Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan panca indra

manusia yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu

proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses belajar

diperoleh dalam pendidikan formal maupun informal (Notoatmojo, 2003 dalam

Lestari, 2015). Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

hamil normal adalah 280 hari/ 40 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir

(HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati (Varnum, 2006 dalam Padila 2014).

Banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara. Boleh jadi lantaran malas

atau sesungguhnya belum mengetahui akan manfaatnya. Padahal perawatan

payudara selama hamil sangat penting untuk kelancaran air susu kelak setelah

melahirkan. Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan

berusia 5-6 bulan. Sebab, jika sejak awal kehamilan kita sudah melakukan

perangsang puting, misalnya, bukan hasil baik yang diperoleh, tetapi malah bisa

menimbulkan kontraksi Rahim (Sari & Rimandhini, 2014). Ibu primigravida

belum tahu tentang bagaimana perawatan kehamilan, yaitu kasus tentang: ASI

tidak keluar, jika keluar sesudah hari kedua atau lebih, puting susu tidak menonjol

sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup

dikonsumsi bayi, infeksi payudara, payudara bengkak atau bernanah, muncul

benjolan di payudara, dan lain-lain (Ronald, 2011 dalam Wulandari, 2012). Hasil
2

kusioner pada ibu primigravida didapatkan bahwa sebagian besar lebih dari 50%

belum mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara yang

benar sesuai prosedur.

Menurut hasil penelitian (Putriningrum dkk, 2013) Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu

menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet. Puting susu lecet terjadi

karena dua faktor, yaitu karena kondisi puting yang jarang dibersihkan dan

posisi ibu saat menyusui yang kurang benar, hal tersebut disebabkan karena

kurangnya perawatan payudara selama kehamilan. Hasil penelitian jurnal

(Wulandari dkk, 2012) di Karangdowo Klaten menunjukkan 26 responden

(53,1%) dengan pengetahuan baik, 12 responden (24,5%) dengan pengetahuan

cukup dan 11 responden (22,4%) dengan pengetahuan yang kurang dalam

perawatan payudara diketahui 23 responden (46,9%) dengan perilaku baik,

sedangkan 26 responden (53,1%) mempunyai perilaku yang kurang dalam

perawatan payudara. Hasil pra penelitian ibu hamil primigravida di Instalasi

Rawat Jalan Kandungan & Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri dengan usia

kehamilan 5-9 bulan didapatkan hasil dari 10 responden 6 orang (60%) belum

mendapatkan pendidikan kesehatan, 4 orang (40%) sudah mendapatkan

penyuluhan. Dari 4 orang yang sudah mendapatkan HE tidak rutin melakukan

perawatan payudara dengan alasan malas 3 orang (30%), karena sibuk tidak ada

waktu 2 orang (20%), karena lupa caranya 1 orang (10%), dan yang tidak tahu

caranya 4 orang (40%).

Tanda-tanda kehamilan primigravida meliputi: perut tegang, pusar

menonjol, payudara tegang, labia mayora tampak bersatu, hypen seperti pada
3

beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh, servicks licin bulat dan

tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik (Padila, 2015).

Perubahan pada payudara ibu hamil yaitu terdapat peningkatan dari ukuran

nodulus dan sensitifitas hal ini disebabkan rangsangan esterogen dan progesteron

payudara membesar ukurannya, puting susu juga membesar, warnanya lebih gelap

menonjol, kelenjar montgomerinya membesar. Produksi kolostrum berlangsung

pada akhir kehamilan dan buah dada terus membesar sistem saluran payudara

telah tumbuh sejak usia kehamilan 3 bulan. Sehingga pada masa kehamil perlu

dilakukan perawatan payudara pada ibu, maka ibu primigravida perlu mengetahui

penatalaksanaan yang baik bagi dirinya supaya tidak berdampak pada proses

pengeluaran ASI. Payudara (mamae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,

diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu utuk nutrisi bayi.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih

