru SMA Negeri 2 Padalarang Kab. Bandung
Yudi Kusniadi, S.Pd., M.Pd.
Guru SMA Pasundan 2 Kabupaten Cianjur.
Penulis Modul
Editor
Drs. R. Eryanto, M.Pd. (Tim Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik
Provinsi Jawa Barat)
Jajang Sudrajat, S.Pd (Guru SMAN 25 Kota Bandung)
Layout
Tim Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menegah Atas Disdik Provinsi Jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan APK Sekolah
Menengah telah menetapkan sebuah strategi yang inovatif yaitu dengan melalui
penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas Terbuka atau SMA Terbuka, yang tersebar di
seluruh kabupaten kota yang ada di Jawa Barat.
Modul merupakan bahan ajar yang tepat untuk SMA Terbuka karena proses belajar
di SMA Terbuka sebagian besar menggunakan pola belajar mandiri. Dengan adanya bahan
ajar modul SMA Terbuka yang sudah disusun dan mengacu kepada Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang sesuai dengan Kurikulum yang berlaku, diharapkan proses
belajar SMA Terbuka lebih efektif dan dapat berjalan dengan lancar. Untuk itulah maka
Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengadakan bahan ajar modul untuk
SMA Terbuka pada Tahun 2018.
Kepada semua pihak yang telah membantu terhadap kelancaran dalam proses
pengadaan modul SMA Terbuka ini, Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat mengucapkan terima kasih semoga kebaikan saudara mendapat imbalan dari
Allah SWT, Aamiin.
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
Deskripsi ............................................................................................................................. 1
Prasyarat ............................................................................................................................ 1
Panduan Belajar ................................................................................................................. 1
Tujuan Akhir ....................................................................................................................... 3
Cek Kemampuan ................................................................................................................ 3
KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG ........................................................................... 5
Uraian Materi ..................................................................................................................... 5
Penilaian Pembelajaran ................................................................................................... 38
Tindak Lanjut Pembelajaran ............................................................................................ 42
Referensi .......................................................................................................................... 42
Daftar Istilah..................................................................................................................... 43
INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA ......................................................................... 45
Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 45
Uraian Materi ................................................................................................................... 45
Penilaian Pembelajaran ................................................................................................... 68
Tindak Lanjut Pembelajaran ............................................................................................ 71
Referensi .......................................................................................................................... 73
Daftar Istilah..................................................................................................................... 74
PENDAHULUAN
Deskripsi
Prasyarat
Untuk menguasai 2 (dua) materi ini, anda diharapkan membaca isi modul ini
dengan teliti dan menjawab evaluasi pada akhir modul ini.
Panduan Belajar
Untuk lebih jelas dalam memahami panduan belajar ini, perhatikan gambar
alur belajar berikut ini!
Tujuan Akhir
Tujuan akhir setelah mempelajari materi ini adalah agar anda dapat:
1. Memahami konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan tata
ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
2. Membuat peta pengelompokan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/kota/provinsi berdasarkan data wilayah setempat.
3. Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan
kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan.
4. Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa
dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan/atau
diagram .
Cek Kemampuan
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada pokok bahasan ini peserta didik dapat:
1. Mendeskripsikan definisi ruang dan wilayah.
2. Membedakan wilayah formal dan wilayah fungsional juga perwilayahan.
3. Memahami bentuk perencanaan tata ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
4. Memahamai permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah.
Uraian Materi
Maka dari itu, kemudian timbullah banyak masalah. Nah, kira-kira apa saja
permasalahan yang mungkin timbul apabila perencanaan ruang dan wilayah tidak
terrencana dengan baik? Yuk, kita pelajari!
Atas dasar kebutuhan tempat tinggal penduduk, tak jarang lahan pertanian yang subur
berubah fungsinya menjadi sebuah pemukiman atau perumahan. Tapi kalau kamu tahu,
selain tempat tinggal, salah satu kebutuhan pokok manusia adalah makanan. Dengan
berkurangnya lahan pertanian yang subur, otomatis sumber atau bahan dasar makanan
harus di tanam di tempat yang jauh, dan hal ini berdampak pada meningkatnya harga
makanan tersebut.
sifat syarat sumberdaya yang terpenuhi: (1) adanya permintaan, dan (2) adanya
teknologi untuk memanfaatkannya.
Secara teoritik tidak ada perbedaan yang signifikan antara istilah wilayah, kawasan
dan daerah, hanya pada penekanan fungsi dan kekhasannya. Semuanya secara
umum dapat diistilahkan dengan istilah yang lebih umum, yaitu wilayah (region).
Setiap kawasan atau sub kawasan memiliki fungsi-fungsi khusus yang tentunya
memerlukan pendekatan program tertentu sesuai dengan fungsi yang
dikembangkan tersebut. Berbagai konsep nomenklatur kewilayahan seperti
“wilayah”, “kawasan”, “daerah”, “regional”, “area”, “ruang”, dan istilah-istilah
sejenis, banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan pengertiannya
walaupun masing-masing memiliki penekanan pemahaman yang berbeda-beda.
Ketidakkonsistenan istilah tersebut kadang menyebabkan kerancuan pemahaman
dan sering membingungkan. Lebih jelas definisi menurut Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yakni sebagai berikut. “Wilayah” adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional. “Kawasan” adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
Namun pengertian Daerah umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan
aspek administratif (UU nomor 32 Tahun 2004 tentang Daerah (Daerah otonom):
yakni Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Sedangkan Kawasan: adanya penekanan fungsional suatu unit
wilayah, yakni adanya karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-
komponen di dalam suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek fungsional.
