Anda di halaman 1dari 19

STANDAR OUTCOME

Disusun oleh :

1. DIVA ANGGUN SASMITA (1803162517005)


2. RENNY RAHMAWATI (1903162550011)

PROGRAM D3 KEBIDANAN

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA JAGAKARSA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “STANDAR OUTCOME”. Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “STANDAR


OUTCOME” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Standar Pelayanan Kebidanan................................................3
2.2 Definisi Standar Outcome.....................................................................5
2.2.1 Kepuasan pelanggan.................................................................7
2.2.2 Efisensi pelayanan kesehatan...................................................8
2.2.3 Efektivitas program..................................................................9
2.2.4 Ketepatan pelayanan kebidanan...............................................10
2.3 Sistem untuk meningkatkan kinerja bidan............................................11

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai
salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi,
dalam meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau jasa,
sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan
masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (Djoko Wijono, 1999 : 623).
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalalm menjalani praktek sehari-hari. Standar ini
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana
pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Selain itu, standar pelayanan
dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya ,
misalnya kebutuhan akan pengorganisasian , mekanisme, peralatan dan obat yang
diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka berbagai
kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga
perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu indikator
keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan
pasien. (Djoko Wijono, 1999 : 623).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan standar pelayanan kebidanan ?
2. Apa yang di maksud ddengan Standar Outcome ?
3. Jelaskan pengertian dari kepuasan pelanggan ?
4. Sebutkan beberapa factor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan ?
5. Apa yang di maksud dengan efisiensi pelayanan kesehatan ?
6. Apa yang di maksud dengan efektifitas program ?
7. Bagaimana ketepatan pelayanan kebidanan ?

4
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agaar mahasiswa mengetahui
standar-standar pelyanan kebidanan yang bermutu, dan berguna bagi pembelajaran
ke depan, agar sistem tersebut dapat di laksanankan di lahan kerja nantinya, apabila
sudah menjadi seorang bidan yang profesional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Standar Pelayanan Kebidanan


Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2001: 53).
1. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
a) Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
2. Melindungi masyarakat.
a) Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan
praktek sehari-hari.
b) Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

A. Format standar pelayanan kebidanan


Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format
bahasan sebagai berikut :
1) Tujuan merupakan tujuan standar
a) Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan
kebidanan yang dilakukan dengan penjelasan tingkat
kompetisi yang di harapkan.

6
b) Hasil yang di akan dicapai oleh pelayanan yang di berikan
dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat di atur
c) Prasyarat yang di perlukan (missal : alat, obat,
keterampilan) agar pelaksana pelayanan dapat menerapkan
standar.
d) Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu
diikuti untuk pencapaian sntar (Depkes RI,2001:2).
2) Dasar Hukum penerapan Standar Pelayanan Kebidanan adalah :
a) Undang-undang kesehatan Nomer 23 Tahun 1992 :
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992
kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi
tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga
kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan
informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan
membuat serta memelihara rekam medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang
harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan
hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga
kesehatan serta mendapat penghargaan.
Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di
wilayah SEARO/Asia tenggara tahun 1995 tentang SPK.
Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang
memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar
tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya,
WHO SEARO mengembangkan Standar Pelayanan
Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan

7
dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat.
Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.
Pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang
penerapan SPK 1999.
Bidan sebagai tenaga profesional merupakan ujung tombak
dalam pemeriksaan kehamilan seharusnya sesuai dengan
prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah ada yang
telah tertulis dan ditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 1999).
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002. tentang registrasi dan praktek
bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM
pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar profesi adalah pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
melaksanakan profesi secara baik.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan
kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai kode
etik dan standar pelayanan pofesi yang telah ditetapkan.
Standar profesi pada dasarnya merupakan kesepakatan antar
anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi
pedoman dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi (Heni
dan Asmar, 2005:29)

2.2 Definisi Standar Outcome


Outcome adalah hasil sakhir sebuah proses. Karena pelangan utama layanan
kesehatan adalah pasien, outcome harus ditargetkan pada perbaikan status medis
pasien (Lohr, 1987). Karena alas an itu, penelitian mengenai outcome perlu
dilakukan untuk mengembangkan paradigma mengenai proses dan model klinis
yang efisien yang akan memperbaiki status medis pasien. Contoh mengenai
outcome yang banyak digunakan yaitu meliputi kepuasan pasien, angka kematian

