Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam  bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih
besar dari karakteristik individu (Azwar, 2010). Didalam suatu pembentukan dan atau
perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar
individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi,
emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan saraf pusat memegang peranan
penting dalam perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari
rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan (A. Wawan dan dewi 2011).
Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008), ditentukan oleh konsep
risiko, penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau
penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara
sadar orang tersebut akan menghindari risiko. Masa nifas (puerperium) dimulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini,
yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun 2009). banyak dari ibu-ibu postpartum biasanya jarang bahkan
tidak pernah melakukan perawatan payudara. Penyebab dari kondisi ini karena kurang adanya
penyuluhan atau informasi atau juga ibu malas dalam melakukan perawatan payudara
sehingga mempengaruhi kelancaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya
dimulai sedini mungkin yaitu 1 –2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.

Menurut jurnal ( kamalia ainun 2015), World Health Organization (WHO) 2005
mengatakan angka kejadian puting susu lecet sekitar 16%, dan peradangan payudara sekitar
74% - 95% kasus ini terjadi dalam 12 minggu pertama namun mastitis terjadi setiap tahap
laktasi termasuk pada tahun kedua, hal ini terjadi karena kurangnya perawatan pada
payudara. Diindonesia pada tahun 2009 masih banyak masalah dalam masa menyusui pada
ibu pasca persalinan hingga tiga bulan masa menyusui sekitar 67,3% ibu pasca persalinan
yang menderita peradangan payudara (Mastitis) tersebut karena dikarenakan adanya levet
pada puting susu dan kurangnya perawatan payudara yang akhirnya menyebabkan ibu
tersebut berhenti menyusui bayinya (Enggar Istiqomah, 2009) , diJawa barat pada tahun
2013 data kejadian puting susu lecet dan abses payudara pada ibu nifas 5% - 10% Diprediksi
karena rendahnya pengetahuan tentang perawatan payudara.

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Vivian nanny lia dewi, 2011). Perawatan pasca melahirkan (masa nifas) merupakan
perawatan selama enam minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik
dan alat-alat reproduksi yang kembali ke keadaan sebelum hamil, masa laktasi (menyusui),
maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru. Sesudah bayi lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone( prolaktin) waktu
hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar payudara terisi
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Pertama refleks produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi menghisap
puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin),
yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Kedua reflek mengeluarkan
(let down reflex). Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat terjadi
pembendungan air susu. Payudara yang terbendung terjadi karena hambatan aliran darah vena
atau saluran getah bening akibat ASI terkumpul pada payudara. Kejadian ini timbul karena
produksi ASI yang berlebihan, bayi disusui terjadwal, bayi tidak menyusu dengan adekuat,
posisi menyusui yang salah, atau karena puting susu yang datar/terbenam (Jurnal, Nur
Sholichah 2015) .

Pentingnya ibu melakukan perawatan payudara karena gerakan pada perawatan


payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara
efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan
pada payudara (Jurnal, Nur Sholichah, 2015). Ibu sebaiknya menyusui bayinya sedini
mungkin, dan sesering mungkin (tergantung kebutuhan bayi) sehingga tidak terjadi
pembengkakan payudara. Gunakan pula bra yang tidak menekan atau sempit. Apabila
pembengkakan terjadi, pijat ringan bagian payudara yang menggumpal dengan menggunakan
air hangat dan baby oil. Kemudian sesegera mungkin menyusui bayi. Pembengkakan yang
berkelanjutan dapat menimbulkan demam pada ibu. Bila hal ini terjadi, lakukan pengeluaran
ASI baik dengan cara menyusui maupun dipompa keluar

1.2 Tujuan Penelitian


Menggambaran perilaku ibu post partum dalam perawatan payudara di Ruang Sarah
Rumah Sakit Baptis Kediri
1.3 Manfaat penelitian
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar meningkatkan perilaku ibu post partum dalam
perawatan payudara
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden dan Keluarga
Untuk mendorong ibu post partum dalam melakukan perawatan payudara.
2. Bagi Rumah Sakit Baptis
Meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan program kesehatan di Rumah
Sakit Baptis Kediri dengan memberikan health edukasi tentang perawatan payudara
pada ibu post partum
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu
keperawatan dalam asuhan keperawatan pada sistem reproduksi dan kebutuhan dasar
manusia.
http://eprints.undip.ac.id/43152/3/BAB_II_bendungan.pdf

https://tintahmerah.wordpress.com/2015/06/23/konsep-teori-perilaku/

Anda mungkin juga menyukai