Gambar 2.
Pariwisata Pantai
merupakan salah
satu contoh
Pengembangan
wilayah
Sumber :
http://1.bp.blogspot.
com/.../7072756441
_1115bc1ff5.jpg
B. Pewilayahan
Adalah suatu upaya atau proses membagi wilayah-wilayah permukaan bumi
berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa contoh pewilayahan adalah sebagai berikut :
1. Pewilayahan muka bumi berdasarkan tipe iklim matahari, antara lain sebagai
berikut.
a. Zone iklim tropis antara 23,50LU–23,50LS.
b. Zone iklim subtropis antara 23,50LU–400LU dan 23,50LS– 400LS.
c. Zone iklim sedang antara 400LU - 66,50LU dan 400LS–66,50LS.
d. Zone iklim kutub antara 66,50LU - 900LU dan 66,50LS–900LS.
Sumber :
http://4.bp.blogspo
t.com/.../dem-
fisiografi.jpg
Mari kita identifikasi wilayah Formal dan wilayah fungsional melalui tabel berikut.
Sumber:
https://galihsedayu.file
s.wordpress.com/2010
/01/budi-
hermawan.jpg
Gambar 8. Dataran
Tinggi Dieng di Jawa
Tengah merupakan
contoh dari wilayah
formal dengan
kesamaan fisik yaitu
aspek morfologi.
Sumber:
http://travel.tribunnew
s.com/2017/05/08/ber
ada-di-dataran-tinggi-
dieng-inilah-5-hal-
yang-membuat-
gunung-prau-selalu-
ramai-dikunjungi
Gambar 9. Sumber:
Hutan https://ww
Mangrove w.rentalmo
menjadi bilbali.net/
contoh wp-
wilayah content/upl
formal oads/2014/
karena 10/Hutan-
kesamaan Mangrove-
jenis Bali.jpg
vegetasi
dan
morfologi.
Sumber:
https://sudardj
attanusukma.fi
les.wordpress.c
om/2017/10/p
eta-jawa-
barat-versi-
atlas.jpg
Gambar 11.
Sebagian besar
wilayah Jawa Barat
dihuni oleh etnis
Sunda, dan hal ini
menunjukkan
bentuk wilayah
formal.
Sumber:
https://upload.wiki
media.org/wikipedi
a/commons/thumb
/8/88/Linguistic_m
ap_West_Java.png/
800px-
Linguistic_map_We
st_Java.png
Gambar 12.
Wilayah Formal
yang memiliki
kesamaan jenis
tanaman dan
Sumber: cara
https://3.bp.blog pengelolaannya.
spot.com/-
rvkfJu_oLN0/VJD
KNWOBk5I/AAA
AAAABh98/SArKi
Os3yRo/s1600/
Wah%2BLihat%2
BDeh%2Bpeman
dangan%2Bsawa
h%2Bdi%2Bvietn
am%2Byang%2B
sangat%2Bindah
%2Bini.jpg
Sumber:
Gambar
http://berit
13.
abekasi.co.i
Kawasan
d/wp-
Industri di
content/upl
Cikarang
oads/2016/
termasuk
10/kawasan
contoh
industri.jpg
bentuk
Wilayah
Formal.
2. Wilayah Fungsional
QUIZ
Sebelum kita melanjutkan ke materi selanjutnya, mari kita ulangi
pembahasan dengan menjawab pertanyaan berikut!
1. Wilayah adalah . . . .
2. Wilayah formal adalah . . . .
3. Wilayah fungsional adalah . . . .
4. Perwilayahan adalah . . . .
5. Klasifikasi wilayah terdiri atas . . . , . . . , . . . , . . . , dan . . . .
Gambar 16. Wilayah Bandung Raya yang terdiri dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten
Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, termasuk bentuk Wilayah Fungsional.
Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/peta/images/kab/12/at-3200.jpg
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
Qv9l7zlDnTg/Uo9JepmXmAI/AAAAAAAABFA/mmFtoKuRm3s/s1600/1.jpg
Gambar 18.
Kawasan Hutan
Kota di Babakan
Siliwangi dan
Taman Hutan
Raya Djuanda di
Dagi, Bandung
adalah contoh
wilayah
fungsional yang
memiliki peranan
sebagai wilayah
konservasi dan
resapan.
Gambar 19.
Wilayah
pertokoan dan
pusat
perbelanjaan jl
Jalan Otista Kota
Bandung
menjadi contoh
lain dari wilayah
fungsional.
KESIMPULAN
CONTOH
PENEKANAN PADA WILAYAH
Sumber: - FISIK:
https://infobandung.co.id/wp-content/uploads/2018/01/BAKSIL-1.jpg
FUNGSIONAL berada pada INTERAKSI & o Hutan, Mangrove,
https://www.nativeindonesia.com/wp-content/uploads/2015/12/tahura-juanda-taman-hutan-raya-juanda.jpg
PERKEMBANGAN http://sebandung.com/wp-content/uploads/2015/03/Akses-Menuju-Pasar-Baru.jpg
WILAYAH juga pada o Karst, padang pasir, pantai
FUNGSI dari wilayah tersebut.
karang,
CONTOH o Pegunungan, dataran tinggi,
PENEKANAN PADA
- Wilayah Jabodetabek dan dataran rendah. WILAYAH FORMAL
Bandung Raya, - SOSIAL BUDAYA: ada pada kesamaan
- Wilayah Resapan dan Konservasi, o Provinsi, Kota/Kabupaten, fisik, sosial budaya
atau asal usul
- Wilayah pasar dan pertokoan. o Sawah, Perkebunan. perundangannya.
o Kawasan Industri.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus
dilengkapi dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempat-tempat
sentral harus harus sesedikit mungkin.