8
pasien, operasi ulang yang tidak terjadwal, pasien yang masuk lagi kerumah sakit
dengan kondisi medis yang sama dalam waktu 72 jam setelah keluar rumah sakit,
dan lain-lain.
Contoh-contoh tersebut merupakan outcome langsung layanan yang jelas,
tetapi outcome lainya juga harus dipertimbangkan, seperti outcome perilaku,
fisiologi, dan psikososial. Outcome tersebut mungkin termasuk potensi rehabilitasi,
status fungsional, dan kualitas hidup (Jennings, 1991). Walaupun outcome adalah
hasil akhir, mereka harus dianalisis sebagai bagaian dari gambaran keseluruhan,
yaitu pasien dan lingkungannya. Jadi, kita tidak boleh mnggunakan satu ukuran
outcome sebagai dasar untuk menghakimi mutu layanan. Ukuran-ukuran harus
merupakan bagian dari suatu sistem yang mempelajari struktur, proses dan
outcome.
Manajemen outcome adalah proses mengumpulkan, menganalisis,
mengevaluasi dan menyebarluaskan hasil proses pengobatan atau prosedur untuk
memperbaiki dampak akhir pelayanan kesehatan melalui upaya kerjasama (Al-
Assaf,1993,1994). Manajemen outcome merupakan sebuah proses yang
dikendalikan oleh hasil untuk mengidentifikasi dan memperbaiki proses yang
berdampak pada hasil-hasil ini. Pedoman dan protocol untuk berbagia prosedur
tersebut disetujui oleh lembaga-lembaga yang tepat dan diakui secara luas.
Manajemen outcome hanya dapat dicapai melalui sebuah upaya bersama oleh
semua pihak yang terlibat sistem layanan kesehatan yaitu pasien, pembeli, penyedia
layanan, pihak asuransi, dan para pembuat peraturan. Upaya tersebut membutuhkan
kesatuan menyeluruh pada sistem layanan kesehatan baik secara vertical maupun
horizontal ( Geehr, 1992). Ellwood( 1988) memperkenalkan 4 manfaat manajemen
outcome :
a) Praktisis kedokteran akan memperoleh pedoman dan standart yang diakui
secara luas melalui manajemen outcome
b) Manajemen outcome akan memberikan ketrampilan dan peralatan yang
diperlukan ungtuk mengukur status dan kesejahteraan pasien , baik secra
klinis maupun fungsional.

9
c) Dengan manajemen outcome, database yang besar dapat dibagun dan dapat
diakses oleh penyedia layanan kesehatan dan para peneliti untuk mendapatkan
informasi mengenai data outcome klinis informasi akan disebarkan secara
luas, sesuaikan agar tepat digunakan bagi para pengambil keputusan, serta
dipengaruhi dan dimodifikasi untuk merefleksikan perubahan teknologi
perubahan teknologi, filosofi dan harapan.

2.2.1 Kepuasan Pelanggan


Pembelian atau penggunaan jasa memutuskan memberikan suatu penilaian
terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar itu. Apakah pembeli puas
setelah membelanjakan tergantung kepada penampilan yang ditawarkan dalam
hubungannya dengan harapan pembeli.
Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Management” , memberikan definisi
tentang kepuasan pelanggan (customer satisfaction): “Kepuasan adalah tingkat
keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
pemampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya denagn
harapan seseorang”.
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang
dirasakan dan harapan.
Ada 3 tingkat kepuasan :
a) Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan.
b) Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas
c) Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau
senang.
Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/ klien)
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya,
dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting
b) Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh para petugas kesehatan,
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan para pelanggan. Sikap ini akan menyentuh emosi

10
pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien
(compliance).
c) Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber
moral hazard pasien dan keluarganya, “yang penting sembuh” sehingga
menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang
ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal.
Informasi terbatas yang dimiliki pasien dan keluarganya tentang perawatan
yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem asuransi
kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
d) Bukti langsung penampilan fisik (tangibility); meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.
e) Jaminan keamamnan yang ditunjukkan petugas kesehatan (assurance);
kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf;
bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan, ketepatan jadwal
pemeriksaan dan kunjungan dokter dsb.
f) Kehandalan (reliability); merupakan kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
g) Daya tanggap/ kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap
keluhan pasien (responsiveness); keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

2.2.2 Efisiensi Pelayanan Kesehatan


a) Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari
mutu karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan,
apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas.
b) Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang
optimal  daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan
masyarakat.
c) Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya
yang dimiliki.

11
d) Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau
pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini
kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya.
e) Pelayanan yang kurang baik, disamping menyebabkan risiko yang
tidak perlu terjadi dan kurang nyamannya pasien, seringkali mahal dan
memakan waktu yang lama untuk memperbaiki.
f) Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi
dengan menganilis efisiensi, manajer program kesehatan dapat
memilih intervensi yang paling cost – effective.
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-
tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara
yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya
dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara
masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk
menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang
cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B.
Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan
benar atau efisiensi.