200gram, saat hamil 600gram, dan saat menyusui 800gram. Payudara disebut

glandula mamaliayang ada baik wanita maupu pria. Pada pria secara normal tidak

berkembang, kecuali jika dirangsang dengan hormon. Pada wanita terus

berkembang pada pubertas, sedangkan selama kehamilan terutama berkembang

pada masa menyusui diantaranya letak, bentuk, dan ukuran (Dewi & Sunarsih,

2011). Seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan

hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan maka

sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi. Kasus-kasus yang

sering terjadi antar lain ASI tidak keluar, jika keluar sesudah hari kedua atau lebih,

puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit

sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi payudara, payudara bengkak atau
4

bernanah, muncul benjolan di payudara, dan lain-lain. Kasusu-kasus tersebut

diatas dapat dicegah dengan melakukan perawatan payudara sedini mungkin

(Ronald, 2011 dalam Wulandari, 2012).

Pentingnya ibu melakukan perawatan payudara hal ini perlu ikut serta peran

perawat sebagai edukator adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan

tentang perawatan payudara pada masa kehamilan yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan pada ibu primigravida dalam perawatan payudara.

Perawatan payudara selama masa kehamilan merupakan hal yang penting

dilakukan oleh ibu saat masa kehamilan, payudara merupakan organ yang

terpenting sebagai sarana memproduksi ASI guna nutrisi bayi. Perawatan

payudara penting dilakukan oleh ibu primigravida untuk kelancaran produksi ASI,

mencegah pembengkakan dan putting mudah lecet. Payudara peril dipersiapkan

sejak sebelum lahir bayi sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat

diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka

ductus dan sinus laktiferus, sabiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena

pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada Rahim sehingga terjadi

kondisi seperti uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut

setiap hari pada areola dan putting susu akan dapat mengurangi retak-retak dan

lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan

pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkhohol. Karena

payudara menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat, sebaiknya gunakan

penopang payudara yang sesuai (brasseire). Banyak ibu-ibu mengalami masalah

dalam pemberian ASI karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara

selama kehamilan (Padila, 2014). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik


5

mengambil judul :”Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Dalam Perawatan

Payudara Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri”

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang Kejadian pada ibu


primigravida perawatan
mempengaruhi
payudara didapatkan hasil :
pengetahuan : Primigravida
1. Tingkat pendidikan Dari 10 responden 6 orang
2. Informasi (60%) belum mendapatkan
3. Pengalaman Perawatan pendidikan kesehatan, 4
4. Budaya payudara orang (40%) sudah
5. Sosial ekonomi mendapatkan penyuluhan.
Dari 4 orang yang sudah
(Lestari, 2015) mendapatkan HE tidak rutin
melakukan perawatan
payudara dengan alasan
malas 3 orang (30%), karena
sibuk tidak ada waktu 2
orang (20%), karena lupa
caranya 1 orang (10%), dan
yang tidak tahu caranya 4
orang (40%).
Dari Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Primigravida Dalam Perawatan Payudara Di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri

Primigravida dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

tingkat pendidikan, informasi, pengalaman, budaya, dan sosial ekonomi. Sehingga

kejadian pada ibu primigravida di dapatkan hasil : dari 10 responden 6 orang

(60%) belum mendapatkan pendidikan kesehatan, 4 orang (40%) sudah

mendapatkan penyuluhan. Dari 4 orang yang sudah mendapatkan HE tidak rutin

melakukan perawatan payudara dengan alasan malas 3 orang (30%), karena sibuk

tidak ada waktu 2 orang (20%), karena lupa caranya 1 orang (10%), dan yang

tidak tahu caranya 4 orang (40%).


6

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida dalam perawatan

payudara di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri ?

1.4 Tujuan Penelitian

Menggambarkan pengetahuan ibu primigravida dalam perawatan payudara di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar meningkatkan pengetahuan ibu

primigravida dalam perawatan payudara.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden dan Keluarga

Untuk menambah pengetahuan ibu primigravida dalam perawatan

payudara.

2. Bagi Rumah Sakit Baptis Kediri

Meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan program

kesehatan di Rumah Sakit Baptis Kediri dengan memberikan health

edukasi tentang perawatan payudara pada ibu primigravida.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dalam asuhan keperawatan pada

sistem reproduksi dan kebutuhan dasar manusia.

Anda mungkin juga menyukai