Hirarki 4 (k=4)
Wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan
jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas
yang optimum. Situasi lalu lintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah
bagian di masing-masing wilayah tetangganya.
terdapat tempat penting terletak pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan
penghubung dua kota ini hendaknya berjarak pendek dan lurus.
Hirarki 7 (k=7)
Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu
bagian) masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi
administratif yang optimum. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa
kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan
hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.
3. Pengendalian dan pelestarian ekosistem juga spesies flora fauna yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya pembangunan,
4. Pengembangan dan pengendalian industri,
5. Upaya antisipasi akan terjadinya krisis energi sebagai penopang utama dari
industrialisasi.
Tujuan akhir pembagian wilayah
pembangunan ini adalah pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia.
Prinsip dari pembangunan wilayah adalah pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya manusia secara optimal sesuai dengan karakteristik wilauahnya
masing-masing.
Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan
pengarahan kegiatan pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan
pembangunan bisa berjalan serasi dan seimbang, baik di dalam wilayah
pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh Indonesia.
E. Tata Ruang
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud di atas
secara berhierarki terdiri atas:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
2. rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
3. rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota.
Adapun rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas:
1. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional;
2. Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
3. Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud
di atas disusun apabila rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta
dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan. Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud di atas dijadikan
dasar bagi penyusunan peraturan zonasi. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
Aspek lain yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Nasional adalah:
a. Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
c. Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
d. Rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan
e. Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana
tata ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud di atas ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas teritorial negara dan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah provinsi ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan dengan
peraturan daerah provinsi. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi.
Muatan, Fungsi, dan Jangka Waktu Rencana Tata Ruang. Rencana tata ruang wilayah
kabupaten memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan
kawasan budi daya kabupaten;
d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana tata ruang wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan
batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih
dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di
atas ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.
Muatan, Fungsi, dan Jangka Waktu Rencana Tata Ruang. Rencana tata ruang wilayah kota
memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota ;
b. rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya
yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kota ;
c. rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota dan kawasan
budi daya kota;
d. penetapan kawasan strategis kota;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kota yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Rencana tata ruang wilayah kota menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis kota.
Rencana tata ruang wilayah kota menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
kota adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana tata ruang wilayah kota sebagaimana
dimaksud ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan
batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kota ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Rencana tata ruang wilayah kota ditetapkan dengan
peraturan daerah kota. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas
ditetapkan dengan peraturan daerah kota.
8. Ruang Terbuka Hijau
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud di atas
berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan
ditambahkan:
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki,
angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial
ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Gambar 27. Ruang terbuka hijau sebagai sarana rekreasi penduduk kota
Sumber : http://kabar24.bisnis.com/.../4-kebun-raya-di-4-kota-penambah-ruang-
terbuka-hijau
Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari ruang terbuka hijau publik
dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik
pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Distribusi
ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud di atas disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola
ruang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan terhadap kawasan lahan abadi pertanian
pangan sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan Undang-Undang. Penataan ruang
kawasan perdesaan diselenggarakan pada:
a. kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
b. kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi.
Kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud di atas dapat berbentuk kawasan
agropolitan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan agropolitan diatur
dengan peraturan pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang
kawasan perdesaan diatur dengan peraturan pemerintah.
Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten
adalah bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten. Penataan ruang kawasan
perdesaan dalam 1 (satu) wilayah kabupaten dapat dilakukan pada tingkat wilayah
kecamatan atau beberapa wilayah desa atau nama lain yang disamakan dengan desa
yang merupakan bentuk detail dari penataan ruang wilayah kabupaten.
Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat
lintas wilayah. Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud di atas berisi struktur ruang
dan pola ruang yang bersifat lintas wilayah administratif.
Rencana tata ruang kawasan agropolitan merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu)
atau beberapa wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan agropolitan memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan agropolitan;
b. rencana struktur ruang kawasan agropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan
sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan;
c. rencana pola ruang kawasan agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya;
d. arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi indikasi program utama
yang bersifat interdependen antardesa; dan
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi arahan
peraturan zonasi kawasan agropolitan, arahan ketentuan perizinan, arahan
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten
merupakan bagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Pemanfaatan ruang kawasan
perdesaan yang merupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten
dilaksanakan melalui penyusunan program pembangunan beserta pembiayaannya secara
terkoordinasi antarwilayah kabupaten terkait.
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah
kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten dilaksanakan oleh setiap kabupaten. Untuk kawasan perdesaan yang
mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten yang mempunyai lembaga kerja sama
antarwilayah kabupaten, pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.
Setiap orang yang melakukan penyimpangan perencanaan tata ruang tidak pernah
atau jarang mendapatkan sanksi. Akibatnya, penyimpangan penggunaan tata ruang
dianggap biasa dan tidak punya arti apa-apa. Kondisi ini berakibat pada
kesemrawutan pelaksanaan tata ruang wilayah.
2. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana pengembangan.
Selama sepuluh tahun ke depan, bangsa Indonesia kian dihadapkan oleh masalah
pembangunan dan tata ruang yang kian berat. Urbanisasi yang sangat pesat dan
tidak terkendali, serta dicirikan dengan pertambahan populasi secara konstan
jelasmerupakan fenomena yang tidak sederhana implikasinya bagi Indonesia.
Penilaian Pembelajaran
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Anda tentang Konsep
Wilayah dan Tata Ruang ini, maka jawablah soal-soal ini dengan tepat,
jujur, dan mandiri!
A. Pilihan Ganda
1. Wilayah yang dicirikan oleh adanya 3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
aliran barang atau orang yang telah dimiliki oleh kota Bogor. Akan
memusat merupakan wilayah…. tetapi implementasi RTRW di kota
A. uniform region Bogor kurang berjalan baik. Kawasan
B. nodal region yang diperuntukkan secara komersil
C. natural region menyebar di sepanjang jalan utama
D. genetic region kota Bogor sehingga sering
E. specific region menimbulkan kemacetan.
Permasalahan tersebut dapat terjadi
2. Perhatikan gambar berikut! karena adanya hambatan penataan
ruang berupa….
A. lemahnya pengendalian
pemanfaatan ruang
B. kuatnya koordinasi antar lembaga
pemerintahan
C. lambatnya penyusunan rencana
tata ruang kota
D. kurangnya dana untuk
Pertumbuhan wilayah pada gambar di
pembangunan infrastruktur kota
atas akan lebih pesat jika
E. terbatasnya lahan untuk
pengembangannya ke arah…karena….
pembangunan ruang publik
A. hutan, udaranya yang masih bersih
B. permukiman, padat penduduk
4. Pusat pertumbuhan yang termasuk
C. pelabuhan, tempat peluang ekspor
wilayah pembangunan IV antara
dan impor
lain….
D. pusat perdagangan, dekat lokasi
A. Maluku dan Papua
pemasaran barang dan jasa
B. Jawa Timur dan Bali
E. kawasan industri, dekat dengan
C. Aceh dan Sumatera Utara
lokasi produksi
D. NTT dan NTB
E. Jawa Barat dan Jawa Tengah
B. Tugas Mandiri
Buatlah analisis wilayah dan tata ruang di daerah Jawa Barat!
3. Perbukitan
4. Tambak garam
5. Kota Bandung
6. ........
7. ........
8. ........
9. ........
10. ........
11. ........
12. ........
13. ........
14. ........
15. ........
16. ........
17. ........
18. ........
Referensi
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Jakarta : Pradnya Paramita.
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sihotang.
Jakarta : Lembaga Penerbit UI
Jayadinata, Johar T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perkotaan dan
Wilayah. Bandung. ITB.
Rustiadi, Ernan et al. (2008) Agropolitan: Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan
Pada Kawasan Perdesaan. Bogor: IPB.
https://blog.ruangguru.com/permasalahan-tata-kota-perencanaan-ruang
http://mediatataruang.com/mengintip-permasalahan-tata-ruang-kota-indonesia/
https://perencanaankota.blogspot.com/2014/12/konsep-ruang-dan-wilayah.html
Daftar Istilah
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
Sebelum membahas tentang karakteristik desa dan kota, marilah kita pahami dulu
pengertian desa dan kota.
A. DESA
1. Pengertian Desa
a. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014, desa adalah satu
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yanng berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Bintarto (1983:11-12); desa sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya.Hasil perpaduan itu ialah suatu wujud
atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial,
ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur-unsur tersebut dan
juga dalam hubungannya dengan daerah lain. Dalam arti umum desa merupakan unit
pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak jauh dari kota.
c. Sutardjo Kartohadikusumo; Desa adalah suatu hukum yang di dalamnya bertempat
tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
Gambar 1. Pedesaan
Sumber: http://www.rmoljabar.com/images/
2. Karakteristik Desa
Menurut Direktorat Jendral Pembangunan Desa, suatu wilayah disebut desa apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio)
cukup besar; Lapangan kerja yang dominan adalah agraris; Hubungan kekerabatan kuat;
Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh pada tradisi yang berlaku; Gotong
royong kuat; dan Hubungan antar warga akrab.
Desa mempunyai 3 unsur penting yatu; Daerah, meliputi luas, dan batas wilayah
serta penggunaannya, Penduduk, meliputi jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran
dan mata pencarian, Tata kehidupan, dalam hal ini pola dan ikatan pergaulan sesama
warga desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan desa
dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang berkaitan dengan faktor usaha
manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting).
Kemajuan dan kemakmuran desa ditentukan oleh usaha penduduk desa selain tata
geografinya. Desa yang memiliki banyak sumber daya alam tetapi penduduknya tidak
cukup mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan semangat membangun
mengakibatkan desa kurang maju. Sebaliknya, meskipun desa memiliki sumber daya alam
terbatas tetapi penduduknya terampil, berpengetahuan, dan bersemangat dalam
membangun desa sehingga mampu mengatasi hambatan alam dan geografis wilayah
maka desa akan cepat maju.
Letak suatu desa pada umumnya jauh dari pusat keramaian. Desa yang terletak di
perbatasan kota mempunyai kemungkinan lebih berkembang dibanding desa-desa di
pedalaman. Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu desa terhadap desa lain.