2.2.3 Efektivitas Program


Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-
cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. :
a) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b) Pentingnya cara penyelesaian masalah

12
c) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi
adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum
tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan
sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali
memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan
efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

2.2.4 Ketepatan Pelayanan Kebidanan


Waktu yang tepat yaitu waktu yang tepat terhadap tes, prosedur,
perlakuan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien: tingkat diamana
pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling bermanfaat
atau paling dibutuhkan waktunya.
1. Ketepatan terhadap aturan dan hukum
Profesi bidan merupakan profesi yang diatur melalui beberapa
ketentuan dan peraturan pemerintah. Pengaturan dilakukan terhadap :
a. Registrasi
b. Lingkup pelayanan kesehatan yang diizinkan
c. Kewenangan yang diberikan kepada bidan
d. Penyelenggaraan praktik bida, seperti tempat dan ruangan praktik,
perlengkapan, peralatan kesehatan, sampai kelengkapan
administrasi.
Peraturan-peraturan ini menuntut bidan untuk memenuhi
semua persyaratan yang diatur. Ketidak patuhan terhadap aturan
terhadap praktiknya mungkin tidakterasa teapi sangat beresiko,
terutama terjadi masalah dalam pelayanan terhadap klien dan klien
mempermasalahkannya dengan mengajukan tuntutan hukum. Bila hal
ini terjadi, dampaknya akan terasa dalam jangka panjang, terutama
dari segi reputasi dan nama baik.
2. Etika profesi

13
setiap pelayanan kebidanan umumnya dilandasi dengan etika profesi
untuk memastikan standar pelayanan yang diberikan secara optimal
dan mengnghindari mal praktik oleh karenanya bidan perlu memegang
teguh etika profesi sebagai landasan dalam menjalankan
pelayanannya.
3. Profesionalisme dan keahlian
jasa pelayanan kebidanan kebidanan sangat mengandalkan pada
keahlian dan keterampilan bidan dalam memberikan pelayanan
terutama karena sifat pelayanan mengandung risiko sangat tinggi
(menyangkut jiwa manusia). Oleh karenanya langkah awal bagi
seorang bidan adalah memastikan keahliannya sudah memenuhi syarat
dan standar yang telah ditetapkan dan telah memenuhi kebutuhan
klien.

2.3 Sistem untuk meningkatkan kinerja bidan


Kinerja bidan : proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan.
Sekumpulan prinsip-prinsip pedoman untuk kegiatan di mana pekerjaan
setiap individu memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan.“Bagaimana saya dapat membantu orang lain untuk
memahami arti pekerjaan bagi keseluruhan”.
8 (delapan) Prinsip Perbaikan Mutu yaitu :
1. Keinginan untuk Berubah
a) Tidak hanya menemukan praktek yang tidak benar.
b) Nyatakan secara terbuka keinginan untuk bekerja dalam kemitraan
untuk meningkatkan pelayanan.
2. Mendefinisikan Kualitas
a) Kemampuan pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan
3. Mengukur Kualitas

14
a) Menggunakan metode statistik yang tepat untuk menafsirkan hasil
pengukuran.
b) Perlu informasi atas proses, kebutuhan pelanggan, dan kualitas
penyedia
4. Memahami Saling Ketergantungan
a) Fragmentasi tanggung jawab akan menimbulkan suboptimaze
“saya bekerja dengan baik yang lain tidak”

5. Memahami Sistem
a) Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh sistem (85%) dan manusia
(15%)
6. Investasi Dalam Belajar
a)Seluruh pakar menekankan pentingnya pelatihan/ pembelajaran.
Mencari penyebab lalu mendapatkan pengalaman utk perbaikan
7. Mengurangi Biaya
a) Mengurangi kerja sia-sia, duplikasi, kompleksitas yang tak perlu
8. Komitmen Pemimpin
Menunjukkan segala sesuatu baik itu dengan kata-kata maupun perbuatan
atas komitmen yang telah ditetapkan terutama untuk mutu

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang
telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung
jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat
Outcome adalah hasil sakhir sebuah proses. Karena pelangan utama
layanan kesehatan adalah pasien, outcome harus ditargetkan pada perbaikan
status medis pasien. Tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan pemampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada
memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Efektifitas adalah
perlakuan dan pelayanan yang diberikan dalam konteks yang benar, diberikan
sesuai dengan keilmuan saat ini, untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3.2 Saran
Dari materi yang kami sampaikan melalui makalah di atas tentunya jauh dari
kata sempurna.Namun kami harap makalah yang kami buat dapat bermanfaat
bagi para pembaca.Sehingga pembaca bisa mengerti lebih dalam lagi
mengenai standar pelayanan kebidanan terutama dalam sub bab disiplin dalam
standar pelayanan kebidanan, standar outcome, dan efisiensi. Harapan kami
untuk tugas yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi. Kritik serta saran dari
pembaca semua sangat kami harapkan.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Syahfrudin,dkk.200 manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk


Bidan.Jakarta:TIM

Nurmawati.2010. mutu pelayanan kebidanan.Jakarta :EGC

18
DAFTAR PUSTAKA

Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika

Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Bidan.
Jakarta: EGC.

Andita, V.S. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Cadwell, K. (2011). Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta: EGC

Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai