1. AFIFAH HANI
2. MARLEN H. UPPESY
3. SISCA DWI
PROGRAM D3 KEBIDANAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
EVIDENCE BASED DALAM PERSALINAN . Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang EVIDENCE BASED DALAM
PERSALINAN ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB III
PENDAHULUAN
angka kematian maternal dan angka kematian perinatal. Pada saat ini angka kematian
maternal dan perinatal di Indonesia masih terbilang cukup tinggi di lingkungan ASEAN, Hal
kebidanan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Menurut definisi WHO, kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil
atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apa pun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. (Sarwono, 2010)
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk
dapat mencapai peningkatan pelayanan k ebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based . Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
yang lebih menyeluruh dan bermutu dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan
menerus dan berkelanjutan, praktik secara otonom, dan mempraktikkan asuhan yang
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia
kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang
tidak diperlukan atau tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses
persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
b) evidence base apa saja yang merugikan serta yang direkomendasikan dalam asuhan
persalinan?
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Evidence
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusu dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui dan memahami praktik apa saja yang merugikan dalam proses
b) Mengetahui dan memahami praktik apa saja yang direkomendasikan dalam proses
PEMBAHASAN
evidence Based dapat diartikan Evidence : Bukti, fakta dan Based : Dasar. Jadi
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
1. Aman sesuai evidence based , dan memberi sumbangan pada keselamatan jiwa ibu.
2. Memungkinkan ibu merasa aman dan nyaman secara emosional serta merasa
pengambil keputusan.
canggih.
5. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh
ibu.
EBM didirikian oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.
RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987),
dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan
praktek. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemming et al, 2003). Hal itu dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong
menyatakan bahwa filosofi pendidikan bidan harus konsisten dengan filosofi asuhan
filosofi dasar profesi kebidanan sehingga bukti ilmiah yang kita pakai tidak melenceng
dari filosofi profesi bidan itu sendiri. Filosofi dasar profesi kebidanan terdiri dari 6
3) Continuity of care
4) Empowering women
a) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
yang bermutu
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga sangat penting sekali diperhatikan pada
martabatnya.
b) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelummemulai
asuhan tersebut
d) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
g) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
bayi.
l) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila
iamenginginkannya.
p) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat
kenyamanan seorang ibu bersalin adalah ibu tetap di perbolehkan makan dan minum
a) Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energi yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak
makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan
gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi
b) Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan
glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin dan
bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
b) Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin, selain itu posisi telentang juga
mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.
bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh
pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan
e) Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung
dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post
partum (nifas).
berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu
duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah
samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu
untuk beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk
bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan
10
2) Lateral (miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah
satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan
bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di
depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang
atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika
di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar.
Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah
dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu
membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila
11
tak harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk
menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus
pembukaan.
12
4) Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
5) Menungging
kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan
untuk mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher rahim
yang bengkak.
6) Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya
masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat
13
bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
Menurut hasil penelitian Nelwatri, Hepi (2013) bahwa ada pengaruh yang
signifikan inisiasi menyusu dini terhadap involusi uteri di BPS Kota Padang tahun
2013.
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi
uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain
oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal ini akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
Involusi uterus yang sempurna merupakan salah satu indikator penting dalam
melihat kepulihan ibu pada masa nifas, untuk itu sangat penting bagi tenaga kesehatan
khususnya yang membantu persalinan untuk selalu melakukan inisiasi menyusu dini
pada ibu bersalin apabila kondisi ibu dan janin dalam keadaan normal.
Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis. Sebanyak 12% - 67%
wanita merasa khawatir dengan nyeri yang akan dialami saat persalinan. Salah satu
upaya untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan masase. Dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I
fase laten persalinan normal melaui peningkatan kadar endorphin dengan hasil
ditemukan ibu bersalin yang dimasase memiliki intensitas nyeri lebih rendah 29.62
point dari pada yang tidak dimasase, ada pengaruh masase terhadap intensitas nyeri
kala I persalinan normal. Ibu bersalin yang dimasase memiliki endorfin lebih tinggi
dari pada yang tidak dimasase. Terdapat korelasi kadar endorfin dengan penurunan
14
berpengaruh terhadap intensitas nyeri dan kadar endorfin ibu bersalin kala I fase laten
persalinan normal serta kadar endorfin berkorelasi dengan intensitas nyeri kala I fase
pengiriman pesan nyeri, dengan demikian keberadaan endorfin pada sinaps sel saraf
menyebabkan penurunan sensasi nyeri. Oleh karena itu seseorang yang memiliki kadar
endorfin rendah akan lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan yang kadar endorfin
tinggi.
persalinan 56% lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio Sesarea, pengurangan
forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin; durasi persalinan yang lebih
pendek 25%, dan penurunan 58% pada neonatus yang rawat inap.
PPH, memperpendek kala III, kebutuhan akan trasfusi menurun, kondisi uterus
membaik secara signifikan. Pengelolaan Aktif persalinan kala tiga terdiri atas
fisiologis) adalah menunggu tanda – tanda bahwa plasenta sudah lepas dari dinding
uterus (tali pusat bertambah panjang, uterus globuler dan semburan mendadak dan
singkat), dan membiarkan plasenta lahir secara spontan. Pengelolaan menunggu juga
Negara berkembang.
Beberapa studi berskala besar, yang dilakukan secara acak dan terkontrol (dilakukan di
Aktif Kala III dengan Pengelolaan Menunggu. Pada suatu percobaan di Dublin,
15
Irlandia, 705 ibu bersalin ditangani secara aktif dengan 0,5 ergometrin dan dilakukan
pasca persalinan dan berkurangnya kasus anemia di antara ibu bersalin yang mendapat
penanganan Pengelolaan Aktif Kala III. Ibu bersalin yang ditangani dengan aktif
secara bermakna menurunkan kasus perdarahan pasca persalinan, dan sisa plasenta
dari studi – studi tersebut di atas memperlihatkan meningkatnya kasus komplikasi
menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan
agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi
pun menjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.
c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu
perasat Kristeller saat kala II persalinan masih kontroversi. Tindakan ini dilakukan
untuk mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II). Namun tindakan ini
menyimpan potensi bahaya yang besar, yaitu bisa terjadinya robekan rahim dan cedera
penggunaan tekanan pada puncak rahim untuk mempersingkat kala dua persalinan
16
(Perasat Kristeller). Namun, jika terjadi cidera maka ada implikasi medis-hukum bagi
Ketika kontraksi rahim tidak efektif meskipun sudah diberi obat perangsang
mendorong perut ibu bersalain (bulin) dengan manuver yang disebut "Kristeller",
Tindakan mendorong ini dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan lengan,
tangan, siku, dan bahkan lutut, dengan maksud membantu kekuatan kontraksi agar
Sayangnya disamping membantu, tindakan ini juga memiliki risiko karena dapat
menyebabkan robeknya rahim, lepasnya plasenta, robekan jalan lahir (kerampang) dan
gangguan pada janin berupa asfiksia (sesak nafas), cedera pada bahu janin dan
tindakan ini (Merhi & Awonuga 2005). Sehingga sekarang tindakan ini tidak
dianjurkan lagi.
pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh
terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan
mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan yang
tidak perlu”.
b) Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi
dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu
kurang baik.
17
d) Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat
Berdasarkan evidence based , pemotongan tali pusat lebih baik ditunda karena
sangat tidak menguntungkan bagi bayi maupun bagi ibunya. Mengingat fenomena
yang terjadi di indonesia antara lain tingginya angka morbiditas ataupun mortalitas
pada bayi salah satunya yang disebabkan karena asfiksia, ikterus. Ternyata salah satu
asumsi sementara atas kasus fenomena di atas adalah karen adanya ICC ( Imediettly
Cord Clamping ) di langkah APN yaitu pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir.
menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling
d) Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi
f) Menunjukkan jumlah hemtokrit dan hemoglobin dalm darah yang lebih baik.
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi
18
bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan
2.3.5 Lotus Birth
Berdasarkan jurnal Moudy E.U Djami (2013), Lotus birth adalah proses
persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi
dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan plasenta hingga puput dengan sendirinya.
Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari pasca persalinan. Lotus
birth meskipun tidak dianjurkan secara medis karena belum ada bukti ilmiahnya,
namun menjadi tren diantara ibu-ibu yang ingin melahirkan terutama home birth.
Bukti ilmiah memang belum ditemukan informasinya, namun dapat ditemukan dalam
penuturan para ibu yang telah melahirkan dan di publis secara online serta dari
berbagai buku yang telah ditulis oleh para praktisi kesehatan yang berppengalaman
praktik ini sebenarnya sudah ada dalam budaya Bali, Aborigin Australia. Sumber lain
mengatakan bahwa praktik ini dimulai dengan mengamati proses persalinan simpanse,
dalam hasilnya simpanse istirahat dan bergerak naik turun di pohon-pohon dengan
bayi mereka beserta plasenta yang tetap melekat pada bayi hingga puput secara alami.
Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis bagi bayi.
Praktik untuk tetap mempertahankan plasenta agar tetap berada dekat bayi
dilakukan karena alasan kepercayaan dan keyakinan dari berbagai kepercayaan dan
kebudayaan. Secara logika metode ini rentan terjadi infeksi karena pot de entry antara
tali placenta, tali pusat dan bayi masih ada. Metode ini belum dapat sepenuhnya
diadopsi dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun
pilihan untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek
samping jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan
keluarga. Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode lotus birth adalah :
1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh keyakinan,
19
3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput agar
tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan yang tidak di sengaja
Kebiasaan Keterangan
Menduduki sesuatu yang panas Duduk diatas bara yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
Praktek – praktek yang jelas merugikan atau tidak efektif lainnya diantaranya adalah
sebagai berikut :
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan kolon sigmoid.
Volume cairan yang dimasukkan akan memecah massa feses, meregangkan dinding
Juga digunakan untuk alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal
f) Pemeriksaan vagina secara berulang – ulang terutama oleh lebih dari satu pemberi
asuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Evidence base – midwifery (EBM) dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Bidan
dapat menerapkan praktik kebidanan sesuai dengan evidence based yang telah terbukti untuk
persalinan diantaranya asuhan sayang ibu, pengaturan posisi persalinan, inisiasi menyusu
dini,
masase punggung, serta penatalaksanaan manajemen aktif kala III. Sedangkan asuhan yang
tidak
nafas pada saat meneran, penekanan fundus selama persalinan, tindakan episotomi,
pemotongan
tali pusat, lotus birth, penggunaan tampon vagina, menduduki sesuatu yang panas, tindakan
anastesi untuk mengurangi nyeri, penggunaan enema secara rutin, pencukuran bulu pubis,
infus
intravena secara rutin, pemasukan cateter ke uretra, pembilasan uterus setelah melahirkan,
serta
Andriati, Riris. 2011. “Study Literatur Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir”, Vol.I, hlm. 1-8.
Batlajery, Jomina. Fratidhina, Yudhia dan Hamidah. 2014. “Pengaruh Waktu Penjepitan Tali
Pusat Terhadap Kadar Hemoglobin Neonatus”, Vol. 2, hlm. 45-52.
Djami, MEU. 2013. Isu Terkini dan Evidence Based dalam Praktik Kebidanan.Available
from: http://moudyamo.wordpress.com/2013/06/. (Diakses pada 11 september 2017)
Djami, Moudy E.U.2013.”Isu Terkini dan Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan”.
(online). (Diakses : Tanggal 11 September 2017.
Djami, Moudy. 2013. Lotus Birth Isu Tekini dan evidence Based Dalam Praktik Kebidanan.
Jurnal Ilmiah Permata Medika
Nelwatri, Helpi. 2015. “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus
Pada Ibu Bersalin di BPS Kot a Padang Tahun 2013”, Vol. 8, hlm 83-87.
Tambuwun, Herly. Tomboka, Sandra dan Mandang, Jenny (2014). “Hubungan Pelaksanaan
Asuhan Sayang Ibu Dengan Lamanya Persalinan”, Vol. 2, hm 1-9.