Desa yang terletak jauh dari kota memiliki lahan yang luas. Penggunaan lahan lebih
banyak untuk pertanian tanaman pokok dan tanaman perdagangan daripada untuk
gedung gedung atau perumahan.
Seorang ahli sosiologi yang bernama Talcott Persons menggambarkan masyarakat
desa sebagai masyarakat tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Afektivitas, yaitu merupakan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan
kemesraan, yang ditunjukkan dalam sikap kehidupan sehari-hari yang saling tolong
menolong, tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif, sifat ini mewujudkan konsekuensi dari sifat efektivitas, yaitu
meningkatkan kebersamaan (gemainschaft/ paguyuban) tidak suka memanjakan diri,
tidak suka berbeda pendapat dengan sesama warga desa.
c. Partikularisme, yaitu semua hal yang ada hubungannya dengan apa yang khusus
berlaku untuk tempat atau daerah tertentu saja, ada hubungannya dengan perasaan
subyektif dan rasa kebersamaan.
d. Kekaburan, yaitu sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi
tanpa ketegasan yang dinyatakan secara eksplisit (penggunaan bahasa yang tidak
langsung).
e. Askripsi, yaitu suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keharusan.
Masyarakat desa sukar berubah, sesuatu diterima sebagaimana adanya dan
berkembang secara tradisional.
Catatan:
Pada kenyataannnya, tidak semua masyarakat desa adalah masyarakat tradisional
karena ada desa yang sedang dan telah berkembang ke arah kemajuan dan
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tradisionalnya. Masyarakat desa yang telah
berkembang dan menjadi masyarakat transisi dengan struktur sosial dan kebudayaan
madya, telah mengenal pengelompokan sosial dan pelapisan sosial yang kompleks
karena pengaruh perkembangan industrialisasi.
3. Potensi Desa
a. Potensi fisik
1) Tanah yang subur merupakan potensi utama desa. Tanah dapat berupa sawah,
tegal, atau pekarangan. Peduduk desa mengelola dan memanfaatkan tanah
sebagai lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Sementara hasil
pertanian yang berlebih memungkinkan dapat dijual ke kota.
2) Air yang melimpah, selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari juga
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan industrasi air minum. Sumber air selain
bermanfaat bagi penduduk setempat juga dapat dijadikan objek wisata alam.
3) Iklim sangat memengaruhi aktivitas penduduk desa yang pada umumnya bermata
pencaharian petani. Kegiatan petani untuk menentukan jenis tanaman sangat
bergantung pada iklim. Iklim sejuk, dingin, dan curah hujan cukup sangat
mendukung kehidupan penduduk desa dalam meningkatkan hasil pertanian.
4) Flora dan Fauna, di desa adalah masih banyak tersedianya tanaman bahan
makanan pokok, seperti padi, jagung, ketela pohon dan hewan ternak. Hasil
pertanian dan peternakan dapat menarik penduduk lain untuk melakukan
kegiatan perdagangan dengan membeli barang-barang hasil pertanian dan
peternakan.
c. Fungsi Desa
Berdasarkan kriteria-kriteria potensi secara umum yang terdapat di desa, Fungsi
desa sebagai :
1) Desa sebagai sumber bahan mentah bagi kota.
2) Desa sebagai sumber tenaga kerja bagi kota.
3) Desa sebagai mitra pembangunan wilayah kota.
4. Klasifikasi Desa
a. Berdasarkan Aktivitasnya
1) Desa agraris, mata pencaharian utama masyarakat sebagai petani atau pemilik
dan pengelola kebun. Terutama sejak dulu, Indonesia terkenal akan Negara agraris
atau pertanian dengan lahan yang sangat luas. Sumber pendapatan utama desa ini
juga pasti dengan menjual hasil ladang dan juga sawah yang dikonsumsi banyak
orang, desa yang paling terkenal atau daerah agraris yakni seperti Indramayu atau
Subang.
2) Desa Industri, mata pencaharian utamanya bekerja di bidang industri baik
berukuran kecil maupun besar, dan menjadikannya sebagai potensi mendapatkan
pendapatan utama. Contohnya seperti desa penghasil sandal/ sepatu cibaduyut di
Bandung, atau desa yang menjual telur asin di Brebes.
3) Desa Nelayan, mata pencaharian utamanya sebagai nelayan dan peternak ikan
atau tambak, desa ini juga biasanya menghasilkan bahan utama dari hasil laut
seperti ikan dan juga hasil laut seperti mutiara. Sehingga laut menjadi tempat
utama mereka untuk bertahan hidup.
b. Berdasarkan Perkembangannya
1) Desa Tradisional, yaitu tipe desa pada masyarakat terasing yang seluruh
kehidupannya tergantung pada alam sekitarnya, dengan ciri-ciri;
a) masyarakat suku terasing
b) hidup tergantung pada alam misalnya, dalam hal bercocok tanam, cara
memelihara kesehatan, pengobatan, memasak, dan lain-lainnya;
c) penduduk cenderung tertutup/kurang komunikasi;
d) sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang.
2) Desa Swadaya, Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam dan kondisi
geografisnya, biasanya berlokasi di daerah terpencil sehingga jarang berinteraksi
dengan penduduk luar, akibat perkembangan dari kemajuan desa terlambat. Ciri
desa swadaya yaitu :’
a) penduduknya jarang, masih terikat pada adat istiadat
b) lembaga sosial yang ada masih sederhana
c) tingkat pendidikan masyarakatnya rendah
d) kegiatan penduduk dipengaruhi oleh keadaan alam
e) topografi berupa pegunungan atau perbukitan dan lokasi terpencil
f) mayoritas penduduk sebagai petani
g) kegiatan ekonomi masyarakat bersifat subsisten
h) masyarakat juga tertutup terhadap pihak luar, sehingga sistem perhubungan
dan transportasi kurang berkembang.
3) Desa Swakarya, adalah desa peralihan atau transisi antara desa swadaya ke desa
swasembada, ditandai adanya perubahan untuk memanfaatkan dan
mengembangkan potensi yang ada di desa sehingga mampu menjual hasilnya ke
desa lain setelah memenuhi kebutuhan dasarnya. Memiliki ciri sebagai berikut :
a) mata pencaharian beragam jenisnya,
b) adat istiadat sedang mengalami perubahan,
c) gotong royong untuk membangun desa sudah meningkat,
d) pengaruh dari luar sudah masuk sehingga terjadi perubahan cara berpikir,
e) pemerintahan desa mulai berkembang,
f) bantuan pemerintah hanya sebagai perangsang,
g) lapangan kerja bertambah, dan masyarakat telah mampu meningkatkan
kehidupannya.
4) Desa Swasembada, adalah desa yang masyarakatnya telah mampu mengelola
potensi secara maksimal dengan alat-alat teknis, tersedia semua keperluan
penduduk, interaksi dengan masyarakat lain tidak mengalami kesulitan karena
sistem perhubungan dan pengakuan sudah maju. Ciri dari desa swasembada
diantaranya :
a) Kebanyakan berlokasi di ibukota dan kecamatan, berpenduduk padat
Modul Geografi SMA Terbuka Kelas XII - Hal. 51
GEOGRAFI
Kelas XII Semester 1
SMA Terbuka
b. Pola tersebar atau terpencar ( fragmented rural settlement type), merupakan bentuk
permukiman yang terpencar, menyebar di daerah pertaniannya (farm stead).
Misalnya rumah petani yang terpisah tetapi lengkap dengan fasilitas pertanian
seperti gudang mesin pertanian, penggilingan, kandang ternak, penyimpanan hasil
panen dan sebagainya.
c. Pola memanjang atau linier (line village community type), memiliki ciri permukiman
berupa deretan memanjang di kiri kanan jalan atau sungai yang digunakan untuk
jalur transportasi, atau mengikuti garis pantai.
B. KOTA
1. Pengertian Kota
a. Menurut Bintarto (1983:36) menyebutkan bahwa kota dapat diartikan sebagai suatu
sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, dan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis.
b. Menurut Daldjoeni (1996) kota adalah suatu daerah tertentu dengan karakteristik
penggunaan lahan non agraris, dimana penggunaan lahannya sebagian besar
tertutup oleh bangunan.
c. Kota menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 2 tahun 1987 Pasal 1
merupakan pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
administratif yang diatur dalam perundang-undangan serta pemukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
2. Karakteristik Kota
a. Ciri fisik kota meliputi beberapa hal berikut ini :
1) Fasilitas perekonomian kota, biasanya terdapat pusat perekonomian seperi pasar,
mall dan pusat perbelanjaan lainnya
2) Jaringan transportasi, kaitannya dengan perkembangan kota yang memiliki nilai
ekonomis, serta lokasi yang strategis dalam mengembangkan perekonomian
3) Bangunan fisik mayoritas gedung, kondisi ini dikarenakan tidak memungkinkan
pengembangan wilayah secara horizontal karena lahan yang tersedia sudah tidak
memenuhi.
b. Ciri-ciri sosial kota meliputi beberapa hal berikut ini :
1) Kondisi mayarakat heterogen, kota memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak
masyarakat dari berbagai daerah untuk datang menetap di kota.
2) Masyarakat individualistis, hal ini disebabkan masyarakat kota cenderung bersifat
individual sehingga kekerabatan mulai memudar (Gesselchaft)
3) Mata pencaharian nonagraris, dibidang pekerjaan, masyarakat kota bekerja di
sektor jasa dan industri.
3. Klasifikasi Kota
a. Berdasarkan jumlah penduduknya:
1) Kota kecil : 20.000 - < 100.0000 orang
2) Kota sedang : 50.000 - < 500.000 orang
3) Kota besar : 500.000 - < 1000.000 orang
4) Kota metropolis : 1000.000- 5.000.000 orang
5) Kota megapolitan : lebih dari 5.000.000 orang
Catatan:
Pada umumnya kota berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan
pusat jasa. Berbagai fasilitas kehidupan tersedia di kota, oleh karena itu kota mempunyai
daya tarik kuat bagi penduduk di sekitarnya. Banyak penduduk luar kota berdatangan ke
kota, baik yang menetap maupun hanya sebagai penglaju.
1) Zone 1: Daerah Pusat Kegiatan (DPK/CBD) Daerah ini merupakan pusat segala
kegiatan, antara lain sosial, politik, budaya, ekonomi dan teknologi. Terdapat
pusat pertokoan besar (Dept Store), gedung perkantoran bertingkat, bank, hotel.
2) Zone 2: Daerah Peralihan (DP )atau zone transisi, merupakan daerah yang
mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus menerus.
Sering terdapat daerah kumuh (slums area), dan penduduknya yang miskin.
3) Zone 3: Zone permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone of
independent workingmenshomes, zone permukiman kelas proletar Zone ini
banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya yang
berpenghasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil dan rumah susun
sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman lebih baik
dibandingkan dengan zone 2, walaupun sebagian penduduknya masih masuk
kategori menengah kebawah.
4) Zone 4: Zone permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zone permukiman kelas
menengah (residential zone) Zone ini merupakan kompleks perumahan penduduk
yang berstatus ekonomi menengah-tinggi. Walaupun status ekonomi
penduduknya tidak sangat baik, tetapi stabil, permukiman teratur. Fasilitas
permukiman terencanan dengan baik sehingga tempat tinggal cukup nyaman.
5) Zone 5: Zone penglaju atau commuters zone Zone ini merupakan daerah
yangmemasuki daerah belakang (hinterland), atau merupakan daerah batas desa-
Modul Geografi SMA Terbuka Kelas XII - Hal. 57
GEOGRAFI
Kelas XII Semester 1
SMA Terbuka
kota. Penduduk bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota. Model
ini jarang terjadi, karena perkembangan kota tidak selalu membentuk zone
konsentris yang ideal.
1) Zone 1; Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas:
bangunan- bangunan kantor, hotel,bank,bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan;
2) Zone 2; Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan;
3) Zone 3; Dekat pusat kota dan dekat sektor di atas, yaitu bagian sebelah
menyebelahnya, terdapat sektor murbawiama yaitu tempat tinggal kaum murba
atau kaum buruh
4) Zone 4; Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan terletak
sektor madyawisma;
5) Zone 5; Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu permukiman golongan
atas.
sesederhana dalam teori konsentris. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya urutan-
urutan yang teratur yang dapat terjadi dalam suatu kota terdapat tempat-tempat
tertentu yang befungsi sebagai inti kota dan pusat pertumbuhan baru.
Keadaan tersebut telah menyebabkan adanya beberapa inti dalam suatu wilayah
perkotaan, misalnya kompleks atau wilayah perindustrian, kompleks perguruan
tinggi dan kota-kota kecil di sekitar kota besar.
Di Indonesia, struktur ruang kota ditandai dengan pemanfaatan lahan yang tidak
tertata dengan baik sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan, seperti
permasalahan permukiman, pembuatan trotoar, drainase, jalan raya, dan
perindustrian.
Keterangan:
Ki = kekuatan interaksi
ΣP1.P2 = jumlah penduduk masing-masing wilayah
J2 = jarak antara kedua wilayah, dikuadratkan
Contoh :
Diketahui jumlah penduduk kota X 750.000, kota Y 500.000 dan kota Z 320.000.
Jarak antara kota X dengan kota Y adalah 182 km dan jarak antara X ke kota Z
adalah 215 km. Tentukanlah kekuatan interaksi antara kota X-Y dengan kota X-Z!
Jawab :
= 432.666
Sehingga kekuatan interaksinya lebih besar Kota X-Y daripada Kota Y-Z
Keterangan:
THAB = lokasi titik henti, diukur dari daerah yang jumlah penduduknya lebih
sedikit
JAB = jarak wilayah A ke wilayah B
P> = jumlah penduduk yang lebih banyak
P< = jumlah penduduk yang lebih sedikit
Contoh :
Jumlah penduduk kota A adalah 80.000 orang, jumlah penduduk kota B 40.000 orang. Jarak
antar kota A dengan kota B adalah 50 km. Dari data tersebut hitunglah jarak lokasi titik
henti antara kota A dengan kota B.
Jawab :
Artinya, lokasi strategis terdapat pada jarak 20,74 km dari kota terkecil
penduduknya yaitu Kota B
Keterangan:
β = indeks konektivitas
J = jumlah jaringan jalan
K = jumlah kota
Contoh :
Bandingkanlah indeks konektivitas di antara dua wilayah berikut :
Jawab :
Wilayah A = = 1.5
Wilayah B = = 1.42
Jadi, potensi interaksi antarkota di wilayah A lebih tinggi jika dibandingkan wilayah
B. Hal tersebut terjadi dengan catatan kondisi alam, sosial, serta kualitas prasarana
jalan antara kedua wilayah relatif sama.
Modul Geografi SMA Terbuka Kelas XII - Hal. 64
GEOGRAFI
Kelas XII Semester 1
SMA Terbuka
Di antaranya dengan; peningkatan peran dan fungsi kota menengah dan kecil,
terutama di luar Jawa sebagai kota kedua (secondary cities); memperkuat peran dan
fungsi pelayanan kota-kota kecil dan menengah bagi pengembangan kawasan
perdesaan disekitarnya, terutama sebagai pusat pemasaran produk perdesaan;
pengendalian pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan.
5. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi di pedesaan dan diperkotaan terus ditingkatkan sekaligus
terintegrasi untuk memudahkan proses produksi, distribusi, hingga sampai ke tangan
masyarakat. Salahsatunya dengan pembangunan jalan, dan pembenanan jalur laut.
6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang
Pembuatan perencanaan dalam bentuk RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-
Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan antarsektor dan antarwilayah.
7. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
Dengan mengoptimalkan peran Bdan Urusan Pangan dan Logistik (BULOG), untuk
mengelola ketersedian dan distribusi pangan ke seluruh wiyaha Indonesia.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
Dengan mengalokasikan APBN yang besar untuk bidang pendidikan dan
kesehatan, juga bantuan biaya pendidikan dan kesehatan untuk keluarga miskin.
9. Pemerataan kesempatan kerja
Melalui pembukaan pelatihan dan kursus, dan pendidikan kejuruan untuk
menyipakn tenaga terampil. Selian itu juga dengan pembukaan lowongan kerja secara
langsung (PNS), atau bekerjasama dengan pihak swasta dengan menciptakan stabilitas
nasional yang kondusif.
E. Dampak Perkembangan Desa dan Kota terhadap masyarakat Desa dan Kota
1. Dampak yang ditimbulkan dari pembangunan desa terhadap masyarakat desa,
diantaranya :
a. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah yang
dibangun di desa
b. Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan menjadi
penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan
c. Perluasan jalur jalan desa kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah
menjangkau daerah pedesaan sehingga hubungan desa dan kota.
d. Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna.
e. Berkurangnya lahan pertanian karena banyak dialihfungsikan kedalam pembangunan
f. Peningkatan kegiatan kewirausahaan yang menghasilkan produk berkualitas, seperti
kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan lain-lain.
Penilaian Pembelajaran
Besarnya indeks konektivitas yang dimiliki oleh wilayah pada gambar adalah...
A. 1,6
B. 2,5
C. 3,6
D. 4,7
E. 5,4
14. Usaha pembangunan pedesaan dilakukan dengan gencar agar dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Namun pembangunan desa harus tetap konsisten dengan
sejumlah orientasi berikut, kecuali ....
A. tidak membedakan status penduduk desa dan kota
B. corak kehidupan ditingkatkan ke arah yang logis dan pragmatis
C. meningkatkan sikap kreatif, dinamis, dan fleksibel menghadapi kesulitan
D. menghilangkan isolasi desa
E. mengikis tradisi-tradisi yang masih hidup dalam masyarakat
15. Di bawah ini merupakan dampak positif pembangunan desa dan kota terhadap
masyarakat desa, adalah ...
A. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah yang
dibangun di desa
B. Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan
menjadi penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan
C. Perluasan jalur jalan desa kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor
telah menjangkau daerah pedesaan sehingga hubungan desa dan kota.
D. Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna.
E. Berkurangnya lahan pertanian karena banyak dialihfungsikan kedalam
pembangunan
Jika nilai anda lebih 60, maka anda boleh melanjutkan mempelajari materi selanjutnya,
namun jika nilai yang diperoleh masih kurang dari 60, silahkan anda pelajari kembali
materi yang belum anda kuasai, kemudian kerjakan kembali soal uji kompetensi di atas,
sampai anda memperoleh nilai lebih 60.
B. TUGAS MANDIRI
Amatilah desa sekitar/ tempat tinggalmu, kemudian jawablah pertanyaan
pada Lembar Kerja berikut!. Tulis pada lembar yang disediakan, lakukan
secara berkelompok, kemudian laporan hasil dsikusinya dan diberikan kepada
tutor Anda.
1. ................................................. 1. ................................................
2. ................................................. 2. ................................................
3. ................................................. 3. ................................................
4. ................................................. 4. ................................................
5. ................................................. 5. ................................................
1. ............................................. 1. .......................................................
2. ............................................. 2. .......................................................
3. ............................................. 3. .......................................................
Referensi
https://budisma.net/2016/12/ciri-ciri-desa-tradisional-swadaya-swakarya-dan-
swasembada.html
https://gramnivasa.wordpress.com/2015/08/24/rural-settlements/
https://harisrosi.blogspot.com/2017/07/makalah-pengertian-desa-potensi-desa.html
http://hedisasrawan.blogspot.com/2016/01/pengertian-desa-artikel-lengkap.html
http://jembatan4.blogspot.com/2013/09/pola-keruangan-desa.html
https://slideplayer.info/slide/3065385/
http://www.belajargeografi.com/2016/05/teori-bergandamultiple-nuclei.html
Daftar Istilah
Desa Swakarya : adat istiadat mengalami perubahan; pengaruh dari luar mulai
masuk sehingga masyarakatnya mengalami perubahan cara
berpikir; mata pencaharian mengalami diversivikasi; lapangan
kerja bertambah sehingga produktivitas meningkat; gotong
royong lebih efektif; pemerintah desa berkembang baik;
Desa Swasembada : desa yang telah maju, memiliki ciri-ciri sebagai berikut, ikatan
adat istiadat yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi sudah
tidak berpengaruh terhadap alam.
Kota : diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia
yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, dan
diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan
coraknya yang materialistis.
gemeinschaft : Kelompok sosial yang anggotanya berhubungan erat atau
disebut paguyuban
gesselschaft : Kelompok sosial yang anggota-anggotanya berhubungan
dengan dasar kepentingan pribadi atau disebut patembeyan.
commuters : Gerakan penduduk ulang alik (zona penglaju)
Suburban fringe : peralihan antara kota dan desa
Urban fringe : batas terluar kota yang punya sifat-sifat mirip kota, kecuali inti
kota
Rural urban fringe : jalur batas desa dan kota, ditandai dengan pola penggunaan
lahan campuran
Rural : wilayah yang masih menitik beratkan pada kegiatan pertanian.
Modul
mengawetkan, mengemas, atau mengubah Geografi
bentuk pangan.SMA Terbuka Kelas XII - Hal. 76